Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343125680

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN TENTANG DIOKSIN


(POLYCHLORINATED DIBENZO-P-DIOXINS/ PCDD) DAN FURAN
(POLYCHLORINATED DIBENZOFURANS/ PCDF) SERTA (POLYCHLORINATED
BIPHENYL/PCB....

Preprint · July 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.19893.09449

CITATIONS READS
0 2,037

1 author:

Nur Afdila
University of Indonesia
14 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Makalah Kimia Lingkungan (Pencemaran Logam Krom) View project

Mini Review Paper - Effects and Mechanism of Nano-Copper Exposure on Hepatic Cytochrome P450 Enzymes in Rats View project

All content following this page was uploaded by Nur Afdila on 22 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Toksikologi Lingkungan 2019

MAKALAH
DIOKSIN (POLYCHLORINATED DIBENZO-P-DIOXINS/ PCDD) DAN FURAN
(POLYCHLORINATED DIBENZOFURANS/ PCDF) SERTA
(POLYCHLORINATED BIPHENYL/PCB) MIRIP DIOKSIN

NAMA : NUR AFDILA


NPM : 1806242371
MATA KULIAH : ANALISIS IDENTIFIKASI TOKSIKAN DAN PENCEMAR
LINGKUNGAN
DOSEN : DR. ASEP SAEFUMILLAH

MAGISTER ILMU KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

1
Toksikologi Lingkungan 2019

KATA PENGANTAR

Penulis selalu mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat, berkah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah Analisis Identifikasi Toksikan Dan Pencemar Lingkungan Tentang Dioksin, Furan
dan PCB (Polychlorinated Biphenyl) Mirip Dioksin. Penulis menyadari bahwa makalah ini
;masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Depok, April 2019

Penulis

2
Toksikologi Lingkungan 2019

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2. Permasalahan................................................................................................................ 4
1.3. Tujuan ....................................................................................................................... 5
1.4. Manfaat ..................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
Dioksin .................................................................................................................. 6
2.2 Sumber Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
dioksin diperoleh? ................................................................................................. 8
2.3 Dampak dari Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
Dioksin ................................................................................................ 10
2.4 Metode Analisis Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
Dioksin .................................................................................................................. 13
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Analisis Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-
dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta
(Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip Dioksin ................................................... 17

BAB III KESIMPULAN


3.1. Kesimpulan................................................................................. ............................. 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ........................ 19

3
Toksikologi Lingkungan 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan zaman akan selalu diiringi dengan pertumbuhan penduduk.
Manusia sebagai makhluk hidup yang berfikiran dinamis pasti tergantung dengan alam dan
lingkungannya. Ketergantungan akan lingkungan mendorong manusia memanfaatkan
sumber daya alam unruk memenuhi kebutuhan hidup. Sumber daya yang ada akan diolah
sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Aktivitas tersebut dilakukan untuk meningkatkan
taraf hidupnya. Setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan limbah yang kembali ke
lingkungan, seperti limbah cair akan kembali ke hidrosfir, limbah padat akan kembali ke
litosfir dan limbah udara akan dilepaskan kembali ke udara. Limbah tersebut dalam jumlah
normal dapat diperbaiki lingkungan dengan siklus hidrobiogeokimia, self purification.

Pola berfikir dinamis seiring waktu terus mendorong manusia menciptakan inovasi – inovasi
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya tentu untuk
mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup. Selain dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, sektor ekonomi juga akan dipengaruhi arus gelombang perubahan, terutama
perubahan pola konsumsi yang menyebabkan peningkatan yang sangat pesat dari limbah
hasil buangan aktivitas manusia. Akumulasi limbah dihasilkan semakin lama mengakibatkan
lingkungan kehilangan kemampuan untuk merecovery diri. Akhirnya terjadi
ketidakseimbangan dan gangguan di ekosistem lingkungan. Ketidakseimbangan dalam
ekosistem di lingkungan tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Gangguan kesehatan
seperti infeksi saluran pernapasan dan sistem saraf akibat terhirup asap sisa proses
pembakaran industri, kendaraan bermotor, dan lainnya.

Kondisi tersebut membuat manusia mulai memikirkan pengelolaan kualitas lingkungan yang
baik agar terjadi keseimbangan lingkungan. Manusia mulai mengelompokkan zat-zat asing
bagi tubuh yang bersifat mengganggu dan merusak sebagai toksik/ racun. Manusia mulai
menganalisis dan mengidentifikasi karakteristik serta dampak toksikan pencemar lingkungan
terhdapa lingkungan dan tubuh makhluk hidup terutama manusia. Salah satu zat toksik yang
akan dianalisis dan diidentifikasi adalah Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD)
dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB)
mirip dioksin.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Karakteristik Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
Dioksin
2. Darimana saja sumber Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
dioksin diperoleh?

4
Toksikologi Lingkungan 2019

3. Apa saja dampak dari Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
dioksin?
4. Apa saja metoda analisis Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans
(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
dioksin?
5. Apa kelebihan dan kekurangan masing masing metode analisis Dioxins (Polychlorinated
dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta
(Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip dioksin?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untu mengetahui sumber, karakteristik, metode analisis,
kelebihan dan kekurangan masing – masing metode serta dampak dari Dioxins
(Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/
PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip dioksin.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang
sumber- sumber, karakteristik, metode – metode analisis dan kekurangan kelebihannya serta
dampak Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated
dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip dioksin.

5
Toksikologi Lingkungan 2019

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan


(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
Dioksin
Dioksin merupakan senyawa organik yang terdiri dari dua gugus benzen yang
dihubungkan oleh atom oksigen yang membentuk cincin dan mempunyai atom klorida
berikatan dengan gugus benzenanya (WHO). Dioksin merupakan anggota dari
hidrokarbon aromatik yang terhalogenasi (halogenated aromatic hydrocarbon, HAH) dan
merupakan senyawa aromatic trisiklik. Anggota dari dioksin adalah polychlorinated
dibenzodioxin (PCDD), polychlorinated dibenzofuran (PCDF), dan polychlorinated
biphenyls mirip-dioksin, dengan senyawa yang paling poten adalah 2,3,7,8-
tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD). Ketiga jenis senyawa tersebut mempunyai
kesamaan fungsi dan struktur.

