Anda di halaman 1dari 13

Nama : Siti Mutmainah

Npm : 19210018

Prodi : Pendidikan Ekonomi

Semester : 5 (Lima)

Mk : Etika Profesi Keguruan

Dosen Pengampu : Ibu Tiara Anggia Dewi, M.Pd / Bapak Dr. Darsono, M.Pd

RANGKUMAN

A. Pengertian Kode Etik Guru

Kode etik merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebab, kode etik adalah aturan-aturan untuk
bertingkah laku sehingga pada profesi apapun tentu memiliki kode etiknya masing-masing.
Apalagi kode etik merupakan salah satu syarat untuk sesuatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai
profesi. Ada beberapa kriteria yang menjadi standar yang harus dipenuhi sehingga suatu
pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi diantara lain:
a. Harus mendapat pengakuan dari pemerintah dan masyarakat
b. Adanya kode etik
c. Mempunyai organisasi profesi yang menaungi
d. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan  panggilan hidup.
Jelas sekali bahwa yang namanya kode etik adalah suatu yang sangat urgent, disamping sebagai
syarat guru bisa dikatakan sebagai profesi , kode etik juga yang akan menjadi salah satu panduan
bagaimana tingkah laku pelaku profesi tersebut. Kode etik seorang guru yaitu:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan bertanggung jawab bersama terhadap pendidikan
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dam
martabat profesinya
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian
Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.Demikian juga
bahwa guru bisa dikatakan sebagai guru profesional ketika ia memiliki kompetensi dasar
sebagai guru. Kompetensi guru menjadi suatu hal yang sangat penting dalam mengelola
pengajaran kepada peserta didik. Adapun kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.
Melihat tugas dan peran guru yang begitu kompleks dengan tugas yang sangat berat yaitu untuk
menjadikan anak-anak bangsa menjadi seorang yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, dan SQ
sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya. Dengan begitu maka Implikasinya adalah kemajuan
bangsa. Sebuah proses panjang yang tidak bisa langsung dinikmati dengan sekejap mata. Untuk
menunjang keberhasilan pencapaian tugas yang berat ini maka perlu bagi semua pihak agar mau
berbenah serta mendukung. Tak hanya dari segi guru tetapi semua pihak juga harus ikut
berbenah agar dapat menunjang keberhasilan pendidikan Indonesia.

B. Sejarah Lahirnya Kode Etik Guru

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para
anggota. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan
harus dilakukan oleh orang orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesinya
dari organisasi tersebut. Dengan demikian, orang orang yang bukan anggota profesi tidak dapa
dikenakan aturan yang ada dalam kode etik tersebut. Bagi guru-guru di indonesia, PGRI
merupakan wadah bagi yang mempunyai jabatan profesi guru, sebagai perwujudan cita-cita
perjuangan bangsa. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 november 1945.
Kode etik guru indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan
cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres XIII di
Jakarta tahun 1973. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan
perbuatan guru. Berikut akan di kemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan
kongres PGRI XIII pada tanggal 21 sampai dengan 25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari
Sembilan butir yaitu:

a. Guru berbakti membimbing siswa seutuhnya, untuk membentuk manusia pembangunan


yang berpancasila.
b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan siswa masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang siswa
dalam memperoleh informasi tentang siswa tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
d. Guru membentuk suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua siswa sebaik-baiknya demi kepentingan siswa.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri-sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
g. Guru membentuk dan memelihara hubungan antara sesame guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi
guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
pendidikan.

Kemudian dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga dijakarta, kode etik guru indonesia telah
disempurnakan, yaitu: Guru indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan YME, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru indonesia
yang berjiwa pancasila dan setia pada undang undanh dasar 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita cita proklamasi kemerdekaan republik indonesia 17 agustus 1945.[1]

