Dosen Pengampu :
Dr. Zulkifli Matondang, M.Si.
Disusun Oleh :
IVANDRE HUTAJULU
5183311002
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN B 2018
FAKULTAS TEKNIK
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review pada mata kuliah
Statistika. Penulis berterimakasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen pengampu yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada penulis selama proses pembelajaran mata kuliah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu,
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semuga tugas ini dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2. Jurnal Pembanding
Judul Jurnal : Pengaruh Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Kinerja Proyek Konstruksi
Edisi Terbit : 2015
Pengarang : Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, Armanu Thoyib
Penerbit : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Kota Terbit : Bali
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Suatu pekerjaan proyek konstruksi tentunya ingin diselesaikan dengan tepat waktu,
namun terkadang aktivitas pekerjaan suatu proyek dapat terganggu dengan berbagai hal,
sehingga mengalami ketelambatan waktu penyelesaian. Salah satu penyebab terganggunya
atau terhentinya pekerjaan proyek adalah kecelakaan yang mungkin terjadi pada suatu proyek
konstruksi. Untuk itu, sistem manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diwajibkan
untuk diterapkan pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi karena ini juga merupakan
bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa pengertian
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada
dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang
digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin
dan lingkungan kerja. Tujuan dan sasaran manajemen risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) adalah terciptanya sistem K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja yang
melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Pembangunan Ruko merupakan bangunan tinggi yang sangat berisiko dalam hal
kecelakaan kerja. Penggunaan teknologi tinggi dan metode pelaksanaan yang tidak akurat
serta kurang teliti dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Untuk itu diperlukan penanganan
terhadap risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Lokasi proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung resiko
cukup besar terjadi kecelakaan. Tim manajemen sebagai pihak yang bertanggung jawab
selama proses pembangunan harus mendukung dan mengupayakan programprogram yang
dapat menjamin agar dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kecelakaan kerja.
Hubungan antara pihak yang berkewajiban memperhatikan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja adalah kontraktor dengan pekerja. Kewajiban kontraktor dan rekan kerjanya
adalah mengasuransikan pekerjanya selama masa pembangunan berlangsung. Pada rentang
waktu pelaksanaan pembangunan, kontraktor sudah selayaknya tidak mengizinkan
pekerjanya untuk beraktivitas, bila terjadi hal-hal berikut:
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh yang terlindungi dari
segala macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan.
Dalam dunia pekerjaan segala kendala kerja harus dihindari, sementara produk-tivitas yang
optimal merupakan keinginan setiap pengusaha konstruksi, dengan demikian sasaran
keuntungan akan dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah penyakit kerja.
Penyakit kerja membawa dampak kerugian bagi perusahaan berupa pengurangan waktu kerja
dan biaya untuk mengatasi penyakit kerja tersebut. Sehingga bagi pengusaha konstruksi,
pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada penanggulangannya.
Dengan melihat pengertian masingmasing dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja,
maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi dan faktor-faktor yang
berdampak pada kesehatan karyawan, pekerja kontrak, personel kontraktor, tamu dan orang
lain di tempat kerja. (Balandatu, 2000)
Berdasarkan pengolahan data dan analisa dalam penelitian ini, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari perkalian frekuensi risiko dan dampak risiko maka diperoleh Kriteria kecelakaan
kerja tertinggi yaitu terjatuhnya pekerja dengan Risk Level L (Low) sebesar 52 % dan
sub kriteria kecelakaa kerja tertinggi yaitu pekerja terjatuh dari tangga dengan Risk
Level L (Low) sebesar 52%.
2. Dari perkalian frekuensi risiko dan dampak risiko juga diperoleh kriteria faktor
penyebab kecelakaan kerja tertinggi adalah faktor manusia dengan Risk Level L (Low)
sebesar 56% dan subkriteria faktor penyebab kecelakaan tertinggi adalah tidak memakai
APD dengan Risk Level L (Low) sebesar 56%.
3. Berdasarkan analisa lapangan dan studi literatur, diperoleh alternatif pengendalian risiko
yang dapat dilakukan pada risiko terjatuhnya pekerja, pengendalian risikonya adalah
inspeksi K3 harian untuk pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) lengkap, memperketat
pengawasan manajemen terhadap pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri,
menyediakan dan melengkapi rambu–rambu keselamatan di proyek konstruksi jika tidak
ada atau tidak lengkap.
Salah satu penyebab perusahaan jasa konstruksi tidak berkembang adalah karena
pengusaha dan top manajemen tidak mau mengakui bahwa mereka perlu membentuk
kembali budaya perusahaan dan/atau mengambil cara baru dalam mengatur orang pada suatu
tahap awal yang menjadi titik kritis dalam sejarah perusahaan. Intervensi untuk mendorong
perkembangan perusahaan dan sebelum terjadinya pengaruh negatif dari pekembangan
kebudayaan organisasi yang cepat dan kepemimpinan yang dianggap dominan (Leach and
Kenny, 2000).