Dioksin berbentuk padat pada suhu ruang dan susah menguap. Senyawa ini berdispersi di
dalam atmosfer sebagai aerosol partikulat. Senyawa ini tidak berbau dan dalam bentuk
padatan berupa kristal tak berwarna yang terakumulasi dalam tanah dan sedimen.Bersifat
stabil dan lipofilik, sehingga dengan mudah terakumulasi pada hewan-hewan yang
mempunyai lapisan lemak pada tubuhnya dan sukar untuk dimusnahkan. Sedikit dioksin
saja yang masuk ke dalam tubuh (part per trillion) sudah dapat menimbulkan efek
toksiksitas yang berbahaya. Menurut WHO, kadar normal dioksin yang dapat ditoleransi
oleh tubuh manusia adalah 10 pg/kg berat tubuh.

Gambar 1. Rumus struktur dan molekul PCDD

Gambar 2. Rumus struktur dan molekul PCDF


Tabel 1. Sifat fisika dan kimia dioksin/furan
Dioksin Furan
o
Titik Didih ( C) 284-510 375 – 537
o
Titi Leleh ( C) 89 - 322 184 – 258
-1
Kelarutan (g L ) 1,4
a. o-diklorobenzena 0,37
b. kloroform 0,048
c. n-oktanol 0,01

6
Toksikologi Lingkungan 2019

Dioksin Furan
-7
d. metanol 2 x 10
e. air

Waktu Paruh 2 hari - 3 minggu 1-3 minggu


a. Udara 2 hari -8 bulan 3 minggu -8 bulan
b. Air 2 bulan - 6 tahun 8 bulan - 6 tahun
c. Tanah 8 bulan - 6 tahun 2-6 tahun
d. Sedimen
0
Suhu dekomposisi ( C) > 700
sumber Diolah dari Connell dan Miller (1995) dan Olie et al. (1998)
Dioksin adalah nama umum untuk sekelompok senyawa pencemar penting yang termasuk
dalam golongan bahan pencemar organik yang sulit teruraikan (Persistent Organic Pollutants
/ POPs). Terdapat 75 macam senyawa polychlorinated dibenzo-p-dioxin (PCDD) yang
termasuk ke dalam kelompok dioksin. Oleh karena sifatnya yang toksik, persisten,
bioakumulatif, dan mobile di lingkungan, badan dunia di bawah PBB, United Nation
Environmental Programme (UNEP), giat mengkampanyekan masalah pencemaran dioksin
agar menjadi perhatian global (Anonimus, 1999). Dioksin adalah senyawa paling toksik yang
pernah dihasilkan oleh kegiatan manusia (Birnbaum, 1995). Cakupan ketoksikannya sangat
luas, meliputi reprotoksik, neurotoksik, hepatotoksik, dan imunotoksik. Dioksin juga bersifat
karsinogenik dan teratogenik (Birnbaum, 1995). Jenis dioksin yang paling tinggi aktivitas
ketoksikannya adalah 2,3,7,8-Tetraklorodibenzo-p-dioksin (TCDD). Oleh karena itu, TCDD
digunakan sebagai senyawa prototipe dioksin dan paling banyak diteliti dibandingkan dengan
jenis senyawa-senyawa dioksin lainnya (Kimbrough, 1998; Safe, 1998).
PCB (Polychlorinated Biphenyl) memiliki struktur umum berupa dua cincin benzen dengan
atom klor yang menggantikan posisi atom hidrogen dalam struktur benzen tersebut. PCB
memiliki toksisitas yang sama dengan dioksin.

Gambar 3. Struktur PCB


PCB memiliki 209 Congener, 12 diantaranya memiliki tingkat toksik yang sama dengan
dioksin, diantaranya yaitu 3,3',4,4'-TeCB, 3,3',4,4',5-PeCB, 3,3',4,4',5,5'-HxCB.
Mekanisme Pembentukan Dioksin/Furan
Dioksin dan furan paling utama dihasilkan selama reaksi pembakaran bersama dengan fly
ash, pembakaran gas dan terak. Mekanisme lengkap pembentukan dioksin dan furan tidak
dijelaskan sepenuhnya karena fenomena ini sangat kompleks karena melibatkan fase padat
dan gas. Jalur pembentukan dioksin dan furans dipengaruhi oleh prekursor, spesies reaktif,
sifat katalis, adanya senyawa klor dan suhu. PCDD / Fs diturunkan berdasarkan dua hipotesis
utama yaitu reaksi homogen (pirosintesis) dan heterogen (de proses novo dan coupling
prekursor dibantu katalitik). Mekanisme pembentukan dioksin dan furan dapat terjadi secara

7
Toksikologi Lingkungan 2019

independen atau bersamaan (Lopes et al., 2015). Representasi skematis formasi dioksin dan
furan digambarkan pada gambar berikut :

Gambar 4. Mekanisme Pembentukan Dioksin/Furan

2.2 Sumber Paparan Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan


(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip
Dioksin
Dioxin dan furan yang terbentuk secara alami umumnya berasal dari erupsi gunung berapi
dan terbakarnya hutan ketika suhu udara terlalu tinggi. Partikel dioxin dan furan sangat
kecil sehingga mudah terbawa angin ke tempat yang jauh. Oleh karena itu dioxin dan
furan yang dihasilkan suatu daerah dapat mempengaruhi daerah lainnya. Dioxin dan furan
yang terbawa angin juga dapat jatuh dan menempel pada makanan atau bahan baku
makanan. Ketika dioxin dan furan masuk ke dalam tubuh makhluk hidup zatnya akan
terakumulasi di dalam tubuh karena dioxin dan furan mudah mengendap (Minister of
Health Canada, 2005).
Sumber – Sumber Utama Dioksin di Lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut :
Sumber Antropogenik :
1. Pembakaran : Pembakaran mesin kendaraan, Penggunaan bahan bakar batubara,
Pembakaran kayu dan Aktivitas Penempaan semen.
2. Reservoir : Kebakaran hutan, Pembakaran tempat pembuangan akhir sampah, proses
biokimia dan aktivitas fotokatalisis
3. Sumber Industri : Pabrik Bubur kertas (pulp and paper), aktivitas boiler, industri
kimia dan indutri logam, proses metalurgi
4. Insinerasi : Sampah perkotaan, sampah medis dan limbah bahan berbahaya, Limbah
cair
Sumber Natural : Erupsi Gunung Berapi,Pembakaran alami, Kebakaran Hutan, Proses
Biokimia

8
Toksikologi Lingkungan 2019

Gambar 5. Sumber Pembentukan Dioksin/Furan


Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sampai saat ini, sumber utama ekologi dioksin
adalah pembakaran terbuka atau proses pembakaran. Pada tahun 1987 dan 1995, sumber
utama aliran dioksin di lingkungan A.S. adalah pembakaran sampah kota. Paparan
dioksin telah ditemukan di tanah, air permukaan, residu, tanaman, dan jaringan makhluk
di semua penjuru bumi. Dioksin sangat persisten di bumi dengan waktu hidup yang lama
di tanah dan sedimen. Dioksin memiliki daya larut yang rendah dalam air dan
ketidakstabilan yang rendah sebagian besar mengendap dalam tanah/sedimen dan lumpur
dalam rentang waktu yang lama. Volatilisasi dan suspensi kembali molekul dari reservoir
ekologis merupakan penyumbang utama distribusi di seluruh dunia. Pada awal tahun
1900 konsentrasi dioksin dan furan masih rendah dan menunjukkan tanda-tanda
peningkatan selama tahun 1920 sampai tahun 1970. Dari data yang diperoleh dioksin dan
furan sebagian besar terbentuk karena aktivitas antropogenik. Secara khusus, setiap
proses yang melibatkan penggunaan klorin organik atau klorida anorganik merupakan
sumber utama dioksin dan furan. Aktivitas-aktivitas yang menjadi penyumbang utama
dioksin dan furan adalah pembakaran sampah kota, limbah cair, pembakaran pabrik pulp
and paper, pembakaran kayu untuk perumahan, sintering besi dan pembuatan tungku baja
busur listrik. Emisi pembakaran ini menghasilkan 80% dari total emisi nasional dengan
total 198 g TEQ / tahun menurut inventarisasi nasional 1997.
Selain itu, studi ekstensif tentang limbah padat kota, limbah medis, limbah cair pabrik,
dan pembakaran limbah bahan berbahaya menunjukkan adanya tingkat emisi dioksin
yang rendah. Kayu dilaporkan dapat menyerap sejumlah besar natrium klorida bila
disimpan di perairan laut di sepanjang pantai barat Kanada. Di bawah kondisi
pembakaran tertentu, pembakaran garam limbah kayu di boiler pembangkit listrik
mengarah pada pembentukan dan emisi dioksin dan furan. Dengan demikian, dioksin dan
furan dapat dibentuk melalui adsorpsi / desorpsi pada partikel abu.

Dioksin dan furan juga dibentuk dari hasil proses bleaching klorin pada industri pulp and
paper. Sejak emisi dioksin dan furan dari pabrik pulp and paper berada pada batas LOQ,
2 g TEQ/tahun total emisi disumbangkan dari pabrik pulp and paper di Kanada.
Keberadaan dioksin dan furan telah terdeteksi di udara, air, dan tanah. Dari data

9
Toksikologi Lingkungan 2019

ditunjukkan bahwa 90% paparan dioksin pada manusia adalah kontribusi dari makanan
yang dikonsumsi, karena memberikan dampak buruk pada manusia dan hewan. Tingkat
toksisitas dioksin dan furan bervariasi tergantung dari jenis dioksin, frekuensi dan durasi
paparan. Pentaklorofenol dari industri tekstil merupakan sumber utama dari dioksin atau
furan dalam limbah cair. Alasan ini membuat negara Jerman menyatakan melarang
penggunaan bahan kimia untuk mereduksi PCDD atau PCDF yang dihasilkan dari limbah
cair pabrik tekstil.

2.3 Dampak dari Dioksin (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furan


(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB)
mirip Dioksin pada Lingkungan dan Organisme
Dampak dioksin, furan dan senyawa PCB mirip Dioksin dapat dibedakan atas dampak
lingkungan atau ekokinetika dan dampak terhadap tubuh organisme atau
farmakokinetika. Ekokinetika dioksin dan furan meliputi sumber, media transpor,
transpor, transformasi dan persistensinya di lingkungan. Berikut akan dibahas
ekokinetika dioksin dan furan:
1. Sumber
Seperti yang telah dibahas sebelumnya dioksin dan furan berasal dari aktivitas pembuatan
material logam dan juga pembakaran sampah (sebagai emisi). Berdasarkan sifatnya
sebagai sumber, sumber pencemar dioxin dan furan bersifat distributif atau tersebar. Hal
ini dikarenakan zat dioxin dan furan yang ada di udara mudah terbawa angin dari suatu
tempat ke tempat lainnya (Fiedler, 2001)
2. Media Transpor
Media transpor penyebaran dioksin dan furan yang paling utama adalah udara. Namun
dioxin dan furan juga dapat memasuki lingkungan dari rantai makanan. Dioxin dan furan
yang berada di udara, jika mengendap (berakumulasi di lingkungan) dapat memasuki
perairan dan akhirnya masuk ke dalam rantai makanan. Dioksin dan furan yang terdapat
di udara dapat langsung masuk ke saluran pernafasan, sementara dioksin dan furan yang
telah ada dalam tubuh dan terakumulasi pada suatu makhluk hidup (hewan) jika diolah
dan dikonsumsi manusia akan menyebabkan perpindahan akumulasi dioksin dari hewan
ke manusia, begitu juga dioksin dan furan yang terdapat pada tumbuhan (Department of
Indian Affairs and Northern Development, 2005).
3. Transpor
Transpor merupakan proses fisis yang disebut juga sebagai dispersi. Proses ini dapat
terjadi di udara, air, tanah, organisme dan rantai makanan, namun tidak terjadi perubahan
struktur selama proses transpor. Dioksin dan furan sendiri transpornya terjadi di udara, air
dan rantai makanan, dimana proses (siklus) trasnpor ini telah dijelaskan pada poin
sebelumya. Transpor dioksin dan furan dapat terjadi karena proses alam (transpor
stratosferik) akibat letusan gunung berapi dan juga kebakaran hutan. Selain itu transpor
dioksin dan furan juga dapat terjadi akibat sumber titik akibat pembakaran limbah padat
dan kemudian masuk ke udara akibat proses volatilisasi dan deposisi (Department of
Indian Affairs and Northern Development, 2005).
4. Transformasi

