Anda di halaman 1dari 58

TESIS

DETERMINAN NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI ASEAN:


KELOMPOK NEGARA LOWER MIDLE INCOME

OLEH:
M. AFDAL. S
NIM/TM: 18181014/2018

KOSENTRASI: EKONOMI MONETER

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Neraca transaksi berjalan merupakan ukuran untuk menilai

kekuatan perdagangan internasional pada suatu negara yang

mempengaruhi kinerja perekonomian dalam memicu pembangunan.

Interaksi dalam perdagangan internasional mengakibatkan kondisi neraca

transaksi berjalan pada suatu negara mengalami ketidakseimbangan yang

dikenal dengan istilah surplus dan defisit (Kim, Min, Hwang, &

McDonald, 2009; Unger, 2017).

Defisit neraca berjalan merupakan indikator utama

ketidakseimbangan eksternal dalam perekonomian global (Duncan, 2016;

Gervais, Schembri, & Suchanek, 2016) yang menjadi fokus perdebatan

dalam pembuatan kebijakan ekonomi pada suatu negara (Belkar &

Cockerell, 2007; Chen, 2011).

Berdasarkan pengklasifikasian negara yang dilakukan oleh World

Bank, dengan menggunakan indikator Gross National Income (GNI) per

kapita dalam satuan US$ selama periode satu tahun, suatu negara dapat

diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu lower income (< = 1.005);

lower middle income (1.006 – 3.955); upper middle income (3.956 –

12.235); dan high income (> 12.235). (www.worldbank.org).

1
Klasifikasi kelompok negara yang terdapat di ASEAN adalah

lower middle income terdiri dari Indonesia, Filipina, Vietnam, Laos,

Myanmar, dan Kamboja; upper middle income terdiri dari Malaysia dan

Thailand; dan high income terdiri dari Singapore dan Brunei Darussalam.

Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, kondisi neraca transaksi berjalan

di ASEAN masih ada yang defisit, yaitu terdapat pada kelompok negara

lower middle income, kondisi tersebut diperlihatan pada Grafik 1.1.

Grafi
k 1.1 Kondisi Neraca Transaksi Berjalan di ASEAN pada Kelompok
Negara Lower Middle Income. (Sumber: World Bank)

Berdasarkan informasi pada Grafik 1.1, kondisi neraca transaksi

berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle income

mengalami fluktuasi setiap tahunnya, namun selama lima tahun terakhir

terdapat negara yang mengalami defisit secara berkelanjutan yang terjadi

di Indonesia, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Namun, juga terdapat negara

yang mengalami surplus, tetapi seiring berjalannya waktu kondisinya

mengalami penurunan, bahkan hampir mengalami defisit yang terjadi di

Filipina dan Vietnam.

2
Berdasarkan hal tersebut, kondisi neraca transaksi berjalan di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income adalah bervariasi

antar negara, namun pada umumnya mengalami keadaan yang defisit,

sehingga hal ini menarik untuk diteliti dan dalam penelitian ini ditetapkan

bahwa kelompok negara lower middle income di ASEAN sebagai objek

penelitian.

Sehubungan dengan penjelasan yang terdapat pada Grafik 1.2

sampai dengan Grafik 1.6, kondisi ketidakseimbangan neraca transaksi

berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle income tidak

terlepas dari pengaruh fluktuasi variabel makroekonomi. Selain itu juga

terdapat penyimpangan antara hasil penelitian sebelumnya dengan data,

sehingga hal tersebut menimbulkan fenomena yang harus dikaji

penyebabnya untuk dicarikan solusinya.

Neraca transaksi berjalan adalah isu yang menarik untuk diteliti

dalam kajian ekonomi moneter internasional karena memberikan

informasi mengenai kesehatan perekonomian pada suatu negara.

Pentingnya mengkaji determinan neraca transaksi berjalan di ASEAN

pada kelompok negara lower middle income disebabkan karena neraca

transaksi berjalan merupakan indikator dari ketidakseimbangan eksternal

yang digunakan sebagai penilai dari stabilitas perekonomian untuk

mengevaluasi kinerja suatu negara pada perdagangan internasional dalam

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (Djeutem & Nguimkeu, 2013).

3
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji

ketidakseimbangan kondisi neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income dari tahun 2000 sampai dengan

tahun 2016 dengan judul penelitian: “Determinan Neraca Transaksi

Berjalan di ASEAN: Kelompok Negara Lower Middle Income”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi,

investasi asing langsung, dan jumlah uang beredar terhadap neraca

transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income?

2. Sejauhmana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap neraca

transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income?

3. Sejauhmana pengaruh kurs riil terhadap neraca transaksi berjalan di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income?

4. Sejauhmana pengaruh inflasi terhadap neraca transaksi berjalan di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income?

5. Sejauhmana pengaruh investasi asing langsung terhadap neraca

transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income?

4
6. Sejauhmana pengaruh jumlah uang beredar terhadap neraca transaksi

berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle income?

5
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi, investasi asing

langsung, dan jumlah uang beredar terhadap neraca transaksi berjalan

di ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

2. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap neraca transaksi berjalan di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

3. Pengaruh kurs riil terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

4. Pengaruh inflasi terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

5. Pengaruh investasi asing langsung terhadap neraca transaksi berjalan

di ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

6. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap neraca transaksi berjalan di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dilakukannya

penelitian adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan penulis dalam bidang penulisan ilmiah.

2. Bagi ilmu pengetahuan, bagi peneliti lain yang melakukan penelitian

pada masalah yang sama diharapkan tulisan ini dapat dijadikan

6
sebagai referensi ilmu pengetahuan. Selain itu, penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu ekonomi

terutama yang berkaitan dengan Ekonomi Moneter Internasional.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran serta masukan bagi Sekretaris Jenderal ASEAN selaku

pihak yang berwenang melaksanakan berbagai kesepakatan ASEAN

untuk kegiatan perdagangan internasional dalam memantau dan

melaporkan perkembangan pencapaian ASEAN pada pertemuan

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.

7
BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Neraca Transaksi Berjalan

Neraca transaksi berjalan merupakan ukuran perdagangan barang

dan jasa internasional suatu negara yang paling luas. Komponen

utamanya adalah neraca perdagangan, yaitu selisih antara ekspor dan

impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah

defisit neraca perdagangan. Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari

impor, maka akan terjadi surplus neraca perdagangan (Hady, 2009).

2. Determinan Neraca Transaksi Berjalan

a. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Neraca Transaksi


Berjalan

Produk Dometik Bruto/PDB adalah produksi total yang

meliputi barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu periode

tertentu oleh faktor produksi yang terletak dalam suatu negara.

Berdasarkan penelitian yang relevan hubungan antara

pertumbuhan ekonomi terhadap neraca transaksi berjalan adalah

berpengaruh positif dan signifikan karena apabila suatu negara

mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi, berarti terjadi

kenaikan output di negara tersebut, sehingga kebutuhan domestik

dapat terpenuhi dengan produksi domestik dan konsekuensinya

impor menurun. Bahkan sebagian dari peningkatan output tersebut

8
diekspor ke luar negeri dan konsekuensinya ekspor meningkat.

Sehingga hal ini mengakibatkan ekspor lebih besar daripada impor

yang berdampak pada peningkatan kondisi neraca transaksi

berjalan oleh (Kurniadi, Aimon, & Sentosa, 2018; Murat,

Hobikoğlu, & Dalyancı, 2014; Z. Turan et al., 2016).

Namun juga terdapat hasil penelitian yang menyatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap neraca transaksi berjalan karena apabila sebuah negara

mengalami peningkatan pendapatan nasional dengan persentase

relatif lebih tinggi dari negara-negara lain, maka neraca transaksi

berjalannya akan menurun. Jika pendapatan riil mengalami

peningkatan maka konsumsi terhadap barang juga akan meningkat

dan sebagian peningkatan konsumsi akan diwujudkan dalam

pembelian produk-produk impor (Sahoo et al., 2016).

b. Pengaruh Kurs Riil terhadap Neraca Transaksi Berjalan

Kurs merupakan nilai mata uang suatu negara terhadap

mata uang negara lain. Harga suatu mata uang terhadap mata uang

negara lainnya juga merupakan harga aktiva atau harga aset, maka

prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga berlaku

dalam kurs. Kurs riil menghitung harga relatif dari barang-barang

diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana suatu

negara bisa memperdagangkan barang-barang dari pasar domestik

dan pasar asing.

