Elisa Febriana - 201710301046 - TIPB - LPRAKACARA4
Elisa Febriana - 201710301046 - TIPB - LPRAKACARA4
ACARA 4.
KOMODITAS SAGU
Asisten Praktikum :
1.2 Tujuan
Bahan
Persiapan
Pengamatan
Pengambilan data
Pembuatan Output
Selesai
Bab 5. PEMBAHASAN
5.1 karakteristik komoditi sagu
Hasil pada pengamatan kali ini menunjukkan sagu umumnya tinggi
bervariasi antara 16-25 m. Panjang pelepah daunnya antara 100-175 cm. panjang
anak daun antara 140-150 cm. Warna daunnya hijau tua dan hijau muda. Warna
bunganya coklat muda sampai coklat tua. Bentuk buah bulat. Warna buah kuning
kehijauan. berat bijinya antara 2,27-2,94 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat
Louhenapessy, dkk (2012) yang menunjukkan bahwa Sagu memiliki ciri morfologi
meliputi tinggi pohon, panjang maksimal 20 m, panjang pelepah berkisar dari 6-13
m. Pasangan anak daun 60-85. Panjang anak daun antara 90-170 cm. Daunnya
berwarna hijau muda sampai hijau tua. Warna bunga merah kecoklatan. Bentuk
buah bulat dengan warna coklat kekuningan. Berat biji 5,3 gram. Menurut Riska
(2011), lingkar batang sagu ini adalah 130-158 cm, panjang daun 5-8 m, kisaran
panjang anak daun adalah 125-162 cm, warna daunnya hijau, hijau muda dan hijau
tua.
Secara visual, berdasarkan ciri morfologi organ vegetatif, karakter yang
terlihat jelas di karakter batang tersebut adalah tinggi, permukaan, lingkar, warna.
Sedangkan pada karakter daun memiliki variasi pada kelenturan anak daun,
kelenturan tulang anak daun, lebar pangkal pelepah, panjang pelepah, bentuk
pelepah, garis punggung pelepah, warna pelepah, jumlah anak, panjang anak,
permukaan atas. Selain itu, Karakteristik morfologis alat generatif terlihat jelas
pada bunga yaitu panjang dan lebar tangkai, diameter bunga. Variasi pada buah
antara lain bentuk, jumlah, warna. Variasi pada biji warna, berat.
Perbedaan karakteristik morfologi pada setiap spesies dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk faktor lingkungan, Genetika, maupun faktor bias pada
saat melakukan pengoleksian dan karakterisasi morfologis di lapangan. Dua jenis
yaitu sagu Tuni dan sagu Ihur yang memiliki kondisi habitat pertumbuhan di daerah
rawa yang berair tawar atau bisa juga di daerah rawa yang bergambut dan di daerah
sepanjang aliran sungai, sedangkan satu jenis lainya yaitu sagu molat memiliki
kondisi habitat pertumbuhan pada tanah liat berwarna kuning coklat atau hitam.
Karenanya, ada tiga macam sagu memiliki kondisi lingkungan yang berbeda,
seperti jenis tanah, pH tanah, ketinggian tempat lokasi, curah hujan dan kelembaban
yang mengarah pada kemampuan beradaptasi berbeda.
5.2 Manfaat sagu
Selain sebaagai sumber makanan pokok, sagu juga memiliki manfaat lainnya,
yaitu seperti :
• Komponen glukosa
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tepung sagu Malaysia
digunakan sebagai bahan baku dasar produksi glukosa. Mengingat lebih dari
90% sagu merupakan karbohidrat, hal tersebut sangat memungkinkan untuk
dilakukan.
• Memberikan energi untuk aktivitas fisik
Penggunaan sagu lainnya juga dapat digunakan untuk menunda
kelelahan saat melakukan latihan fisik. Sebuah penelitian bahkan
menunjukkan bahwa menggabungkan protein dalam sagu dan kedelai dapat
meningkatkan kekuatan fisik selama melakukan latihan fisik. Penelitian ini
membandingkan asupan campuran protein sagu dan kedelai dengan
konsumsi karbohidrat dalam bentuk suplemen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kombinasi protein sagu dan kedelai dapat menunda
kelelahan pada orang yang berolah raga intensitas tinggi.
