Analisis kesulitan siswa dalam belajar pemecahan masalah pada mata pelajaran IPS
di SDN gapura timur I sumenep
Fajar Budiyono
PGSD STKIP PGRI Sumenep
email: fajarbudiyono@stkippgrisumenep.ac.id
Abstract
The research was aim to know of students’ difficulties in studying problem solving on social studies at
SDN Gapura Timur I Sumenep. The subject in this research was sixth grade at SDN Gapura Timur I
Sumenep in academic year of 2017/2018. The research method was qualitative research. The instrument of
this research used observation dan interview. To analyze data, it used analyze thematic. The result showed
that the students’ difficulties in studying problem solving based on: (1) The teacher used conventional
method in learning process; (2) the curriculum used old curriculum; (3) The teacher gave test based on the
book ; (4) The test only focused to C1-C3 levels, (5) the teacher rarely used media in learning process. Not
only the teacher and students, but also the students difficulties in studying problem solving based on: (1)
Family, (2) Economic, (3) social and culture
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam belajar Pemecahan masalah pada mata
pelajaran IPS di SDN Gapura Timur I Sumenep. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI di SDN
Gapura Timur I Sumenep Tahun Ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tematik analisis. Hasil menunjukkan kesulitan siswa dalam belajar pemecahan masalah
berdasarkan;(1) Guru terbiasa dengan menggunakan metode konvensional, (2) kurikulum yang digunakan
masih menggunakan kurikulum lama yaitu KTSP; (3) Guru selalu menyajikan soal yang sifatnya textbook;
(4)Guru selalu memberikan soal latihan yang hanya fokus pada tingkatan C1-C3; (5) Guru kelas jarang sekali
menggunakan media pembelajaran. Selain aspek guru dan siswa, juga kesulitan belajar siswa dalam
pemecahan masalah dapat ditelusuri melalui beberapa aspek diantaranya: (1) Keluarga, (2) Ekonomi, (3)
Sosial dan Budaya.
Histori artikel : disubmit pada 23 Mei 2018; direvisi pada 31 Mei 2018; diterima pada 04 Juni 2018
60
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 61
Pada jenjang SD/MI, pengorganisasian pembelajaran IPS hanya terfokus pada satu
materi mata pelajaran IPS menganut buku saja dimana siswa hanya diarahkan
pendekatan terpadu (integrated) dimana untuk mengerjakan soal dan menjawab soal
materi pelajaran dikembangkan dan dari LKS atau buku paket pegangan siswa.
disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu Selain itu, fokus pembelajaran IPS yang
yang terpisah melainkan mengacu pada diajarkan oleh guru kelas di sekolah
aspek kehidupan nyata (factual/real) siswa tersebut hanya bersifat text book. Sehingga
sesuai dengan karakteristik usia, tingkat pembelajaran IPS di sekolah tersebut tidak
perkembangan berpikir, kebiasaan bersikap memaksa siswa untuk memecahkan
dan perilakunya. Berdasarkan masalah sosial yang terjadi di kehidupan
Permendiknas Tahun 2006 dikemukakan nyata. Akibatnya pembelajaran hanya
bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, berjalan satu arah dan nilai hasil belajar
fakta, konsep dan generalisasi yang IPS belum maksimal bahkan masih jauh
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang dari harapan yang diinginkan oleh
SD/MI mata pelajaran IPS mencakup pemerintah. Sebenarnya, jika mengacu
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan pada Permendiknas Tahun 2006,
ekonomi. Meskipun demikian, menurut seharusnya pembelajaran IPS di Sekolah
Nasution (2011) menyatakan sejauh ini Dasar mampu mengkaji permasalahan-
belum sepenuhnya pembelajaran IPS SD permasalahan serta peristiwa yang terjadi
terpadu. Kebanyakan pengajar IPS masih di kehidupan nyata. Sementara itu, menurut
mengajarkan IPS sebagai mata pelajaran Retman dalam Winataputra dkk, (2011),
yang terpisah dimana guru hanya lebih kegiatan pembelajaran sangat penting
mementingkan teori daripada mengemukakan masalah yang dihadapi
meningkatkan kemampuan kompetensi dalam kehidupan keseharian karena dengan
siswa dalam kehidupan warga negara. permasalahan tersebut siswa akan
Dengan begitu, masih belum terdapat titik dimotivasi untuk menggunakan pikirannya
temu antara maksud dan tujuan secara kreatif dan belajar secara intensif.
pembelajaran IPS sebagaimana yang Melalui kegiatan pembelajaran masalah ini,
digariskan oleh kurikulum dengan siswa dihadapkan pada permasalahan yang
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. harus dipecahkan. Dalam hal ini
Selain itu, para pengajar IPS di sekolah pemecahan masalah yang dilakukan secara
dasar lebih menekankan terhadap individual akan mendorong siswa untuk
pemahaman kognitif saja dimana siswa berpikir kreatif, dan apabila dilakukan
hanya dituntut memahami konsep materi secara kelompok akan mendorong siswa
sehingga siswa dapat mengerjakan soal untuk bekerjasama sehingga kegiatan
ujian baik di sekolah maupun nasional. pembelajaran berlangsung efektif dan
Permasalahan yang terjadi terkait efisien.
pembelajaran IPS di SD juga terjadi di
Sekolah Dasar pada umumnya salah B. METODE PENELITIAN
satunya adalah SDN Gapura Timur I, Jenis penelitian ini adalah penelitian
Sumenep. Menurut hasil wawancara kualitatif. Kajian penelitian kualitatif ini
terbuka dengan salah satu Guru kelas di bertujuan untuk memahami fenomena
sekolah tersebut menyatakan selama ini tentang kesulitan siswa dalam belajar
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 62
pemecahan masalah pada mata pelajaran berperan sebagai partisipan. Hasil observasi
IPS di SDN Gapura Timur I Sumenep dicatat dalam catatan lapangan.
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- Wawancara dalam penelitian ini
kata dan bahasa. yaitu wawancara dengan pertanyaan
Penelitian kualitatif ini juga terbuka (open-ended questions) yang
bermaksud menggali makna perilaku yang diberikan oleh peneliti kepada partisipan,
berada di balik tindakan manusia. sehingga partisipan dapat menyalurkan
Interpretasi makna terhadap perilaku ini pengalamannya dengan sebaik-baiknya
tidak dapat digali melalui verifikasi teori tanpa dibatasi oleh perspektif peneliti atau
sebagai generalisasi empirik, seperti yang temuan peneliti sebelumnya. Jawaban
dilakukan pada penelitian kuantitatif. terbuka (open-ended response) terhadap
Dengan kata lain, penelitian kualitatif pertanyaan memungkinkan partisipan
bermaksud memahami objeknya, tetapi untuk menciptakan opsi-opsi untuk
tidak untuk membuat generalisasi merespons. Selain observasi dan
melainkan membuat ekstrapolasi atas wawancara, peneliti juga mengumpulkan
makna di balik objeknya tersebut. data melalui dokumentasi untuk
Peneliti tidak melakukan tindakan memperdalam data yang disajikan oleh
untuk membuktikan suatu strategi, metode partisipan.
dan model pembelajaran. Namun, peneliti Analisis yang digunakan adalah
melakukan observasi, wawancara, dan tematik analisis yang mengadaptasi enam
menganalisis dokumen berupa buku, LKS, langkah dalam proses analisis dan
silabus dan RPP untuk menemukan interpretasi data kualitatif menurut
kesulitan siswa dalam memecahkan Creswell (2014). Keenam langkah tersebut
masalah-masalah sosial yang terjadi di adalah (1) mempersiapkan,
kehidupan masyarakat. mengorganisasikan data, mentranskrip
Penelitian diadakan di salah satu wawancara, dan mengetik ulang catatan
sekolah dasar di Desa Gapura Timur. lapangan; (2) coding; (3) menggunakan
Partisipan dari penelitian ini adalah siswa kode untuk membangun deskripsi dan
kelas VI yang memiliki kesulitan belajar tema; (4) merepresentasikan temuan dalam
pemecahan masalah. Identifikasi siswa tampilan visual; (5) menginterpretasi
yang memiliki kesulitan dalam temuan dengan mengemukakan pandangan
pemecahan masalah didasarkan pada pribadi, membuat perbandingan antara
nilai tes hasil belajar IPS yang kurang temuan dengan kepustakaan, dan
memuaskan. Partisipan lainnya dalam menyebutkan keterbatasan; dan (6)
penelitian ini ialah guru kelas VI. memvalidasi keakuratan temuan dengan
Data dikumpulkan melalui observasi menerapkan prosedur triangulasi dan
dan wawancara. Observasi merupakan refleksivitas.