10
Toksikologi Lingkungan 2019

Transformasi merupakan proses fisis yang dapat terjadi secara biotik maupun abiotik.
Proses ini dapat terjadi di udara, air, tanah, organisme dan juga rantai makanan, namun
proses ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pada zat tersebut. Dioxin dan
furan mengalami transformasi dari zat senyawa awal menjadi senyawa lainnya yang
memiliki struktur atom berbeda akibat proses transformasi abiotik secara fotokimia.
Dioksin dan furan yang terpapar lama oleh cahaya matahari atau cahaya dengan radiasi
tinggi akan mengalami kerusakan struktur atom (Fiedler, 2001).
5. Persistensi
Persistensi merupakan keberadaan suatu zat di lingkungan. Persistensi dapat
dikelompokkan berdasarkan tingkat kemudahannya terdegredasi. Berikut merupakan
tabel tingkat kemudahan suatu zat terdegredasi:
Tabel 2. Kelas Persistensi zat
Kelas Degradasi Persistensi
1 = Mudah 1 - 3 minggu
2 = Dapat 1 – 3 bulan
3 = Sulit 3 bulan – 1 tahun
3 = Sulit sekali 1 – 2 tahun
4 = Refractory >2 tahun
Sumber: McKinney, 1981
Dioksin dan furan sendiri merupakan zat yang sulit sekali untuk terdegradasi oleh
lingkungan. Akibat sulitnya zat ini terdegradasi lingkungan penggunaannya ataupun
pencemarannya sangat diawasi secara ketat oleh lembaga-lembaga kesehatan. Terutama
keberadaannya pada makanan (Department of Indian Affairs and Northern Development,
2005).

Farmakokinetika membahas kinetika xenobiotik di dalam tubuh organisme mulai dari


portal entri/ imisi, absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi dan efek/ respon. Dosis
dioxin dan furan maksimal yang didizinkan dalam makanan yakni 50 ppt atau 0,00003
mikrogram. Dioxin dan furan pada makanan paling banyak ditemukan dalam susu dan
ikan (US EPA, 2002).
Berikut akan dibahas farmakokinetika dari dioksin dan furan, dimana berdasrkan portal
entrinya dapat dibedakan menjadi dua.
1. Portal of Entri Inhalasi
Dioxin dan furan yang terdapat di udara masuk ke dalam tubuh organisme melalui saluran
pernafasan, dimana udara yang terhirup mengandung partikel kecil dari dioxin dan furan.
Dioksin dan furan yang masuk melalui inhalasi akan terbawa dari nesofaring menuju
trakeo-bronkial hingga alveoli. Dioksin dan furan yang terbawa hingga alveoli kemudian
akan mengalami pertukaran akibat proses pergantian O2 dan CO2 dari darah menuju paru-
paru. Hal ini menyebabkan dioksin dan furan masuk ke dalam aliran darah (WHO for
Europe, 2000). Dosis dioksin dan furan yang masuk ke dalam inhalasi dapat
mempengaruhi walaupun dalam jumlah atau konsentrasi yang kecil jika zat tersebut masuk
ke dalam tubuh secara terus menerus. Absorpsi dioxin dan furan ke dalam tubuh kemudian
terjadi melalui proses difusi, karena dioxin dan furan mengkuti aliran cairan tubuh (darah)

11
Toksikologi Lingkungan 2019

hingga terakumulasi pada ginjal. Proses distribusi dioksin dan furan yang masuk melalui
saluran inhalasi ini hanya terjadi akibat pergerakkan aliran darah dari paru-paru menuju
jantung dan anggota tubuh lainnya, karena dioksin dan furan bersifat lipofilik zat tersebut
akan mengendap atau terakumulasi di jaringan tubuh yang dekat dengan lemak.
Metabolisme dari zat ini yaitu hanya terakumulasi tanpa mengalami proses lanjut. Dioxin
dan furan ini juga mengalami detoksikasi dan bereaksi dengan enzim P 450 sehingga
menjadi lebih toksik akibat lebih polarnya dioksin dan furan yang telah bereaksi. Namun,
dioxin dan furan yang tidak dapat mengalami pertukaran pada alveoli akan kembali
diekskresikan melalui proses pernafasan melewati hidung (WHO for Europe, 2000).
2. Portal of Entri Oral
Dioksin dan furan yang terkandung dalam makanan atau minuman akan masuk ke dalam
tubuh melalui oral atau mulut dan menuju sistem pencernaan. Salah satu kasus masuknya
dioxin dan furan ke dalam tubuh melalui oral yaitu susu yang mengandung dioksin dan
furan. Dioksin dan furan pada susu di mulut akan tercampur dengan ludah yang
mengandung enzim. Kemudian setelah dari mulut susu masuk ke dalam kerongkongan
hingga menuju lambung. Lambung mengandung asam yakni HCl 0,1 N sehingga dapat
menghancurkan xenobiotik bersifat basa. Susu mengandung dioksin dan furan selanjutnya
akan teru menuju usus halus, karena dioxin dan furan bersifat tahan terhadap asam. Susu
di dalam usus halus akan bertemu dengan enzim berssifaat basa yang ada pada usus halus
sehingga zat-zat bersifat asam akan hancur. Kemudian ketika dinding-dinding usus halus
menyerap protein dan zat gizi yang dibutuhkan tubuh dioxin dan furan akan ikut terserap
dan mengalami metabolisme. Absorpsi dioxin dan furan di sini terjadi secara difusi
katalis (WHO for Europe, 2000). Distribusi dioksin dan furan dalam tubuh setelah diserap
oleh dinding-dinding usus halus terjadi akibat pergerakkan aliran darah. Dioksin dan
furan yang bersifat lipofilik kemudian akan menuju jaringan lemak dibawah kulit, di
sumsung tulang belakang ataupun kelenjar susu pada wanita menyusui. Proses
metabolisme dioxin dan furan yakni tidak mengalami pencernaan dimana dioksin dan
furan akan berakumulasi dalam tubuh, kemudian mengalami detoksikasi, dimana
umumnya dioksin dan furan yang bereaksi dengan enzim P450 menjadi polar dan menjadi
lebih toksik. Sementara itu dioksin dan furan yaang terkandung dalam makanan cepaat
saji umumnya ada yang akan ikut terbawa bersama makanan dan mengalami ekskresi
melalui usus besar (WHO for Europe, 2000).
Menurut inforrmasi US EPA, 2002, Efek yang ditimbulkan oleh paparan dioksin dan
furan dalam tubuh antara lain:
1. Obesitas
Dioxin dan furan yang menumpuk pada jaringan lemak tubuh akan menyebabkan
kegemukkan berlebih hingga obesitas pada tubuh orang yang terpapar.
2. Cacat Lahir
Dioxin dan furan yang dicerna oleh ibu yang mengandung akan mempengaruhi
perkembangan embrionya. Umumnya anak yang lahir nantinya akan mengalami cacat
lahir. Hal ini dikarenakan dioksin dan furan dari ibu hamil juga akan terakumulasi pada
embrio bayi nya.
3. Fluktuasi Hormon

