Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH

Tentang

Proses Turunnya Al-Qur’an

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1

Anggota:
- Raja Ferdiansyah.
- Ahmad Rifa’i.
- Afifah Zuhra.
- Syarifah Ulayya.

MAN LABUHANBATU
TAHUN PELAJARAN 2021/ 2022
Pengertian Al-Qur’an
Menurut bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Sedangkan menurut istilah,
Alquran adalah firman Allah SWT yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan perantara
langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat Islam
dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.

Proses Turunnya Al-Qur’an


Al-Quran pertama kali diturunkan di Gua Hira pada 17 Ramadan. Hari dimana diturunkannya
Al-Qur’an disebut dengan Nuzulul Qur’an. Arti Nuzulul Qur’an adalah proses turunnya Al-
Qur’an dari tempat yang tinggi ke muka bumi. Secara lengkap, Nuzulul Qur’an adalah peristiwa
turunnya Al-Qur’an dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
SAW di muka bumi.

Ayat-ayat Al-Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan kepada Rasulullah


SAW, tetapi secara berangsur-angsur. Dalam buku “Ulumul Qur’an” karangan Abdul Djalal
dijelaskan mengenai proses turunnya Al-Qur’an melalui 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama (At-Tanazalul awwalu)

Al-Qur’an diturunkan di Lauhul Mahfudz secara sekaligus, dalam arti bahwa Allah
menetapkan keberadaannya disana. Lauhul Mahfudz sendiri adalah suatu tempat yang tidak
ada satupun manusia yang mengetahuinya, dan termasuk sesuatu yang ghoib yang seorang
mukmin harus meyakininya. Karena Lauhul Mahfudz bersifat ghoib, maka kapan turun dan
bagaimana turunnya juga termasuk gaibiyah.

2. Tahap kedua (At-Tanazalu As Sani)

Al-Qur’an turun dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di samaud dunya, atau langit yang
terdekat dengan bumi.

3. Tahap ketiga

Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi SAW melalui
perantara Malaikat Jibril. Namun, turunnya kepada Nabi tidak sekaligus, melainkan
berangsur-angsur menurut keperluan, masa, dan tempat.

Proses Penulisan Al-Qur’an


Penulisan Al Quran telah dimulai pada zaman Rasulullah SAW. Namun, Al-Quran lebih
banyak dihapalkan dari pada ditulis karena kemampuan menghapal para Sahabat sangat kuat dan
cepat, dan jumlah penghapal sangat banyak.

Di sisi lain, pada masa itu jumlah orang yang dapat membaca dan menulis sedikit, serta
sarananya masih terbatas, yakni pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau
tulang belikat unta.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Umar bin Khaththab ra mengemukakan gagasan untuk
menulis Al-Quran kepada Abu Bakar ra setelah selesainya perang Yamamah (632 Masehi).
Namun Abu Bakar ra tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar ra terus-
menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah membukakan pintu hati Abu Bakar ra.

Kemudian, beliau memanggil Zaid Ibn Tsabit ra guna mencari dan mengumpulkan naskah
Al-Quran yang ditulis di atas pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hapalan para
sahabat. Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar ra hingga wafat, kemudian dipegang oleh
Umar ra hingga wafat, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar ra.

Seiring dengan penyebaran Islam ke luar wilayah Arab, pada zaman Khalifah Utsman bin
Affan ra (577-656 Masehi) pada tahun 25 H, muncul  perbedaan di antara kaum Muslimin dalam
hal dialek bacaan Al-Quran. Perbedaan itu sesuai dengan mushaf-mushaf yang berada di tangan
para Sahabat.

Perbedaan dialek itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, sehingga Utsman ra memerintahkan
untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf guna menyamakan bacaan
Al-Quran.

Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa’id Ibnul Ash dan
Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam ra untuk menuliskan kembali naskah-naskah Al-Quran
yang telah ada sebelumnya (dipegang oleh Hafshah) dan memperbanyaknya.

Setelah menyelesaikan penulisan Al-Quran dalam dialek Quraisy (karena Al-Quran


diturunkan dengan dialek tersebut), Utsman ra mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan
mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam. Khalifah Utsman ra juga
memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Qur’an selainnya.

Kebijakan Utsman ra menjadikan mushaf Al-Quran tak berubah dari awal sampai sekarang,
disepakati oleh seluruh kaum Muslimin serta diriwayatkan secara akuntabel menurut kaidah
periwayatan dalam Islam.

Proses Penyebaran Al-Qur’an

Abu Bakar, sahabat Rasulullah SAW yang paling dekat dan menjadi Khalifah pertamaIslam,
karena menurutnya Al-Quran perlu dipelihara dan diberitahukan kepada seluruh kaum muslim di
dunia, maka ia menyuruh sekretaris utama Nabi, Zaid bin tsabit, dan juru tulis lainnya serta para
penghafal untuk mengabadikan Wahyu itu dalam bentuk tulisan.

Kemudian Khalifah ketiga, Utsman bin Affan, mempunyai enam salinan resmi berdasarkan
naskah terakhir Abu Bakar, yang kemudian dikirimkan ke daerah-daerah Kaum Muslim. Sampai
sekarang, Al-Quran tidak berubah sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai