Anda di halaman 1dari 15

http://ivanmiftahulfikri92.blogspot.co.id/2013/10/air-asam-tambang.

html

Salah satu isu yang senantiasa hadir ketika berbicara industri pertambangan adalah Air
Asam Tambang. Industri Pertambangan memang akan selalu berbenturan dengan isu
lingkungan. Air asam tambang atau biasa juga dikenal sebagai Acid Mine Drainage (AMD)
atau Acid Rock Drainage (ARD) adalah kondisi dimana air di dalam atau sekitar area
pertambangan memiliki kadar keasamanan yang sangat tinggi, biasanya diindikasikan
dengan nilai PH < 5.

Penampakan Air Asam Tambang


Ada 3 faktor yang menjadi penyebab terbentuknya air asam tambang :

1. Mineral Sulfida
2. Oksigen
3. Air
Air Asam Tambang terbentuk karena terpaparnya batuan yang mengandung mineral sulfida,
sehingga berinteraksi dengan Oksigen dan Air.

Apa dampak Air Asam Tambang?

Air Asam Tambang dengan ciri tingkat keasaman yang sangat tinggi (PH<5) adalah
pencemaran jangka panjang, dibeberapa kasus Air Asam Tambang bahkan masih ada
ratusan tahun setelah Pit Tambang sumber AAT sudah selesai. Kondisi air dengan tingkat
keasaman tinggi ini tentu tidak baik baik biota air dan untuk konsumsi masyarakat. Belum
lagi karena PH yang rendah, sehingga AAT mudah melarutkan logam.

Metode Pencegahan?
Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang wajib melakukan
analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air Asam Tambang ini,
terutama mengidentifikasi mana batuan yang mengandung mineral sulfida mana yang tidak.
Dalam industri pertambangan dikenal istilah PAF untuk lapisan batuan yang terindikasi
berpotensi membentuk Asam dan NAF untuk lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi
menyebabkan asam.

Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji


yang berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang
digunakan untuk mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau
menetralkan asam. Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :

1. Paste PH
2. Total Sulfur
3. Acid Neutralizing Capacity (ANC)
4. Net Acid Generating (NAG)
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi
pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test.

Setelah memahami metode pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air


Asam Tambang tidak terbentuk.  Pada prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk
selama Sulfida tidak berinteraksi dengan Air atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan
penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :

1. Metode Dry Cover


2. Metode Wet Cover
Keduanya adalah metode untuk melakukan pencegahan, semnetara untuk melakukan
penanganan AAT yang sudah terbentuk maka dilakukan proses pengapuran.

Metode Dry cover adalah  metode mengisolasi atau menutupi batuan yang dinilai berpotensi
membentuk asam dengan lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi membentuk asam
atau dengan batuan NAF. Mengacu pada prinsip terbentuknya AAT tadi, fungsi lapisan NAF
ini adalah agar tidak terjadi interaksi batuan PAF dengan oksigen ataupun air.

 
Metode Wet Cover
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk
asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana
memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen.

Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada indutri batubara biasanya terdapat pada
lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau juga pada pengotor di lapisan
batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik terhadap tiap-tiap lapisan
untuk meng-kategorisasi mana batuan PAF mana NAF.

Bahan bacaan dan sumber gambar diambil dari slide kuliah Lingkungan Tambang Prodi
Teknik Pertambangan ITB
AIR ASAM TAMBANG
A.    Pengertian Air Asam Tambang
Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “acid mine
drainage (AMD)” atau “acid rock drainage (ARD)” terbentuk saat mineral sulphida tertentu
yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai
faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan
kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini, beserta air yang sifatnya asam, dapat keluar dari asalnya
jika terdapat air penggelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan
dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumber-nya inilah yang lazimnya
disebut dengan istilah AAT tersebut.

Gambar 1
Sungai yang Dialiri Air Asam

Air Asam Tambang merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam
yang timbul akibat kegiatan penambangan. Hal ini untuk membedakan dengan air asam yang
timbul oleh kegiatan lain, seperti penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan,
pembuatan tambak, dan sebagainya.
AAT adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam yang timbul akibat
kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain
seperti: penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan
sebagainya.
Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah:

FeS2 pyrite
Cu2S chalcocite
CuS cuvellite
CuFeS2 chalcopyrite
MoS2 molybdenite
NiS millerite
PbS galena
ZnS sphalerite
FeAsS arsenopyrite

Pyrite merupakan mineral sulphida yang umum ditemukan pada kegiatan


penambangan, terutama batubara. Reaksi oksidasi pyrite adalah seperti ditunjukkan oleh
reaksi kimia berikut, dengan air dan oksigen sebagai faktor penting. Terbentuknya AAT
ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air sebagai berikut.:
nilai pH yang rendah (1.5 – 4)
a.       konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan, cadmium,
tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury.
b.       nilai acidity yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaCO3)
c.        nilai sulphate yang tinggi (500 – 10.000 mg/L
d.       nilai salinitas (1 – 20 mS/cm)
e.        konsentrasi oksigen terlarut yang rendah
Berdasarkan persamaan kimia dapat diketahui proses pembentukan air asam tambangnya
adalah sebagai berikut:
Persamaan 1 :     FeS2 +   7/2 O2   +  H2O  «  Fe+2   +  2 SO4-2  +  2 H+
(Besi sulfida teroksidasi melepaskan besi ferro, sulfat dan asam.)
Persamaan 2 :     Fe+2  +   1/4 O2  +   H+   «  Fe+3  +  1/2 H2O
(Besi ferro akan teroksidasi menjadi besi ferri.)
Persamaan 3 :     Fe+3  +   3 H2O  «  Fe(OH)  +  3H+
(Besi ferri dapat terhidrolisis dan membentuk ferri hidrosida dan asam.)
Persamaan 4 :     FeS2  +  14 Fe+3  +8 H2O «  15 Fe+2  + 2 SO4-2  + 16 H+
(Besi ferri secara langsung bereaksi dengan pirit dan berlaku sebagai katalis yang
menyebabkan besi ferro yang sangat besar, sulfat dan asam.)
Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan masuk ke
sistem lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor lingkungan dapat
terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai bahan baku air minum, sebagai
habitat biota air, sebagai sumber air untuk tanaman, dsb); kualitas tanah dan peruntukkanya
(sebagai habitat flora dan fauna darat), dsb.
Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah:
a.       konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulphida
b.      keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui mekanisme
adveksi dan difusi
c.       jumlah dan komposisi kimia air yang ada
d.      temperatur
e.       mikrobiologi
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
pembentukan AAT sangat tergantung pada kondisi tempat pembentukannya. Perbedaan salah
satu faktor tersebut diatas menyebabkan proses pembentukan dan hasil yang berbeda. Terkait
dengan faktor iklim di Indonesia, dengan temperatur dan curah hujan yang tinggi di beberapa
lokasi dimana terdapat kegiatan penambangan, proses pembentukan AAT memiliki
karakteristik yang berbeda dengan negara-negara lain, karena memiliki kondisi iklim yang
berbeda.

B.     Tanda-Tanda Terbentuknya Air Asam Tambang


Terbentuknya Air Asam Tambang ditandai oleh satu atau lebih karakteristik kualitas air
sebagai berikut :
a.       Nilai pH yang rendah (1.5 – 4)
b.      Konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan, cadmium,
tembaga, timbal, seng, arsenik dan mercury
c.       Nilai acidity yang tinggi (50 – 1500 mg/L CaC )
d.      Nilai sulfat yang tinggi (500 – 10.000 mg/L)
e.       Nilai salinitas (1 – 20 mS/cm)
f.       Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah

C.     Kandungan Air Asam


Air asam terbentuk sebagai hasil dari proses oksidasi mineraldisertai adanya air,
dengan demikian 3 (tiga komponen utama yangmenyebabkan terjadinya air asam tambang),
yaitu :
a.       Mineral sulfida
Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpaitersebar di alam dalam
kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakansulfida dalam jumlah besar dapat menjadi
bahan galian ekonomis yanglayak ditambang. Dispersi logam berat beracun berbahaya dapat
terjadisecara alami, berasal dari tubuh bijih sulfida yang tersingkap atau beradadekat
permukaan. Unsur logam dari bijih sulfida terbawa bersama aliranair tanah da air permukaan
menyebar ke lingkungan sekitarnyamembentuk rona awal dengan sebaran kandungan logam
yang tinggi.Proses penambangan dengan membongkar dan memindahkanbahan galian
mengandung sulfida menyebabkan terbukanya sulfidaterhadap udara bebas. Pada kondisi
terpapar pada udara bebas mineralsulfida akan teroksidasi dan terlarutkan membentuk air
asam tambang. Airasam tambang berpotensi melarutkan logam yang terlewati
sehingga    membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akanmenurunkan
kualitas lingkungan. Pembentukan air asam cenderung lebihintensif terjadi pada daerah
penambangan. Hal ini dapat dicegah denganmenghindari terpaparnya bahan mengandung
sulfida pada udara bebas.Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan
menetralisirmenggunakan bahan penetral atau mengolahnya agar memenuhi batas baku mutu.
b.      Oksigen
c.        Air
Peningkatan keasaman air penyaluran ini akan meningkatkan pulakelarutan logam-
logam yamg selanjutnya mencemari badan perairan. Hal-hal diatas mendorong semakin
pentingnya masalah air tambang saat ini.Reaksi umum pembentukan Air Asam Tambang
sebagai berikut :
4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O →4 Fe (OH3) + 8 H2SO4
Pyrite + Oxygen + water → yellowboy + sulfuric acid
Reaksi tersebut dapat dirinci menjadi empat tahap reaksi :
1. Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pyrite disertai prosesoksidasi. Sulfur dioksidasi
menjadi sulfat dan besi fero dilepaskan. Darireaksi ini dihasilkan dua mol keasaman dari
setiap mol pirit yangteroksidasi.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O →2 Fe2+ 4 SO42- + 4 H+
Pyrite + Oxygen + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity
2. Reaksi kedua terjadi konversi dari besi ferro menjadi besi ferri yangengkonsumsi satu mol
keasaman. Laju reaksi lambat pada pH < 5 dankondisi abiotik. Bakteri thiobacillus akan
mempercepat proses oksidasi.
4 Fe2++ O2 + 4 H+ → 4 Fe 3+ + 2 H2O
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity → Ferric Iron + Water
3.      Reaksi ketiga adalah hidrolisa dari besi. Hidrolisa adalah reaksi yangmemisahkan molekul
air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.Pembentukan presipitat ferri hidroksida
tergantung pH, yaitu lebihbanyak pada pH di atas 3,5.
4 Fe3++ 12 H2O → 4 Fe(OH)3 + 12 H+
Ferric Iron + Water → Ferric Hydroxide (yellowboy) + Acidity
4.      Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Iniadalah reaksi propagasi
yang berlangsung sangat cepat dan akan berhenti jika pirit atau besi ferri habis. Agen
pengoksidasi dalam reaksiini adalah besi ferri.
FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2++ 2 SO42-+ 16 H+
Pyrite + Ferric Iron + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity

D.  Proses Terbentuknya Air Asam Tambang


Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
"Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral
sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan
oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan
menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam
dapat keluar dari asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang
pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya
inilah yang lazim disebut dengan istilah AAT. AAT adalah air asam yang timbul akibat
kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul akibat kegiatan lain
seperti penggalian untuk pembangunan fondasi bangunan, pembuatan tambak dan
sebagainya. Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada proses AAT FeS2, Cu2S, CuS,
CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit merupakan mineral sulfida yang umum
ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara. Terbentuknya AATditandai oleh
pH yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi, nilai acidity yang tinggi, nilai
sulfat yang tinggi and konsentrasi O2 yang rendah. Jika AAT keluar dari tempat terbentuknya
dan keluar kelingkungan umum maka faktor lingkungan akan terpengaruhi.
S + O2 → SO2
SO2 + H2O → H2SO4

Sumber Air Asam Tambang


Sumber Air Asam Tambang adalah dari pertambangan terbuka, terutama pada
tambang batubara, yang memilki resiko terpapar oleh air hujan sehingga berpotensi sangat
besar untuk menjadi tempat terbentuknya Air Asam Tambang.
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka
maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang
terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang
tinggi semakin mempercepat perubahan oksida sulfur menjadi asam. Sumber – sumber air
asam tambang antara lain berasal dari kegiatan – kegiatan berikut :
a.       Air dari tambang terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan penutup,   sehingga
unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah teroksidasi dan bila bereaksi air
dan oksigen akan membentuk air asam tambang.
b.      Air dari unit pengolahan batuan buangan
Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah batuan buangan
( waste rock ). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan bertambahnya
kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan buangan yang banyak mengandung sulfur
akan berhubungan langsung dengan udara terbuka membentuk senyawa sulfur oksida
selanjutnya dengan adanya air akan membentuk air asam tambang.
c.       Air dari lokasi penimbunan batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air asam tambang
karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat
adanya air.
d.      Air dari unit pengolahan limbah tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi dalam membentuk air
asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi karena adanya penambahan
hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya. Air yang
masuk ke dalam tailing pond yang bersifat asam tersebut diperkirakan akan menyebabkan
limbah asam bila merembes keluar dari tailing pond.

E.     Sistem Penyaliran tambang


Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan
akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu,
sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
a. Penyaliran Pada Tambang Terbuka
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua
yaitu : 
1. Mine Drainage
Mine Drainage merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan.
Hal ini  umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air
permukaan.
Beberapa metode penyaliran Mine drainage, antara lain :
a). Metode Siemens.
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke dalam
lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian
ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan
selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan. 

Gambar 2
Metode Siemens
 
b). Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump).
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan
jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam
lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika  tercelup air. Kedalaman lubang bor
50 meter sampai 60 meter.
Gambar 3
Metode Deep well
pump
c). Metode Elektro Osmosis.
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen
dialiri arus listrik, maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir menjadi
air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
Gambar 4
Metode Elektro Osmosis

d). Small Pipe With Vacuum Pump.


Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang inpermiabel(jumlah air sedikit) dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang  ujung bawahnya diberi lubang-
lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi
sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di
bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga
antara pipa lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
Gambar 5
Metode Small Pipe With Vacuum
Pump
2. Mine Dewatering
Mine Dewatering Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke
daerah penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut :
a). Sistem Kolam Terbuka.
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah penambangan.
Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar dan pemasangan jumlah
pompa tergantung kedalaman penggalian. 
b). Cara Paritan
Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu dengan
pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan untuk
menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk ke
saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang langsung
ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. 
c). Sistem Adit.
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran  horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke
shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja.
Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran
horisontal tersebut dan shaft.
Gambar 6
Sistem Adit
b. Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah
Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
1.         Dengan “Tunnel” (Terowongan).
Penyaliran dengan cara ini adalah dengan membuat “tunnel” atau “adit” bila
topografi daerahnya memungkinkan, dimana terowongan atau “adit” ini dibuat sebagai level
pengeringan tersendiri untuk mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah
dan ekonomis bila dibandingkan dengan sistem penyaliran  menggunakan cara pemompaan
air ke luar tambang.

2.         Dengan Pemompaan.
Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan adalah untuk
mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf” atau sumuran bawah tanah yang sengaja
dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun air rembesan air bawah tanah.

Gambar 7
Salah satu metode penyaliran air asam ke perairan umum

F.      Pencegahan Terbentuknya Air Asam Tambang


Salah satu upaya pencegahan pembentukan air asam tambang (AAT) adalah dengan
pembangunan lapisan penutup material reaktif, umumnya dikenal sebagai Potentially Acid
Forming  (PAF) material, dengan material yang tidak reaktif, Non Acid Forming (NAF)
material, tanah, atau material alternatif sepertiGeosyntetic Clay Liner (GCL). Lapisan ini
dikenal juga dengan sebutan dry cover system. Tujuan dari pembangunan lapisan ini adalah
untuk mengurangi difusi oksigen dan infiltrasi air, sebagai faktor penting dalam proses
oksidasi mineral sulphida. Selain itu, sistem pelapisan ini juga diharapkan dapat tahan
terhadap erosi dan mendukung upaya revegetasi lahan penimbunan material.
G.     Penanganan Air Asam Tambang
Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air,
sehingga nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam
dapat dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia
diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide),
Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous
Ammoni.
a.       Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh
tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan
limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-
bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan
yang rendah dan limestone terlapisi.
b.      Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air
asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan
keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated limeadalah hydrophobic, begitu lama
pencampuran diperlukan untuk membuathydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated
lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat
tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.

c.       Caustic Soda (Sodium Hydroxide)


Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh
(tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH air
dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan mangan
merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan
cairancaustic ke dalam air asam, karena kelarutannya akan menyebar di dalam air.
Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya
yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya. Penggunaancaustic padat lebih murah dan
lebih mudah dari pada caustic cair.
d.      Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang
rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah
kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
e.        Anhydrous Ammoni
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkanacidity dan untuk
mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau
kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH.
Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat
bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan
dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan.
Ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
f.       Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan
Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan yang
sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat menggunakan bahan
kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus kimianya (Al 2SO4)3. Tawas
merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis,
mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas
tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar
jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan
semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif
antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu
ditambahkan alkalinitas.

H.    Dampak Air Asam


Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
Gambar 8
Air Asam di daerah tambang
Adapun dampak negatif dari air asam tambang tersebut antara lain yaitu :
1.      Masyarakat disekitar wilayah tambang
Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung
karena air yang dipompakan ke sungai atau ke laut telah dinetralkan dan selalu dilakukan
pemantauan 1 x seminggu menggunakan alat “water quality checker” (untuk mengetahui
temperatur, kekeruhan, pH, dan salinity), hasil pemantauan disesuaikan dengan Baku Mutu
Air Sungai dan Air Laut dan dapat dilihat pada Lampiran 5. Namun apabila terjadi
pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya
mata pencaharian penduduk menjadi terganggu.  
2.      Biota Perairan
 Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan keanekaragaman biota
perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos dalam suatu perairan dapat
digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos
akan mengalami kelimpahan, sebaliknya pada perairan yang kurang subur benthos tidak akan
mampu bertahan hidup.
3.      Kualitas Air Permukaan
Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan menurunnya kualitas
air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami perubahan diantaranya adalah pH,
padatan terlarut, padatan tersuspensi, COD, BOD, sulfat, besi, dan Mangan. 

I.       Penetralan Air Asam Tambang


             Dalam hal ini bahan yang digunakan untuk penetralan tersebut adalahhydrated
lime ( Ca(OH)2 ). Sebelum proses penetralan dilakukan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a.       Kondisi lahan bekas penambangan
 Lokasi bekas penambangan batubara berbentuk cekungan setelah kegiatan penambangan
selesai. Ciri – ciri lokasi bekas penambangan ini adalah sebagai berikut:
1. Mineral sulfida ( pirit ) terkandung pada batuan penutup  ( over burden), lapisan atas
batubara dan setelah kegiatan penambangan selesai lapisan batubara disisakan ± 10 cm
( floor batubara ) pada dasar cekungan untuk mendapatkan batubara bersih.
2. Air permukaan terutama berasal dari air hujan dan air dari sekitar lokasi penambangan
yang masuk kedalam cekungan sehingga cekungan berbentuk kolam yang besar.
3. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air yang masuk kedalam cekungan cukup
besar sehingga volume air pada cekungan juga meningkat.
4. Material penutup (over burden ) pada lapisan batubara di daerah penambangan adalah
jenis mudstone, batupasir, dan batu lempung.
b. Proses terbentuknya air asam tambang pada daerah bekas penambangan               Terbentuknya
air asam tambang karena adanya reaksi kimia antara tiga komponen utama pembentuk air
asam tambang, yaitu : lapisan roof / floorbatubara serta batuan penutup ( over burden ) yang
mengandung mineral sulfida, air, dan oksigen.
             Mineral sulfida sebagai faktor utama pembentuk air asam tambang terkandung dalam
lapisan batubara, dimana mineral sulfida ini tersingkap sejak kegiatan penambangan
dilakukan. Setelah penambangan selesai pada lokasi bekas penambangan masih disisakan
lapisan batubara dengan ketebalan ± 10 cm yang berupa lantai batubara ( floor ). Pada daerah
penelitian mineral sulfida terdapat pada lantai batubara dan lapisan batubara yang tidak
ditambang. Komponen pembentuk air asam tambang lainnya adalah air dan oksigen. Air yang
masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama dari air hujan. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan volume air pada cekungan semakin besar, sehingga cekungan
berbentuk kolam besar. Dengan adanya oksigen yang berasal dari udara, maka terjadi reaksi
kimia antara mineral sulfida, air, dan oksigen. Dari reaksi ketiga komponen tersebut maka
terbentuklah air asam tambang.

J.       Pencegahan Pembentukan Kembali Air Asam Tambang


            Pembentukan air asam tambang dapat diatasi dengan menghilangkan atau mengurangi
satu atau lebih komponen – komponen pembentuk air asam tambang. Pencegahan
terbentuknya air asam tambang pada kolam bekas penambangan adalah dengan cara
pelapisan. Pelapisan adalah cara pengendalian terbentuknya air asam tambang dengan
membatasi kontak oksigen dan air terhadap lapisan batubara yang mengandung mineral
sulfida. Pelapisan ini dilakukan dengan cara menutupi lapisan batubara yang berupa lantai
batubara dengan material yang bersifat impermeable misalnya mineral liat. Adapun faktor –
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari sistem pelapisannya adalah sebagai berikut :
a.       Kandungan sulfur
Semakin besar kandungan sulfur pada batuan maka semakin besar pula
kemungkinan      terjadinya reaksi oksidasi dengan oksigen dan air.
b.      Porositas
Porositas mempengaruhi kemungkinan masuknya air serta udara ke dalam lantai batubara
yang mengandung mineral sulfida. Semakin besar porositas maka semakin besar juga
kemungkinan terjadinya reaksi oksidasi.
c.       Luas permukaan kristal pirit
Semakin luas permukan kristal pirit yang tidak tertutupi maka semakin besar pula
kemungkinan terkena air dan udara.
d.      Kereaktifan kristal pirit
 Meskipun kristal pirit terkena udara dan air tetapi kereaktifan dari kristal pirit sendiri
berbeda. Kereaktifan ini mempengaruhi kecepatan dari reaksi oksidasinya.
       Secara umum penutupan batuan sulfida ini menggunakan mineral liat dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
a. Air asam tambang yang telah netral dikeluarkan dari kolam bekas penambangan dengan
menggunakan pompa air. Air tersebut dikeluarkan menuju aliran sungai didekat kolam bekas
penambangan.
b. Setelah air dikeluarkan seluruhnya langkah berikutnya adalah pelapis liat ditukar diatas
material sulfida kemudian dipadatkan dengan memanfaatkan lalu lintas alat berat selama
proses penumpukan batuan, pemadatannya harus benar – benar diperhatikan dan rata.
c. Selanjutnya digunakan material tambang untuk melapisi dan dilakukan pemadatan lagi.
Ketebalan penutupan batuannya disesuaikan dengan rencana yang sudah dibuat dan
ketersediaan material yang dipakai untuk penutupan batuan sulfida  (gambar 5.5)
d. Lapisan terakhir yang digunakan adalah tanah humus (top soil). Penutupan lokasi bekas
penambangannya dilakukan dengan menggunakan material yang ada pada daerah
penambangan, dalam hal ini material yang digunakan adalah material hasil bongkaran dan
top soilnya juga dari daerah penambangan.

KESIMPULAN

1.      Air asam tambang (AAT) atau terbentuk saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan
terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang
menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam.
2.      Pada kegiatan penambangan, beberapa mineral sulphida yang umum ditemukan adalah
FeS2, Cu2S, CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS, FeAsS
3.      Kapur padam merupakan kapur yang berasal dari batugamping yang dipanaskan hingga suhu
9000C kemudian akan terbentuk kapur tohor (CaO) setelah itu kapur tohor ini direaksikan
dengan air (H2O), maka akan terbentuk kapur padam.
4.      Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya AAT di suatu tempat adalah: konsentrasi,
distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulphida, keberadaan oksigen, termasuk
dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir melalui mekanisme adveksi dan difusi, jumlah dan
komposisi kimia air yang ada, temperature, mikrobiologi.
5.      Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone
(Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide),
Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.
6.      Sistem penyaliran pada tambang terbuka adalah : Mine Drainage, Mine
Dewatering. Sedangkan penyaliran pada tambang tertutup adalah : dengan “Tunnel”
(Terowongan) dan dengan pemompaan.

SARAN

Pada pencegahan terbentuknya kembali air asam dapan dilakukan dengan cara perlapisan.
Ketika melakukan cara ini maka harus membatasi kontak oksigen dan air terhadap lapisan
batubara yang mengandung mineral sulfida. Maka disarankan pada proses ini harus
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari cara perlapisan,
seperti : kandungan sulfur, porositas, luas permukaan kristal pirit, dan kereaktifan Kristal
pirit.

Anda mungkin juga menyukai