12
Toksikologi Lingkungan 2019

Organisme yang terpapar dioxin dan furan mengalami fluktuasi hormon, dimana
hormonnya menjadi tidak stabil dan mengganggu fungsi kerja hormon itu pada tubuh.
4. Ganggunan Imun
Selain mengganggu produksi hormon, dioxin dan furan juga menyebabkan menurunnya
sensitivitas imun (kekebalan tubuh) terhadap gangguan zat asing.
5. Ganggunan Sistem Saraf
Dioxin dan furan yang berakumulasi di otak dapat menyebabkan terjadinya gangguan
sistem saraf ringan.
6. Kanker
Penumpukkan dioxin dan furan pada tubuh juga merangsang terbentuknya kanker akibat
gangguan fungsi suatu kelenjar tubuh, sehingga terjadi pembengakakan dan perubahan
fungsi organ tubuh.
7. Penyakit Kulit
Penyakit kulit yang disebabkan oleh dioxin dan furan yakni chloracne, dimana kulit
mengalami bentol-bentol merah berlebih seperti iritasi. Penyakit ini selain terjadi akibat
adanya dioxin dan furan dalam tubuh juga dapat terjadi sebagai akibat paparan langsung
dioxin dan furan dengan tubuh dalam waktu lama, sepeti penggunaan pembalut yang
mengandung dioxin dan furan.
8. Gangguan Jantung
Dioxin dan furan yang menumpuk (terakumulasi) di sekitar jantung menyebabkan
gangguan jantung, dimana jantung menjadi sulit untuk memompa darah ke paru-paru dan
ke seluruh tubuh.
9. Kematian
Dioksin dan furan pada tubuh yang terakumulasi dan mengganggu saraf serta jantung
dapat menyebabkan kematian pada organisme yang terpapar.

2.4. Metode Analisis Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans


(Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta (Polychlorinated Biphenyl/PCB)
mirip Dioksin
Metode – metode yang banyak digunakan dalam analisis dan deteksi dioksin adalah :
2.4.1. Metode Analisis Di Lingkungan
 Udara Sekitar
Sampling : Sampel harus diambil oleh sampler udara volume tinggi dengan tabung sampel
dengan 2 potongan busa poliuretan terpasang di bawah kertas saring. Untuk mendapatkan 24
jam konsentrasi rata-rata, sampel harus dikumpulkan pada laju aliran tinggi 700 L / mnt
selama 24 jam. Untuk mendapatkan konsentrasi rata-rata mingguan, sampel harus
dikumpulkan 7 kali laju aliran tinggi 700 L / mnt selama 24 jam atau dikumpulkan terus
menerus pada laju aliran sedang sebesar 100 L / mnt selama 7 hari berturut-turut. Filter serat
gelas harus digunakan sebagai kertas saring untuk sampler udara volume tinggi.
Ekstraksi : Sampel diekstraksi dari filter serat gelas oleh Soxhlet extractor dengan toluene
selama 16 hingga 24 jam. Prosedur ini selanjutnya disebut sebagai ekstraksi toluena Soxhlet.
Untuk busa poliuretan, sampel diekstraksi oleh ekstraktor Soxhlet dengan aseton selama 16
hingga 24 jam. Prosedur ini selanjutnya disebut ekstraksi Soxhlet aseton.

13
Toksikologi Lingkungan 2019

Clean Up : Ekstrak dibagi menjadi dua fraksi setelah penghilangan zat yang mengganggu
dalam diekstraksi dengan kromatografi kolom silika gel diresapi asam sulfat atau silika
berlapis-lapis kromatografi gel. Salah satu fraksi digunakan untuk penentuan PCDD / PCDF
dan lain untuk PCB coplanar. PCDDs / PCDFs dan PCB coplanar dipisahkan dari fraksi
dengan kromatografi kolom alumina.

.
Sumber : Office of Dioxin Control & Air Quality Management Division nvironmental
Management Bureau Ministry of the Environment, Japan, 2001
Gambar 6 Alur ProsedurClean-Up Dioksin dari Udara Sekitar
Kolom karbon aktif pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) atau kromatografi kolom
silika gel diresapi karbon aktif digunakan jika gangguan dalam analisis GC / MS ditemukan
dan jika prosedur pembersihan yang lebih baik diperlukan.HPLC efektif terutama bila perlu
untuk memisahkan PCDD / PCDF dari non-ortho PCB.
 Ekstraksi dioksin dari sampel tanah dan debu dengan padatan besar, seperti kerikil dan
ranting, yang harus dihilangkan secara manual. Selanjutnya, sampel tanah ditempatkan
dalam saringan dan dikocok untuk menghilangkan partikel yang lebih besar dicampur
dengan campuran aseton dan heksadekana 1: 1 dengan hasil campuran disaring dan
disimpan dalam cold storage sampai analisis dilakukan.
 Ekstraksi dioksin dari sampel air menurut Gao et al. dilakukan dengan penyaringan
dengan melewatkan sampel air melalui kolom yang mengandung resin hidrofobik, seperti

14
Toksikologi Lingkungan 2019

XAD-2, perangkap dioksin terlarut. Setelah pengeringan, larutan diklorometana 1: 1dan


hexadecane mengelusi dioksin dengan larutan akhir dikumpulkan dan disimpan dalam
suhu dingin sebelum analisis. Dalam kasus ini sampel lumpur, ekstrak lumpur dipindahkan
ke heksana dan diolah dengan asam sulfat pekat. Selanjutnya, setelah penguapan, ekstrak
digosok dalam kolom gel silika berlapis-lapis, diikuti oleh kolom alumina dasar, dan
akhirnya melalui kolom karbon aktif PX-21.
Teknik Deteksi dan Kuantifikasi : Dioksin diidentifikasi dan diukur dengan kromatografi
gas resolusi tinggi-tinggi resolusi spektrometri massa (HRGC-HRMS) menggunakan HRGC
dengan kolom kapiler dan
jenis HRMS fokus ganda.
1) Untuk penentuan PCDD / PCDF, masukkan 1 sampai 2 samplesl sampel penentuan
untuk Analisis GC / MS disusun sesuai dengan 4.3.4-A (3), 4.3.5-A (3) atau 4.3.6-A (3)
ke dalam kolom a), b) atau c) dilampirkan pada GC / MS dan catat masing-masing
kromatogram congener oleh SIM (Pemantauan Ion Terpilih) yang disebutkan dalam
bagian 5.2. Untuk penentuan PCB coplanar, masukkan 1 hingga 2 sampel, penentuan
Analisis GC / MS. disiapkan sesuai dengan 4.3.4-B (3), 4.3.5-B (3) atau 4.3.6-B (3) ke
dalam kolom d) atau e) dilampirkan pada GC / MS dan catat kromatogram masing-
masing congener dengan SIM
2) Periksa saluran monitor massa kunci30) untuk setiap sampel.
(3) Ukur area puncak setiap ion congener PCDDs / PCDFs atau coplanar PCB dan standar
internal33) sehubungan dengan angka massa. Memastikan bahwa larutan sampel
disuntikkan ke dalam GC / MS dengan membandingkan area puncak standar internal
untuk lonjakan jarum suntik dalam sampel dan larutan standar35).
(4) Pastikan bahwa intensitas relatif area puncak antara dua ion monitor berbeda nomor
massa setiap congener PCDDs / PCDFs atau coplanar PCBs serupa dengan intensitas
relatif dari area puncak dalam larutan standar dan keberadaan alami rasio .
(5) Hitung rasio luas puncak masing-masing congener PCDDs / PCDFs atau coplanar PCB
dengan standar internal yang sesuai untuk lonjakan pembersihan sehubungan dengan
nomor massa33), lalu masing-masing congener (Qs dalam ng) di seluruh ekstrak
menggunakan berikut persamaan dan faktor respon relatif (RRF)
Berikut dapat dilihat beberapa metode kuantifikasi yang digunakan untuk analisis
dioksin, furan dan PCB mirip dioksin berdasarkan standar USEPA.
Tabel 3. Metode Analisis dioksin dari beberapa sumer matrik berbeda

Sumber : S. Kanan, F. Samara, Trends in Environmental Analytical Chemistry 17 (2018) 1–13

15
Toksikologi Lingkungan 2019

2.4.2. Metode Analisis Dioksin/Furan pada Organisme/Makhluk Hidup


Teknik Ekstraksi
Metode analisis pada organisme dilakukan dengan ekstraksi sampel plasma darah dan
jaringan hewan di mana ekstraksi dan pembersihan dilakukan dalam beberapa langkah
termasuk ekstraksi awal dengan catride silika terikat C18, diikuti dengan pembersihan
dengan catride ganda yang terdiri dari benzenesulfonik terikat catride asam secara seri
dengan catride silika, dan langkah terakhir memasukkan catride florisil. Pada penelitian
sebelumnya telah dilaporkan analisis susu menggunakan Soxhlet-diekstraksi dan kemudian
dibersihkan menggunakan sistem Power-Prep secara otomatis dan / atau penggunaan
permeasi gel kromatografi, pembersihan alumina dan karbon berpori berpori kromatografi .
Secara umum, berdasarkan matriks ekstraksi dan prosedur pembersihan akan bervariasi.
Analisis Biomarker dan Metode ELISA (Enzyme Linked Immunesorbent Assay)
Enzim-linked Immunosorbent Assays (ELISA) adalah alat diagnose berstandart klinik untuk
mendeteksi dan menghitung biomarker protein. ELISA merupakan metode diagnostik yang
tepat, sensitive, serbaguna dan kuantitatif. Berbagai ELISA kit memiliki prosedur yang
berbeda untuk deteksi ambang batas yang berbeda untuk hasil positif yang membedakan dari
yang negative. Ciri utama teknik ini ialah dipakainya indikator enzim untuk reaksi imunologi
(Murkati et al., 2004). Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan teknik
biokimia yang diaplikasikan pada suatu sampel untuk mendeteksi adanya antibodi atau
antigen. Prinsip kerja ELISA kit berdasarkan reaksi spesifik antara antigen (Ag) –Antibodi
(Ab) dengan menggunakan enzim sebagai penanda (marker). Enzim tersebut akan
memberikan tanda terdapatnya antigen jika telah terjadi reaksi antar antigen dan antibodi
pada sampel. Reaksi tersebut memerlukan antibodi spesifik yang berikatan dengan antigen
(Nugroho dan Rahayu, 2016). Teknik ELISA kit merupakan teknik kuantitatif yang sangat
sensitif, penggunaannya sangat luas, memerlukan peralatan yang sedikit, reagen yang
diperlukan telah tersedia dan dijual secara komersial sehingga mudah didapat. Prinsip ELISA
adalah tes serologis yang dilakukan dalam berbagi bentuk tergantung pada tipe antigen dan
reagen yang digunakan. Tes ini hanya dapat mendeteksi antibodi spesifik genus dan tidak
dapat digunakan untuk mengidentifikasi serogroup atau serovar (Setiawan, 2007).
Secara umum prinsip dari ELISA adalah antibody yang terdapat didalam serum dimasukkan
ke dalam antigen yang sudah difiksasi pada penyangga pada (Plat mikroliter), yang kemudian
dilakukan inkubasi selama waktu tertentu, dan dicuci untuk menghilangkan antibody yang
berlebihan. Selanjutnya ditambahkan antibody anti-spesies yang dikonjugasi dengan enzim
(Setiawan, 2007).
Metode Artificial Peptida
Metode ini menunjukkan potensi peptida rantai pendek sebagai bahan sensor praktis yang
menargetkan senyawa dengan berat molekul rendah. Metode yang didasarkan pada
pentapeptide dikembangkan sebagai sistem analitik untuk penentuan dioksin dan senyawa
seperti dioksin. Manik peptida disaring oleh mikroskop fluoresensi untuk mendeteksi dioksin
dengan sensitivitas tinggi. Tidak ada metode sensitisasi atau peralatan tambahan yang
digunakan dalam deteksi dioksin. Reaktivitas silang terhadap PAH dan hasil negatif palsu
adalah masalah dalam deteksi dioksin dalam sampel tanah nyata dan dalam penilaian
lingkungan; Namun, metode ini dapat digunakan sebagai penyaringan awal sampel yang
diragukan terkontaminasi oleh dioksin dan berkontribusi untuk mengurangi jumlah sampel