• Bahan makanan dan pakan ternak
Sebagai pakan ternak, sagu merupakan salah satu bahan yang mudah
didapat, murah dan memiliki nutrisi yang baik untuk ternak. Sagu tidak
hanya digunakan dalam peternakan, tetapi juga banyak digunakan dalam
industri makanan. Tepung sagu sering digunakan sebagai pengental,
pengental untuk menambah tekstur aneka kue dan jajanan.
• Bahan pembuatan tekstil
Selain itu, mengenai manfaat sagu, bahan pangan ini juga berperan
penting dalam industri tekstil. Sagu digunakan sebagai bahan pengikat serat,
sehingga memudahkan mesin pemintalan. Kemampuan sagu untuk
menggabungkan bundel serat akan memudahkan proses pembuatan kain
yang diinginkan. Jika dicermati, kain atau pakaian baru biasanya
mengandung sisa sagu yang akan hilang setelah dicuci. Tak hanya itu, sagu
saat ini digunakan sebagai bahan pembuatan plastik ramah lingkungan
(biodegradable).
Bab 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Menurut data penelitian dan analisis yang sudah selesai bisa dapatkan
kesimpulan. terdapat variasi ciri morfologi ketiga varietas tersebut mulai dari
bentuk, ukuran, warna, penampilan setiap organ baik dari batang, daun, bunga, buah
dan biji. Pembelajaran sagu masih sangat terbatas, jadi itu perlu penelitian
berkelanjutan berdasarkan hubungan fenologis 3 jenis sagu dan data karakteristik
dapat ditambahkan. Di karakterisasi morfologis juga diperlukan perhatian kuantitas
dan Kualitatif. Selain itu, sagu juga mempunyai banyak manfaat dan tidak hanya
memiliki manfaat sebagai bahan makanan pokok tetapi di samping itu sagu juga
memiliki manfaat sebaagai bahan pembuatan glukosa, bahan pembuatan tekstil,
bahan pakan ternak dan juga memberikan energi untuk aktivitas fisik.
6.2 Saran
Saran yang bisa diberikan dari praktikum ini adalah, bagi peneliti
diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk karakteristik jenis-jenis
sagu lainnya mulai dari gambar pohon keseluruhan dan bagian-bagian pohonnya
seperti buah, bunga, biji, batang dan daun.
DAFTAR PUSTAKA
Limbongan, J. (2007). Morfologi beberapa jenis sagu potensial di Papua. Jurnal
Litbang Pertanian, 26(1), 16-24.
Polnaya, F. J., Talahatu, J., Haryadi, H., & Marseno, D. W. (2009). Karakterisasi
tiga jenis pati sagu (Metroxylon sp.) hidroksipropil. Agritech, 29(2).
Dewi, R. K., & Bintoro, M. H. (2016). Karakter morfologi dan potensi produksi
beberapa aksesi sagu (Metroxylon spp.) di kabupaten Sorong Selatan,
Papua Barat. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy), 44(1), 91-97.
Huwae, B., & Papilaya, P. (2014). Analisis kadar karbohidrat tepung beberapa jenis
sagu yang dikonsumsi masyarakat Maluku. BIOPENDIX: Jurnal Biologi,
Pendidikan dan Terapan, 1(1), 61-66.
Novarianto, H., & Barat, P. (2012). Sumber daya genetik sagu mendukung
pengembangan sagu di Indonesia. Penguatan Inovasi Teknologi
Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat, 4-13.
Lesilawang, F. (2020). Pola penyebaran dan morfologi jenis Sagu Tuni
(Metroxylon rumphii Martius) dan jenis Sagu Molat (Metroxylon sagu
Rottbol) di Desa Negeri Wailua Kecamatan Ambalau Kabupten Buru
Selatan (Doctoral dissertation, IAIN AMBON).
Sahetapy, L., & Karuwal, R. L. (2015). VARIASI KARAKTER MORFOLOGIS
LIMA JENIS SAGU (Metroxylon sp) DI PULAU
SAPARUA. BIOPENDIX: Jurnal Biologi, Pendidikan dan Terapan, 1(2),
105-111.
LAMPIRAN GAMBAR
Sagu Molat (Metroxylon Sagus,Rottbol)
Sagu Tuni (Metroxylon Rumphii Martius)