Isi Tugas2
Isi Tugas2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, melakukan suatu hubungan luar negeri sangatlah
penting untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara. Dimana kita
dituntut untuk berkompetisi dan berinovasi, agar kita dapat bertahan dan tidak
terpuruk dalam era globalisasi ini. Dalam perekonomian dunia yang semakin
terintegrasi terlihat bahwa Negara yang berhasil dalam perekonomiannya adalah
negara yang berhasil mendorong dan mempertahankan eksistensi perdagangannya
dengan cepat. Sistem perekonomian Indonesia merupakan sistem yang terbuka (open
economic system), oleh karena itu keterbukaan terhadap perekonomian luar negeri
menjadi kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi dalam negeri sendiri.
Perkembangan ekonomi Internasional adalah salah satu cara untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu melalui perdagangan
internasional. Perdagangan internasional terjadi melalui perjanjian dan perundingan
antar negara. Perdagangan internasinal dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar
negara, yang mencakup kegiatan ekspr dan impr. Perdagangan internasional dibagi
menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa.
Perdagangan jasa antara lain tediri dari biaya transportasi, perjalanan (travel),
asuransi, pembayaran bunga, dan remittance seperti gaji tenaga kerja Indonesia (TKI)
di luar negeri dan pemaikan jasa konsultan asing di Indonesia serta fee atau royalti
teknologi (lisensi).
Pada prinsipnya ada dua faktor utama yang menyebabkan timbulnya
perdagangan internasional , yakni faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran. (Nopirin 1995 : 3)
Ahli-ahli ekonomi menganggap perdagangan internasional sebagai mesin
pertumbuhan ekonomi (Engine of Growth), konsep dan pandangan tersebut tetap
berlaku hingga saat ini. Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya
perdagangan internasional diantaranya dikarenakan perbedaan permintaan dan
penawaran antar negara juga turut menyebabkan terjadinya perdagangan
internasional. Perbedaan ini terjadi karena:
1
1. Tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang
diperdagangkan, karena faktor-faktor alam negara tersebut tidak
mendukung, seperti letak geografis dan kandungan buminya
2. Perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi
tertentu pada tingkat yang lebih efisien.
2
Banyak negara yang terlibat dan melakukan perdagangan internasional untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi mereka. Tak terkecuali negara kita sendiri yaitu
Negara Indonesia. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional
tersebut, dan banyak mengekspor barang ke luar negeri. Tapi, Indonesia juga
mengimpor barang dari luar negeri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dikaji di dalam kasus ini yaitu :
1. Bagaimana dampak ACFTA terhadap Indonesia ?
2. Kebijakan apa yang harus diterapkan oleh negara Indonesia agar bisa
terhindar dari dampak negatif tersebut ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan kasus tersebut yaitu :
1. Mengetahui dampak ACTA terhadap Indonesia
2. Mengetahui kebijakan yang harus diterapkan Indonesia agar bisa terhindar
dari dampak negatif.
D. Manfaat
Manfaat yang kita dapat dari pembahasan kasus ini yaitu dimana mahasiswa
bisa berpikir kritis dan mampu membuat kebijakan yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi Indonesia. Dan mahasiswa bisa lebih mengetahui dan paham akan
pertumbuhan ekonomi dan masalah-masalah yang dihadapi Indonesia. Dan juga bisa
melihat peluang yang ada bagi negara Indnesia sendiri.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
Landasan Teori
4
tidak efisien. Sedangkan teori production comparative advantage (Labour
Productivity) adalah suatu negara akan memperoleh manfaat perdagangan jika
berspesialisasi pada pada produksi dan mengekspor barang dimana negara
tersebut dapat berproduksi lebih produktif dan mengimpor barang dimana negara
tersebut berproduksi kurang/tidak produktif.
Menurut teori ini, perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat
terjadi, walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut, asalkan
masing-masing negara memiliki perbedaan dalam labor efficiency (cost
comparative advantage) atau labor productivity (production comparative
advantage). (Hamdy Hadi, 2004:32-38)
3. Teori Faktor Proporsi (The Proportional Factors Theory)
Teori ini disampaikan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, teori ini sering
disebut teori Heckscher-ohlin, yang berbunyi bahwa perbedaan opportunity cost
suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya
perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki tiap negara. Negara-
negara yang mempunyai faktor produksi yang relative lebih banyak atau murah
akan melakukan spesialisasi dan mengekspor barang yang dihasilkannya,
sedangkan negara yang mempunyai faktor produksi yang relative lebih sedikit
atau mahal akan mengimpor barang tertentu.
Teorema penyamaan harga faktor produksi (sebenarnya, akibat wajar dari
teorema H-O) menanggap bahwa perdagangan akan membawa pada penghapusan
atau pengurangan perbedaan sebelum perdagangan dalam harga-harga faktor
absolute dan relative antar Negara.(Domonick Salvatore, 1986:57)
4. Teori Permintaan dan Penawaran
Dasar pemikiran teori permintaan dan penawaran adalah bahwa perdagangan
antar dua negara terjadi, karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran.
Misalnya, di Indonesia permintaan terhadap kain lebih sedikit dibandingkan
dengan Cina. Maka Indonesia akan menjual sisa kain, setelah dikurang jumlah
yang dikonsumsi di pasar domestik, ke Cina. Sebaliknya, permintaan terhadap
televisi di Cina lebih sedikit dibandingkan di Indonesia. Maka Cina akan
mengekspor televisi ke Indonesia.(Tulus Tambunan, 2000:42)
Permintaan ini berbeda misalnya, karena perbedaan pendapatan dan selera
sedangkan perbedaan penawaran misalnya, dikarenakan perbedaan di dalam
5
jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.
(Nopirin, 1995:26)
5. Impor
Kata impor identik dengan suatu perdagangan yang dilakukan oleh suatu
negara dengan negara lainnya yang merupakan mitra dagangnya. Impor adalah
kegiatan yang memasukkan atau membeli barang dan jasa dari luar negeri ke
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi di negara tersebut.
Namun impor dapat juga diartikan sebagai perdagangan dengan memasukkan
barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku.(Hutabarat, 1996:403). Kegiatan impor ini juga dapat menghasilkan
devisa yaitu masuknya mata uang asing ke suatu negara yang dapat digunakan
untuk membayar pembelian barang-barang impor tersebut. Barang-barang yang
diperjual-belikan juga bermacam-macam.
Peranan impor sangat dibutuhkan dalam suatu negara namun tidak jarang
terjadi defisit termasuk Indonesia. Hal ini terjadi jika kinerja impor lebih besar
daripada ekspor, sedangkan surplus terjadi jika keadaan sebaliknya.Peningkatan
impor yang berefek pada membanjirnya produk dari luar negeri menyebabkan
banyak pengangguran karena masyarakat lebih menyukai produk yang
didatangkan dari luar negeri daripada barang dengan kualitas dalam negeri yang
terbagi menjadi hasil kerajinan tangan ataupun buatan pabrik. Ketika melakukan
impor, sangat penting untuk mengetahui harga dunia saat itu. Kenaikan atau
penurunan harga secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar untuk komoditas
yang diperdagangkan akan memberikan risiko terhadap negara importir.
Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan
menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut :
a. Kebijakan Tariff
Kebijakan Tariff dalam bentuk bea masuk dapat dibedakan
berdasarkan tinggi randahnya pembebanan Tariff.
b. Kebijakan Non Tariff
Kebijakan non Tariff adalah berbagai kebijakan perdagangan selain
bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi
manfaat perdagangan internasional.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa dalam kerjasama perdagangan bebas
ACFTA ini peluang Cina jauh lebih besar bila dibandingkan dengan Indonesia.
8
Struktur Perdagangan Indonesia-China, 2003-2009 (%)
Hal ini akan berdampak negatif pada perusahaan yang ada di Indonesia.
Karena konsumen lebih banyak membeli barang dari Cina, maka perusahaan-
perusahaan Indonesia banyak yang mengalami kebangkrutan atau masih bisa
melakukan produksi tapi dalam skala yang kecil bila dibandingkan dengan
sebelumnya. Dilain pihak, para tenaga kerja di perusahaan akan banyak mengalami
PHK karena ketidaksanggupan perusahaan untuk membayar gaji tenaga kerjanya.
PHK ini akan mengakibatkan pengangguran di Indonesia menjadi lebih banyak yang
akan berdampak negatif kepada tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di
9
negara Indonesia ini. Selain itu, angka kriminalitas dapat dipastikan naik jika
pengangguran semakin meningkat.
Jika terjadi penurunan dalam produksi Indonesia ini, dan produk dalam negeri
mengalami penjualan yang menurun maka juga berdampak pada investor yang ingin
menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka akan berpikir dan berhati-hati jika ingin
investasi ke negara kita ini. Dan mengakibatkan negara kita kekurangan modal dalam
melakukan pembangunan. Yang paling ditakutkan jika investor tidak mau lagi dalam
menanamkan modal serta produk domestik kalah bersaing dengan produk impor dari
Cina maka GDP negara Indonesia tidak akan stabil seperti biasanya. Maka dari itu
kita harus mencari jalan keluar dari masalah ini. Agar kita lebih jelas dan paham
mengenai dampak dari ACFTA ini, maka dalam pembahasan ini akan dicantumkan
neraca perdagangan Indonesia-Cina 2007-2011. Dimana neraca perdagangan
Indonesia-Cina mengalami fluktuasi dan juga tejadi neraca perdagangan dalam
keadaan minus.
10
Seperti yang telah dijelaskan dalam kajian teori tadi, bahwa dalam impor ada
kebijakan tarif dan non tarif yang bisa diterapkan oleh pemerintah negara yang
melakukan perdagangan bebas. Disini saya berpendapat bahwa dalam perdagangan
ACFTA ini hambatan tarif dan non tarif jangan dihilangkan. Sepeti dalam FTA (Free
Trade Area), hambatan tarif memang sesama anggota 0%, tapi hambatan non tarifnya
masih tetap ada. Karena ACFTA termasuk dalam integrasi kerjasama ekonomi FTA.
Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan kebijakan non tarif dalam
menghadapi ACFTA ini. Yaitu kebijakan quota impor, dimana ada pembatasan
terhadap jumlah barang yang diimpor. Karena adanya pembatasan jumlah barang
yang diimpor ini maka harga barang impor akan naik dengan sendirinya. Hal ini akan
berpengaruh terhadap impor Cina di Indonesia, dan produk Indonesia juga akan dapat
membaik lagi di pasar domestik. Sebab ketersediaan produk Cina dibatasi karena
adanya kebijakan quota impor tersebut. Dibawah ini akan digambarkan mengenai
dampak tari quota impor.
P S
P0 ................................ E0=Autarki
P2
P3 Free Trade
D
0 Q1 Q3 Q0 Q4 Q2 Q
Pada kurva diatas dijelaskan saat sebelum terjadi perdagangan bebas, dimana
permintaan sama dengan penawaran terhadap full employment. Saat terjadi
perdagangan internasional, yaitu dari sisi impor dapat dilihat bahwa permintaan
Q2 lebih besar dari penawaran Q1 untuk itu dilakukan impor di negara tersebut
sebesar selisih Q1 dengan Q2. Ketika ada kebijakan quta impr maka
mengakibatkan jumlah barang yang diimpor berkurang yaitu sebesar selisih Q3
dan Q4. Dimana penawaran sudah mulai naik dan permintaan mengalami
penurunan. Sehingga produk Indonesia bisa bersaing di dalam pasar domestik,
dan membuka peluang yang besar bagi investasi di Indonesia. Itu akibat adanya
kebijakan quota impor.
11
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era globalisasi ini, perdagangan internasional sangatlah penting untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Karena semakin tingginya
tingkat persaingan maka kita dituntut untuk mampu berinovasi dan menjalin
hubungan yang baik antar negara. Perdagangan internasional ini didasari leh teori-
teori yang telah ada sejak dulu. Mulai dari teori klasik sampai dengan teori
modren.
Indonesia juga melakukan perdagangan bebas dengan negara lain. Salah
satunya melalui ACFTA ini. Indonesia menjalin kegiatan perdagangan bebas
dengan Cina sejak 2005 dan mulai sah sejak tahun 2010. Dimana Indonesia bisa
memasuki pasar Cina, begitu juga sebaliknya. Namun dengan adanya kegiatan
ACFTA ini produk Cina dapat masuk tanpa hambatan ke Indonesia.
Mengakibatkan produk Indonesia kalah, dimana Cina menjual produknya dengan
harga yang murah dan kualitasnya jauh lebih baik dari Indonesia. Hal itu
mengakibatkan banyak perusahaan Indonesia yang mengalami kebangkrutan dan
banyak tenaga kerja yang di PHK. Karena menurunnya daya beli masyarakat
terhadap produk dalam negeri. Inilah yang akan mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi negara Indonesia menurun dan tetap menjadi negara berkembang.
Maka pemerintah harus menetapkan kebijakan yang mengatur hubungan
Indonesia-Cina ini. Salah satunya melalui kebijakan non tarif yaitu quota impor.
Adanya pembatasan produk Cina yang masuk ke Indonesia. Sehingga harganya
akan menjadi mahal nantinya. Ini akan membuat produk Indonesia dapat diminati
konsumen lagi karena kurangya penawaran dari luar dan harga barang impornya
menjadi mahal.
B. Saran
Seharusnya dalam menjalin hubungan luar negeri ini pemerintah Indonesia
harus mempersiapkan diri terlebih dahulu. Dan harus melihat peluang serta
ancaman yang akan timbul dari hubungan tersebut. Serta dapat membuat
kebijakan yang akan diterapkan dalam hubungan tersebut. Pemerintah harus
memulainya dari sekarang, salah satunya harus menyiapkan tenaga kerja yang
13
berkualitas serta modal yang cukup. Karena jika kita tidak siap dalam menghadapi
hubungan luar negeri (perdagagan internasional) ini, maka pertumbuhan ekonomi
negara kita akan melambat dan sulit untuk tumbuh dengan cepat.
14