Dalam Manajemen Proyek Konstruksi, salah satu sasaran utama yang dicapai, adalah
menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi sarana, kondisi kerja, keselamatan
kerja, dan komunikasi timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan (Paulus, 1985).
Suatu kondisi kerja (work condition) dan keselamatan kerja (safety work) yang baik
merupakan syarat untuk mencapai suatu iklim kerja yang mendukung bagi para pekerjanya
terutama di dalam proyek konstruksi. Hal ini perlu mendapat perhatian dikarenakan lokasi
pekerjaan proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup
besar (Ervianto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa industri konstruksi terbilang paling
rentan terhadap kecelakaan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling
dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Reason, 1997). Dan
program keselamatan dan kesehatan kerja dapat berfungsi dan efektif, apabila program
tersebut dapat terkomunikasikan kepada seluruh lapisan individu yang terlibat pada proyek
konstruksi.
Ada fenomena yang menarik yang dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu pertama
bahwa jasa industri konstruksi merupakan sebuah industri yang memiliki resiko cukup besar,
akan tetapi dapat diminimalisir dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja
melalui pembentukan budaya kerja yaitu salah satunya budaya keselamatan dan kesehatan
kerja. Kedua, industri konstruksi merupakan sebuah industri yang tidak sekedar berorientasi
pada produk jadi sebagaimana pada industri lain, akan tetapi berorientasi pada proses. Oleh
karenanya dalam proses tersebut perlu diperhatikan faktor-faktor internal yang
mempengaruhi kinerja perusahaan berkaitan dengan resiko yang dimiliki.
Kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat ditingkatkan dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja serta menganalisa seberapa besar
pengaruh faktor tersebut terhadap kinerja perusahaan, dalam hal ini budaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa budaya keselamatan dan
kesehatan kerja pada proyek konstruksi perlu dikembangkan. Kesimpulan yang dapat diambil
dari model pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja adalah budaya keselamatan
kerja harus dimulai dari top management terhadap masalah keselamatan kerja, selanjutnya
pelaksanaan konstruksi prosedur keselamatan kerja memegang peranan penting dalam
meningkatkan kinerja proyek konstruksi. Karena semakin tinggi budaya keselamatan dan
kesehatan kerja yang diterapkan oleh top management, maka akan semakin tinggi pula
kinerja suatu proyek konstruksi. Kesimpulan diambil sesuai dengan penelitian dan pustaka
yang menyatakan bahwa budaya keselamatan dan kesehatan kerja harus dimulai dari top
management.
BAB III
REVIEW JURNAL
JURNAL II
Kelebihan pada jurnal kedua yang berjudul. Pengaruh Budaya Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Pada jurnal ini menyajikan materi yang
cukup lengkap terlihat pada sub-sub judul dalam jurnal tersebut yang lengkap dan
mendetail. Kemudian jurnal tersebut memiliki daftar pustaka atau referensi yang cukup
banyak sehinggajurnaliniterlihat lebih terpercaya dan kuat dikarenakan banyaknya
referensi yang tercantum. Kemudian kelebihan dari jurnal tersebut adalah penulis
dapat mengembangkan beberapa poin-point kecil namun cukup penting untuk di kaji,
dan penulis melakukannya dengan cukup baik. Kelebihan berikutnya terletak pada segi
kepenulisan sang penulis yang cukup baik dengan tidak bertele-tele dalam
menulis/menyimpulkan materinya.
3.2 KEKURANGAN JURNAL
JURNAL I
Jurnal ini tidak mencantumkan tabel maupun grafik sehingga terkesan monoton dan
membuat pembaca akan merasa bosan. Selain itu, penulis juga seharusnya lebih
memperhatikan penulisan untuk jurnal tersebut karena pada segi sistematika penulisan,
jurnal ini tidak rapi seperti ukuran huruf dan juga jenis huruf yang digunakan tidak
cocok sehingga jika dilihat kurang menarik.
JURNAL II
Kekurangan dari jurnal ini yaitu merupakan jurnal yang tidak berasal dari
penelitian, jurnal ini hanya menyajikan materi saja. Jurnal ini tidak mencantumkan tabel
maupun grafik sehingga terkesan monoton dan membuat pembaca akan merasa bosan.
Selain itu, penulis juga seharusnya lebih memperhatikan penulisan untuk jurnal tersebut
karena pada segi sistematika penulisan, jurnal ini tidak rapi seperti ukuran huruf dan juga
jenis huruf yang digunakan tidak cocok sehingga jika dilihat kurang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Sepang, Bryan Alfons Willyam. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Fakultas Teknik, Jurusan Sipil,
Universitas Sam Ratulangi. I
Christina, Wieke Yuni Ludfi dan Djakfar, Armanu Thoyib. 2015. Pengaruh Budaya
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.