16
Toksikologi Lingkungan 2019

dianalisis dengan GC / MS. Aplikasi interaksi peptida-dioksin memanfaatkan peptida yang


dirancang sebagai bahan sorben untuk 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) ekstraksi
fase padat (SPE). Kerangka kerja komputasi sederhanaditemukan menjadi alat yang baik
dalam pemilihan peptida pendek, sebagai reseptor yang mungkin untuk keluarga dioksin.

2.5. Kelebihan dan kekurangan metode analisis Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-


dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated dibenzofurans/ PCDF) serta
(Polychlorinated Biphenyl/PCB) mirip dioksin
Metode Analitik untuk Penentuan Dioksin
Metode analisisi kimia yang digunakan untuk menganalisis senyawa seperti dioksin adalah
metode kromatografi (gas kromatografi, GC atau kromatografi cair kinerja tinggi, HPLC)
dengan berbagai teknik deteksi (massa spektroskopi (MS), deteksi penangkapan elektron
(ECD), array fotodioda (PDA). Metode biologis seperti biomarker, paparan seluruh hewan
(in vivo, paparan laboratorium), bioassay berbasis sel atau organ (mis., EROD, in vitro
luciferase), dan tes pengikatan protein (mis., Pengikatan ligan serta pengujian immuno).
Metode screening biokimia tidak akan pernah menggantikan metode analisis instrumental
kimia atau studi toksikologi vivo. Diperlukan analisis instrumental untuk identifikasi dan
kuantifikasi yang tepat dari kelas PHAH yang dipilih, sedangkan metode in vivo diperlukan
untuk mempelajari ketersediaan hayati dan prediksi paparan seluruh organisme. Namun,
metode skrining biokimia dapat melengkapi instrumen kimia
analisis dan studi in vivo.
2.5.1. Metode Analisis Kimia
Metode-metode ini didasarkan pada pemisahan dan kuantifikasi PCB mirip Dioksin dari
sumber matriksnya berdasarkan perbedaan ukuran molekul, muatan, masa, polaritas dan
potensial redoks. Kelebihan dari metode ini adalah pada konformasi struktur, spesifik
terhadap pola senyawa dan congenernya, perhitungan TEQ sesuai konsep-TEF dan sudah
standardisasi internasional. Kekurangan metode ini adalah adanya potensi kehilangan
spesifik dalam analisis karena tidak semua standar tersedia , biaya analisis yang tinggi, waktu
analisis yang lama, masih terbatasnya informasi tentang potensi biologis dan interaksi
potensial dalam campuran kompleks senyawa yang mirip dengan dioksin.
Metode-metode yang dipilih dalam analisis dioksin, furan dan PCB mirip furan di sedimen
adalah :
1. Metode HRGC dengan deteksi HRMS10. Beberapa metode saat ini dapat secara cepat dan
selektif dalam mengekstraksi dan menganalisis organoklorin dalam sedimen, tetapi
metode ini tidak spesifik dalam memberikan informasi tentang keberadaan kontaminan
seperti individu polychlorinated biphenyl (PCB) dan congenernya), atau alat pendeteksi
yang digunakan mahal.
2. Metode HPLC-PDA. Metode ini sebanding dengan kadar sampel yang dianalisis dengan
metode komprehensif alternatif (yaitu, GC-ECD atau HRGC-HRMS)
3. Metode HPLC dengan ekstraksi cairan superkritis (SFE) dan ekstraksi pelarut dipercepat
(ASE) berhasil dalam mengekstraksi PCB dan PCDD dari XAD-2. Pemulihan rata-rata
PCB dan PCDD yang diekstraksi oleh SFE dan ASE serupa dengan hasil yang diperoleh
secara Soxhlet dan ekstraksi ultrasonik.

17
Toksikologi Lingkungan 2019

Dari beberapa metode di atas apabila dipertimbangkan dari beberapa kriteria seperti
konsumsi pelarut, waktu ekstraksi, dan kondisi praktis di antara metode yang berbeda, SFE
dan ASE adalah metode yang disukai. Penggunaan sejumlah kecil pelarut dalam SFE dan
ASE membuat proses konsentrasi jauh lebih mudah, mengurangi kemungkinan kehilangan
analit.
2.5.2. Metode ELISA KIT
Metode ELISA sangat mudah dilakukan, namun harganya tidaklah murah dan kebanyakan
harus didatangkan dari luar negeri terlebih dahulu.
Walker dan Rapley (2008), menjelaskan terdapat beberapa teknik dalam ELISA, yakni :
- Direct ELISA, digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi suatu antigen yang
berikatan langsung (direct) dengan antibodi detector (antibodi yang telah dilabeli oleh
reporter enzyme). Antibodi yang digunakan berjumlah satu buah. Kelebihan teknik ini yakni
proses yang cepat dan tidak adanya ross reaction dengan antibodi sekunder. Kelemahannya
yaitu pelabelan antibodi primer yang mahal, tidak ada fleksibilitas pemilihan antibodi primer
dan sinyal amplifikasi yang sedikit.
- Indirect ELISA, digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen atau
antibodi. Karakteristiknya yakni antigen tidak akan menempel langsung (inderect) pada
antibodi detector. Antigen akan berikatan dengan antibodi lain terlebih dahulu, yang
kemudian antibodi tersebut akan berikatan dengan antibodi yang telah dilabeli.
Kelebihannya yaitu memiliki sensitifitas dan sinyal amplifikasi yang tinggi. Namun teknik
ini membutuhkan waktu yang lama dan rawan terjadi cross reaction
- Sandwich ELISA, digunakan untuk mengukur antigen dan antibodi. Dalam penelitian ini
saya menggunakan ELISA kit jenis ini Kharakteristik khasnya adalah menggunakan antibodi
penangkap dan primer antibodi. Antigen yang akan dideteksi dan diukur konsentrasinya
berikatan dengan antibodi sesuai jenis sandwich ELISA yang digunakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang dioksin, furan dan PCB mirip dioksin pada bab sebelumnya
diketahui bahwa dioksin dan furan merupakan xenobiotik yang sangat bersifat toksik dan
berbahaya. Mekanisme pembentukan dioksin,furan dapat terjadi reaksi secara homogen
(pirosintesis) dan heterogen (de proses novo dan coupling prekursor dibantu katalitik). Paran
dioksin,Furan dan PCB mirip dioksin memberikan dampak secara Ekokinetika/lingkungan
dan Farmakokinetika/organisme/makhluk hidup. Telah banyak dilaporkan analisis yang
dilakukan terhadap sampel lingkungan (udara,sedimen,air) dan organisme (invitro/invivo),
hal ini untuk mengetahui tingkat paparan dan toksisitas dari dioksin,furan, PCB mirip dioksin
pada lingkungan dan organisme. Metode analisis dioksin,furan dan PCB mirip dioksin
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing baik dari segi spesifitasnya, biaya
analisis, sensitifitas maupun efisiensi waktu analisis.