9
c. Pengaruh Inflasi terhadap Neraca Transaksi Berjalan

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-

barang secara terus menerus, namun tidak berarti bahwa harga-

harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang

sama karena kenaikannya tidaklah bersamaan, namun terjadi pada

periode tertentu (Nopirin, 2000).

d. Pengaruh Investasi Asing Langsung terhadap Neraca


Transaksi Berjalan

Penanaman modal asing merupakan penanaman modal oleh

orang asing baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Penanaman modal asing lazim disebut dengan istilah investasi

asing. Investasi asing langsung yaitu penanaman fasilitas produksi

seperti pembelian lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan

mesin-mesin dan membeli bahan baku (Todaro, 2004).

e. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Neraca Transaksi


Berjalan

Jumlah uang beredar merupakan uang yang berada ditangan

masyarakat yang dapat diartikan secara sempit (M1) bahwa uang

beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk

pembayaran dan secara luas (M2) bahwa uang beredar dapat

mempengaruhi perkembangan harga, produksi, dan keadaan

ekonomi.

10
B. Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini penulis tentunya memerlukan kajian terdahulu

atau penelitian empiris sejenis untuk mendukung penelitian yang penulis

lakukan. Dimana nantinya dapat digunakan sebagai referensi untuk

melihat apakah penelitian yang dilakukan mendukung atau tidak dengan

penelitian yang sebelumnya.

Investigasi keberlangsungan defisit neraca berjalan di Indonesia

dengan menggunakan pendekatan ECM (Error Correction Mechanism)

untuk mencari hubungan jangka panjang dan jangka pendek terhadap

defisit neraca transaksi berjalan dan variabel makroekonomi yang

mempengaruhinya periode 2000 kuartal 1 hingga 2015 kuartal ke 4. Hasil

estimasi jangka panjang adalah defisit neraca transaksi berjalan

dipengaruhi secara negatif oleh pertumbuhan ekonomi dan kurs riil,

sedangkan hasil estimasi jangka pendek adalah defisit neraca transaksi

berjalan dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan ekonomi,

keterbukaan ekonomi, dan secara negatif dipengaruhi oleh kurs riil dan

inflasi (Kurniadi, Aimon, & Sentosa, 2018).

Pengujian fundamental makroekonomi atau faktor eksternal yang

mencerminkan perilaku neraca transaksi berjalan di India periode pasca-

liberalisasi periode 1997 sampai dengan 2015 untuk melakukan pengujian

jangka panjang dan jangka pendek dengan menggunakan pendekatan error

correction model. Hasil penelitian adalah dalam jangka panjang kurs riil

dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca transaksi

11
berjalan, sedangkan investasi asing langsung berpengaruh negatif tetapi

tidak signifikan terhadap neraca transaksi berjalan. Sedangkan hasil

penelitian jangka pendek adalah kurs riil, inflasi, dan investasi asing

langsung berpengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca transaksi

berjalan (Garg & Prabheesh, 2017).

Investigasi keberlangsungan defisit neraca transaksi berjalan di

India selama periode 1980 hingga 2014 dengan memeriksa pengaruh

pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi, dan pengeluaran pemerintah

dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian adalah

pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap neraca transaksi berjalan, sedangkan pengeluaran pemerintah

berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap neraca transaksi

berjalan (Sahoo et al., 2016).

Analisis defisit neraca transaksi berjalan sebagai fenomena pada

ekonomi Turki yang sering dianggap sebagai salah satu penyebab utama

krisis ekonomi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji

keberlangsungan defisit neraca transaksii berjalan di Turki antara tahun

1989 sampai 2015 dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian

adalah pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

neraca transaksi berjalan, kurs riil dan suku bunga kredit berpengaruh

negatif tetapi tidak signifikan terhadap neraca transaksi berjalan, dan

investasi asing langsung berpengaruh negtif dan signifikan terhadap neraca

transaksi berjalan (Z. Turan et al., 2016).

12
Pengujian keberlanjutan neraca transaksi berjalan untuk sembilan

negara Eropa selama periode 1991 sampai 2012 dengan menggunakan

metode error correction model. Hasil penelitian dalam jangka panjang

adalah pertumbuhan ekonomi, dan jumlah uang beredar adalah positif dan

signifikan, sedangkan pengaruh inflasi adalah positif tetapi tidak

signifikan. Hasil penelitian dalam jangka pendek adalah inflasi,

pertumbuhan ekonomi, dan jumlah uang beredar berpengaruh positif tetapi

tidak signifikan (Chen & Xie, 2015).

Pengujian hubungan kausalitas antara neraca transaksi berjalan dan

jumlah uang beredar di negara CEE selama periode 1995 sampai 2014

dengan menggunakan metode VAR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak terdapat hubungan kausalitas, tetapi hanya terdapat hubungan satu

arah, yaitu jumlah uang beredar dan investasi asing langsung berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan, sedangkan

pengaruh tingkat tabungan terhadap neraca transaksi berjalan adalah

positif tetapi tidak signifikan (T. Turan, 2015).

Pengujian secara empiris hubungan antara defisit neraca transaksi

berjalan dan variabel makroekonomi dengan menggunakan model regresi

panel dengan memilih 16 negara anggota OECD selama tahun 2005

sampai 2013. Hasil empiris menunjukkan bahwa ada hubungan negatif

yang signifikan antara inflasi terhadap defisit neraca transaksi berjalan.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dan

signifikan terhadap defisit neraca transaksi berjalan. Di sisi lain, hubungan

13
positif tetapi tidak signifikan adalah ekspor terhadap neraca transaksi

berjalan. Sedangkan pengaruh pengeluaran pemerintah dan impor adalah

negatif dan tidak signifikan terhadap neraca transaksi berjalan (Cavdar &

Aydin, 2015).

Analisis hubungan kausalitas antara jumlah uang beredar dan krisis

perbankan terhadap neraca transaksi berjalan di Rusia periode 1980

sampai 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan kausalitas, namun hanya hubungan satu arah, yaitu jumlah uang

beredar yang mempengaruhi neraca transaksi berjalan secara positif dan

neraca transaksi berjalan mempengaruhi krisis perbankan secara negatif

(Davis, Mack, Phoa, & Vandenabeele, 2015).

Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika neraca

transaksi berjalan di Australia periode 1970 sampai 2013 dengan

menggunakan metode regresi. Variabel bebas yang digunakan adalah

pertumbuhan ekonomi, investasi asing langsung, tabungan domestik, dan

aset luar negeri bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap neraca transaksi

berjalan, kemudian investasi asing langsung berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap neraca transaksi berjalan, sedangkan pengaruh

tabungan domestik dan aset luar negeri bersih adalah positif namun tidak

signifikan terhadap neraca transaksi berjalan (Erauskin, 2015).

Pengujian keberlangsungan defisit neraca transaksi berjalan di

Turki periode 1989 sampai 2014. Analisis teknis dilakukan dengan metode

14
regresi yang didukung oleh berbagai variabel bebas, yaitu pertumbuhan

ekonomi, inflasi, jumlah uang beredar, dan investasi asing langsung. Hasil

penelitian adalah investasi asing langsung dan inflasi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan, sedangkan pertumbuhan

ekonomi dan jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan

terhadap neraca transaksi berjalan (Wadud & Rahman, 2015).

Investigasi neraca transaksi berjalan di 21 negara OECD periode

1990 sampai 2013 dengan menggunakan regresi panel. Hasil penelitiannya

adalah depresiasi kurs riil akan memperbaiki kondisi neraca transaksi

berjalan, sedangkan peningkatan investasi asing langsung akan

memperburuk kondisi neraca transaksi berjalan (Gossé & Serranito, 2014).

Penyelidikan keberlanjutan ketidakseimbangan neraca transaksi

berjalan dengan menggunakan data lima negara ASEAN, yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand selama periode 1981 sampai

2012. Keberlanjutan neraca berjalan untuk negara-negara ASEAN

dianalisis dengan pendekatan panel regresi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi dan jumlah uang beredar berpengaruh

positif dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan, sedangkan

investasi asing langsung berpengaruh negatif signifikan terhadap neraca

transaksi berjalan (Kalyoncu & Kaplan, 2014).

Analisis strategi dari defisit neraca transaksi berjalan yang

berkelanjutan dalam ekonomi Turki dengan mempertimbangkan sumber-

sumber utama dari defisit neraca transaksi berjalan dengan menggunakan

15
metode regresi selama periode 2003 sampai 2013. Hasil dari penelitiannya

adalah pertumbuhan ekonomi dan ekspor berpengaruh positif dan

signifikan terhadap neraca transaksi berjalan, sedangkan kurs riil dan

impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca transaksi

berjalan (Murat, Hobikoğlu, & Dalyancı, 2014).

Pengujian beberapa penyeimbangan neraca transaksi berjalan

antara Jerman dan negara-negara periferal Zona Euro sedang dalam

proses. Setelah krisis keuangan kondisi surplus transaksi berjalan di

Jerman Italia, Spanyol, Portugal, dan Yunani mengalami penurunan

selama periode 1999 sampai 2011, penelitian dilakukan dengan dengan

menggunakan metode regresi. Hasil penelitian adalah kurs riil

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan,

jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap neraca

transaksi berjalan, ekspor berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap neraca transaksi berjalan, impor berpengaruh negatif tetapi tidak

signifikan terhadap neraca transaksi berjalan (Dettmann, Möbert, &

Weistroffer, 2012).

Pengujian hubungan teoritis dan empiris antara defisit neraca

transaksi berjalan dengan serangkaian variabel ekonomi di Turki. Dalam

hal ini, Vektor auto regresi (VAR) digunakan untuk menentukan faktor

penentu dari neraca transaksi berjalan di Turki selama periode 1987

sampai 2010. Pemilihan variabel penjelas dimotivasi oleh perdebatan yang

ada dari berbagai teori tentang kondisi neraca transaksi berjalan dengan

16
asumsi bahwa ada struktur dasar yang stabil yang menghubungkan akun

lancar dengan variabel makroekonomi ini. Hasil menunjukkan bahwa

jumlah uang beredar mempengaruhi neraca transaksi berjalan secara

positif dan signifikan, sedangkan kurs riil dan inflasi mempengaruhi

neraca transaksi berjalan secara negatif dan signifikan, dan keterbukaan

ekonomi, harga minyak dan tingkat tabungan mempengaruhi neraca

transaksi berjalan secara negatif tetapi tidak signifikan (Kayikçi, 2012).

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kondisi neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh pertumbuhan

ekonomi, kurs riil, inflasi, investasi asing langsung, jumlah uang beredar,

pengeluaran pemerintah, keterbukaan ekonomi, ekspor, impor, tabungan

domestik, aset luar negeri bersih, suku bunga kredit, dan harga minyak.

Perbedaan penelitian relevan tersebut dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah penulis lebih memfokuskan penelitian pada variabel

pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi investasi asing langsung, dan

jumlah uang beredar karena berdasarkan penelitian relevan bahwa

variabel-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap neraca transaksi

berjalan. Selain itu, perbedaan selanjutnya adalah objek penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah negara lower middle income di

ASEAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan estimasi

data panel karena ingin melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas

yang digunakan terhadap variabel terikat.

17
C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian teori dan penelitian relevan di atas dapat

diketahui bahwa determinan neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income adalah pertumbuhan ekonomi, kurs

riil, inflasi, investasi asing langsung, dan pengembangan keuangan.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (X1) terhadap Neraca Transaksi

Berjalan (Y) adalah positif karena apabila sebuah negara mengalami

peningkatan pertumbuhan ekonomi, berarti terjadi kenaikan output di

negara tersebut, sehingga kebutuhan domestik dapat terpenuhi dengan

produksi domestik dan konsekuensinya impor menurun. Bahkan sebagian

dari peningkatan output tersebut diekspor ke luar negeri dan

konsekuensinya ekspor meningkat. Sehingga hal ini mengakibatkan ekspor

lebih besar daripada impor yang berdampak pada peningkatan kondisi

neraca transaksi berjalan.

Pengaruh Kurs Riil (X2) terhadap Neraca Transaksi Berjalan (Y)

adalah negatif karena apabila kurs riil suatu negara depresiasi, yaitu

kondisi kurs riil yang menurun atau melemah terhadap negara lain, maka

produk-produk yang diekspor oleh negara tersebut menjadi lebih murah

bagi negara pengimpor dan konsekuensinya permintaan ekspor meningkat.

Sedangkan pada saat mengimpor barang dari luar negeri, maka produk-

produk yang diimpor oleh negara tersebut akan menjadi lebih mahal bagi

negaranya dan konsekuensinya permintaan impor menurun. Sehingga hal

18
ini mengakibatkan ekspor lebih besar daripada impor yang berdampak

pada peningkatan kondisi neraca transaksi berjalan.

Pengaruh Inflasi (X3) terhadap Neraca Transaksi Berjalan (Y)

adalah negatif karena apabila inflasi sebuah negara meningkat relatif

terhadap inflasi negara-negara mitra dagangnya, maka akibat tingginya

inflasi domestik, konsumen dalam negara tersebut membeli lebih banyak

barang dari luar negeri dan konsekuensinya impor meningkat. Sedangkan

pada saat negara tersebut menjual barang ke luar negeri, harga barangya

menjadi mahal dan konsekuensinya ekspor menurun. Sehingga hal ini

mengakibatkan impor lebih besar daripada ekspor, yang berdampak pada

penurunan kondisi neraca transaksi berjalan.

Pengaruh Investasi Asing Langsung (X4) terhadap Neraca

Transaksi Berjalan (Y) adalah negatif karena kegiatan investasi asing

langsung mengharuskan negara tujuan investasi untuk membayarkan

keuntungan kepada negara asal dan konsekuensinya akan memicu

terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital outflow) yang berdampak

pada penurunan kondisi neraca transaksi berjalan.

Pengaruh Jumlah Uang Beredar (X5) terhadap Neraca Transaksi

Berjalan (Y) adalah positif karena negara yang memiliki pasar keuangan

yang lebih maju, dapat memicu perluasan produksi yang mengakibatkan

kondisi perekonomian menjadi ekspansif karena adanya peningkatan

jumlah uang beredar dan hal ini akan mengakibatkan depresiasi mata uang

19
domestik. Sehingga hal ini mengakibatkan ekspor lebih besar daripada

impor yang berdampak pada perbaikan kondisi neraca transaksi berjalan.

Kerangka konseptual di atas juga dapat digambarkan sebagai

berikut:

Pertumbuhan Ekonomi
(X1)

Kurs Riil
(X2)

Inflasi
(X3) Neraca Transaksi
Berjalan (Y)

FDI
(X4)

Jumlah Uang Beredar


(X5)

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Determinan Neraca Transaksi


Berjalan di ASEAN pada Kelompok Negara Lower
Middle Income

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka dapat dikemukakan

hipotesis. Adapun rumusan hipotesis sebagai berikut:

1. Secara bersama-sama pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi,

investasi asing langsung, dan jumlah uang beredar bepengaruh

20
signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

H0 : α1 = α2 = α3 = α4 = α5 = 0

Ha : salah satu koefisien ≠ 0

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan

ekonomi terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

H0 : α1 = 0

Ha : α1 ≠ 0

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs riil terhadap

neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income.

H0 : α2 = 0

Ha : α2 ≠ 0

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap

neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income.

H0 : α3 = 0

Ha : α3 ≠ 0

5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara investasi asing

langsung terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

H0 : α4 = 0

21
Ha : α4 ≠ 0

6. Terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar

terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok

negara lower middle income.

H0 : α5 = 0

Ha : α5 ≠ 0.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Peneltian

Penelitian ini merupakan kajian tentang determinan neraca

transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle income

(Indonesia, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja) dengan

menggunakan data panel selama tahun 2000-2016. Determinan neraca

transaksi berjalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi, investasi asing langsung, dan

jumlah uang beredar. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian,

maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif karena

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa adanya.

Dalam penelitian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat melalui uji hipotesis dan melakukan interpretasi

terhadap masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan analisis

statistik.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang dipublikasi oleh instansi tertentu. Data yang digunakan adalah data

panel dengan jumlah data time series adalah 17 tahun (2000 sampai 2016)

dan jumlah data cross section adalah 6 (Indonesia, Filipina, Vietnam,

23
Laos, Myanmar, dan Kamboja). Sumber data dalam penelitian ini

diperoleh dari publikasi World Bank.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara dokumentasi, yaitu

pengumpulan data dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data-data

tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dari catatan

peristiwa yang sudah berlalu dan berbagai buku dan jurnal yang terkait

dengan penelitian (Sugiyono, 2011).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mengalami perubahan

sehingga mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi,

investasi asing langsung, dan jumlah uang beredar.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi akibat dari

adanya perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel terikat adalah neraca transaksi berjalan.

E. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan konsep antara penulis dan pembaca

serta untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penelitian ini, maka

penulis mengemukakan konsep dari variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

24
1. Neraca Transaksi Berjalan (Y) adalah total net ekspor dari

barang dan jasa. Data yang digunakan adalah rasio neraca

transaksi berjalan terhadap GDP di ASEAN pada pada

kelompok negara lower middle income. Data diperoleh dari

World Bank tahun 2000-2016 dengan satuan pengukuran yang

digunakan adalah persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi (X1) adalah pertumbuhan nilai output

bruto yang dihasilkan oleh suatu perekonomian tanpa melihat

kepemilikan faktor produksi yang dihitung berdasarkan harga

konstan. Data yang digunakan adalah pertumbuhan GDP harga

konstan 2010 berdasarkan pada dolar AS di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income. Data diperoleh dari

World Bank tahun 2000-2016 dengan satuan pengukuran yang

digunakan adalah persen.

3. Kurs Riil (X2) adalah harga relatif dari mata uang dua negara

dalam melakukan perdagangan barang dan jasa. Data yang

digunakan adalah pertumbuhan kurs riil pada kelompok negara

lower middle income. Data diperoleh dari World Bank tahun

2000-2016 dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah

persen.

4. Inflasi (X3) adalah kenaikan harga secara cepat dan

menyeluruh yang mengakibatkan menurunnya daya beli

masyarakat. Data yang digunakan adalah rata-rata indeks harga

25
konsumen yang mencerminkan perubahan persentase tahunan

terhadap harga rata-rata untuk memperoleh sekeranjang barang

dan jasa di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income. Data diperoleh dari World Bank tahun 2000-2016

dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah persen.

5. Investasi Asing Langsung (X4) adalah jumlah arus masuk

bersih investasi dari modal ekuitas, reinvestasi penghasilan,

modal jangka panjang lainnya, dan modal jangka pendek. Data

yang digunakan adalah rasio investasi asing langsung terhadap

GDP di ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

Data diperoleh dari World Bank tahun 2000-2016 dengan

satuan pengukuran yang digunakan adalah persen.

6. Jumlah Uang Beredar (X5) adalah uang yang berada ditangan

masyarakat dalam artian luas (M2). Data yang digunakan

adalah rasio jumlah uang beredar terhadap GDP di ASEAN

pada kelompok negara lower middle income. Data diperoleh

dari World Bank tahun 2000-2016 dengan satuan pengukuran

yang digunakan adalah persen.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan masing-

masing variabel yaitu dalam bentuk penyajian data ke dalam tabel

kemudian dilakukan analisis diantaranya; mean untuk melihat kondisi

26
rata-rata terhadap variabel yang digunakan; standar deviasi untuk

melihat dispersi positif dan dispersi negatif terhadap variabel yang

digunakan; dan koefisien variasi untuk melihat tingkat keragaman

kondisi variabel yang digunakan. Analisis deskripsi dilakukan dengan

cara memberikan interprestasi terhadap neraca transaksi berjalan dan

determinan yang mempengaruhinya pada kelompok lower middle

income di ASEAN.

2. Analisis Induktif

a. Konsep Dasar Data Panel

Pada analisis statistik, data dapat dikumpulkan dari waktu

ke waktu pada satu obyek yang sering disebut dengan data runtut

waktu (time series). Namun demikian data juga dapat dikumpulkan

dari beberapa obyek pada satu waktu, disebut sebagai data silang

waktu (cross section). Jika data time series dan data cross section

digabungkan maka disebut dengan panel data. Dengan demikian

panel data dapat didefenisikan sebagai data yang dikumpulkan dari

beberapa obyek dengan beberapa waktu. Nama lain dari panel data

adalah pool data, kombinasi data time series dan cross section,

micropanel data, longitudinal data, analisis even history, dan

analisis cohort (Gujarati, 2005). Dengan demikian regresi panel

data adalah regresi yang menggunakan panel data atau pool data

yang merupakan kombinasi dari data time series dan cross section.

27
Panel data memiliki beberapa kelebihan dibanding data time series

maupun data cross section. Kelebihan tersebut sebagai berikut :

1) Panel data memiliki tingkat heterigenitas yang lebih

tinggi. Hal ini karena data tersebut melibatkan beberapa

individu dalam beberapa waktu. Dengan panel data dapat

diestimasi karakteristik untuk setiap individu berdasarkan

heterogenitasnya.

2) Panel data mampu memberikan data yang lebih

informatif, lebih bervariasi, serta memiliki tingkat

kolinieritas yang rendah. Hal ini karena menggabungkan

data time series dan data cross section.

3) Panel data cocok untuk studi perubahan dinamis karena

panel data pada dasarnya adalah data cross section yang

diulang-ulang (series).

4) Panel data mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh

yang tidak dapat diobservasi dengan data time series

murni atau cross section murni.

5) Panel data mampu mempelajari model perilaku yang

lebih kompleks. Berdasarkan keseimbangan datanya.

b. Model Regresi Data Panel

Dalam penelitian ini, pengaruh pertumbuhan ekonomi, kurs

riil, inflasi, investasi asing langsung, dan jumlah uang beredar

terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok

28
negara lower middle income, secara matematis dapat dituliskan

dalam fungsi sebagai berikut :

Yit = α0 + α1X1it + α2X2it + α3X3it + α4X4it + α5X5it +

εit............................................................................... (3.1)

Keterangan:

Y = Neraca Transaksi Berjalan (% terhadap GDP)

X1 = Pertumbuhan Ekonomi (%)

X2 = Kurs Riil (%)

X3 = Inflasi (%)

X4 = Investasi Asing Langsung (% terhadap GDP)

X5 = Jumlah Uang Beredar (% terhadap GDP)

t = Series Tahun (2000-2016)

i = Indonesia, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja

α0 = Konstanta

α1 − α5 = Koefisien X1, X2, X3, X4, X5

εt = Error Term

c. Jenis Analisis Data Panel

1) Common Effect Model

2) Fixed Effect Model

3) Random Effect Model

29
d. Metode Pemilihan Model Data Panel

1) Uji Chow

Uji Chow adalah pengujian statistik untuk memilih

apakah model CEM atau FEM yang paling tepat

digunakan dalam mengestimasi data panel.

2) Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk

memilih apakah model FEM atau REM yang paling tepat

digunakan dalam mengestimasi data panel.

3) Uji Lagrange Multiplier

Uji Langrange Multiplier adalah untuk memilih

apakah model REM atau CEM yang paling tepat

digunakan dalam mengestimasi data panel.

e. Uji Asumsi Klasik Data Panel

1) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi hanya terjadi pada data time series.

Pengujian autokorelasi pada data yang tidak bersifat time

series (cross section atau panel) akan sia-sia semata atau

tidaklah berarti. Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi

antar observasi dalam satu variabel atau korelasi antar

error masa yang lalu dengan error masa sekarang. Metode

untuk mendeteksi adanya korelasi serial dilakukan

dengan dengan membandingkan nilai DW (Durbin

30
Watson) dari penghitungan dengan nilai DW tabel seperti

yang terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Durbin Watson

No Nilai d Keterangan
1 d < dL Ada autokorelasi
2 dL < d < dU Tidak ada kesimpulan
3 dU < d < 4 – dU Tidak ada autokorelasi
4 4 – dU < d < 4 – dL Tidak ada kesimpulan
5 d < 4 – dL Ada autokerasli
Sumber: (Gujarati, 2005)

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan pada saat regresi

linier menggunakan lebih dari satu variabel bebas yang

digunakan untuk menguji kolerasi sesama variabel bebas

dimana hubungan sesama variabel tidak boleh signifikan.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas biasanya terjadi pada data

cross section dan data panel lebih dekat ke ciri data cross

section dibandingkan time series. Uji heteroskedastisitas

dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika variannya tetap

maka disebut homoskedastisitas, sedangkan jika

variannya berbeda disebut heteroskedastisitas, dimana

model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas.

31
4) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang

penting karena menginformasikan baik atau tidaknya model regresi

yang diestimasi. Nilai R2 mencerminkan seberapa besar variasi

dari variabel dependen (Y) dapat diterangkan oleh variabel

independen (X) atau seberapa besar keragaman variabel dependen

yang mampu dijelaskan oleh model. Jika R2 = 0, maka variasi dari

Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali dan jika R2 = 100

berarti variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.

f. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui kelayakan

model dan apakah koefisien yang diestimasi sesuai dengan teori

atau hipotesis, yaitu:

1) Uji-F

Uji-F digunakan untuk melakukan uji hipotesis

koefisien (slope) regresi secara menyeluruh/bersamaan.

Uji-F memperlihatkan ada tidaknya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara bersama-

sama.

2) Uji-t

Setelah melakukan uji koefisien regresi secara

keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menguji

koefisien regresi secara parsial menggunakan uji-t.

32
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

a. Sejarah ASEAN

b. Letak Astronomis ASEAN

c. Letak Geografis ASEAN

d. Letak Geologis ASEAN

e. Kondisi Iklim ASEAN

f. Mata Pencaharian Penduduk ASEAN

g. Negara-negara di Kawasan ASEAN

2. Analisis Deskriptif

a. Deskriptif Kondisi Neraca Transaksi Berjalan

Defisit neraca transaksi berjalan merupakan masalah yang

diperhatikan dalam pembahasan pemulihan perekonomian pada

setiap negara. Neraca transaksi berjalan merupakan alat ukur

terluas untuk kegiatan perdagangan internasional yang mencakup

transaksi barang, jasa, pendapatan faktor produksi dan transfer

uang. Jika suatu negara mengalami defisit neraca transaksi berjalan

maka hal ini akan berdampak pada kesehatan perekonomian negara

yang bersangkutan, karena negara tersebut menjadi peminjam dari

negara-negara lain di dunia untuk mendapatkan aliran finansial

33
dalam membiayai defisit tersebut. Tabel 4.1 memperlihatkan

kondisi neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income dari tahun 2000 sampai 2016.

Indonesia mengalami kondisi neraca transaksi berjalan

tertinggi pada tahun 2000 sebesar 4.84%, sedangkan kondisi neraca

transaksi berjalan terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar -3.19%.

Rata-rata kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia selama kurun

waktu 2000 sampai dengan 2016 adalah 0.76% yang berarti bahwa

kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus

sekitar 0.76% setiap tahunnya yang lebih baik jika dibandingkan

dengan kondisi rata-rata neraca transaksi berjalan ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yang mengalami defisit

sekitar -1.32% setiap tahunnya. Standar deviasi neraca transaksi

berjalan Indonesia sebesar 2.67% yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan standar deviasi ASEAN pada kelompok

negara lower middle income yaitu 4.85%. Berdasarkan nilai standar

deviasi tersebut maka dapat dihitung nilai dispersi positif dan

negatif. Nilai dispersi positif neraca transaksi berjalan Indonesia

adalah 3.43% yang artinya terjadi surplus neraca transaksi berjalan

Indonesia di atas 3.43% yang dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai

dispersi positif neraca transaksi berjalan Indonesia berada di bawah

nilai dispersi positif ASEAN pada kelompok negara lower middle

income yaitu 3.53%.

34
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Neraca Transaksi Berjalan di ASEAN pada Kelompok Negara Lower Middle Income

Tahun
Negara MEAN SD MAX MIN KV
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Indonesia 4.84 4.30 4.00 3.45 0.61 0.10 2.98 2.43 0.02 1.97 0.68 0.19 -2.66 -3.19 -3.09 -2.03 -1.75 0.76 2.67 4.84 -3.19 351.32

Filipina -2.75 -2.29 -0.35 0.34 1.78 1.93 5.70 5.40 0.08 5.02 3.60 2.52 2.78 4.19 3.78 2.48 0.20 2.02 2.53 5.70 -2.75 125.25
Vietnam 3.29 1.93 -1.59 -4.52 -1.94 -0.97 -0.25 -8.98 -10.92 -6.23 -3.69 0.17 6.05 4.52 5.03 3.89 0.47 -0.81 4.88 6.05 -10.92 -602.47
Laos -0.49 -3.81 0.47 -1.47 -7.53 -6.35 2.18 3.30 1.42 -1.04 0.41 -2.50 -4.05 -3.15 -8.88 -15.74 -13.38 -3.57 5.33 3.30 -15.74 -149.30
Myanmar -2.36 -2.35 1.41 -0.18 1.04 4.85 5.47 6.84 3.91 2.67 3.18 -2.60 -2.11 -0.65 -2.89 -3.98 -5.56 0.39 3.63 6.84 -5.56 930.77
Kamboja -3.72 -2.21 -2.50 -5.01 -3.43 -4.88 -3.21 -4.90 -7.92 -7.13 -7.09 -6.05 -8.27 -12.57 -9.87 -12.39 -13.60 -6.75 3.61 -2.21 -13.60 -53.48

MEAN -1.32
SD 4.85
MAX 6.84
MIN -15.74
KV -367.42

Sumber: World Bank

35
Sedangkan nilai dispersi negatif neraca transaksi berjalan

Indonesia adalah -1.91% yang artinya terjadi defisit neraca

transaksi berjalan Indonesia di bawah -1.91% yang dapat dilihat

pada Tabel 4.1, nilai dispersi negatif neraca transaksi berjalan

Indonesia berada di atas nilai dispersi negatif ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yaitu -6.17%. Koefisien

variasi kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia sebesar

351.32% yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien

variasi ASEAN pada kelompok negara lower middle income

sebesar -367.42%.

Filipina mengalami kondisi neraca transaksi berjalan

tertinggi pada tahun 2006 sebesar 5.70%, sedangkan kondisi neraca

transaksi berjalan terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar -2.75%.

Rata-rata kondisi neraca transaksi berjalan Filipina selama kurun

waktu 2000 sampai dengan 2016 adalah 2.02% yang berarti bahwa

kondisi neraca transaksi berjalan Filipina mengalami surplus

sekitar 2.02% setiap tahunnya yang lebih baik jika dibandingkan

dengan kondisi rata-rata neraca transaksi berjalan ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yang mengalami defisit

sekitar -1.32% setiap tahunnya.. Standar deviasi neraca transaksi

berjalan Filipina sebesar 2.53% yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan standar deviasi ASEAN pada kelompok

negara lower middle income yaitu 4.85%. Berdasarkan nilai standar

36
deviasi tersebut maka dapat dihitung nilai dispersi positif dan

negatif. Nilai dispersi positif neraca transaksi berjalan Filipina

adalah 4.55% yang artinya terjadi surplus neraca transaksi berjalan

di Filipina di atas 4.55% yang dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai

dispersi positif neraca transaksi berjalan Filipina lebih tinggi dari

nilai dispersi positif ASEAN pada kelompok negara lower middle

income yaitu 3.53%. Sedangkan nilai dispersi negatif neraca

transaksi berjalan Filipina adalah -0.51% yang artinya terjadi

defisit neraca transaksi berjalan Filipina di bawah -0.51% yang

dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai dispersi negatif neraca transaksi

berjalan Filipina berada di atas nilai dispersi negatif ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yaitu -6.17%. Koefisien

variasi kondisi neraca transaksi berjalan Filipina sebesar 125.25%

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien variasi di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income sebesar

-367.42%.

Vietnam mengalami kondisi neraca transaksi berjalan

tertinggi pada tahun 2012 sebesar 6.05%, sedangkan kondisi neraca

transaksi berjalan terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar

-10.92%. Rata-rata kondisi neraca transaksi berjalan Vietnam

selama kurun waktu 2000 sampai dengan 2016 adalah -0.81% yang

berarti bahwa kondisi neraca transaksi berjalan Vietnam

mengalami defisit sekitar -0.81% setiap tahunnya, yang lebih baik

37
jika dibandingkan dengan kondisi rata-rata neraca transaksi

berjalan ASEAN pada kelompok negara lower middle income yang

mengalami defisit sekitar -1.32% setiap tahunnya. Standar deviasi

neraca transaksi berjalan Vietnam sebesar 4.88% yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan standar deviasi ASEAN pada kelompok

negara lower middle income yaitu 4.85%. Berdasarkan nilai standar

deviasi tersebut maka dapat dihitung nilai dispersi positif dan

negatif. Nilai dispersi positif neraca transaksi berjalan Vietnam

adalah 4.07% yang artinya terjadi surplus neraca transaksi berjalan

di Vietnam di atas 4.07% yang dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai

dispersi positif neraca transaksi berjalan Vietnam lebih tinggi dari

nilai dispersi positif ASEAN pada kelompok negara lower middle

income yaitu 3.53%. Sedangkan nilai dispersi negatif neraca

transaksi berjalan Vietnam adalah -5.69% yang artinya terjadi

defisit neraca transaksi berjalan Vietnam di bawah -5.69% yang

dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai dispersi negatif neraca transaksi

berjalan Vietnam berada di atas nilai dispersi negatif ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yaitu -6.17%. Koefisien

variasi kondisi neraca transaksi berjalan Vietnam sebesar -602.47%

yang lebih rendah jika dibandingkan dengan koefisien variasi

ASEAN pada kelompok negara lower middle income sebesar

-367.42%.

38
Laos mengalami kondisi neraca transaksi berjalan tertinggi

pada tahun 2007 sebesar 3.03%, sedangkan kondisi neraca

transaksi berjalan terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar

-15.74% yang merupakan kondisi neraca transaksi berjalan

terburuk di ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

Rata-rata kondisi neraca transaksi berjalan Laos selama kurun

waktu 2000 sampai dengan 2016 adalah -3.57% yang berarti bahwa

kondisi neraca transaksi berjalan Laos mengalami defisit sekitar

-3.57% yang lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi rata-

rata neraca transaksi berjalan ASEAN pada kelompok negara lower

middle income yang mengalami defisit sekitar -1.32% setiap

tahunnya. Standar deviasi neraca transaksi berjalan Laos sebesar

5.33% yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar deviasi

ASEAN pada kelompok negara lower middle income yaitu 4.85%.

Berdasarkan nilai standar deviasi tersebut maka dapat dihitung nilai

dispersi positif dan negatif. Nilai dispersi positif neraca transaksi

berjalan Laos adalah 1.76% yang artinya terjadi surplus neraca

transaksi berjalan di Laos di atas 1.76% yang dapat dilihat pada

Tabel 4.1, nilai dispersi positif neraca transaksi berjalan Laos lebih

rendah dari nilai dispersi positif ASEAN pada kelompok negara

lower middle income yaitu 3.53%. Sedangkan nilai dispersi negatif

neraca transaksi berjalan Laos adalah -8.90% yang artinya terjadi

defisit neraca transaksi berjalan Laos di bawah -8.90% yang dapat

39
dilihat pada Tabel 4.1, nilai dispersi negatif neraca transaksi

berjalan Laos berada di bawah nilai dispersi negatif ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yaitu -6.17%. Koefisien

variasi kondisi neraca transaksi berjalan Laos sebesar -149.30%

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien variasi

ASEAN pada kelompok negara lower middle income sebesar

-367.42%.

Myanmar mengalami kondisi neraca transaksi berjalan

tertinggi pada tahun 2007 sebesar 6.84% yang merupakan kondisi

neraca transaksi berjalan tertinggi di ASEAN pada kelompok

negara lower middle income, sedangkan kondisi neraca transaksi

berjalan terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar -5.56%. Rata-rata

kondisi neraca transaksi berjalan Myanmar selama kurun waktu

2000 sampai dengan 2016 adalah 0.39% yang berarti bahwa

kondisi neraca transaksi berjalan Myanmar mengalami surplus

sekitar 0.39% setiap tahunnya yang lebih baik jika dibandingkan

dengan kondisi rata-rata neraca transaksi berjalan ASEAN pada

kelompok negara lower middle income yang mengalami defisit

sebesar -1.32% setiap tahunnya. Standar deviasi neraca transaksi

berjalan Myanmar sebesar 3.63% yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan standar deviasi ASEAN pada kelompok

negara lower middle income yaitu 4.85%. Berdasarkan nilai standar

deviasi tersebut maka dapat dihitung nilai dispersi positif dan

40
negatif. Nilai dispersi positif neraca transaksi berjalan Myanmar

adalah 4.02% yang artinya terjadi surplus neraca transaksi berjalan

Myanmar di atas 4.02% yang dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai

dispersi positif neraca transaksi berjalan Myanmar lebih tinggi dari

nilai dispersi positif ASEAN pada kelompok negara lower middle

income yaitu 3.53%. Sedangkan nilai dispersi negatif neraca

transaksi berjalan Myanmar adalah -3.24% yang artinya terjadi

defisit neraca transaksi berjalan Myanmar di bawah -3.24% yang

dapat dilihat pada Tabel 4.1, nilai dispersi negatif neraca transaksi

berjalan Myanmar berada di atas nilai dispersi negatif ASEAN

pada kelompok negara lower middle income yaitu -6.17%.

Kamboja mengalami kondisi neraca transaksi berjalan tertinggi

pada tahun 2001 sebesar -2.21%, sedangkan kondisi neraca

transaksi berjalan terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar

-13.60%. Rata-rata kondisi neraca transaksi berjalan Kamboja

selama kurun waktu 2000 sampai dengan 2016 adalah -6.75% yang

berarti bahwa kondisi neraca transaksi berjalan Kamboja

mengalami defisit sekitar -675% setiap tahunnya yang lebih buruk

jika dibandingkan dengan kondisi rata-rata neraca transaksi

berjalan ASEAN pada kelompok negara lower middle income yang

mengalami defisit hanya sebesar -1.32% setiap tahunnya. Standar

deviasi neraca transaksi berjalan Kamboja sebesar 3.61% yang

lebih rendah jika dibandingkan dengan standar deviasi ASEAN

41
pada kelompok negara lower middle income yaitu 4.85%.

Berdasarkan nilai standar deviasi tersebut maka dapat dihitung nilai

dispersi positif dan negatif. Nilai dispersi positif neraca transaksi

berjalan Kamboja adalah -3.14% yang artinya terjadi surplus

neraca transaksi berjalan Kamboja di atas -3.14% yang dapat

dilihat pada Tabel 4.1, nilai dispersi positif neraca transaksi

berjalan Kamboja lebih rendah dari nilai dispersi positif ASEAN

pada kelompok negara lower middle income yaitu 3.53%.

Sedangkan nilai dispersi negatif neraca transaksi berjalan Kamboja

adalah -10.36% yang artinya terjadi defisit neraca transaksi

berjalan Kamboja di bawah -10.36% yang dapat dilihat pada Tabel

4.1, nilai dispersi negatif neraca transaksi berjalan Kamboja berada

di bawah nilai dispersi negatif ASEAN pada kelompok negara

lower middle income yaitu -6.17%. Koefisien variasi kondisi neraca

transaksi berjalan Kamboja sebesar -53.84% yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan koefisien variasi ASEAN pada kelompok

negara lower middle income sebesar -367.42%.

b. Deskriptif Kondisi Pertumbuhan Ekonomi

c. Deskriptif Kondisi Kurs Riil

d. Deskriptif Kondisi Inflasi

e. Deskriptif Kondisi Investasi Asing Langsung

f. Deskriptif Kondisi Jumlah Uang Beredar

42
3. Analisis Induktif

a. Pemilihan Model Regresi Data Panel

1) Uji Chow

2) Uji Hausman

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinearitas

2) Uji Heterokedastisitas

c. Hasil Esimasi Model Terbaik

Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji Hausman dapat

disimpulkan bahwa estimasi model terbaik adalah Fixed Effect

Model. Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh hasil persamaan

regresi panel dengan menggunakan program Eviews 10 sebagai

berikut:

Yit = α0 + α1X1it + α2 X2it + α3X3it + α4X4it + α5X5it +

εit ............................................................ (4.1)

Yit = −2.295 + 0.604X1it − 0.014X2it − 0.599X3it −

0.652X4it + 0.060X5it + εit .......................... (4.2)

Konstanta (α0) yang diperoleh sebesar -2.295. Hal ini

berarti bahwa apabila Pertumbuhan Ekonomi (X1), Kurs Riil (X2),

Inflasi (X3), Investasi Asing Langsung (X4), dan Jumlah Uang

Beredar (X5) bernilai tetap, maka Neraca Transaksi Berjalan (Y) di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income adalah defisit

sebesar -2.295%.

43
Pertumbuhan Ekonomi (X1) berpengaruh positif terhadap

Neraca Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income dengan koefisien regresinya yaitu sebesar

0.604. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan 1% pada

Pertumbuhan Ekonomi (X1) maka akan meningkatkan kondisi

Neraca Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income sebesar 0.604%.

Kurs Riil (X2) berpengaruh negatif terhadap Neraca

Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara lower

middle income dengan koefisien regresinya yaitu sebesar -0.014.

Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan (apresiasi) 1%

pada Kurs Riil (X2) maka akan menurunkan kondisi Neraca

Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara lower

middle income sebesar -0.014%.

Inflasi (X3) berpengaruh negatif terhadap Neraca Transaksi

Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income dengan koefisien regresinya yaitu sebesar -0.599. Hal ini

berarti bahwa ketika terjadi peningkatan 1% pada Inflasi (X3)

maka akan menurunkan kondisi Neraca Transaksi Berjalan (Y) di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income sebesar

-0.599%.

44
Tabel 4.11 Hasil Estimasi Model Terbaik
Dependent Variable: Y

Method: Panel Least Squares

Date: 01/22/19 Time: 17:46

Sample: 2000 2016

Periods included: 17

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 102

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.295613 1.808908 -1.269060 0.2077


X1 0.604612 0.180131 3.356508 0.0012
X2 -0.014122 0.006499 -2.173148 0.0324
X3 -0.599195 0.146406 -4.092689 0.0001
X4 -0.652587 0.212429 -3.072025 0.0028
X5 0.060516 0.026677 2.268493 0.0257

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.624830 Mean dependent var -1.324995


Adjusted R-squared 0.583602 S.D. dependent var 4.850597
S.E. of regression 3.130037 Akaike info criterion 5.221540
Sum squared resid 891.5388 Schwarz criterion 5.504625
Log likelihood -255.2985 Hannan-Quinn criter. 5.336170
F-statistic 15.15565 Durbin-Watson stat 0.918440
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews 10 (data diolah, 2019).

Investasi Asing Langsung (X4) berpengaruh negatif

terhadap Neraca Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok

negara lower middle income dengan koefisien regresinya yaitu

sebesar -0.652. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan 1%

pada Investasi Asing Langsung (X4) maka akan menurunkan

45
kondisi Neraca Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok

negara lower middle income sebesar -0.652%.

Jumlah Uang Beredar (X5) berpengaruh positif terhadap

Neraca Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income dengan koefisien regresinya yaitu sebesar

0.060. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan 1% pada

Jumlah Uang Beredar (X5) maka akan meningkatkan kondisi

Neraca Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income sebesar 0.060%.

d. Koefisien Determinasi (R2)

e. Pengujian Hipotesis

1) Uji-F

Uji-F digunakan untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi (X1), Kurs Riil (X2), Inflasi (X3), Investasi Asing

Langsung (X4), dan Jumlah Uang Beredar (X5) secara

bersama-sama terhadap Neraca Transaksi Berjalan (Y) di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income. Uji-F

merupakan hipotesis pertama dalam penelitian ini. Pengkajian

hipotesis secara bersama-sama dilakukan menggunakan Uji-F

yang dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistics untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama

terhadap variabel terikat. Berikut hasil uji hipotesis pertama:

46
Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil estimasi data panel pada Tabel 4.11

terlihat bahwa nilai F-statistics sebesar 15.15565 dan F-tabel

(df(N1) = 5 dan df(N2) = 102 – 5 – 1 = 96) sehingga diperoleh

nilai F-tabel sebesar 2.31, jika dibandingkan maka F-statistics

(15.15565) > F-tabel (2.31). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai

Prob(F-statistics) sebesar 0.0000. Apabila dibandingkan

dengan nilai α = 0.05 maka nilai Prob (F-statistics) < 0.05.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan Ha diterima, artinya secara bersama-sama

Pertumbuhan Ekonomi (X1), Kurs Riil (X2), Inflasi (X3),

Investasi Asing Langsung (X4), dan Jumlah Uang Beredar

(X5) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Neraca

Transaksi Berjalan (Y) di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income.

2) Uji-t

Uji-t digunakan untuk melihat besarnya pengaruh dari

variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial

terhadap variabel terikat, maka nilai t-statistics dibandingkan

dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-statistics ≥ nilai t-tabel, maka

H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap

47
variabel terikat secara parsial. Sebaliknya, apabila nilai t-

statistics ≤ nilai t-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang

berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

Berdasarkan hasil estimasi data panel pada Tabel 4.11

diketahui nilai t-statistics masing-masing variabel, sedangkan

untuk melihat nilai t-tabel didapatkan dengan mencari nilai

derajat kebebasan (df) = n – k (n adalah total observasi dan k

adalah jumlah variabel bebas), sehingga 102 – 5 = 97, dengan

pengujian dua sisi α = 0.05 diperoleh nilai t-tabel yaitu

1.98472. Hal ini juga bisa dilihat melalui probabilitas masing-

masing variabel bebas pada tingkat α = 0.05. Berikut hasil uji

hipotesis kedua sampai dengan hipotesis kelima:

Hipotesis Kedua

Hipotesis Ketiga

Hipotesis Keempat

Hipotesis Kelima

Hipotesis Keenam

B. Pembahasan

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Neraca Transaksi


Berjalan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dalam

penelitian ini diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN

48
pada kelompok negara lower middle income. Artinya tingkat

pertumbuhan ekonomi ternyata mempengaruhi variabel neraca

transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income maka neraca transaksi berjalan

akan semakin membaik dan begitu sebaliknya ketika tingkat

pertumbuhan ekonomi di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income semakin rendah maka neraca transaksi berjalan akan semakin

memburuk. Hal tersebut dikarenakan antara pertumbuhan ekonomi

dengan neraca transaksi berjalan memiliki hubungan yang positif.

Pengaruh pertumbuhan ekonomi yang positif dan signifikan

tersebut sejalan dengan teori neraca transaksi berjalan pendekatan

konvensional bahwa kondisi neraca transaksi berjalan dapat

ditingkatkan dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Jamli,

2001).

Hal ini juga sejalan dengan beberapa hasil penelitian relevan

diantaranya adalah penelitian yang menganalisis keberlangsungan

defisit neraca berjalan di Indonesia dengan menggunakan pendekatan

ECM (Error Correction Mechanism) untuk mencari hubungan jangka

panjang dan jangka pendek terhadap defisit neraca transaksi berjalan

dan variabel makroekonomi yang mempengaruhinya periode 2000

kuartal 1 hingga 2015 kuartal 4. Hasil dari penelitiannya adalah

49
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kondisi neraca transaksi berjalan (Kurniadi, Aimon, & Sentosa, 2018).

Penelitian yang menganalisis strategi dari defisit neraca transaksi

berjalan yang berkelanjutan dalam ekonomi Turki dengan

mempertimbangkan sumber-sumber utama dari defisit neraca transaksi

berjalan dengan menggunakan metode regresi selama periode 2003

sampai 2013. Hasil dari penelitiannya adalah pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan

(Murat, Hobikoğlu, & Dalyancı, 2014).

Penelitian yang menganalisis defisit neraca transaksi berjalan

sebagai fenomena pada ekonomi Turki yang sering dianggap sebagai

salah satu penyebab utama krisis ekonomi. Tujuan dari penelitian

adalah untuk menguji keberlangsungan defisit neraca transaksii

berjalan di Turki antara tahun 1989 sampai 2015 dengan menggunakan

metode regresi. Hasil penelitian adalah pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap neraca transaksi berjalan

(Z. Turan et al., 2016).

Penelitian yang menyelidiki hubungan kointegrasi antara neraca

transaksi berjalan di Turki dengan pertumbuhan ekonomi untuk

periode 1987 sampai 2010 untuk menilai apakah variabel tersebut

bergerak bersama atau tidak dalam jangka panjang. Hasil penelitiannya

adalah variabel yang dianalisis memiliki keterkaitan dalam jangka

50
panjang, yaitu pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan

signifikan (Insel & Bulvarı, 2013).

Berdasarkan teori neraca transaksi berjalan pendekatan

konvensional dan penelitian yang relevan bahwa pertumbuhan

ekonomi mempengaruhi kondisi neraca transaksi berjalan secara

positif karena apabila suatu negara mengalami peningkatan

pertumbuhan ekonomi, berarti terjadi kenaikan output di negara

tersebut, sehingga kebutuhan domestik dapat terpenuhi dengan

produksi nasional dan konsekuensinya impor menurun. Bahkan

sebagian dari peningkatan output tersebut diekspor ke luar negeri dan

konsekuensinya ekspor meningkat. Sehingga hal ini mengakibatkan

ekspor lebih besar daripada impor yang berdampak pada peningkatan

kondisi neraca transaksi berjalan.

2. Pengaruh Kurs Riil terhadap Neraca Transaksi Berjalan

3. Pengaruh Inflasi terhadap Neraca Transaksi Berjalan

4. Pengaruh Investasi Asing Langsung terhadap Neraca Transaksi


Berjalan

5. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Neraca Transaksi


Berjalan

51
BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil olahan data dengan analisis regresi panel,

pembahasan terhadap hasil penelitian antara pertumbuhan ekonomi, kurs

riil, inflasi, investasi asing langsung, dan jumlah uang beredar terhadap

neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income baik secara bersama-sama maupun secara parsial diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi, kurs riil, inflasi, investasi asing

langsung, dan jumlah uang beredar secara bersama-sama

berpengaruh signifikan pada α = 0.05 terhadap neraca transaksi

berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income.

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan pada

α = 0.05 terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

3. Kurs riil berpengaruh negatif dan signifikan pada α = 0.05

terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok

negara lower middle income.

4. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan pada α = 0.05

terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok

negara lower middle income.

52
5. Investasi asing langsung berpengaruh negatif dan signifikan

pada α = 0.05 terhadap neraca transaksi berjalan di ASEAN

pada kelompok negara lower middle income.

6. Jumlah uang beredar beredar berpengaruh positif dan

signifikan pada α = 0.05 terhadap neraca transaksi berjalan di

ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

B. Implikasi Kebijakan

Keseimbangan neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income perlu diwujudkan. Untuk

memperbaiki kondisi neraca transaksi berjalan yang tidak seimbang, perlu

dilakukan kebijakan yang tepat. Kebijakan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi yang stabil perlu dicapai untuk

terciptanya kestabilan kondisi neraca transaksi berjalan,

tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi yang stabil diantaranya adalah meciptakan iklim

perdagangan yang sehat dan kondusif, pembuatan peraturan

yang memudahkan berkembangnya perdagangan internasional,

dan perluasan kerjasama dalam bidang ekonomi dan

perdagangan. Semakin berkembangnya perdagangan

internasional diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dunia yang akhirnya membawa dampak positif bagi

neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income.

53
2. Kurs riil perlu distabilkan terhadap dolar Amerika Serikat yaitu

pengendalian laju apresiasi mata uang domestik yang

berlebihan melalui kebijakan intervensi yang terukur dari Bank

Sentral sebagai otoritas moneter dalam suatu negara. Kebijakan

yang dapat dilakukan adalah dengan tetap memperhatikan

kestabilan dari nilai tukar mata uang domestik. Jika mata uang

domestik terdepresiasi terlalu tinggi, kebijakan yang dapat

dilakukan yaitu menjaga keseimbangan permintaan dan

pasokan di pasar valuta asing, mengurangi tekanan yang

berlebihan terhadap nilai tukar mata uang domestik. Hal

tersebut dapat tercapai dengan meminimalkan pembelian yang

bersifat spekulatif. Keadaan mata uang domestik yang stabil,

dapat meminimalkan ketidakseimbangan neraca transaksi

berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income.

3. Inflasi perlu distabilkan yaitu pengendalian kenaikan harga

barang dan jasa yang berlebihan melalui kebijakan ITF

(Inflation Targeting Framework) oleh Bank Sentral dalam

suatu negara karena ITF dapat membantu Bank Sentral untuk

mencapai dan menjaga kestabilan harga dengan menentukan

sasaran kebijakan moneter secara eksplisit berdasarkan pada

proyeksi dan target inflasi tertentu ke depan karena inflasi yang

stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan moneter. Dengan

54
demikian daya beli masyarakat terjaga pasa saat mengkonsumsi

barang dan jasa domestik, sehingga dapat meminimalkan

tingkat impor yang memperburuk kondisi neraca transaksi

berjalan di ASEAN pada kelompok negara lower middle

income.

4. Investasi asing langsung harus dikendalikan dengan cara fokus

untuk mendorong investasi asing langsung yang berorientasi

ekspor, hal ini bertujuan untuk membantu perbaikan defisit

neraca transaksi berjalan di ASEAN pada kelompok negara

lower middle income. Kondisi tersebut dapat dicapai melalui

perbaikan komponen iklim investasi terutama pada aspek

regulasi karena kepastian hukum dan konsistensi regulasi

merupakan faktor terpenting untuk menarik minat investor

melakukan investasi di domestik. Dengan demikian

kemampuan ekspor domestik meningkat, sehingga dapat

memperbaiki kondisi neraca transaksi berjalan di ASEAN pada

kelompok negara lower middle income.

5. Jumlah uang beredar harus dikendalikan melalui integrasi

keuangan yang kuat dan kebijakan ekonomi moneter ekspansif,

karena hal tersebut dapat memperbesar output serta

menimbulkan depresiasi mata uang. Kondisi ini dapat memicu

perluasan produksi yang mengakibatkan jumlah output menjadi

meningkat yang nantinya juga akan mengakibatkan depresiasi

55
mata uang domestik yang berdampak pada peningkatan ekspor,

sehingga dapat memperbaiki kondisi neraca transaksi berjalan

di ASEAN pada kelompok negara lower middle income.

56
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sahoo, M., Babu, M. S., & Dash, U. (2016). Long Run Sustainability of Current
Account Balance of China and India: New Evidence from Combined
Cointegration Test. Intellectual Economics, 10(2), 78–91.

57

Anda mungkin juga menyukai