Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI

KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA DOSEN DI JURUSAN


AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Sudarlan
( Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda )

Rifadin
( Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda )

ABSTRAK

SUDARLAN dan RIFADIN: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara
Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian terhadap kinerja dosen di Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda.
Obyek penelitian adalah seluruh seluruh dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Samarinda. Pengujian instrumen penelitian, dilakukan dengan menggunakan uji validitas dan
reliabilitas. Untuk menentukan ketepatan model dilakukan pengujian asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedatisitas dan uji autokorelasi. Teknik
analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda baik secara parsial maupun simultan
Hasil penelitian menyatakan bahwa secara parsial kompetensi sosial tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. Pengujian
parsial pada variabel lain memberikan hasil berbeda, dimana kompetensi kepribadian memiliki
pengaruh yang sinifikan terhadap kinerja dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Samarinda. Secara simultan, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kinerja dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda
Kata kunci : Kompetensi Sosial, Kompetensi Kepribadian, Kinerja Dosen

dilakukan untuk meningkatkan kualitas lulusan


PENDAHULUAN
adalah dengan meningkatkan kinerja dosen.
Pendidikan merupakan hal yang sangat
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang
penting. Di dunia pendidikan khususnya perguruan
Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No.
tinggi, peran pengajar (selanjutnya disebut Dosen)
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
merupakan komponen yang menentukan dalam
Pendidikan salah satunya mengaamanatkan bahwa
sistem pendidikan tinggi. Dosen memegang peran
dosen wajib memiliki kualifikasi akademik,
utama dalam pembangunan intelektual sumber
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
daya manusia yang diselenggarakan secara formal.
rohani, serta memiliki kemampuan untuk
Dosen menentukan keberhasilan peserta didik
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Danim
terutama dalam kaitannya dengan proses belajar
(2002) mengungkapkan bahwa ciri krisis
mengajar. Dosen juga merupakan komponen yang
pendidikan di Indonesia adalah dosen belum
paling berpengaruh terhadap terciptanya proses
mampu menunjukkan kinerja yang memadai.
dan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
yang membentuk output yang berkualitas Sebagai pengajar atau pendidik, dosen
(mahasiswa) dapat tercipta dari pengajar yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
berkualitas pula. Salah satu upaya yang dapat setiap upaya pendidikan. Adanya peningkatan

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345 Riset / 3329
dalam mutu pendidikan tidak terlepas dari kinerja Mangkunegara (2000) mendefinisikan kinerja
dosen. Keberhasilan kinerja akan terwujud jika (prestasi kerja) sebagai hasil kerja secara kualitas
ditunjang dengan kompetensi yang baik. Oleh dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
karena itu, seorang dosen dituntut untuk memiliki dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
kompetensi yang baik dimana hal tersebut dapat tanggung jawab yang diberikan. Dalam kamus
meningkatkan kualitas kerjanya. bahasa Indonesia (KBBI), Kinerja berarti sesuatu
yang dicapai, prestasi diperlihatkan, kemampuan
Politeknik Negeri Samarinda (Polnes)
kerja.
merupakan satu dari beberapa perguruan tinggi
yang ada di kota Samarinda. Sebagai salah satu Definisi lain menyebutkan bahwa pengertian
lembaga pendidikan, tentunya tidak sedikit kinerja adalah seseorang untuk melaksanakan
masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja tugasnya yang baik untuk menghasilkan hasil yang
dosen, diantaranya belum optimalnya dalam memuaskan, guna tercapainya tujuan sebuah
perencanaan pembelajaran, tidak hanya pada organisasi atau kelompok dalam suatu unit kerja.
perencanaan, masalah juga mungkin timbul pada Jadi, kinerja karyawan merupakan hasil kerja di
pelaksanaan pembelajaran. , belum lagi masalah mana para guru mencapai persyaratan-persyaratan
dalam evaluasi pembelajaran disiplin tugas. Ini pekerjaan (simamora, 1995)
terjadi di rata-rata program studi, program studi di
Davies (1987) mengatakan bahwa seorang
Jurusan Akuntansi salah satunya.
mempunyai empat fungsi umum yang merupakan
Di Jurusan Akuntansi Polnes, masih terlihat ciri pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut:
adanya masalah dalam perencanaan,
a. Merencanakan, yaitu pekerjaan seorang
pelaksanaan, evaluasi pembelajaran dimana masih
guru menyusun tujuan belajar.
ada dosen yang belum membuat persiapan
b. Mengorganisasikan, yaitu pekerjaan guru
pembelajaran sebelum mengajar. Masalah ini
untuk mengatur dan menghubungkan
dapat terjadi salah satunya karena kurang atau
sumber belajar sehingga dapat mewujudkan
lemahnya kompetensi setiap dosen. Kompetensi
tujuan belajar dengan cara yang paling
yang rendah cenderung menghasilkan kinerja yang
efektif, efesien, dan ekonomis mungkin.
rendah. Hal ini nantinya akan berpengaruh pada
c. Memimpin, yaitu pekerjaan guru untuk
kinerja dosen yang ada. Berangkat dari kondisi
memotivasi, mendorong, dan
demikian, maka penelitian mengenai kompetensi
menstimulasikan muridnya, sehingga siap
dan kinerja dosen perlu untuk dilakukan
mewujudkan tujuan belajar.
Pada umumnya, kompetensi dosen terdiri d. Mengawasi, yaitu pekerjaan guru untuk
dari 4 bagian yaitu; 1. Kompetensi pedagogik, 2. menentukan apakah fungsinya dalam
Kompetensi profesional, 3. Kompetensi sosial, dan mengorganisasi dan memimpin telah
4. Kompetensi kepribadian. Penelitian mengenai berhasil dalam mewujudkan tujuan yang
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat
telah banyak dilakukan. Atas dasar hal tersebut diwujudkan, maka guru harus mengatur
maka peneliti tertarik untuk meneliti dari 2 aspek kembali situasinya dan bukannya mengubah
kompetensi lain yaitu kompetensi sosial dan tujuan.
kompetensi kepribadian. Penelitian ini bertujuan
Jadi, kinerja guru dalam proses belajar
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
mengajar adalah kemampuan guru dalam
terhadap kinerja dosen dan bagaimana upaya
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang
untuk meningkatkan kinerja dosen dilihat dari faktor
memiliki keahlian mendidik anak didik dalam
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian
rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya
yang dimilikinya.
institusi pendidikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tugas Pokok dalam Pembelajaran
Kinerja Guru
Guru berhadapan dengan siswa adalah pada
Istilah kinerja guru berasal dari kata job saat proses belajar mengajar berlangsung.
performance/actual performance (prestasi kerja Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik
atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh terutama pada saat proses belajar berlangsung.
seseorang). Jadi menurut bahasa kinerja bisa Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai
diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bidangnya, pandai berkomunikasi, mengasuh, dan
bentuk keberhasilan kerja pada diri seseorang. menjadi contoh belajar yang baik bagi siswanya
Keberhasilan kinerja juga ditentukan dengan untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.
pekerjaan serta kemampuan seseorang pada
Menurut Sukadi (2001), sebagai seorang
bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan
profesional, guru memiliki lima tugas pokok yaitu,
dengan kepuasan kerja seseorang.
merencanakan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran,

Riset / 3330 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345
menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya
melakukan bimbingan dan konseling. dengan berhasil. Selanjutnya Uno (2008:64)
menjelaskan bahwa guru adalah orang dewasa
Kriteria Kinerja Guru
yang secara sadar bertanggung jawab dalam
Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat mendidik, mengajar, dan mengelola kelas agar
apabila kriteria-kriteria yang ada telah mencapai peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya
secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
berarti pekerjaan seseorang telah dianggap tujuan akhir dari proses pendidikan. Uno (2008:64)
memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana juga mengutip pendapat Sudiarto bahwa
yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja kompetensi guru professional menuntut dirinya
bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat sebagai guru agar mampu menganalisis,
dari serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh mendiagnosis, dan memprognosis situasi
seorang yang berprofesi guru. Kemampuan yang pendidikan.
harus dimiliki guru telah disebutkan dalam
Guru yang memiliki kompetensi professional
peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005
perlu menguasai antara lain:
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat
3 yang berbunyi: a. disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber
bahan pelajaran,
Indikator Kinerja Guru
b. bahan ajar yang diajarkan,
Ada beberapa indikator yang dapat dilihat c. pengetahuan tentang karakteristik siswa,
peran guru dalam meningkatkan kemampuan d. pengetahuan tentang filsafat dan tujuan
dalam proses belajar-mengajar. Indikator kinerja pendidikan,
tersebut antara lain: e. pengetahuan serta penguasaan tentang metode
dan model mengajar,
1. Kemampuan merencanakan belajar mengajar,
f. penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi
Kemampuan ini meliputi:
pembelajaran,
a. Menguasai garis-garis besar
g. pengetahuan tentang penilaian, dan mampu
penyelenggaraan pendidikan. merencanakan, memimpin, guna kelancaran
b. Menyesuaikan analisa materi pelajaran
proses pendidikan.
c. Menyusun program semester
d. Menyusun program atau pembelajaran Kompetensi Guru (Uno, 2008: 72) adalah
2. Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh
mengajar, yang meliputi: guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi,
yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas
a. Tahap pra intruksional profesionalnya sebagai guru (profesional),
b. Tahap intruksional kompetensi yang berhubungan dengan keadaaan
c. Tahap evaluasi dan tidak lanjut pribadinya (personal), kompetensi yang
3. Kemampuan mengevaluasi, kemampan ini berhubungan dengan masyarakat atau
meliputi: lingkungannya (sosial). Guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang
a. Evaluasi normatif memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan
b. Laporan hasil evaluasi tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar
c. Pelaksanaan program perbaikan dan bidang pendidikan. Begitu sangat strategisnya
pengayaan kedudukan guru sebagai tenaga profesional, di
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Kompetensi Guru 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya
Bab III Pasal 7, diamanatkan bahwa profesi guru
Menurut Oxford Advanced Learner s merupakan bidang pekerjaan khusus yang
Dictionary (2000), “Competency is a skill that you dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
need in a particular job for particular task” ,
Kompetensi adalah keterampilan yang dibutuhkan 1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
untuk pekerjaan tertentu. Uno (2008:64) idealisme;
berpendapat Kompetensi guru adalah salah satu 2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun mulia
kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pendidikan sesuai dengan bidang tugas yang
pengalaman dan lamanya mengajar. Kompetensi mereka geluti
professional seorang guru adalah seperangkat 4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorangn guru dengan bidang tugas

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345 Riset / 3331
5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan seorang guru akan memberikan teladan yang baik
tugas keprofesionalan terhadap anak didik maupun masyarakatnya,
6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang
sesuai dengan prestasi kerja patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya)
7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
Kepribadian guru merupakan faktor
belajar sepanjang hayat; memiliki jaminan
terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
Dalam kaitan ini, Darajat dalam Syah (2000:225-
keprofesionalan; dan
226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang
8) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
dengan tugas keprofesionalan guru.
akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
(Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib menengah). Karakteristik kepribadian yang
memenuhi standar kualifikasi akademik dan berkaitan dengan keberhasilan guru dalam
kompetensi guru yang berlaku secara nasional. menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas
Kompetensi guru meliputi: kognitif dan keterbukaan psikologis.

1) kompetensi pedagogik, Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah


2) kompetensi kepribadian, cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti
3) kompetensi sosial, dengan tindakan secara simultan dan memadai
4) kompetensi professional. dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada
umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan
Kompetensi Kepribadian berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki
Berperan sebagai guru memerlukan resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan
kepribadian yang unik. Kepribadian guru ini meliputi ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, pengenalan. Dalam Undang-undang Guru dan
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian
peserta didik, dan berakhlak mulia.Seorang guru adalah “kemampuan kepribadian yang mantap,
harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut
dihadapi. kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi
personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru
Adakalanya guru harus berempati pada yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang
siswanya dan ada kalanya guru harus bersikap baik. Kompetensi personal ini mencakup
kritis. Berempati maksudnya guru harus dengan kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri,
melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat
guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut
berbuat salah. for Teacher Education, mengemukakan kompetensi
pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat
Menurut Usman (2002) kepribadian guru
meliputi hal berikut: istiadat baik sosial maupun agama, (2)
pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3)
a. Mengembangkan kepribadian pengetahuan tentang inti demokrasi, (4)
b. Berinteraksi dan berkomunikasi pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap
d. Melaksanakan administrasi sekolah yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
e. Melaksanakan penelitian sederhana untuk (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia.
keperluan pengajaran. Kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah
bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung
Kepribadian guru penting karena guru
jawab dan mampu menilai diri pribadi.
merupakan cerminan prilaku bagi para siswa-
siswanya. Johnson sebagaimana dikutip Anwar
(2004:63) mengemukakan kemampuan personal
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas
guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif
utamanya mengajar, memiliki karakteristik
terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta
keberhasilan pengembangan sumber daya
unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok
penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh

Riset / 3332 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345
seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup pendapat Asian Institut for Teacher Education,
ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah
sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. satu daya atau kemampuan guru untuk
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
personal mengharuskan guru memiliki kepribadian masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi mendidik, membimbing masyarakat dalam
bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi
Untuk dapat melaksanakan peran sosial
kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap,
kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi
dan (2) keteladanan.
(1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk
Kompetensi Sosial menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan
kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja,
Pekerjaan seorang guru adalah merupakan
tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini
suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh
bertautan dengan norma yang dijadikan landasan
sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan
dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan
yangmemerlukan keahlian khusus dan biasanya
sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai
dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah.
program untuk meningkatkan kemajuan
Profesi guru ini memiliki prinsip yang dijelaskan
masyarakat dan kemajuan pendidikan. Johnson
dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14
sebagaimana dikutip Anwar (2004:63)
Tahun 2005 sebagai berikut:
mengemukakan kemampuan sosial mencakup
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
idealisme tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu membawakan tugasnya sebagai guru.
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
Arikunto (1993:239) mengemukakan
mulia
kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki
3) Memiliki kualifikasi dan latar belakang
kemampuan komunikasi sosial baik dengan
pendidikan sesuai bidang tugas.
peserta didik, sesama guru, kepala sekolah,
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota
dengan bidang tugas
masyarakat. Berdasarkan uraian di atas,
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan
kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator
tugas keprofesionalan
(1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan
dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan
sesuai denga prestasi kerja
rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangan
siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.
keprofesionalan
8) secara berkelanjutan dengan sepanjang hayat METODE PENELITIAN
9) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
Kerangka Pemikiran
melaksanakan tugas keprofesionalan
10) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai Dari uraian yang telah disampaikan di bab
kewenangan yang mengatur hal-hal yang sebelumnya, maka dapat diperjelas variabel
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian
terhadap kinerja Dosen. Secara skematis dapat
Guru yang efektif adalah guru yang mampu
diilustrasikan seperti pada bagan berikut:
membawa siswanya dengan berhasil mencapai
tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar”.
Surya (2003:138) mengemukakan Poin “a” pada skema menjelaskan pengaruh
kompetensi sosial adalah kemampuan yang kompetensi sosial terhadap kinerja dosen. Poin “b”
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam menjelaskan pengaruh kompetensi kepribadian
berhubungan dengan orang lain. Kompetensi sosial terhadap kinerja dosen. Semua mewakili uji
ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial hubungan secara parsial. Sedangkan pada poin “c”
dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345 Riset / 3333
dimana uji hubungan dilakukan secara serentak semakin dekat dengan 1, berarti variabel
atau bersama-sama (simultan). dependen (tergantung) dapat dijelaskan secara
linier oleh variabel bebas. Sebaliknya koefisien
Metode Pengumpulan Data
kolerasi (R) mendekati nol berarti model yang
- Kuesioner. Proses ini dilakukan dengan digunakan masih dianggap lemah untuk maksud
mengajukan sejumlah pertanyaan. Item yang sama.
pertanyaan yang diberikan dapat mewakili Analisis kolerasi berguna untuk menentukan
variabel yang diteliti dan dapat digunakan suatu besaran yang, menyatakan bagaimana
sebagai pengukuran dalam penelitian. Masing- kuat hubungan suatu variabel dengan variabel
masing variabel diwakili indikator yang lain. Jadi tidak mempersoalkan apakah suatu
merepresentasikan pertanyaan di kuesioner. variabel tertentu tergantung kepada variabel
- Observasi, data yang di peroleh melalui yang lain. Selanjutnya dapat dihitung dengan
database perguruan tinggi yang bersangkutan. rumus (Umar, 2003 : 195) :
n XY   X  Y
Data yang dimaksudkan antara lain data
mengenai jumlah dosen dll r
Uji Kualitas Data n X   X nY  Y 
2 2 2 2