18
Toksikologi Lingkungan 2019

DAFTAR PUSTAKA

Aktivitas, T. M. (2018). 2,3,7,8-tetraklorodibenzo-p-dioksin (tcdd) memacu aktivitas


biosintesis protein di jaringan palatum embrio mencit. (July).

Dopico, M., & Gómez, A. (2015). Review of the current state and main sources of dioxins
around the world. Journal of the Air and Waste Management Association, 65(9), 1033–
1049. https://doi.org/10.1080/10962247.2015.1058869

DR. Supeno Surya. (n.d.).

Environment Australia. (1999). Incineration and Dioxins Review of Formation Processes A


consultancy funded by Environment Australia Department of the Environment and
Heritage. 42. https://doi.org/10.1111/j.1748-5827.2009.00783.x

Hites, R. A. (2011). Dioxins: An overview and history. Environmental Science and


Technology, 45(1), 16–20. https://doi.org/10.1021/es1013664

hlorinated Dibenzo-p-Dioxin). (2004). (1995), 12–41.

Kanan, S., & Samara, F. (2018). Dioxins and furans: A review from chemical and
environmental perspectives. Trends in Environmental Analytical Chemistry,
17(September 2017), 1–13. https://doi.org/10.1016/j.teac.2017.12.001

MAKALAH_PCB_POLYCHLORINATED_BIPHENYLS_JU. (n.d.).

Mandal, P. K. (2005). Dioxin: A review of its environmental effects and its aryl hydrocarbon
receptor biology. Journal of Comparative Physiology B: Biochemical, Systemic, and
Environmental Physiology, 175(4), 221–230. https://doi.org/10.1007/s00360-005-0483-
3

Merck. (2017). Lembaran data keselamatan bahan gelatin untuk microbiologi. 3.6(1907), 1–
12.

Mukherjee, A., Debnath, B., & Ghosh, S. K. (2016). A Review on Technologies of Removal
of Dioxins and Furans from Incinerator Flue Gas. Procedia Environmental Sciences, 35,
528–540. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.07.037

Petronijevic, R., Radicevic, T., & Jankovic, V. (2015). Methods for Determination of Dioxins
and Dioxin-like Compounds – A Brief Review of Recent Advances. Procedia Food
Science, 5, 227–230. https://doi.org/10.1016/j.profoo.2015.09.036

Puntius, T., Surabaya, S., Bbi, D. A. N., Dengan, P., & Elisa, M. (2018). ANALISIS
EKSPRESI ESTROGEN RECEPTOR ( ER ) GONAD IKAN TAWES ( Puntius javanicus
) DI SUNGAI SURABAYA , KALIMAS.

Quality, A., Division, M., & Bureau, E. M. (2001). Manual on Determination of Dioxins in
Ambient Air Air Quality Management Division Environmental Management Bureau
Ministry of the Environment, Japan. (August).

Rathna, R., Varjani, S., & Nakkeeran, E. (2018). Recent developments and prospects of
dioxins and furans remediation. Journal of Environmental Management, 223(June),
19
Toksikologi Lingkungan 2019

797–806. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.06.095

Santa Cruz Biotechnology. (2008). 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin solution.


Chemwatch, 1–12. Retrieved from http://datasheets.scbt.com/sc-256309.pdf

Sifat Fisika Kimia Amonium Hidroksida. (n.d.).

Srogi, K. (2008). Levels and congener distributions of PCDDs, PCDFs and dioxin-like PCBs
in environmental and human samples: A review. Environmental Chemistry Letters, 6(1),
1–28. https://doi.org/10.1007/s10311-007-0105-2

Toxicology_Paper_-_Dioxin_and_Furans. (n.d.).

Vijay, S., Molina, L. T., & Molina, M. J. (2004). E Stimating a Ir P Ollution E Missions
From F Ossil. (April).

Z, L. (2018). Release of Dioxins from Solid Waste Burning and its Impacts on Urban Human
Population- A Review. Journal of Pollution Effects & Control, 06(01), 1–6.
https://doi.org/10.4172/2375-4397.1000215

(2015). Health Risks from Dioxin and Related Compounds. In Health Risks from Dioxin and
Related Compounds. https://doi.org/10.17226/11688

Fiedler, Heidelore, 2001. Dioxins and Furans (PCDD/PCDF), Switzerland: UNEP


Chemicals

Department of Indian Affairs and Northern Development, Contaminant Division,


2005.NORTHWEST TERRITORIES CONTAMINANTS FACT SHEETS: Dioxins and
Furan. Canada :Indian and Northern Affairs

McKinney, J.D. 1981. Environmental Health Chemistry. Michigan :Ann Arbor Sc.,

Minister of Health, 2005, It’s your Health. Canada : Health Canada

Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan. Bandung : Gajah Mada University Press

US EPA (United States : Environmental Protection Agency). 2002. Dioxins and Furans.
Atlanta, Georgia: Division of Toxicology

WHO (World Health Organization) for Europe 2000. Polychlorinated dibenzodioxins and
dibenzofurans. Copenhagen, Denmark: WHO Regional Office.

20

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai