Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal Universitas PGRI Madiun (Persatuan Guru Republik Indonesia)

Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran


Volume 8(1) 60 – 67 Juni 2018
Copyright ©2018 Universitas PGRI Madiun
ISSN: 2088-5350 (Print) / ISSN: 2528-5173 (Online)
Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE
Doi: 10.25273/pe.v8i1.2516

Analisis kesulitan siswa dalam belajar pemecahan masalah pada mata pelajaran IPS
di SDN gapura timur I sumenep

Fajar Budiyono
PGSD STKIP PGRI Sumenep
email: fajarbudiyono@stkippgrisumenep.ac.id

Abstract
The research was aim to know of students’ difficulties in studying problem solving on social studies at
SDN Gapura Timur I Sumenep. The subject in this research was sixth grade at SDN Gapura Timur I
Sumenep in academic year of 2017/2018. The research method was qualitative research. The instrument of
this research used observation dan interview. To analyze data, it used analyze thematic. The result showed
that the students’ difficulties in studying problem solving based on: (1) The teacher used conventional
method in learning process; (2) the curriculum used old curriculum; (3) The teacher gave test based on the
book ; (4) The test only focused to C1-C3 levels, (5) the teacher rarely used media in learning process. Not
only the teacher and students, but also the students difficulties in studying problem solving based on: (1)
Family, (2) Economic, (3) social and culture

Keywords : students’ difficulties, problem solving, social studies

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam belajar Pemecahan masalah pada mata
pelajaran IPS di SDN Gapura Timur I Sumenep. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI di SDN
Gapura Timur I Sumenep Tahun Ajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tematik analisis. Hasil menunjukkan kesulitan siswa dalam belajar pemecahan masalah
berdasarkan;(1) Guru terbiasa dengan menggunakan metode konvensional, (2) kurikulum yang digunakan
masih menggunakan kurikulum lama yaitu KTSP; (3) Guru selalu menyajikan soal yang sifatnya textbook;
(4)Guru selalu memberikan soal latihan yang hanya fokus pada tingkatan C1-C3; (5) Guru kelas jarang sekali
menggunakan media pembelajaran. Selain aspek guru dan siswa, juga kesulitan belajar siswa dalam
pemecahan masalah dapat ditelusuri melalui beberapa aspek diantaranya: (1) Keluarga, (2) Ekonomi, (3)
Sosial dan Budaya.

Kata Kunci : kesulitan belajar, pemecahan masalah, pelajaran IPS

Histori artikel : disubmit pada 23 Mei 2018; direvisi pada 31 Mei 2018; diterima pada 04 Juni 2018

A. PENDAHULUAN dan berdedikasi. Secara organisasi materi,


Secara garis besar Ilmu Pengetahuan fokus kajian Ilmu Pengetahuan Sosial
Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang seharusnya mempersiapkan siswa agar
menitik beratkan pada pengembangan mereka mempunyai Knowledge, skills,
siswa sebagai “aktor sosial” yang mampu attitudes, values dan citizen action
mengambil keputusan yang bernalar dan (Sapriya. 2009). Semua dimensi tersebut
sebagai warga negara yang cerdas, dipersiapkan tiada lain sebagai bekal untuk
memiliki komitmen, bertanggung jawab mengahadapi dan memecahkan setiap
persoalan pribadi maupun persoalan sosial.

60
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 61

Pada jenjang SD/MI, pengorganisasian pembelajaran IPS hanya terfokus pada satu
materi mata pelajaran IPS menganut buku saja dimana siswa hanya diarahkan
pendekatan terpadu (integrated) dimana untuk mengerjakan soal dan menjawab soal
materi pelajaran dikembangkan dan dari LKS atau buku paket pegangan siswa.
disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu Selain itu, fokus pembelajaran IPS yang
yang terpisah melainkan mengacu pada diajarkan oleh guru kelas di sekolah
aspek kehidupan nyata (factual/real) siswa tersebut hanya bersifat text book. Sehingga
sesuai dengan karakteristik usia, tingkat pembelajaran IPS di sekolah tersebut tidak
perkembangan berpikir, kebiasaan bersikap memaksa siswa untuk memecahkan
dan perilakunya. Berdasarkan masalah sosial yang terjadi di kehidupan
Permendiknas Tahun 2006 dikemukakan nyata. Akibatnya pembelajaran hanya
bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, berjalan satu arah dan nilai hasil belajar
fakta, konsep dan generalisasi yang IPS belum maksimal bahkan masih jauh
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang dari harapan yang diinginkan oleh
SD/MI mata pelajaran IPS mencakup pemerintah. Sebenarnya, jika mengacu
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan pada Permendiknas Tahun 2006,
ekonomi. Meskipun demikian, menurut seharusnya pembelajaran IPS di Sekolah
Nasution (2011) menyatakan sejauh ini Dasar mampu mengkaji permasalahan-
belum sepenuhnya pembelajaran IPS SD permasalahan serta peristiwa yang terjadi
terpadu. Kebanyakan pengajar IPS masih di kehidupan nyata. Sementara itu, menurut
mengajarkan IPS sebagai mata pelajaran Retman dalam Winataputra dkk, (2011),
yang terpisah dimana guru hanya lebih kegiatan pembelajaran sangat penting
mementingkan teori daripada mengemukakan masalah yang dihadapi
meningkatkan kemampuan kompetensi dalam kehidupan keseharian karena dengan
siswa dalam kehidupan warga negara. permasalahan tersebut siswa akan
Dengan begitu, masih belum terdapat titik dimotivasi untuk menggunakan pikirannya
temu antara maksud dan tujuan secara kreatif dan belajar secara intensif.
pembelajaran IPS sebagaimana yang Melalui kegiatan pembelajaran masalah ini,
digariskan oleh kurikulum dengan siswa dihadapkan pada permasalahan yang
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. harus dipecahkan. Dalam hal ini
Selain itu, para pengajar IPS di sekolah pemecahan masalah yang dilakukan secara
dasar lebih menekankan terhadap individual akan mendorong siswa untuk
pemahaman kognitif saja dimana siswa berpikir kreatif, dan apabila dilakukan
hanya dituntut memahami konsep materi secara kelompok akan mendorong siswa
sehingga siswa dapat mengerjakan soal untuk bekerjasama sehingga kegiatan
ujian baik di sekolah maupun nasional. pembelajaran berlangsung efektif dan
Permasalahan yang terjadi terkait efisien.
pembelajaran IPS di SD juga terjadi di
Sekolah Dasar pada umumnya salah B. METODE PENELITIAN
satunya adalah SDN Gapura Timur I, Jenis penelitian ini adalah penelitian
Sumenep. Menurut hasil wawancara kualitatif. Kajian penelitian kualitatif ini
terbuka dengan salah satu Guru kelas di bertujuan untuk memahami fenomena
sekolah tersebut menyatakan selama ini tentang kesulitan siswa dalam belajar
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 62

