Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners

Disusun oleh :

ANURUL FAIDAH

KHG D21093

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

A. Definisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduangan tanpa stimulus nyata. (Keliat, Nanda
2015)

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis,
2005).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, , merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).

Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar.
Walaupun tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan
bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi” (Yosep,2010).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang disertai
gangguan respon yang kurang, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (Nanda-I,
2012).

B. Jenis Halusinasi

1. Halusinasi Pendengaran (Audio)


2. Halusinasi penglihatan
3. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
4. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
5. Halusinasi sentuhan (Taktil)
6. Halusinasi somatik
C. Etiologi
Faktor-faktor penyebab halusinasi (Stuart,2007) yaitu :
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan system saraf yang terhubung dengan
neurobiologis yang maladaptif, yang ditunjukan melalui pencitraan otak
dan beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neutransmiter yang
berlebihan serta pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal
menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan psikologis klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi seperti kemiskinan, konflik social budaya dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.

D. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari
suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra.
Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang Respon Neurobiologis

Respon adaptif Respon


Maladaptif

- Pikiran logis - Distrosi pikiran - Gangguan


- Persepsi akurat - Ilusi proses pikir
- Emosi konsisten - Reaksi emosional - Waham
- Perilaku sesuai - Perilaku aneh atau - Perilaku
- Hubungan sosial tidak biasa disorganisasi
- Ketidakteraturan - Menarik diri - Isolasi sosial

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
social budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan
b. Respon psikosossial
Meliputi :
1) Distrosi pikiran adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma social budaya dan
lingkungan, ada pun respon maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak
teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam.
(Damaiyanti, 2012: 54)

E. Proses Terjadinya Masalah


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki
karakteristik yang berdeda yaitu:
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumberdipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tandatanda sistem
saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital
( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan reaita.
c. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan
dengan orang ain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang ain dan berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan terutamajika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangan
membahayakan. (Prabowo, 2014: 130- 131)

F. Tanda dan Gejala


Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi menurut Stuart dan
Suden(1998) adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon
verba lambat
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang
tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah f.
Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
f. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya) dan takut
g. Sulit berhubungan dengan orang lain
h. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
i. Tidak mampu mengikuti perintah
j. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.
(Prabowo, 2014: 133-134)
G. Mekanisme Koping
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus
internal. (Prabowo, 2014 :134)
H. Akibat Halusinasi
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan
lingkungan.ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang
meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya.
(Iskandar;2012;56).

I. DATA YANG PERLU DIKAJI


Manifestasi Klinis
1.      Bicara, senyum dan tertawa sendiri

2.      Menarik diri dan menghindar dari orang lain

3.      Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

4.      Tidak dapat memusatkan perhatian

5.     Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan


lingkungannya)takut

6.      Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat, 2005)

 Akibat

            Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai


diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend,
M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

            Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
 Data subjektif :

a.       Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam

b.      Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

 Data objektif :

a.       Wajah tegang, merah

b.      Mondar-mandir

c.       Mata melotot rahang mengatup

d.      Tangan mengepal

e.       Keluar keringat banyak

f.       Mata merah

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2. Isolasi sosial: Menarik Diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPADA K E G I A T A N SP
Klien 1. Tujuan tindakan
a. Pasien mengenali halusinasi yang
dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan
secara optimal
SP 1
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu klien
mengenali halusinasinya
Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya dapat
dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang
isi halusinasi (apa yang didengar/lihat, waktu terjadi
halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat
halusinasi muncul.
b. Melatih klien
mengontrol halusinasinya
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi dengan melatih pasien 4 (empat) cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu :

1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan
halusinasinya. Sehingga klien mampu mengendalikan
diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinai tetap ada, namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti
apa yang ada dalam halusinainya.
Tahapan tindakan meliputi:

a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

b) Memperagakan cara menghardik

c) Meminta pasien memperagakan ulang

d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

2) Bercakap-cakap dengan orang lain


Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian
pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu
cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal SP 2
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah
dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang
teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang yang
seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk


mengatasi halusinasi.
SP 3
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
pasien
 Melatih pasien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien
mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur
malam, 7 hari dalam seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

4) Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus
dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai
dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di
rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi
seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh
menggunakan obat:
 Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
gangguan jiwa
 Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai
program
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5
benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar
waktu, benar dosis)
c. Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok
d. Melakukan Terapi keluarga
SP 4

Keluarga 1. Tujuan Tindakan SP 5


a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik
dirumah sakit maupun dirumah
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang
efektif untuk pasien.
2. Tindakan Keperawatan
SP 6
a. Diskusikan masalah
yang dihadapi keluarga dalam mera-wat pasien.
b. Berikan pendidikan
kesehatan tentang pengertian halusi-nasi, jenis
SP 7
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan geja-la
halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan
pada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung dihadap-an
pasien.
d. Buat perencanaan
pulang dengan keluarga
Kelompok Terapi Aktivitas Kelompok SP 8

KETERANGAN: SP = Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

L. STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KEMAMPUAN S1

1. Untuk Klien
a. Masalah : Halusinasi

1) Pertemuan : Ke 1

a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-
suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut.
Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka
menyendiri
(2) Diagnosa: Perubahan sensori Persepsi: Halusinasi
pende-ngaran
(3) TUK :
(a) Membina hubungan saling percaya
(b) Membantu klien mengenali halusinasinya
(c) Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan
menghardik halusinasi.
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(1) Orientasi :

(a) Salam terapeutik


“Selamat pagi ! perkenalkan, nama saya Hosi Nashihah Badri, saya
mahasiswa Stikes Karsa Husada Garut, Namanya siapa ? Senang
dipanggil apa ?”

(b) Evaluasi / validasi


“Bagaimana perasaan M hari ini ? Apa keluhan M saat ini ?”

(c) Kontrak

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang


selama ini M dengar tetapi tak tampak wujudnya ? Di mana kita duduk ? Di
ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?“
(2) Kerja :

“Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering

D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu

terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”

“Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul?

“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal,
dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

“Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi
saya tidak mau dengar, ….. Saya tidak mau dengar . Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah
begitu ….bagus! Coba lagi ! Ya bagus D sudah bisa”

(3) Terminasi:

(a) Evaluasi Subjektif


“Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?”
(b) Evaluasi Objektif
”Coba sebutkan 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi.”
(c) Rencana tindak lanjut

”Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana
kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?(Saudara
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien).

(d) Kontrak

 Topik: “Bagaimana kalau kita bertemu untuk belajar dan latihan


mengendalikan suara-suara lama kita akan berlatih?

 Tempat: “Dimana tempatnya”

 Waktu: Jam berapa D bisa.

“Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”


2) Pertemuan: Ke 2 (Masalah: Halusinasi)

a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu
kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat
sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri.
(2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
(3) TUK : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(1) Orientasi :
(a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum D.

(b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
mun-cul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?
Berkurangkan suara-suaranya Bagus !

(c) Kontrak

Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 2 menit. Mau di mana? Di sini saja ?“

(2) Kerja :

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah bercakap-


cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung
saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D.
Contohnya begini;…. Tolong , saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan : Kak,
ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D, Coba D lakukan
seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih
terus ya D!”
(3) Terminasi:

(a) Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini?”


(b) Evaluasi Objektif

”Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suara-suara itu?
Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi”.

(c) Rencana tindak lanjut

“Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam
berapa latihan bercakpa-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi”.

(d) Kontrak

 Topik : Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal?

 Tempat : “Mau di mana. Di sini lagi?”

 Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?.

Sampai besok ya. Assalamualaikum”

2. Untuk Keluarga
a. Masalah: Halusinasi
1) Pertemuan: Ke 5
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu
kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara
sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri.
(2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
(3) TUK : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(1) Orientasi :
(a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum Bapak/Ibu!”” Hosi Nashihah Badri, saya mahasiswa
Stikes Karsa Husada Garut yang merawat anak Bapak?Ibu.”

(b) Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang


anak Bapak/Ibu?”