Kesembilan kode etik guru tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: point pertama,
mengandung pengertian bahwa perhatian utama seorang guru adalah peserta didik. Perhatiannya
itu semata-mata dicurahkan untuk membimbing peserta didik, yaitu mengembangkan potensinya
secara optimal dengan mengupayakan terciptanya pembelajaran yang edukatif. Melalui proses
inilah diharapkan peserta didik menjelma sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Manusia utuh yang dimaksud adalah manusia yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohaninya, bukan hanya sehat secara fisik, namun juga secara psikis. Manusia yang
berjiwa Pancasila artinya manusia yang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu
mengindahkan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Point kedua,
mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan tugas profesi yang sesuai dengan
kemampuannya. Ia tidak menunjukkan sifat arogansi profesional. Manakala menghadapi
masalah yang ia sendiri tidak mampu mengatasinya, ia mengaku dengan jujur bahwa masalah itu
di luar kemampuannya, sambil terus berupaya meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.
Point ketiga, menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan informasi tentang peserta
didik selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat, bakat, motivasi, kawan-
kawannya dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada perkembangan peserta didik dan
mempermudah guru dalam membimbing dan membina peserta didik tersebut. Point keempat,
mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman dan
membuat peserta didik betah belajar. Yang perlu dibangun antara lain iklim komunikasi yang
demokratis, hangat dan penuh rasa kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi dan
nepotisme. Point kelima, mengangkat pentingnya peran serta orang tua siswa dan masyarakat
sekitarnya untuk andil dalam proses pendidikan di sekolah/ madrasah. Peran serta mereka akan
terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan peserta didik, dan ini harus diupayaan
sekuat tenaga oleh seorang guru. Point keenam, guru harus selalu meningkatkan dan
mengembangkan mutu serta martabat profesinya dan ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun
kelompok. Point ketujuh, guru harus menjalin kerja sama yang mutualisme dengan rekan
seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan, biasanya mengikat para guru untuk bersatu dalam
menyatukan visi dan misinya. Point kedelapan, guru bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana dalam perjuangan dan pengabdiannya.”.
Point kesembilan, Kode etik ini didasari oleh dua asumsi, pertama karena guru sebagai aparatur
negara (sepanjang mereka itu PNS), kedua karena guru orang yang ahli dalam bidang
pendidikan. Oleh karena itu sudah sewajarnya guru melaksanakan semua kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan, selagi sesuai dengan kemampuan guru itu dan tidak
melecehkan harkat dan martabat guru itu sendiri.

C. Tujuan Kode Etik Guru

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan
anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengedakan kode
etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979):
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat,
agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang bersangkutan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
Yang di maksud kesejahteraan disini meliputi  baik kesejahteraan batin ( spiritual  atau mental ).
Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-
larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang
bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi
dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk
secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.

D. Sumpah Atau Janji Guru


a. Demi Allah
b. Sebagai guru Indonesia saya bersumpah/berjanji:
c. Bahwa saya akan membaktikan diri saya untuk tugas mendidik, mengajar, membimbing,
melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta didik guna
kepentingan kemanusiaan dan masa depannya;
d. Bahwa saya akan melestarikan dan menjunjung tinggi martabat guru sebagai profesi
terhormat dan mulia;
e. Bahwa saya akan melaksanakan tugas saya sesuai dengan kompetensi jabatan guru;
f. Bahwa saya akan melaksanakan tugas saya serta bertanggung jawab yang tinggi dengan
mengutamakan kepentingan peserta didik, asyarakat, bangsa dan negara serta
kemanusiaan;
g. Bahwa saya akan menggunakan keharusan profesiaonal saya semata-mata berdasarkan
nilai-nilai agama dan Pancasila;
h. Bahwa saya akan menghormati hak asasi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang
guna mencapai kedewasaannya sebagai warga negara dan bangsa Indonesia yang
bermoral dan berakhlak mulia;
i. Bahwa saya akan berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan keharusan
profesional;
j. Bahwa saya akan berusaha secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas guru
tanpa dipengaruhi pertimbangan unsur-unsur di luar pendidikan;
k. Bahwa saya akan memberikan penghormatan dan pernyataan terima kasih kepada guru
yang telah mengantarkan saya menjadi guru Indonesia;
l. Bahwa saya akan menjalin kerja sama secara sungguh-sungguh dengan rekan sejawat
untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan profesionalitas guru indonesia;
m. Bahwa saya akan berusaha untuk menjadi teladan dalam perilaku bagi peserta didik dan
masyarakat;
n. Bahwa saya akan menghormati; menaati dan mengamalkan kode etik guru Indonesia.
o. Saya ikrarkan sumpah/janji *) ini secara sungguh-sungguh dengan mempertaruhkan
kehormatan saya sebagai guru profesional
Rumusan Kode Etik Guru Indonesia

Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari sepenuhnya, bahwa
Kode Etik Guru KEG, Kode Etik Guru Indonesia KEGI, atau nama lain sesuai dengan yang
disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan
demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat,
terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami,
menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat. Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan
mendorong mereka berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan menghindari
norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi
profesinya selama menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan
anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud.
Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi kriteria edukatif
berjalan secara efektif dan efisien di sekolah. Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi
profesi guru. Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI, misalnya, telah membuat Kode Etik
Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia KEGI. KEGI ini merupakan hasil
Konferensi Pusat PGRI Nomor VKonpus IIXIX2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang
disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07KongresXXPGRI2008 tanggal 3 Juli 2008 di
Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang
profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain
PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya. KEGI versi PGRI seperti disebutkan di
atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional sekarang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia PB-PGRI tahun 2008.
Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
“semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku
keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.” Berikut ini disajikan
substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI sebagaimana dimaksud. Sangat
mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode
Etik Guru yang sudah disepakati. Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan
guru dalam menjalankan tugas keprofesian.
1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik
a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-
hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan
masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk
kepentingan proses kependidikan.
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan
sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta
didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya dan perkembangan peserta
didiknya. m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi- kondisi yang menghambat proses belaja, termasuk kemampuannya
untuk berkarya.

2) Hubungan Guru dengan OrangtuaWali Siswa


a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtuawali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orangtuawali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtuawalinya.
d. Guru memotivasi orangtuawali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtuawali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtuawali siswa untuk berkonsultasi denganya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan
pendidikan.
g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtuawali
siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

3) Hubungan Guru dengan Masyarakat


a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat.
4) Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat
a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan
proses pendidikan.
c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
e. Guru menghormati rekan sejawat.
f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan
standar dan kearifan profesional.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara
profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat
profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap
tindakan PSG Rayon

5) Hubungan Guru dengan Profesi


a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang
studi yang diajarkan.
c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual,
dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan
tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan
pembelajaran.

6) Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi


a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat
bagi kepentingan kependidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan
komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya. g. Guru tidak boleh
mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari
organisasi profesinya. h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Hubungan Guru dengan Pemerintah

a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang


pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang- Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-
undangan lainnya.
b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.
c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan
pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada
kerugian negara.

E. Sanksi Pelanggar Kode Etik

Sanksi-Sanski Yang Dikenakan Dalam Pelanggar Etik Guru

Guru dapat di berhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru, karena :

 1. Melanggar sumpah dan janji jabatan.

 2.  Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

 3. Melalaikan kewajiban  dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara terus
menerus.

Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :

1. Teguran

2. Peringatan tertulis

3. Penundaan pemberian hak guru

4. Penurunan Pangkat

5. Pemberhentian dengan hormat

6. Pemberhentian tidak dengan hormat

Pelanggaran yang apabila setiap guru dilakukan :

a. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan mengancam
murid apabila melanggar peraturan  atau tidak mengikuti kehendak guru.
b. Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak didiknya.
c. Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga membentuk prilaku
yang menyimpang.
d. Tidak memahami peserta didiknya sesuai dengan proses perkembangan anak, sehingga
dalam melakukan bimbingan dan pembinaan sering menimbulkan kecelakaan
pendidikan.
e. Guru tidak mampu mengembangkan strategi, metode, media yang tepat dalam
pembelajaran disebabkan tidak memahami tingkah laku peserta didiknya.
f. Guru  tidak menunjukan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru. misalnya :
memanipulasi nilai. mencuri waktu mengajar, pilih kasih.
g. idak mengajar sesuai dengan bidangnya sehingga melakukan kesalahan secara keilmuan.
h. Guru tidak mengkomunikasikan perkembangan anak kepada orang tua sehingga orangtua
tidak tahu kemajuan belajar anak.
i. Guru tidak menumbuhkan rasa kepercayaan dan penghargaan atas diri peserta didiknya,
sehingga mematikan  kreatifitas si anak.
j. Hubungan antar guru yang tidak harmonis. misal : saling menjatuhkan.

Anda mungkin juga menyukai