- Uji Validitas, yaitu menghitung korelasi antara


skor masing-masing butir pertanyaan dengan Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat
total scor setiap konstruknya (Ghozali, 2001). hubungan dapat digunakan pedoman
Pengujian ini menggunakan metode Pearson interprestasi koefisien korelasi sebagai berikut :
Correlation. Tabel 4.1. Interprestasi Koefisien Korelasi
- Uji Reliabilitas, Uji reliabilitas ini menggunakan Interval Tingkat
reliabilitas konsistensi internal yaitu tekhnik No
Koefisien Hubungan
cronbach Alpha (α). Apabila nilai cronbach
1 0,00 – 0,199 Sangat rendah
alpha dari hasil pengujian > 0,6 maka dapat
dikatakan bahwa konstruk atau variabel itu 2 0,20 – 0,399 Rendah
adalah reliabel (Nunnaly, 1969 dalam Ghozali, 3 0,40 – 0,599 Sedang
2001) 4 0,60 – 0,799 Kuat
Teknik Analisa Data 5 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
- Uji Multikolinearitas. Uji ini dilakukan dengan Sumber : Sugiono, 2006
cara melihat nilai tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF
- Uji Koefisien Determinasi (R2)
< 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independennya. Setelah dilakukan koefisien korelasi, langkah
- Uji Heteroskedastisitas, Untuk melakukan selanjutnya dilakukan analisis determinasi (R2).
pengujian terhadap asumsi ini dilakukan dengan Koefisien determinasi dilakukan untuk
menggunakan analisis dengan grafik plots. mengetahui derajat ketepatan dari analisis
Apabila titik-titik menyebar secara acak baik regresi berganda R2 dan juga menunjukkan
diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu besarnya variasi sumbangan seluruh variabel
y maka dinyatakan tidak terjadi bebas terhadap variabel tidak bebasnya.
heterokedastisitas. Rumusnya sebagai berikut :
SSR
- Uji Normalitas , yaitu uji yang dilakukan R2 
dengan cara menguji distribusi data normal Total SS
yang dilakukan dengan cara analisis grafik. Dimana :
- Uji Autokorelasi, uji yang dilakukan Untuk SSR : Sum of Squares Regression
mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu (jumlah kudran regresi)
model regresi. Uji ini dilakukan melalui uji Durbin Total SS : Total Sum of Squares (total
Watson. Jika dl > d > 4-du, maka dikatakan jumlah kuadrat)
tidak ada autokoralasi. Dengan demikian koefisien kolerasi berganda
- Uji koefisien korelasi (R), Uji ini dilakukan (R) dapat dihitung dengan cara :
untuk melihat keeratan hubungan antara R  R2
variabel yang akan diteliti. Semakin tinggi nilai R
yang mendekati 1, maka semakin erat - Uji Hipotesis
hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Untuk melihat pengaruh yang signifikan dari
Interpretasi terhadap hasil koefisien kolerasi (R) variabel bebas terhadap variabel terkait baik
berarti apabila : Nilai koefisien determinasi (R) secara stimulant maupun secara parsial, maka

Riset / 3334 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345
akan dilakukan tahapan uji untuk pengujian Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima
penelitian. dan Ha ditolak.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho di tolak dan
Uji pengaruh secara simultan (Uji F)
Ha diterima.
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah Persamaan regresi linier berganda adalah
variabel bebas secara bersama-sama, sebagai berikut (Ghozali, 2005):
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
variabel terkait. Dimana:
Oleh karena itu uji F digunakan pada Y = Kinerja Dosen
persamaan regresi berganda. Adapun prosedur A = Konstanta
pengujiannya adalah sebagai berikut : b1, b2 = Koefisien garis regresi
1) Merumuskan hipotesis statistik yang X1 dan X2 = (kompetensi sosial dan
digunakan : kompetensi kepribadian)
Ho : b1 = 0 e = error variable / variabel
Ha : b1  0 pengganggu
2) Level of significance () : 0,1 dengan df = Koefisien Korelasi (R)
(n-k-1)
3) Nilai statistik F hitung (Rangkuti, 2007 : Koefisien korelasi menerangkan sejauh mana
165) adalah sebagai berikut : terjadi keeratan hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Dari tabel diatas dapat
R2 terlihat bahwa nilai koefisien korelasi (R) berada
F hitung  k
1 R 
2 pada angka 0,601 atau diatas 60%. Dengan
demikian hubungan antara variabel memiliki
n  k 1 hubungan yang kuat.
Dimana :
k = Jumlah variabel bebas Koefisien Determinasi (R2)
n = Banyaknya sampel Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk
R2 = Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model
4) Kriteria penolakan dan penerimaan Ho dan dalam dalam menerangkan variasi variabel
Ha adalah : dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima antara nol dan satu. Jika nilai R2 kecil, berarti
dan Ha ditolak kemampuan variabel-variabel independen
Jika F hitung > F tabel, maka Ho di tolak dalam menjelaskan variabel dependen sangat
dan Ha diterima terbatas. Apabila nilai R2 mendekati satu berarti
Uji pengaruh secara simultan (Uji t) variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
Uji t digunakan untuk menguji signifikan variasi variabel dependen. Hal ini menunjukkan
pengaruh parsial variabel bebas terhadap jika nilai R2 semakin dekat pada nilai 1, maka
variabel terkait. Adapun prosedur pengujiannya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak
adalah : bebas semakin kuat. Sebaliknya jika nilai R
1) Merumuskan hipotesis statistik yang semakin dekat dapat nilai 0 maka pengaruh
digunakan : variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
Ho : b1 = 0 semakin lemah.
Ha : b1  0
2) Level of significance () : 0,1 dengan df = Dari uji koefisien determinan yang dilakukan
(n-k-1) dapat dinyatakan bahwa Besarnya R2 sebesar
3) Nilai statistik t hitung menurut Sugiyono 0,297 atau 29,7%. Hal ini berarti 29,7% variabel
(2006 : 214) adalah : kinerja kerja dapat dijelaskan oleh variabel
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.
r n2 Sedangkan sisanya sebesar 70,3% dijelaskan
t
oleh sebab atau variabel lain diluar model
1 r 2
penelitian ini.
Dimana :
r = Kolerasi yang ditemukan
n = Jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya
dikonsultasikan dengan t tabel
4) Kriteria penolakan dan penerimaan Ho dan
Ha adalah :

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345 Riset / 3335
Berdasarkan tabel diatas, maka model
regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = 43,008 + 0,398X1 + 0,938X2
Konstanta (α) sebesar 43,008 memberi
pengertian jika kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian sama dengan nol (0), maka besarnya
tingkat kinerja dosen adalah sebesar 43,008
satuan.
1. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
Variabel X1 merupakan koefisien regresi dari
nilai signifikansi untuk variabel kompetensi
variabel kompetensi sosial sebesar 0,398
sosial (X1) terhadap prestasi kerja (Y)
mempunyai arti bahwa semakin tinggi kompetensi
menunjukkan nilai 0.184. nilai ini lebih besar
sosial atau bila terjadi penambahan kompetensi
dari 0.05 (0.184 > 0.05) sehingga dapat
sosial sebesar 1 satuan, maka akan terjadi
dikatakan bahwa kompetensi sosial tidak
peningkatan kinerja dosen sebesar 0,398 satuan
berpengaruh secara signifikan terhadap
(39,8%) dengan asumsi variabel lainnya konstan
kinerja
atau tetap.
2. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
Variabel X2 merupakan koefisien regresi dari nilai signifikansi untuk variabel kompetensi
variabel kompetensi kepribadian sebesar 0,938 kepribadian (X2) terhadap kinerja (Y)
mempunyai arti bahwa semakin tinggi kompetensi menunjukkan nilai 0.047. nilai ini lebih kecil
kepribadian atau bila terjadi penambahan dari 0.05 (0.047 < 0.05) sehingga dapat
kompetensi kepribadian sebesar 1 satuan, maka dikatakan bahwa kompetensi kepribadian
akan terjadi peningkatan tingkat prestasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
sebesar 0,938 satuan (93,8%) dengan asumsi kinerja
variabel lainnya konstan atau tetap. PEMBAHASAN
Uji Secara Simultan
Variabel Kompetensi Sosial
Hasil uji statistik secara simultan untuk
Dari hasil analisis, diketahui bahwa pada
variabel X1 (kompetensi sosial) dan variabel X2
variabel X1 yang diwakili oleh kompetensi sosial
(kompetensi kepribadian) terhadap variabel Y
tidak memiliki berpengaruh terhadap kinerja dosen
(Kinerja) diperoleh hasil sebagai berikut :
di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda.
Salah satu alasannya dapat dilihat dari
indikator (X1.1) hasil rekapitulasi jawaban
responden bahwa memahami bahasa daerah
setempat tidak menentukan baik dalam
meningkatkan kinerja ataupun untuk menunjang
profesi. Dosen di jurusan akuntansi polnes terdiri
dari multi etnis yang seluruhnya memiliki latar
belakang budaya yang berbeda. Namun adanya
Berdasarkan hasil perhitungan stastistik kesepahaman bahwa untuk menjalankan pekerjaan
diperoleh nilai probabilitas (signifikansi) sebesar (proses belajar mengajar / perkuliahan) bahasa
0,011 karena nilai signifikansi 0,011 lebih kecil dari pengantar yang digunakan tetap bahasa nasional
0,05 (0.011 < 0.005) maka Ho ditolak dan H1 (bahasa indonesia). Hal inilah yang membuat
diterima. Ini berarti bahwa variabel bebas. mayoritas dosen memberikan jawaban (netral)
(kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian) pada aspek pemahaman bahasa setempat (bahasa
secara bersama-sama berpengaruh terhadap daerah).
variabel terikat (kinerja).
Hasil rekapitulasi jawaban responden juga
Uji Parsial menyatakan bahwa sebagian besar dosen masih
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kurang dalam melaksanakan berbagai program
antara X1 (kompetensi sosial) dan X2 (kompetensi dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan
kepribadian) terhadap Y (Kinerja) maka digunakan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan
uji t. (X1.5). Para dosen pada umumnya melakukan
kegiatan untuk menunjang kualitas pendidikan bagi
sekitar lingkungan kerja namun hal ini sangat
jarang dilakukan. Jika berjalan, maka kegiatan
tersebut semata-mata untuk memenuhi kewajiban
yang ditetapkan kepada setiap dosen berkaitan
dengan unsur tri dharma perguruan tinggi yaitu

Riset / 3336 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345
pengabdian masyarakat. Kegiatan ini dilakukan Negeri Samarinda.
untuk memenuhi standar tertentu penilaian kinerja
DAFTAR PUSTAKA
dosen dan biasanya minimal dilaksanakan satu kali
dalam setahun oleh Kementerian Riset dan Adi, Saiful, Kompetensi yang harus di miliki
Pendidikan Tinggi. Meski menjadi agenda tahunan, seorang guru,
namun tetap saja kegiatan ini bukan prioritas utama www.saiful_adi_wordpress.com 2008
seperti halnya melakukan pengajaran dan
Ahmad Sudrajat. 2007. Kompetensi Guru dan
penelitian. Kendala yang paling bnayak ditemukan
Peran Kepala Sekolah. http://www. Google.
dilapangan adalah masalah dana yang harus
dikeluarkan dan mobilisasi massa. Com.

Variabel Kompetensi Kepribadian Aidin Adlan. 2000. Hubungan Sikap Guru Terhadap
Matematika dan Motivasi Berprestasi
Dari hasil analisis, diketahui bahwa variabel dengan Kinerja Guru. Matahari. No.1
X2 yang diwakili oleh kompetensi kepribadian
Anonim. 2003. Undang-Undang RI No. 20 tentang
memiliki berpengaruh yang terhadap kinerja dosen
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda.
Depdikanas.
Hasil rekapitulasi jawaban responden pada
Danim S. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV
indikator X2.7 terlihat bahwa sebanyak 18 orang
Pustaka.
dari 23 orang dosen (78%) menyatakan bahwa
mereka terus berupaya mengembangkan diri bagi Kamus Besar Bahasa Indonesi, Surabaya: PT
kemajuan profesi. Hal ini berdampak positif Apollo.
terutama nantinya untuk para mahasiswa karena
para dosen selalu memberikan informasi baru dan E Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004
termutakhir bagi mahasiswa yang diajar sehingga Panduan Pembelajaran Kurikulum Berbasis
mereka dapat mendapatkan informasi kekinian Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
mengenai perkembangan ilmu yang terbaru. Karya.
Secara langsung hal ini tidak hanya meningkatkan Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja
kinerja dosen secara individu namun juga SDM, Bandung: PT Refika Aditema, Cet.
meningkatkan kualitas mahasiswa yang dibina. Ke-10, 2006
Hasil rekapitulasi jawaban responden pada Muhlisin. 2008. Profesionalisme Kinerja Guru
indikator X2.10 terlihat sebanyak 16 orang (70%) Menyongsong Masa Depan. http://www.
menyatakan bahwa mereka selalu berusaha untuk Google. Com.
menunjukkan etos kerja yang baik. Keinginan dari
dalam diri dan semangat untuk bekerja dengan Musarofah. 2008. Kinerja Guru. http://www.
baik adalah bagian dari keinginan untuk mencapai Google. Com.
hasil yang baik. Sikap menjaga etos kerja ini Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar Dan
diharapkan memberikan hasil yang positif dimana Mengajar. Bandung: Sinar Baru
pekerjaan yang dilakukan oleh dosen (tri dharma) Algensindo.
semakin membaik. Keinginan mereka untuk
menunjukkan hasil kerja yang baik ini nantinya Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005,
diharapkan dapat memenengaruhi kinerja menjadi Tentang Standar Nasional Pendidikan,
lebih baik lagi. Jakarta CV. Eko Jaya, 2005

KESIMPULAN Pidarta. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.


Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta.
1. Hasil pengujian hipotesis 1 membuktikan
bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh Prabu, A.A Mangkunegara Anwar, Manajemen
signifikan antara kompetensi sosial terhadap Sumber Daya Manusia, Bandung: PT.
kinerja Dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Rosdakarya, 2000
Negeri Samarinda. Putrayasa, I.B. 2007. Guru : Digugu dan di Tiru.
2. Hasil pengujian hipotesis 2 membuktikan ISSN 0215 – 8250
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara kompetensi kepribadian terhadap kinerja Putrayasa, I.B. 2004. Standar, Butir, dan Indikator
Dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Kompetensi Guru Pendidikan Bahasa
Samarinda. Indonesia. Disampaikan dalam Pertemuan
3. Hasil pengujian hipotesis secara simultan Tim Pengembang Program Sertifikasi
membuktikan bahwa terdapat pengaruh Kependidikan Depdiknas di Jakarta, 13-15
signifikan antara kompetensi sosial terhadap Juli 2004.
kinerja Dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345 Riset / 3337
Putrayasa, I.B. 2007. Kompetensi Pedagogik dan
Kompetensi Profesional. Makalah
disampaikan dalam rangka menyongsong
pelaksanaan program sertifikasi guru SMP
di Kabupaten Buleleng yang
diselenggarakan oleh SMP Negeri 6
Singaraja, Sabtu, 7 April 2007.
Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryo, Subroto, B, Proses Belajar Mengajar di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Tim
penyusun , Pedoman Penulisan Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta 2007
Suyanto. 2000. Kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru. http://www. Google. Com.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun
2005, Sinar Grafika, 2006
Undang-undang RI, Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Sinar Grafika, 2006
Usman, Uzer, Menjadi Guru Professional,
Bandung: PT Rosdakarya, 2002

Riset / 3338 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

Anda mungkin juga menyukai