pemecahan masalah pada mata pelajaran berperan sebagai partisipan. Hasil observasi
IPS di SDN Gapura Timur I Sumenep dicatat dalam catatan lapangan.
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- Wawancara dalam penelitian ini
kata dan bahasa. yaitu wawancara dengan pertanyaan
Penelitian kualitatif ini juga terbuka (open-ended questions) yang
bermaksud menggali makna perilaku yang diberikan oleh peneliti kepada partisipan,
berada di balik tindakan manusia. sehingga partisipan dapat menyalurkan
Interpretasi makna terhadap perilaku ini pengalamannya dengan sebaik-baiknya
tidak dapat digali melalui verifikasi teori tanpa dibatasi oleh perspektif peneliti atau
sebagai generalisasi empirik, seperti yang temuan peneliti sebelumnya. Jawaban
dilakukan pada penelitian kuantitatif. terbuka (open-ended response) terhadap
Dengan kata lain, penelitian kualitatif pertanyaan memungkinkan partisipan
bermaksud memahami objeknya, tetapi untuk menciptakan opsi-opsi untuk
tidak untuk membuat generalisasi merespons. Selain observasi dan
melainkan membuat ekstrapolasi atas wawancara, peneliti juga mengumpulkan
makna di balik objeknya tersebut. data melalui dokumentasi untuk
Peneliti tidak melakukan tindakan memperdalam data yang disajikan oleh
untuk membuktikan suatu strategi, metode partisipan.
dan model pembelajaran. Namun, peneliti Analisis yang digunakan adalah
melakukan observasi, wawancara, dan tematik analisis yang mengadaptasi enam
menganalisis dokumen berupa buku, LKS, langkah dalam proses analisis dan
silabus dan RPP untuk menemukan interpretasi data kualitatif menurut
kesulitan siswa dalam memecahkan Creswell (2014). Keenam langkah tersebut
masalah-masalah sosial yang terjadi di adalah (1) mempersiapkan,
kehidupan masyarakat. mengorganisasikan data, mentranskrip
Penelitian diadakan di salah satu wawancara, dan mengetik ulang catatan
sekolah dasar di Desa Gapura Timur. lapangan; (2) coding; (3) menggunakan
Partisipan dari penelitian ini adalah siswa kode untuk membangun deskripsi dan
kelas VI yang memiliki kesulitan belajar tema; (4) merepresentasikan temuan dalam
pemecahan masalah. Identifikasi siswa tampilan visual; (5) menginterpretasi
yang memiliki kesulitan dalam temuan dengan mengemukakan pandangan
pemecahan masalah didasarkan pada pribadi, membuat perbandingan antara
nilai tes hasil belajar IPS yang kurang temuan dengan kepustakaan, dan
memuaskan. Partisipan lainnya dalam menyebutkan keterbatasan; dan (6)
penelitian ini ialah guru kelas VI. memvalidasi keakuratan temuan dengan
Data dikumpulkan melalui observasi menerapkan prosedur triangulasi dan
dan wawancara. Observasi merupakan refleksivitas.
proses pengamatan yang dilakukan oleh Uji validasi data yang digunakan
peneliti secara langsung untuk mengamati adalah trianggulasi. Trianggulasi yang
perilaku dan aktivitas individu di lapangan. dimaksud adalah dengan memeriksa
Pada kegiatan observasi ini, peran peneliti bukti-bukti yang berasal dari sumber-
yaitu mengamati dan mencatat/merekam sumber tersebut dan menggunakannya
fenomena yang sedang diteliti tanpa untuk membangun justifikasi tema-tema
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 63

secara koheren. Tema yang dibangun produktif. Lebih dalam lagi, pembelajaran
berdasarkan sejumlah sumber data atau dengan pemecahan masalah sudah sesuai
perspektif dari partisipan yang akan dengan konteks teori belajar
menambah validitas penelitian kontruktivisme, seharusnya guru tidak
(Cresswel, 2014). sekedar mentransformasi pengetahuan saja
melainkan guru harus memberikan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN kesempatan kepada siswa untuk untuk
Pada hakikatnya kegiatan menerapkan ide dari mereka sendiri dan
pembelajaran mata pelajaran IPS di secara sadar menggunakan ide tersebut
Sekolah Dasar sangat bermakna jika sebagai strategi dalam pembelajarannya.
pembelajaran tersebut diarahkan untuk Seharusnya sebagai siswa diharapkan
mengemukakan masalah yang dihadapi benar-benar memahami yang sedang
dalam kehidupan sehari. Secara konteks, dipelajari melalui kegiatan proses
kegiatan pembelajaran IPS yang mengarah pemecahan masalah dan menemukan
kepada pemecahan masalah terdapat segala sesuatunya untuk mereka sendiri.
banyak manfaat yang bisa diambil selama Hal tersebut berbanding terbalik dengan
proses pembelajarannya, yaitu: kegiatan pembelajaran siswa di SDN
1. Siswa memiliki kemampuan berpikir Gapura Timur I melalui pemecahan jarang
kritis–analitis; sekali diterapkan bahkan siswa hanya
2. Siswa memiliki kemampuan berpikir diarahkan untuk menjawab soal-soal yang
asosiatif –koneksitas; diberikan guru dan jawaban tersebut tidak
3. Siswa memiliki kemampuan berpikir berupa penalaran melainkan jawaban yang
asosiatif-kontekstual (apabila sudah ada di dalam buku. Berikut
permasalahan yang muncul bisa penjabaran hasil observasi.
berupa isu yang lagi dibicarakan oleh 1. Metode yang digunakan dalam proses
masyarakat); pembelajaran masih bersifat
4. Siswa memiliki kemampuan berpikir konvensional dimana guru masih
aplikatif (apabila masalah yang terbiasa dan nyaman dengan
dimunculkan berasal dari kehidupan menggunakan metode ceramah dan
sehari atau pribadi); tanya jawab.
5. Siswa memiliki kemampuan berpikir 2. Kurikulum yang digunakan masih
asosiatif-kontekstual. menggunakan kurikulum KTSP,
Tentunya kegiatan pembelajaran dimana keseluruhan mata pelajaran
pada mata pelajaran IPS melalui masih bersifat terpisah.
pemecahan masalah sosial dapat 3. Siswa di sekolah tersebut khususnya
memberikan efek yang luar biasa baik di kelas VI jarang sekali menerima
secara individu maupun kelompok. latihan soal yang berupa pemecahan
Pemecahan masalah yang dilakukan secara masalah atau isu sosial yang terjadi di
individual akan mendorong siswa untuk lingkungan sekitar. Pembelajaran IPS
berpikir kreatif, dan apabila dilakukan di SDN Gapura Timur I lebih
secara kelompok akan mendorong siswa mengarah kepada pembelajaran text
untuk bekerjasama sehingga kegiatan book, artinya soal-soal latihan yang
pembelajaran berlangsung efektif dan diberikan tidak lepas dari buku yang
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 64

diajarkan. Selama ini, pemberian soal metode yang konvensional seperti


hanya fokus pada Ranah Taksonomi ceramah dan tanya jawab. Apalagi ini
Bloom C1-C3, tidak sampai pada di desa mas, jadi lebih pas untuk
tahapan C4,C5, bahkan C6. Sehingga metodenya cukup menggunakan
siswa merasa bingung ketika soal metode ceramah dan tanya jawab
tersebut membutuhkan daya nalar sesuai dengan buku;
yang tinggi. P : apakah selama pembelajaran mata
4. Guru kelas VI di SDN Gapura Timur I pelajaran IPS, Ibu selalu
Sumenep jarang sekali menggunakan menggunakan media dalam
media dalam proses pembelajaran IPS pembelajarannya?
sehingga pembelajaran masih bersifat G: Saya jarang sekali menggunakan
ceramah atau cerita. media dalam mata pelajaran IPS,
5. Guru kelas VI bahkan hampir seluruh apalagi fasilitas media pembelajaran
guru kelas di SDN Gapura Timur I di Sekolah ini belum sepenuhnya
Sumenep jarang sekali menggunakan mendukung
model pembelajaran yang inovatif. P : apakah selama ini ibu pernah
Selain catatan lapangan tentang memberikan kegiatan pembelajaran
kesulitan siswa dalam memecahkan berupa pemecahan masalah-masalah
masalah-masalah atau isu sosial pada mata atau isu sosial yang terjadi di
pelajaran IPS, peneliti juga melakukan lingkungan sekitar?
wawancara pada guru kelas. Berikut ini G: selama ini saya memberikan
merupakan transkrip wawancara peneliti pembelajaran IPS sesuai dengan buku
dengan guru kelas terkait kesulitan siswa guru dan siswa. Saya memberikan
dalam belajar memecahkan masalah- pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal
masalah atau isu sosial pada mata dari buku yang ada. Jika ada masalah
pelajaran IPS; atau isu-isu sosial yang terjadi
Hasil Wawancara dengan Guru Kelas mungkin saya menyampaikan dalam
P : Kurikulum apa yang digunakan di bentuk ceramah dan nasehat saja;
Sekolah SDN Gapura Timur I P : Berarti ibu hanya fokus pada
Sumenep? tingkatan CI sampai dengan C3 ya?
G : Kurikulum yang digunakan masih G: Iya benar, mas. Masalahnya buku
kurikulum KTSP mas Fajar, akan yang dipakai siswa di kelas ini masih
tetapi kurikulum KTSP ini akan mulai terbatas;
diganti ke K13 pada tahun ajaran P : Kesulitan apakah yang dihadapi
mendatang 2018/2019; ketika mengajarkan mata pelajaran
P : Berarti mata pelajaran masih IPS bu?
terpisah bu? G: Sebenarnya tidak ada yang sulit mas,
G : iya masih terpisah hanya saja buku yang dipegang siswa
P : jika masih terpisah, lantas bagaimana terbatas. Sekalipun jika saya
pembelajaran IPS di kelas VI SDN memberikan tugas yang berhubungan
Gapura Timur I Sumenep? dengan internet sangat susah dan
G : Selama ini, rata-rata pembelajaran di kasihan. Apalalgi ini di desa, rata-rata
sekolah ini masih menggunakan
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 65

ekonomi para wali murid menengah memasukkan anaknya ke pondok


ke bawah. pesantren lebih tinggi dari pada
Hasil catatan lapangan dan hasil memasukkan anaknya ke sekolah
wawancara yang diperoleh oleh peneliti umum. Apalagi faktor kyai, ulama dan
dapat digambarkan bahwa kesulitan siswa tokoh masyarakat yang menjadi
dalam kegiatan pembelajaran pemecahan panutan. Alasan itulah orang tuanya
masalah dalam mata pelajaran IPS tidak berharap anaknya tidak hanya
bisa dilihat dari aspek siswa saja, menguasai ilmu duniawi melainkan
melainkan aspek guru juga perlu menjadi ilmu akhirat juga diperoleh. Sehingga
bahan pertimbangan. Hal tersebut anak yang masuk ke sekolah umum
didasarkan pada hasil penelitian yang dianggapnya menjadi tanggungjawab
dilakukan oleh Sumardi, (2012) penuh gurunya.
menunjukkan bahwa masih terdapat 2. Aspek Ekonomi
kekurangan dan kelemahan-kelemahan Jika dilihat dari latar belakang
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. ekonomi, secara rata-rata pekerjaan dari
Kelemahan tersebut terletak pada aspek orang tua siswa di SDN Gapura Timur
jumlah pemahaman guru tentang strategi, 1 Sumenep adalah buruh tani dan
metode, dan model pembelajaran serta pedagang. Dimana siswa yang
sikap mental guru terkait penciptaan bersekolah di SDN Gapura Timur I
pembelajaran yang baik dan berkualitas. Sumenep adalah dikategorikan
Selain itu juga, beberapa aspek eksternal mempunyai tingkat perekonomian
juga menjadi pemicu sulitnya siswa dalam menengah ke bawah. Oleh sebab itu,
belajar pemecahan masalah, diantaranya; kegiatan pembelajaran yang
1. Aspek keluarga berhubungan dengan pembiayaan di
Pembelajaran akan lebih bersinergi jika luar sekolah jarang diberikan seperti
antara sekolah dalam hal ini guru kelas halnya pengerjaantugas-tugas sekolah
dengan orang tua saling mendukung yang memerlukan internet dalam
satu sama lain. Respon dan kontrol pengerjaannya sangat diminimalisir dan
orang tua menjadi faktor utama di dibatasi. Hal tersebut dimaksudkan agar
dalam kesuksesan pembelajaran. Oleh siswa tidak terbebani dengan biaya di
sebab itu orang tua dituntut untuk lebih luar dari kebutuhan mereka sehari-hari.
aktif dalam proses pembelajaran. Akan Akibatnya, pengetahuan siswa akan
tetapi, kenyataan di lapangan perkembangan permasalahan dan isu
berbanding terbalik dengan apa yang sosial yang terjadi tidak terlalu luas.
menjadi harapan suatu sekolah. Justru 3. Aspek Sosial Budaya
orang tua lebih tidak responsif dan Dilihat dari aspek sosial budaya,
cenderung acuh terhadap proses kebanyakan dari orang tua siswa di
pembelajaran yang dilakukan oleh pedesaan seperti di desa gapura timur
siswa. Selama ini sebagian besar orang ini adalah melihat anaknya bisa sekolah
tua di desa gapura timur menginginkan dan lulus serta mempunyai ijazah
anaknya untuk bisa masuk ke pondok formal itu sudah cukup tanpa harus
pesantren atau madrasah dari pada memikirkan proses dan perkembangan
sekolah umum. Minat orang tua anaknya ketika di sekolah. Selain itu
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 66

anggapan miring tentang sulitnya Jurnal Pendidikan Dasar dan


mencari pekerjaan ketika lulus dari Pembelajaran, 6(01), 95-109
sekolah menjadi faktor tidak Ridwan, M. (2017). Tradisi nyanyian anak
bersinerginya proses pembelajaran di terhadap pembentukan karakter anak
sekolah. Apalagi kebanyakan dari usia sekolah dasar. Sekolah Dasar:
orang tua siswa lebih percaya jikalau Kajian Teori dan Praktik Pendidikan,
26(1), 49-61.
anaknya belajar di lingkungan pondok
pesantren daripada di sekolah umum. Ridwan, M. (2018). Learning of local
environmental wisdom in oral
D. SIMPULAN literature of madurese traditional song
in sumenep. ISCE: Journal of
Kesulitan siswa dalam belajar
Innovative Studies on Character and
memecahkan masalah pada mata pelajaran Education, 2(1), 93-103
IPS perlu adanya tindak lanjut yang tepat
Ridwan, M., & Ridwan, M. (2016).
dan cepat dari guru kelas. Hal tersebut
Pendidikan karakter berbasis
berdasarkan dari observasi yang dilakukan permainan tradisional siswa sekolah
di SDN Gapura Timur 1 Sumenep dapat dasar di sumenep madura. In
disimpulkan bahwa: (1) Guru terbiasa dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL
nyaman dengan menggunakan metode “Optimalisasi Active Learning dan
konvensional, (2) kurikulum yang Character Building dalam
digunakan masih menggunakan kurikulum Meningkatkan Daya Saing Bangsa di
Era Masyarakat Ekonomi Asean
lama yaitu KTSP, (3) Guru selalu
(MEA)” (pp. 131-135). Prodi
menyajikan soal yang sifatnya textbook, (4) Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan
Guru selalu memberikan soal latihan yang Prodi Bimbingan dan Konseling.
hanya fokus pada tingkatan C1-C3, (5) Ridwan, M., & Wahdian, A. (2017).
Guru kelas jarang sekali menggunakan Structure, function and value the
media pembelajaran. tradition of oral literature in sumenep
madura. ISLLAC: Journal of Intensive
Studies on Language, Literature, Art,
DAFTAR RUJUKAN
and Culture, 1(1), 252-273.
Creswell, J.W. (2014). Research Design,
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung:
Yogyakarta: Pustaka Belajar
PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. (2011). Kajian Pembelajaran
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
IPS di Sekolah, Surabaya: Unesa
Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
University Press.
Bandung: Alfabeta.
Nur, M. (2011). Model Pembelajaran
Sumardi Lalu. 2012. Revitalisasi
Berdasarkan Masalah, Surabaya:
Pembelajaran IPS SD Sebagai Upaya
Pusat Sains dan Matematika Sekolah
Menciptakan Peserta Didik yang
UNESA.
Berkarakter. Vol 11 No 2 September
Ridwan, M. (2016). Ajaran moral dan 2012, 157 – 164.
karakter dalam fabel kisah dari negeri
Suryanti. (2008). Model-model
dongeng karya mulasih tary (kajian
Pembelajaran Inovatif, Surabaya:
sastra anak sebagai bahan ajar di
UNESA University Press.
sekolah dasar). Premiere Educandum:
Budiyono, F./Premiere Educandum 8(2) 2018 67

Susanto, A. (2014). Pengembanagan Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode


Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, dalam Model Pembelajaran, Jakarta:
Jakarta: Prenada Media Group. GP Press Group.
Trianto. (2007). Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Winataputra, & Udin S. (2011). Materi dan
Pembelajaran IPS SD, Jakarta:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai