Anda di halaman 1dari 8

Susanti &LIMNOTEK : 95 –21102

(2014) 21 (1)2014
Nofdianto / LIMNOTEK (1) : 95 – 102

MODEL KINETIKA ”PSEUDO SECOND ORDER” UNTUK PENYERAPAN ION Cr6+


DARI MEDIA AIR KE BIOMASSA PERIFITON

Evi Susanti, dan Nofdianto


Pusat Penelitian Limnologi – LIPI
E-mail: nofdianto@limnologi.lipi.go.id
Diterima redaksi : 12 Desember 2013, disetujui redaksi : 6 Mei 2014

ABSTRAK
Pengembangan sebuah model pengendalian pencemaran air melalui sebuah
perekayasaan substrat periphyton tengah dikembangkan di Pusat Penelitian
Limnologi-LIPI. Model ini membentuk kanal yang memiliki aliran berkelok-kelok
dengan lebar20 cm, tinggi 11 cm, dan panjang 600 cm. Kanal ini digunakan dalam
melakukan sebuah penelitian dengan tujuan untuk mengetahui daya serap kinetik dari
algae-perifitik terhadap pencemar logam berat chromium. Setelah populasi perifiton
tumbuh dengan baik yang ditandai dengan algal filamentaous berwarna hijau muda
dan cerah, selanj utnya air kanal dikuras dan dilakukan pengambilan contoh biomasa
perifiton sebagai t0. Selanjutnya, masukan media yang telah diberi logam Cr (VI)
dengan konsentrasi 0,64 mg/L langsung pada media tumbuh perifiton dan ditetapkan
sebagai t0. Contoh biomasa perifiton dan air diambil setiap 0, 2, 4, 8, 12, 24, dan 48
jam. Konsentrasi logam pada biomasa perifiton dan air dianalisis untuk parameter
Total Cr. Model sorpsi orde kedua digunakan untuk memprediksi konstanta laju kinetik
yang diperoleh yaitu 0,2813 mg/g/jam dari persamaan model: t/q = 0,550t + 3,554; R 2
= 0,947
Kata Kunci: Sorpsi, kinetic, perifiton, Cr6+, kanal perifiton

ABSTRACT
KINETICS MODEL "PSEUDO SECOND ORDER" FOR THE
ABSORPTION OF CR6+ IONS FROM AQUEOUS MEDIA TO
PERIPHYTON BIOMASS. Recently, Limnology Research Center develops a
model of water pollution control through an engineering substrate periphyton. These
models form the canal which has a winding stream with 20 cm width, 11 cm height,
and 600 cm length. This channelis usedin conducting a study with the aimto determine
the absorption kinetics of algae-perifitic against heavy metal pollutant chromium. After
the population is growing well characterized by algal filamentaous young and bright
green, then drained of water canals and conducted sampling periphytic biomass as t 0.
Furthermore, the input media has added chromium (VI) with a concentration of 0.64
mg/L directly in growth media periphytic and defined as t 0. Periphytic biomass and
water samples were taken every 0, 2, 4, 8, 12, 24, and 48 hours. Analysis of metal
concentration on periphytic biomass and in water samples were performed for the
parameters total Cr. A batch sorption model, based on the assumption of the pseudo-
second order mechanism, was applied to predict the rate constants which were found
to be 0.2813mg/g/hour from the model equation t/q = 0.550 t + 3.554; R 2 = 0,947.
Keywords: sorption, kinetics, periphyton, Cr6+, canal periphyton

95
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

PENDAHULUAN Di perairan, kromium terdapat dalam


bentuk Cr3+ dan Cr6+, sehingga pencemaran
Persamaan matematika untuk yang ditimbulkan oleh konsentrasi logam
pseudo-second orde kinetika penyerapan berat ini perlu diatasi. Baru-baru ini banyak
logam berat, pertama kali dilaporkan oleh dilakukan berbagai penelitian tentang
Blanchardetal (1984) yaitu oleh batuan zeolite mekanisme penyisihan logam berat dari
alam (Plazinski et al., 2013). Chowdhury et perairan tercemar, salah satu metode yang
al, (2010) melaporkan bahwa penyerapan ini aman dalam menurunkan konsentrasi logam
sering disebut sebagai serapan pasif dan berat ini adalah penyerapan secara biotik
pengikatan fisiko-kimia beberapa jenis kimia oleh mikrofitobentik atau sering disebut
atau ion ke permukaan benda padat. Hingga sebagai perifiton.
saat ini mekanisme ini telah diyakini sebagai Perifiton dapat dijelaskan sebagai
proses yang efisien dan murah untuk komunitas mikroba yang menempel pada
menghilangkan konsentrasi logam berat permukaan bahan padat di bawah air dan
yang berasal dari limbah industri. Model dikendalikan oleh energi cahaya untuk
pseudo-second orde ini telah digunakan oleh fotosintesis. Mikroorganisme fototrofik
beberapa peneliti untuk mengekspresikan oksigenik seperti diatom bentik (sentris,
secara deskripsi dan korelasi data kinetik pennate, uniseluler dan filamen), uniseluler,
yang dipantau melalui sistem penyerapan cyanobacteria dan miroalga bentik
padat atau cair (Ho & McKay, 1999; Ho, 2006; menghasilkan energi dan mengurangi karbon
Gupta & Suhas, 2009, Febrianto et al., 2009). dioksida, serta menyediakan substrat organik
Penggunaan pseudo-second orde meliputi dan oksigen di perairan. Transfer dan
sistem yang mengandung berbagai macam konversi energi berlangsung dalam kegiatan
“sorbate” (unsur yang diserap) seperti logam fotosintesis, sebagai contoh pengendalian
berat, pewarna organik dan lain-lain, dan komunitas heterotrofik yang perlu karbon
fenol, dan “sorbent” (unsure yang menyerap) dan nitrogen organik C dan N dari fotosintat
seperti mineral organik, karbon aktif, dan dan lisat sel pada saat yang bersamaan
biomassa baku, dan sebagainya. Pada dalam regenerasi nutrien oleh
penelitian ini digunakan logam berat mikroorganisme heterotrofik (Bateson &
kromium sebagai “sorbet” dan biomassa Ward, 1988).
perifiton sebagai “sorbent”. Sebagai kelompok organisme tingkat
Di alam, kromium ditemui dalam rendah, komunitas perifiton memiliki
bentuk kromium trivalent (Cr3+) pada batu- beberapa keunikan, terutama dalam hal
batuan, tanah, tumbuhan dan emisi vulkanik. menghasilkan zat polimer ekstraseluler
Sementara itu pada kegiatan industri (EPS) yang berfungsi sebagai pengikat
umumnya dihasilkan kromium hexavalent antara ganggang-biofilm (Flemming, 1993;
(Cr6+), seperti dari industri baja, pelapisan Wimpenny et al., 2000). Biasanya, dalam
logam dan industri penyamakan kulit. tahap tertentu siklus hidup perifiton
Kromium hexavalent merupakan bentuk membentuk lapisan-lapisan yang sering
oksidasi yang bersifat toksik, yang dapat disebut sebagai mikroba tikar atau tikar
menyebabkan kerusakan paru-paru, hati, fototrofik (Guerrero et al., 2002; Roeselers
sistem saraf dan ginjal pada mamalia. et al,, 2007a; Stal et al., 1985; Ward et al.,
USEPA telah membatasi kadar maksimum 1998). Lapisan atas biasanya didominasi
tingkat kontaminan untuk Cr3+ dan Cr6+ oleh fototrofik oksigenik, sedangkan lapisan
sebesar 0,1 mg/L. Namun WHO membatasi bawah adalah bercampur fototrofik
kandungan kromium untuk air minum anoksigenik.
sebesar 0,05 mg/L (Romero-Gonzalez, et.
al., 2005).