proses pengamatan yang dilakukan oleh Uji validasi data yang digunakan
peneliti secara langsung untuk mengamati adalah trianggulasi. Trianggulasi yang
perilaku dan aktivitas individu di lapangan. dimaksud adalah dengan memeriksa
Pada kegiatan observasi ini, peran peneliti bukti-bukti yang berasal dari sumber-
yaitu mengamati dan mencatat/merekam sumber tersebut dan menggunakannya
fenomena yang sedang diteliti tanpa untuk membangun justifikasi tema-tema
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 63
secara koheren. Tema yang dibangun produktif. Lebih dalam lagi, pembelajaran
berdasarkan sejumlah sumber data atau dengan pemecahan masalah sudah sesuai
perspektif dari partisipan yang akan dengan konteks teori belajar
menambah validitas penelitian kontruktivisme, seharusnya guru tidak
(Cresswel, 2014). sekedar mentransformasi pengetahuan saja
melainkan guru harus memberikan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN kesempatan kepada siswa untuk untuk
Pada hakikatnya kegiatan menerapkan ide dari mereka sendiri dan
pembelajaran mata pelajaran IPS di secara sadar menggunakan ide tersebut
Sekolah Dasar sangat bermakna jika sebagai strategi dalam pembelajarannya.
pembelajaran tersebut diarahkan untuk Seharusnya sebagai siswa diharapkan
mengemukakan masalah yang dihadapi benar-benar memahami yang sedang
dalam kehidupan sehari. Secara konteks, dipelajari melalui kegiatan proses
kegiatan pembelajaran IPS yang mengarah pemecahan masalah dan menemukan
kepada pemecahan masalah terdapat segala sesuatunya untuk mereka sendiri.
banyak manfaat yang bisa diambil selama Hal tersebut berbanding terbalik dengan
proses pembelajarannya, yaitu: kegiatan pembelajaran siswa di SDN
1. Siswa memiliki kemampuan berpikir Gapura Timur I melalui pemecahan jarang
kritis–analitis; sekali diterapkan bahkan siswa hanya
2. Siswa memiliki kemampuan berpikir diarahkan untuk menjawab soal-soal yang
asosiatif –koneksitas; diberikan guru dan jawaban tersebut tidak
3. Siswa memiliki kemampuan berpikir berupa penalaran melainkan jawaban yang
asosiatif-kontekstual (apabila sudah ada di dalam buku. Berikut
permasalahan yang muncul bisa penjabaran hasil observasi.
berupa isu yang lagi dibicarakan oleh 1. Metode yang digunakan dalam proses
masyarakat); pembelajaran masih bersifat
4. Siswa memiliki kemampuan berpikir konvensional dimana guru masih
aplikatif (apabila masalah yang terbiasa dan nyaman dengan
dimunculkan berasal dari kehidupan menggunakan metode ceramah dan
sehari atau pribadi); tanya jawab.
5. Siswa memiliki kemampuan berpikir 2. Kurikulum yang digunakan masih
asosiatif-kontekstual. menggunakan kurikulum KTSP,
Tentunya kegiatan pembelajaran dimana keseluruhan mata pelajaran
pada mata pelajaran IPS melalui masih bersifat terpisah.
pemecahan masalah sosial dapat 3. Siswa di sekolah tersebut khususnya
memberikan efek yang luar biasa baik di kelas VI jarang sekali menerima
secara individu maupun kelompok. latihan soal yang berupa pemecahan
Pemecahan masalah yang dilakukan secara masalah atau isu sosial yang terjadi di
individual akan mendorong siswa untuk lingkungan sekitar. Pembelajaran IPS
berpikir kreatif, dan apabila dilakukan di SDN Gapura Timur I lebih
secara kelompok akan mendorong siswa mengarah kepada pembelajaran text
untuk bekerjasama sehingga kegiatan book, artinya soal-soal latihan yang
pembelajaran berlangsung efektif dan diberikan tidak lepas dari buku yang
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 64