(c) Kontrak

 Topik
“Hari ini kita akan mendiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak?ibu
alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”

 Tempat
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara?

 Waktu
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

(2) Kerja :

“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bedanya.

“Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa sebab”

“ Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya


suara itu tidak ada.”

“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya


bayangan itu tidak ada.”

“Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara terebut antara lain: Pertama, dihadapkan anak Bapak/Ibu,
jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu
percaya bahwa anak tersebut memang mendengar atau melihatnya.”

“Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
denganya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-
sama.Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat
jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan
berikan pujian jika dia lakukan!”

”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan
obat tanpa konultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak
Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat mengingatkan
kembali. Obatnya ada 3 macam , ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3x seari pada jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat
rileks, jam minummya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
dimunum untuk mencegah kekambuhan”

“Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak
Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu . Kemudian suruhlah
anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah aya ajarkan
cara menghardik halusinasi.”

“Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu, Sambil


menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu? Kamu
ingatkan apa yang diajarakan perawat bila suara-suara itu datang? Ya, Usir
suara itu, Ucapkan berulang-ulang, D”

“Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan “

“Bagus Pak/Bu”
(3) Terminasi:
(a) Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan


halusinasi anak Bapak/Ibu ?”

(b) Evaluasi Objektif

“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak Bapak/Ibu”

“Bagus sekali Pak/Bu.

(c) Rencana tindak lanjut

Baiklah, nanti dirumah bapak/ibu ingat lagi apa yang sudah kita bicarakan
sehingga nanti dapat kita praktekkan pada anak bapak/ibu.

(d) Kontrak

 Topik: Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk


mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapkan anak
Bapak/Ibu

 Tempat: “Di sini lagi ya!”

 Waktu: Jam berapa bapak/ibu bias datang ke rumah sakit ini lagi?
Bagaimana kalau jam 10.00.

Sampai jumpa. Wassalammualaikum

B. Kemampuan Spesialis (S2)


1. Kognitif Terapi
a. Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya.

b. Sesi II : Alasan

1) Proses Keperawatan

a) Kondisi: Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan


tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri
dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
b) Diagnosa: Harga diri rendah kronis

c) TUK :

a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”, ”where”, ”when”, ”who”.


b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif
e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien
f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna
g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa tidak berguna
h. Memberikan reinforcement positif.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”

b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini?”

“ Masih ada mendengarkan suara-suara? Apa yang dilakukan jika suara itu
muncul?”

2. Kontrak

1. Topik
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang
rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai.

b. Tempat

“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”

c. Waktu

“Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”


Kerja :

“ Apa yang menjadi masalah bagi D sekarang ini? Mengapa perasaan tidak
berguna itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul? Adakah orang lain
yang membuat D merasa tidak berguna, tidak dihargai?”

“ Apa yang terjadi sebelumnya sehingga D merasa tidak berguna? Bagaimana


perasaan dan pikiran D saat m erasa tidak dihargai tersebut?”(mencatat pikiran
otomatis dan mengklasifikaikan dalam distorsi kognitif).

“ Hal apa yang menyebabkan D merasa tidak berguna dan tindakan apa yang
biasanya dilakukan D saat merasa tidak berguna?”

“ Baiklah D, nanti D tulis perasaan yang paling D rasakan! Nanti kita bahas apa
yang D tuliskan.”

Terminasi:

a. Evaluasi Subjektif

“ Bagaimana perasaan D setelah kita ngobrol selama 30 menit ini?

b. Evaluasi Objektif

“Coba M sebutkan lagi penyebab M merasa tidak berguna.

3. Rencana tindak lanjut

“ Nanti M ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan munculnya
rasa tidak berguna, sampaikan pada saya.

4. Kontrak

a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan perasaan M kembali dan belajar


bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatrif .

b. Tempat : Nanti dimana M mau ngobrol lagi? Baiklah..

c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?

Sesi III : Tanggapan


A. Proses Keperawatan

1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan


tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri
dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain

2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis

3. TUK :

a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat

b .Berikan umpan balik

c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan

d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan

e. Beri reinforcement posisif

f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom

g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom

h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom

i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”

b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini?”