96
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

Penggunaan perifiton untuk berbagai berbahan fibre glass dengan dimensi panjang
keperluan semakin meningkat misalnya 600 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 11 cm.
untuk pengolahan air limbah (Craig et al., Kolam system kanal diisi dengan air tanah
1996; Schumacher & Sekoulov, 2002; sebanyak 132 Liter dan luas area perifiton
Vymazal et al., 2001), bioremediasi (Blanco 1,16 m2. Pada penelitian ini terbagi menjadi
et a.l, 1999; Chaillan et al., 2006; Cohen tiga tahapan: (i) aklimatisasi perifiton pada
2002), budidaya (Bender & Phillips, 2004; sistem kanal; (ii) panambahan logam pada
Phillips et a.l, 1994 , van Dam et al., 2002) sistem kanal dengan konsentrasi sebesar
dan produksi hidrogen (Prince & Kheshgi, 0,64 mg/L; dan (iii) pengamatan
2005; Tsygankov et al., 1999). Terkait bioakumulasi perifiton pada sistem kanal.
dengan itu prospek aplikasi mikroalga
perifitik sangat terbuka luas karena Kolonisasi Perifiton
Indonesia merupakan negara tropis dengan Perifiton disebar pada sistem kanal,
perairan darat yang luas, sehingga penerapan substrat berupa batuan kali dengan ukuran
mikro alga perifiton terutama dalam diameter 5 – 10 cm. Batu tersebut disebar
pengelolaan sumber daya air berbasiskan merata pada bagian dasar kanal dan perifiton
ekosistem menjadi sangat penting dan dibiarkan tumbuh hingga 1 – 2 minggu
strategis untuk dikembangkan. dengan asumsi bahwa kurun waktu tersebut
Tujuan penelitian ini adalah untuk cukup untuk menentukan homogenitas
mengetahui pola daya serap kinetik dari pertumbuhan perifiton pada lapisan lotik.
algae-perifitik terhadap pencemar logam
berat chromium. Percobaan Bioakumulasi
Bioakumulasi logam merkuri oleh
BAHAN DAN METODE perifiton diamati pada periode waktu
Perangkat Percobaan pengamatan 0, 4, 8, 12, 24 dan 48 jam
Dirancang sistem saluran (kanal) setelah pemaparan konsentrasi Cr6+untuk
menyerupai perairan lotik (sungai) untuk menentukan laju serapan (uptake) logam
waktu pendek pada kondisi stabil (Gambar oleh komunitas perifiton. Pengambilan
1). Tiga buah kolam dengan sistem kanal contoh biomassa perifiton dilakukan secara
yang digunakan merupakan kolam berliku komposit.

Aliran
air

Substrat
Batu

Pompa

Gambar 1. Model kanal artifisial untuk akumulasi perifiton

97
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

Analisis Logam Dengan h = k2qe2 dapat digambarkan sebagai


Untuk menentukan kandungan total konstanta laju awal pada saat t = nol. qt
kromium pada contoh biomassa perifiton adalah jumlah ion metal yang disorpsi pada
digunakan Flame Atomic Absorption kondisi setimbang (mg/g); k2adalah
Spectrometer (FAAS) pada panjang konstanta laju pseudo-second order kinetics
gelombang 359,4 nm. Larutan standard yang diaplikasikan (mg/g/jam), plot
dipersiapkan dengan mengencerkan 1000 terhadap t akan memberikan garis linier.
mg/L stok solution. Berdasarkan Ho et al, (1995), jika
plot linier, kemudian proses sorpsinya dapat
Sorpsi Kinetik digambarkan sebagai chemisorpsi. Data
Laju adsopsi molekul pada eksperimen dapat dimasukkan pada
permukaan merupakan parameter esensial
untuk menentukan variabel waktu pada persamaan (2) dan plot terhadap t dan
sistem dengan kondisi proses yang hubungan linier diamati. Nilai kapasitas
bervariasi. Gambaran laju sorpsi dan sorpsi pada biomassa, qe ,konstanta laju
mekanisme reaksi Cr6+ pada biomassa pseudo-second order kinetics, k2, konstanta
perifiton menggunakan dua model kinetik. laju sorpsi, h, dan, r2, dievaluasi dari plot.
Model pertama berdasarkan asumsi bahwa
sorpsi ion logam pada biomassa merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
proses reversible dan mengikuti reaksi Koloni Perifiton.
kinetic pseudo first order. Perifiton yang tumbuh pada sistem
Kinetika pseudo first order kanal didominasi oleh koloni dari kelompok
berdasarkan persamaan Lagergren (1898), Chlorophyta filamentous dan jenis
diekspresikan pada persamaan (1): uniseluler. Kelompok Chlorophyta
filamentous yaitu dari jenis Stegioclonium sp
dan jenis uniseluler terdiri atas Cosmarium
sp dan Scenedesmus sp (Gambar 2).
Komposisi jenis perifiton ini sangat
Dimana qt merupakan jumlah Cr yang mempengaruhi kemampuan ikatan dengan
diadsorp oleh biomassa perifiton pada waktu logam kromium yang terdapat pada perairan.
t (mg/g) dan k1 adalah konstanta laju orde Biosorpsi ion logam berat pada berbagai
pertama (per jam). Persamaan (1) diturunkan mikroorganisme melalui dua tahap, yaitu
menjadi persamaan berikut: tahap uptake awal yang cepat pada
permukaan adsorpsi komponen dinding sel
dan selanjutnya mengalami penurunan laju
uptake pada saat transpor membran ion
logam menuju sitoplasma sel. Pada
dengan memplot terhadap t. permukaan sel mikroorganisme mengandung
Kinetika pseudo-second order kinetic rate polisakarida, protein dan lipid yang memiliki
model dievaluasi dengan persamaan Ho et. kemampuan untuk berikatan dengan ion
al. (1995), yang diekspresikan pada logam (Chris et. al., 1981; Yan &
persamaan (2): Viraraghayan, 2003). Pada proses biosorpsi
terdapat beberapa parameter yang
menentukan laju biosorpsi, diantaranya
properti struktural baik sorbate dan
biosorbent (seperti komposisi protein dan
karbohidrat serta kerapatan muatan
permukaan, topografi dan luas permukaan).

98
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

Keberadaan biosorbent, konsentrasi awal ion Perbandingan analisis berdasarkan


2
metal dan keberadaan ion lainnya (yang nilai R menunjukkan bahwa model reaksi
mungkin berkompetisi pada lokasi biosorpsi pseudo second order (R2>0.947)
aktif) juga mempengaruhi laju biosorpsi memberikan data sorpsi kinetik Cr6+ yang
(Tuzun et al., 2005). lebih baik pada perifiton (Tabel 1). Proses-

A B
Gambar 2. Koloni perifiton pada sistem kanal; A. Jenis dominan dari kelompok Chlorophyta
filamentous, B. kelompok Chlorophyta uniseluler.

Efek waktu kontak terhadap biosorpsi proses ini melibatkan pertukaran electron
pada biomassa perifiton. antara adsorbat dan material permukaan
Efek waktu kontak terhadap adsorber (Romero-Gonzalez et al., 2005).
kuantitas biosorpsi per gram biomassa (qt) Biosorpsi Cr6+ oleh perifiton
pada perlakuan menunjukkan pola mengikuti model kinetik pseudo second
penurunan konsentrasi Cr di air dan order. Berdasarkan perhitungan model
mengalami peningkatan pada biomassa diperoleh nilai qe= 1,81 mg.gr-1dan laju
perifiton (Gambar 3). biosorpsi perifiton sebesar 5,136 mgCr.gr-
1
hari-1.

(A) (B)
Gambar 3. Efek waktu kontak terhadap biosorpsi, (A) penurunan konsentrasi Cr di air dan (B)
kenaikan konsentrasi Cr pada biomassa perifiton

99
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

Tabel 1. Perbandingan analisis linier persamaan laju reaksi pseudo first order dan pseudo
second order, konstanta dan koefisien korelaso (nilai R2) pada sorpsi Cr6+ oleh
perifiton.
Pseudo first order Pseudo second order
Perlakuan K1 qe qe h
R2 R2
(jam-1) (mg/g) (mg/g) (mg/g/jam)
0,64 mg/L -0.034 3.31 0.782 1.818 0.281 0,947

Gambar 4. Linier plot reaksi pseudo first-order dan second-order untuk sorpsi Cr6+ pada
biomassa perifiton

Pengaruh Suhu dan pH terhadap sorpsi ion Cr(VI) diperkirakan menurun


Biosorpsi pada saat terjadi peningkatan pH (Romero-
Suhu pada perairan sistem kanal Gonzalez et al., 2005).
berkisar antara 26o – 35oC dan pH>7. Suhu Perifiton yang digunakan sebagai
dan pH pada proses metabolik merupakan bio-indikator suatu perairan yang
faktor vital di perairan untuk organisme terkontaminasi logam, memungkinkan
stenoniontik. Mekanisme toksisitas logam bahwa konsentrasi logam pada perairan
berat meningkat pada suhu tinggi (Lloyd, tersebut lebih rendah dibandingkan
1965) dapat dijelaskan melalui peningkatan konsentrasi logam tersebut pada perifiton.
aktivitas respirasi. Perairan yang Perifiton dapat menyimpan logam berat pada
mengandung logam berat juga dapat periode waktu yang panjang meskipun
meningkatkan aktivitas respirasi. Hal ini kandungan logam berat pada perairan
turut mempengaruhi proses absorpsi dan tersebut rendah.
pelepasan logam. Suhu dan oksigen terlarut
berdampak terhadap toksisitas logam berat KESIMPULAN
sehingga dapat menyebabkan perubahan
fisiologis pada organisme. Dua parameter Berdasarkan hasil dan pembahasan
tersebut mempengaruhi proses-proses kimia dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa,
pada perairan dan sedimen (reaksi redoks) efek waktu kontak terhadap kuantitas
serta mempengaruhi aviabilitas logam berat biosorpsi per gram biomassa (qt) pada
(Reinhard & Forstner, 1976). Reaksi perlakuan menunjukkan pola penurunan
kompleks ion sangat bergantung pada pH, terhadap konsentrasi di media air dan

100
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

mengalami peningkatan pada biomassa Cohen, Y., 2002, Bioremediation of Oil by


perifiton. Biosorpsi Cr6+ oleh perifiton Marine Microbial Mats. Int
mengikuti model kinetik pseudo second Microbiol 5:189–193
order. Berdasarkan perhitungan model Craig, R.J., Adey, W.H., Jenson, K.R., St.
diperoleh nilai qe= 1,81 mg/g dan laju John, M.S., Green, F.B., & Oswald,
biosorpsi perifiton sebesar 5,136 mg J., 1996, Phosphorus Removal from
Cr/g/hari. Berdasarkan nilai R2 Wastewater using an Algal Turf
menunjukkan bahwa model reaksi pseudo Scrubber.Water Sci Technol 33:191–
second order (R2> 0,947) memberikan data 198
sorpsi kinetik Cr6+ yang lebih baik pada Febrianto, J., Kosasih, A.N., Sunarso, J., Ju,
perifiton. Y.H., Indraswati, N., & Ismadji, S.,
2009, Equilibrium and Kinetic
UCAPAN TERIMA KASIH Studies in Adsorption of Heavy
Metals using Biosorbent: a Summary
Penelitian ini didukung oleh Program of Recent Studies. J. Hazard. Mater.
Kompetitif LIPI Tahun Anggaran 2011. 162(2–3), 616–645
Ucapan terimakasih kepada Dian Flemming, H.C., 1993, Biofilms and
Oktaviyani, A.Md, Fajar Sumi Lestari, Environmental-Protection.Water Sci
A.Md., yang telah membantu kelancaran Technol 27:1–10
pelaksanaan penelitian ini. Forstner, U., & Wittmann, G.T.W., 1981.
Metal Pollution in Aquatic
DAFTAR PUSTAKA Environment. Germany: Springer –
Verlag.
Bateson, M.M., & Ward, D.M., 1988, Guerrero, R., Piqueras, M., & Berlanga, M.,
Photoexcretion and Fate of Glycolate 2002, Microbial Mats and the Search
in a Hot Spring Cyanobacterial for Minimal Ecosystems. Int
mat,Appl Environ Microbiol, Microbiol 5:177–188
54:1738–1743 Gupta, V.K., & Suhas, 2009, Application of
Bender, J., & Phillips, P., 2004, Microbial Low Cost Adsorbents for Dye
Mats for Multiple Applications in Removal a Review. J. Environ.
Aquaculture and Bioremediation, Manag. 90(8), 2313–2342
Bioresour Technol 94:229–238 Ho, Y.S., 2006, Second-order Kinetic Model
Blanchard, G., Maunaye, M., & Martin, G., for the Sorption of Cadmium Onto
1984, Removal of Heavy Metals Tree Fern: a Comparison of Linear
from Waters by Means of Natural and Non-linear Methods. Water Res.
Zeolites. Water Res 18:1501–1507. 40(1), 119–125
Blanco, A., Sanz, B., Llama, M.J., & Serra, Ho, Y.S., & McKay, G., 1999, Pseudo-
J.L., 1999, Biosorption of Heavy second Order Model for Sorption
Metals to Immobilised Phormidium Processes. Process Biochem. 34(5),
Laminosum Biomass. J. Biotechnol 451–465
69:227–240 Jiang, H., Xu, Y., Zhang, J., Zhang, L., &
Chaillan, F., Gugger, M., Saliot, A., Coute Han, R., 2007, Pseudo Second Order
A., & Oudot, J., 2006, Role of Kinetic Model for Biosorption of
Cyanobacteria in the Biodegradation Lead Onto Waste Yeast: A
of Crude Oil by a Tropical Comparison of Linier and Nonlinier
Cyanobacterial mat.Chemosphere Methods and Error Analysis. Life
62:1574–1582 Science Journal: 4 (4), 42 – 45.

101
Susanti & Nofdianto / LIMNOTEK 2014 21 (1) : 95 – 102

Phillips, P., Russell, A., Bender, J., & Stal, L.J., Van Gemerden, H., & Krumbein,
Muñoz, R., 1994, Management Plan W.E., 1985, Structure and
for Utilization of a Floating Development of a Benthic Marine
Microbial Mat with its Aassociated Microbial Mat. FEMS Microbiol
Detrital Gelatinous Layer as a Ecol 31:111–125
Complete Tilapia Oreochromis Tsygankov, A.A., Borodin, V.B., Rao, K.K.,
Niloticus Feed System. Bioresour & Hall, D.O., 1999, H(2)
Technol 47:239–245 Photoproduction by Batch Culture of
Plazinski, W., J. Dziuba, & W. Rudzinski Anabaena Variabilis ATCC 234 J
2013, Modeling of Sorption Kinetics: Appl Phycol 20:227–235
the Pseudo-second Order Equation Tuzun I., Bayramoglu, G., Yalcin, E.,
and the Sorbate Intraparticle Basaran, G., Celik, G., & Arica, Y.
Diffusivity. Adsorption 19:1055– 2005, Equilibrium and Kinetic
1064 Studies on Bisorption of Hg(II),
Prince, R.C., & Kheshgi, H.S., 2005,The Cd(II) and Pb(II) ions onto
Photobiological Production of microalgae Chlamydomonas
Hydrogen: Potential Efficiency and reinhardtii. Journal of
Effectiveness as a Renewable Fuel. Environmental Management 77, 85 –
Crit Rev Microbiol 31:19–31 92.
Roeselers, G., Norris, T., Castenholz, R., van Dam, A,A,, Beveridge, M.C.M., Azim,
Rysgaard, S., Glud, R., Kuhl, M., & M.E., & Verdegem, M.C.J., 2002,
Muyzer, G., 2007, Diversity of The Potential of Fish Production
Phototrophic Bacteria in Microbial Based on Periphyton. Rev Fish Biol
Mats from Arctic Hot Springs Fish 12:1–31
(Greenland). Environ Microbiol Vymazal, J., Sladedek, V., & Stach, J., 2001,
9:26–38 Biota Participating in Wastewater
Romero-Gonzalez, J., Gardea-Torresdey, Treatment in a Horizontal Flow
J.L., Peralta-Videa, J.R., & Constructed Wetland. Water Sci
Rodriguez, E., 2005. Determination Technol 44:211–214
of Equilibrium and Kinetic Parameter Wankasi, D., Horsfall Jnr, M., & Spiff, A.I.,
of the Adsorption of Cr(III) and 2006, Sorption Kinetics of Pb2+ and
Cr(IV) from Aqueous Solution to Cu2+ ion from Aqueous Solution by
Agave Lechuguilla Biomass. Nipah plam (Nypa fruticans Wurmb)
Bioinorganic Chemistry and shoot biomass. Electronic Journal of
Aplication Journal :3(1-2), 55 – 68. Biotechnology 9 (5):
Schumacher, G., & Sekoulov, I., 2002, Ward, D.M., Ferris, M.J., Nold, S.C., &
Polishing of Secondary Effluent by Bateson, M.M., 1998, A Natural
an Algal Biofilm Process. Water Sci View of Microbial Biodiversity
Technol 46:83–90 Within Hot Spring Cyanobacterial
Shamik Chowdhury, & Papita Saha, 2010, Mat Communities. Microbiol Mol
Biophysics Pseudo-second Order Biol Rev 62:1353–1370
Kinetic Model for Sorption of Wimpenny, J., Manz, W., & Szewzyk, U.,
Malachite Green Onto Sea Shell: 2000, Heterogeneity in Biofilms.
Comparison of Linear and Non-linear FEMS Microbiol Rev 24:661–671
methods. The IIOAB Journal 1(3): 1-
7

102

Anda mungkin juga menyukai