“ Masih ada yang D pikirkan dan akan sampaikan tentang perasaan tidak
berguna? Apakah sudah dituliskan?”

1. Kontrak

1. Topik
“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang
rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai dengan metode 3
kolom.”

b. Tempat

“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”

c. Waktu

“Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja :

“ Apa yang D maksudkan dengan tulisan ini. Bisa D ceritakan? Bagaimana


pendapat D dengan tulisan ini? Bagus.”

Sekarang apa yang D inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik sekali
keinginan D, maukah saya bantu untuk belajar cara mewujudkan itu ? Ini ada
tiga kolom, kolom pertama untuk mengungkapkan pikiran otomatis (negatif,
kolom kedua saya yang akan mengisi, dan kolom ketiga untuk melawan pikiran
negatif atau hal positif yang D miliki.” Ada yangbelum dimengerti dan mau
ditanyakan?

Terminasi:

a. Evaluasi Subjektif

“ Bagaimana perasaan D setelah kita mempelajari cara menghilangkan


pikiran negatif dengan metode 3 kolom selama 30 menit ini?

b. Evaluasi Objektif

“Coba D sebutkan lagi cara yang sudahkita pelajari tadi.

3. Rencana tindak lanjut

“ Nanti D ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang suda D lakukan untuk diri D
sendiri atau untuk keluarga D, sampaikan pada saya dan tuliskan lagi di kertas
ini.”
4. Kontrak

a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan apa yang sudah D tuliskan.

b. Tempat : Nanti dimana D mau ngobrol lagi? Baiklah..

c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?Baiklah setengah jam lagi saya


kesini

Triangle Terapi

Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan


tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri
dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain

2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis

3. TUK :

a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada


klien.Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi
masalah klien.

b. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada


saat ini, terapis menggunakan tehnik – tehnik komunikasi, misalnya;
silence, klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain – lain
c. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi
klien tersebut.
d. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada
keluarga.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

a. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”
Evaluasi / validasi

(c) Bagaimana perasaan D dan ibu hari ini? Kontrak

1. Topik
” Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan membicarakan tentang
masalah yang dihadapi D anak ibu

b. Tempat

“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”

c. Waktu

“Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit.”

Kerja :

” Baiklah bu, D anak ibu sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu ingin supaya
D cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu kita bersama-sama
merawat D. Saya harap bukan untuk disini saja kita merawat D, tetapi juga jika
D sudah dirumah. Untuk itu tentu kita harus tahu apa yang menjadi masalah bagi
D sehingga menyebabkan D dirawat disini. Bagaimana ?”

”Sekarang, D silahkan menyampaikan apa yang sedang Riri rasakan kepada


orang tua D.” ”Ya, terus……. ”

”Bagus, D sudah berani menyampaikan masalah yang D hadapi kepada orang


tua D.”

” Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah yang dihadapi


anak ibu?”

” Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi pada D?
Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang ibu harapkan dengan
pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat menuliskannya pada lembaran
harapan ini.”
Terminasi:

a. Evaluasi Subjektif

b. ” Bagaimana perasaan D setelah


menyampaikan masalah D pada orang tua D? Kalau ibu bagaimana perasaan
ibu setelah kita ngobrol selama 45 menit ini?

c. Evaluasi Objektif

“Bisa D sebutkan lagi masalah yang D Hadapi?”

3. Rencana tindak lanjut

“ Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang D rasakan silahkan
dicatat disini!”

4. Kontrak

a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas tentang


bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang lain, dalam hal ini adalah D anak
ibu.“.

b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti kita bertemu
disini lagi.

c. Waktu : “Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu masih
disini kah? Baiklah .”
DAFTAR PUSTAKA

Aditama Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika

Huda Amin, Kusuma Hardi, 2015. Nanda Nic Noc 2015. Medication. Jakarta.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga

University Press.

Huda Amin, Kusuma Hardi, 2015. Nanda Nic Noc 2015. Medication. Jakarta.
Trimelia, 2011.  Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta :
Trans Info Medika.
Yosep, I., 2010, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan

Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai