Yozi Eka Saputra
Yozi Eka Saputra
Oleh :
YOZI EKA SAPUTRA
NIM :143110277
Oleh:
YOZI EKA SAPUTRA
NIM :143110277
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Riwayat Pendidikan
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan cedera kepala di
Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
Peneliti menyadari bahwa, dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah studi kasus
ini terdapat banyak kesulitan bagi peneliti, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, belum tentu peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Hj. Defia Roza, S.Kep,M.Biomed, selaku pembimbing I dan Ibu Ns.
Hj. Sila Dewi Anggreni, S.Pd.M.Kep,Sp,KMB, selaku pembimbing II yang
telah mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak Ibu dosen serta staf Prodi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk
bekal peneliti.
6. Bapak Dr. dr. H. Yusirman Yusuf, Sp. B. Sp. BA (K) MARS selaku Direktur
RSUP DR. M. Djamil Padang dan Staf Rumah Sakit yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
7. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang. Tiada kata yang dapat Ananda utarakan
ABSTRAK
Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai penyebab
kematian, disabilitas, dan deficit mental. Jumlah penderita cedera kepala di
Sumatera Barat, yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu pada tahun
2010 sebanyak 546 orang, dan pada tahun 2011 jumlah angka kejadian cedera
kepala dan dirawat inap sebanyak 502 orang. Sedangkan pada tahun 2016 tercatat
sebanyak 5951 orang.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan cedera kepala di RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
Penelitian dilakukan pada Januari sampai Juni 2017. Jenis penelitian adalah
deskriptif, dengan desain penelitian adalah studi kasus. Populasi adalah semua
pasien cedera kepala yang dirawat di HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
dengan cara pengambilan partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
sehingga mendapatkan 2 orang partisipan yang diarawat di HCU bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Cara pengumpulan data dimulai dari wawancara, pengukuran,
observasi dan studi dokumentasi. Rencana analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan proses
keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien
dengan cedera kepala.
Hasil penelitian didapatkan pada partisipan I adalah klien Hasil yang tercapai pada
partisipan I yaitu status kesadaran Compos Mentis, pernafasan normal, tanda-
tanda infeksi tidak ada, alat indra berfungsi dengan baik, rasa nyeri tidak ada lagi.
Pada partisipan II hasil yang telah dicapai yaitu status Kesadaran Compos Mentis,
Didapatkan 4 dan 5 masalah keperawatan pada masing-masing partisipan rencana
keperawatan sesuai dengan NANDA, NIC-NOC, implementasi yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah di buat, dan evaluasi keperawatan sebagian
besar masalah teratasi.
Melalui pimpinan dan petugas kesehatan RSUP Dr. M. Djamil Padang studi kasus
ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik lagi dan dapat berkolaborasi dengan pelayanan
kesehatan terdekat untuk berkonsultasi mengenai masalah-masalah yang terjadi
pada pasien yang mengalami cedera kepala.
HALAMAN PENGESAHAN………….................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... ii
HALAMAN ORISINILITAS .................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………… iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN..................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 65
A. Kesimpulan............................................................................................ 65
B. Saran...................................................................................................... 67
DAFTAR REFERENSI.................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
A. Latar Belakang
Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai
penyebab kematian, disabilitas, dan deficit mental. Cedera kepala menjadi
salah satu penyebab kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera
kepala sering mengalami edema cerebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di
intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau perdarahan intrakranial yang
mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial. (Kumar, dkk, 2013)
Sedangkan menurut Smelter & Bare, (2013). Cedera kepala atau trauma kepala
merupakan kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih akibat dari trauma
atau benturan sehingga darah yang mengalir berhenti walaupun hanya beberapa
menit saja, sedangkan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
Menurut Smeltzer & Bare (2013), pertimbangan paling penting pada cedera
kepala adalah apakah otak telah atau tidak mengalami cedera. Kejadian cedera
minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat
menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu. Sementara sel-sel
serebral membutuhkan suplai darah terus-menerus untuk kebutuhan
metabolisme yang mengandung oksigen, nutrien dan mineral. Cedera kepala
dapat diklasifikasikan berdasarkan keparahan cedera dan menurut jenis cedera.
Berdasarkan keparahannya cedera kepala dibagi menjadi 3, yaitu Cedera
Kepala Ringan (CKR), Cedera Kepala Sedang (CKS), dan Cedera Kepala
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
Berat (CKB). Sedangkan menurut jenis cedera dibagi 2, yaitu cedera kepala
terbuka dan cedera kepala tertutup (Wijaya & Yessi. 2013).
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan pada
kelompok usia produktif yaitu antara umur 15 – 45 tahun dan lebih di dominasi
oleh kaum laki-laki yang sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, berupa tabrakan kendaraan sepeda motor, mobil, sepeda dan
penyeberang jalan yang ditabrak, sisanya disebabkan oleh jatuh dari
ketinggian, tertimpa benda, olah raga, korban kekerasan dan lain sebagainya.
(Tobing, 2011).
Survey awal yang dilakukan di ruangan rawat inap Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang dengan jumlah pasien sebanyak 8 orang, ditemukan kasus
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah adalah “Bagaimana
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala di Ruang
HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan cedera kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan cedera kepala di
Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
cedera kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi dari tindakan keperawatan pada pasien
dengan cedera kepala Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
f. Mendeskripsikan pendokumentasian penerapan asuhan keperawatan
pada pasien dengan cedera kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
2. Etiologi
Menurut Taqiyyah Bararah, M Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya
cedera kepala adalah sebagai berikut:
a. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013). Ada 2 macam
cedera kepala yaitu:
a. Trauma tajam
Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat
dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio
serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan
perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera
menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi
dalam 4 bentuk: cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak
koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang
otak atau kedua-duanya.
3. Patofisiologi
Trauma kranio serebral menyebabkan cedera pada kulit, tengkorak dan
jaringan otak. Ini bisa sendiri atau secara bersama-sama. Beberapa
keadaan yang dapat empengeruhi luasnya cedera kepala pada kepala
yaitu:
a. Lokasi dari tempat benturan lansung
b. Kecepatan dan energi yang dipindahkan
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah
untuk mengalami cedera dan kerusakan. Cedera kepala dapat
mengakibatkan malapetakan besar bagi seseorang. Tepat diatas tengkorak
terletak galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan
dengan bebas yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal
diantara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran
dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar. Bila robek
pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah bermakna pada penderita laserasi kulit
kepala.
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%,
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral
(Bararah & Jauhar. 2013 ).
Cedera Kepala
Hematoma subdural pH, PO2↓, Mk: Ketidakefektifan Arteri meningen media otak MK: Resiko
Perfusi Jaringan rusak
PCO2↑ Infeksi
Serebral
Hematoma subdural Hematoma subdural Hematoma Hematom epidural
akut subakut subdural kronis
Akut Lobus occipitalis
Tekanan jaringan otak Vena ruang Lobus frontalis Lobus parietalis Lobus temporalis
Gangguan neurologis
meningkat subdural robek
- Ggn. memori - Ggn.perabaan - Ggn.pendengaran - Ggn. penglihatan
Hematom dan - Ggn. berpikir - Ggn.Sensasi - Ggn.bahasa - Ggn.Luas lapang
Perubahan kesadaran, Peningkatan TIK
kerusakan sel - Ggn. bicara - Ggn. motorik - Ggn.komunikasi pandang
perubahan pupil
darah - Ggn. motorik - Pandangan
MK: Nyeri Nyeri MK: Gangguan Herniasi ganda
Herniasi batang otak Klasifikasi dan - Ggn. menelan
Akut kepala - Inkontenensia Persepsi Sensori tentorium serebri
oksifikasi MK: Gangguan
Gangguan pernapasan Merobek urine
Reflek babinski (+) Persepsi Sensori
membran dan Hematoma
MK: - Nyeri kepala progresif Kelemahan motorik
Sesak napas/Apnea, sel darah meingkat (+)
Ketidakefektifan - Muntah proyektil
obstruksi jalan nafas Pola Nafas Peningkatan - TD ↑ Peningkatan TIK MK : Resiko Cedera
hematom - Penurunan kesadaran POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
Ansietas
MK: Ketidakefektifan MK: Hambatan Mk : Resiko kekurangan volume
bersihan jalan nafas Mobilitas Fisik Hemiparise cairan
Sumber: Wijaya & Yessi. 2013, Padila. 2012 telah diolah kembali Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
6. Komplikasi cedera kepala
a. Faktor kardiovaskular
1.) Cedera kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup
aktivitas atipikal moikardial, peubahan tekanan vaskuler dan
edema paru
2.) Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi
penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan
penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri.
Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan
sisolik. Pengaruh dari adanya peningkatan tekanan atrium kiri
adalah terjadinya edema paru.
b. Faktor respiratori
1.) Adanya edema paru pada cedera kepala dan vasokonstriksi paru
atau hipetensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
2.) Konsentrasi oksigen dan karbon doiksida mempengaruhi aliran
darah. Bila PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi
vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan tejadi alkalosis yang
menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF
(Cerebral Blood Fluid) sehingga oksigen tidak sampai ke otak
denan baik.
3.) Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan
tingginya tekanan intra cranial (TIK) yang dapat menyebabkan
herniasi dan penekanan batang otak atau medulla oblongata.
c. Faktor metabolisme
1.) Pada cedera kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma
tubuh lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air, dan
hilangnya sejumlah nitrogen
2.) Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus, yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi
aldosteron.
d. Faktor gastrointestinal
39
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
Trauma juga mempegaruhi system gastrointestinal.Setelah cedera
kepala (3 hari) terdapat respon tubuh dengan meransang aktivitas
hipotalamus dan stimulus vagal. Hal ini akan meransang lambung
menjadi hiperasiditas, dan mengakibatkan terjadinya stress alser.
e. Faktor piskologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, cedera
kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala
sisa yang timbul pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien.
Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan penurunan
kesadaran dan penururnan fungsi neurologis akan mempengaruhi
psikososial pasien dan keluarga.
7. Manifestasi klinis
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013).
a. Cedera kepala ringan-sedang
1.) Disorientai ringan
2.) Amnesia post trauma
3.) Hilang memori sesaat
4.) Sakit kepala
5.) Mual dan muntah
6.) Vertigo dalam perubahan posisi
7.) Gangguan pendengaran
b. Cerdera kepala sedang-berat
1.) Oedema pulmonal
2.) Kejang
3.) Infeksi
4.) Tanda herniasi otak
5.) Hemiparise
6.) Gangguan akibat saraf cranial
8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut
(Wahyu Widagdo, dkk, 2007).
a. Non pembedahan
ii. Kualitatif
(1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15 - 14.
(2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
nilai GCS: 13 - 12.
(3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal, nilai GCS: 11-10.
(4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal,
nilai GCS: 9 – 7.
(5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
(6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
Tabel 2.2
Kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa melawan 4
gravitasi, namun tidak mampu melawan tahanan
pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit < 450, tidak 3
mampu melawan gravitasi
Kelemahan berat, Dapat digerakkan, mampu 2
terangkat sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, tonus otot 1
ada
Tidak ada gerakan 0
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
f. Aspek neurologis
1.) Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13,
cedera kepala berat 3-8).
2.) Disorientasi tempat/waktu
3.) Reflek patologis dan fisiologis
4.) Perubahan status mental
5.) Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
6.) Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia,
kehilangan sebagian lapang pandang
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
1.) X-ray/CT scan
a.) Hematom serebral
b.) Edema serebral
c.) Perdarahan intracranial
d.) Fraktur tulang tengkorak
2.) MRI : Dengan/tanpa mempengaruhi kontras.
3.) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
4.) EEG : memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis.
5.) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi
korteks dan batang otak.
6.) PET (Positron Emission Tomograpfy) : menunjukan perubahan
aktivitas metabolism pada otak.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d gangguan serebrovaskular,
edema cerebri, meningkatnya aliran darah ke otak (TIK).
b. Resiko Ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan neurovaskuler,
obstruksi trakeobronkial, kerusakan medula oblongata.
c. Nyeri akut b/d cedera fisik, peningkatan tekanan intrakranial, danalat
traksi.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi cairan, trauma.
e. Gangguan persepsi sensori b/d penurunan kesadaran,
peningkatantekanan intra cranial.
f. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan
sarafmotorik.
g. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.
h. Resiko kekurangan volume cairan b/d haluaran urine danelektrolit
meningkat.
Analgesic
c. Comfort Level Administration
Indikator : 1. Tentukan lokasi,
1) Nyeri berkurang karakteristik,
2) Kecemasan kualitas, dan derajat
berkurang nyeri sebelum
3) Stres berkurang pemberian obat
4) Ketakutan berkurang 2. Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
5. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
6. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala.
5. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnose keperawatan
dan intervensi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan bedasarkan pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan yang dilihat dari
hasil perkembangan klein/pasien selama melakukan asuhan keperawatan.
A. Desain penelitian
Desain penelitian adalah struktur penelitian sebagai pengikat semua unsur
dalam satu proyek penelitian untuk mencapai tujuan bersama. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat
deskriptif yang mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau situasi
masalah disuatu tempat (Lapau, 2012). Penelitian deskriptif yang berbentuk
studi kasus bertujuan untuk menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan Cedera Kepala di Ruang HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017?”
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesipulannya. Populasi ini bersifat universal / umum.
(Sugiyono. 2013).
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo. 2012). Sampel pada penelitian ini yaitu 2 orang pasien
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui pengamatan
terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual maupun alat.
Kelebihan observasi adalah mudah, murah dan langsung. Kekurangan
obeservasi adalah memerlukan pedoman pengamatan (Supardi, Sudibyo &
Rustika, 2013). Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat
kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien
selain itu juga mengobservasi tindakan apa saja yang telah dilakukan pada
pasien.
3. Pengukuran
4. Studi Dokumen
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk data
sekunder, misalnya rekam medik, laporan bulanan, laporan tahunan,
catatan pasien, surat keterangan, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan
sebagainya (Supardi, Sudibyo & Rustika, 2013).
Pada partisipan I data yang dapat didokumentasikan antara lain nama Tn.J
seorang laki-laki, lahir dipasaman pada 01 Januari 2001 beragama islam,
bekerja sebagai petani yang beralamat dikampong parik Korong galore
pasaman dengan nomor rekan medic 98 00 05. Pada partisipan II data
yang dapat didokumentasikan antara lain partisipan seorang laki-laki
bernama Tn.R, lahir dipasaman barat pada 17 oktober 1999 beragama
islam, pasien masih seorang pelajar yang beralamat di malintang cawan
maindaling pasaman dengan nomor rekan medic 98 01 99.
G. Rencana analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dangan menggunakan konsep
dan teori keperawatan pasien cedera kepala pada partisipan. Data yang di
dapat pada pengkajian, diagnosa, rencana, tindakan sampai evaluasi. Hasil
tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan antara kedua pasien kemudian di
analisis semua dengan teori keperawatan. Analisa yang dilakukan berguna
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi partisipan.
A. HASIL
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Cedera Kepala dilakukan pada :
Tanggal : Selasa, 30 Mei – 5 Juni 2017
Waktu : 07.30 s/d selesai
Tempat : Ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017
1. Pengkajian Keperawatan
Metode penelitian ini yaitu dengan wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan melihat hasil laboratorium. Setelah dilakukan penelitian
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Pengkajian
Keluhan saat Saat pengkajian pada hari Saat pengkajian pada hari
dikaji Selasa tanggal 30 Mei 2017 Jumat tanggal 01 Juni 2017
pukul 11.00 WIB, ditemukan pukul 11.30 WIB, ditemukan
keluhan pasien seperti pasien keluhan pasien seperti: pasien
mengalami penurunan mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS 10, kesadaran dengan GCS 9, E2
E2 V3 M5, tampak ada bekas V3 M4, terlihat bekas memar
memar pada kepala, mata dibagian kepala, tampak
sembab, terpasang oksigen 6 bekas darah di telinga dan
L/i, terpasang infus NACL sela kuku tangan pasien,
0,9% 28 tetes/menit, tampak tampak lece pada bagian
bekas darah pada telinga, tangan dan kaki, terpasang
tampak bekas lecet pada dada oksigen 8 L/i, terpasang
pasien. infuse NACL 0,9% 28
tetes/menit.
Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
Kesehatan pasien tidak memiliki pasien tidak memiliki
Dahulu penyakit bawaan ataupun penyakit bawaan ataupun
penyakit keturunan dan penyakit keturunan dan
pasien tidak pernah dirawat di pasien tidak pernah dirawat di
rumah sakit sebelumnya. rumah sakit sebelumnya.
Pasien merupakan seorang
perokok aktif, dan pasien
suka keluar malam bemain
dengan teman-temannya
Riwayat Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
Kesehatan tidak ada anggota keluarga ada salah satu anggota
Keluarga yang memiliki penyakit keluarga yaitu kakak ibu
bawaan ataupun penyakit pasien yang memiliki
keturunan dan tidak pernah riwayat penyakit hipertensi
dirawat di rumah sakit dan tidak pernah dirawat di
sebelumnya. rumah sakit sebelumnya.
Pemeriksaan CTscan
Didapatkan pasien
mengalami hematoma
serebral, dan perdarahan
intracranial.
2. Diagnosa Kepeawatan
Berdasarkan hasil pengkajiaan yang dilakukan terhadap Partisipan I dan
Partisipan II didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan Diagnosa pertama yaitu
3. Intervensi keperawatan
Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperawatan seperti yang ada pada
tabel diatas, maka peneliti dapat merumuskan tindakan yang akan
dilakukan terhadap diagnosa dari Partisipan I dan Partisipan II sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Rencana tindakan keperawatan untuk Rencana tindakan keperawatan untuk
diagnosa ketidakefektifan pefusi diagnosa ketidakefektifan pefusi
jaringan serebral berhubungan dengan jaringan serebral berhubungan dengan
trauma kepala NOC : Circulation trauma kepala NOC : Circulation
status baik, Perfusi jaringan serebral status baik, Perfusi jaringan serebral
normal. Kriteria hasil : Tekanan darah normal. Kriteria hasil : Tekanan darah
dalam rentang normal, tidak ada dalam rentang normal, tidak ada
tanda-tanda peningkatan tekanan darah tanda-tanda peningkatan tekanan darah
intrakranial, bekomunikasi dengan intrakranial, bekomunikasi dengan
jelas dan sesuai kemampuan, tingkat jelas dan sesuai kemampuan, tingkat
kesadaran membaik. Dengan NIC : kesadaran membaik. Dengan NIC :
Pertahankan jalan napas yang paten, Pertahankan jalan napas yang paten,
pertahankan posisi pasien, berikan O2 pertahankan posisi pasien, berikan O2
sesuai kebutuhan, berikan obat manitol sesuai kebutuhan, berikan obat manitol
bila perlu, monitor tekanan perfusi bila perlu, monitor tekanan perfusi
serebral, catat respon pasien terhadap serebral, catat respon pasien terhadap
stimulasi, monitor tekanan intrakranial stimulasi, monitor tekanan intrakranial
pasien dan respon neurologi terhadap pasien dan respon neurologi terhadap
aktifitas, monitor intake dan output aktifitas, monitor intake dan output
cairan, posisikan pasien pada posisi cairan, posisikan pasien pada posisi
semi fowler, minimalkan stimulasi semi fowler, minimalkan stimulasi
dari lingkungan, monitor TD, nadi, dari lingkungan, monitor TD, nadi,
suhu, dan RR, monitor sianosis suhu, dan RR, monitor sianosis
perifer, monitor adanya cushling triad perifer, monitor adanya cushling triad
4. Implementasi Keperawatan
Setelah dirumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap
Partisipan I dan Partisipan II, implementasi yang telah dilakukan oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan I
Implementasi keperawatan pada Implementasi keperawatan pada
diagnosa ketidakefektifan perfusi diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan jaringan serebral berhubungan
trauma kepala yang dilakukan selama 5 dengan trauma kepala yang
hari yaitu : Mempertahankan jalan napas dilakukan selama 5 hari yaitu :
yang paten, mempertahankan dan Mempertahankan jalan napas yang
mengatur posisi pasien, memberikan O2 paten, mempertahankan dan
4L/I, memberikan obat manitol, mengatur posisi pasien, memberikan
memonitor tekanan perfusi serebral, O2 6L/I, memberikan obat manitol,
memantau intake dan output cairan, memonitor tekanan perfusi serebral,
memposisikan pasien pada posisi semi memantau intake dan output cairan,
fowler, meminimalkan stimulasi dari memposisikan pasien pada posisi
lingkungan, memonitor TD, nadi, suhu, semi fowler, meminimalkan
dan RR, memantau sianosis perifer, stimulasi dari lingkungan,
memonitor adanya cushling triad memonitor TD, nadi, suhu, dan RR,
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, memantau sianosis perifer,
peningkatan sistolik) memonitor adanya cushling triad
(tekanan nadi yang melebar,
Implementasi keperawatan pada bradikardi, peningkatan sistolik)
diagnosa ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan kerusakan Implementasi keperawatan pada
neurologis yang dilakukan selama 4 hari diagnosa ketidakefektifan pola nafas
yaitu : Memposisikan pasien untuk berhubungan dengan kerusakan
memaksimalkan ventilasi, membuang neurologis yang dilakukan selama 4
secret dengan cara suction, hari yaitu : Memposisikan pasien
mengauskultasi suara nafas , catat untuk memaksimalkan ventilasi,
adanya suara tambahan, memonitor membuang secret dengan cara
respirasi dan status O2, mempertahankan suction, mengauskultasi suara nafas
jalan nafas yang paten, memberikan O2 , catat adanya suara tambahan,
6L/I, memonitor aliran oksigen, memonitor respirasi dan status O2,
mempertahankan posisi pasien, mempertahankan jalan nafas yang
mengobservasi adanya tanda – tanda paten, memberikan O2 8L/I,
hipoventilasi, memantau TD, nadi, suhu, memonitor aliran oksigen,
dan RR, memonitor suhu, warna, dan mempertahankan posisi pasien,
kelembapan kulit., mengidentifikasi mengobservasi adanya tanda – tanda
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan terhadap Partisipan I dan
Partisipan II, didapatkan perkembangan pasien yaitu :
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi keperawatan dengan Evaluasi keperawatan dengan diagnosa
diagnosa ketidakefektifan perfusi ketidakefektifan perfusi jaringan
jaringan serebral berhubungan dengan serebral berhubungan dengan trauma
trauma kepala, dengan metoda SOAP kepala, dengan metoda SOAP
memperoleh hasil data subjektif memperoleh hasil data subjektif
berbeda pada hari pertama sampai berbeda pada hari pertama sampai
dengan hari kedua data subjektif tidak dengan hari ketiga data subjektif tidak
dapat dikaji dikarenakan pasien masih dapat dikaji dikarenakan pasien masih
mengalami penurunan kesadaran, mengalami penurunan kesadaran,
sedangkan pada hari ketiga sampai sedangkan pada hari keempat sampai
kelima data subjektif pasien kelima data subjektif pasien
didapatkan pasien mengatakan didapatkan pasien mengatakan
badannya terasa lelah, kepala terasa badannya masih terasa lelah, kepala
pusing dan mata serasa mengantuk, terasa pusing, pasien tidak mengingat
pasien tidak mengingat kejadian saat kegiatan apa yang dilakukannya disaat
ia mengalami kecelakaan. Sedangkan sebelum terjadinya kejadian
untuk data objektif pada hari pertama kecelakaan. Sedangkan untuk data
dan kedua didapatkan pasien objektif pada hari pertama sampai hari
mengalami penurunan kesadaran ketiga didapatkan pasien mengalami
dengan keadaan umum pasien lemah, penurunan kesadaran dengan keadaan
kesadaran delirium, GCS 10 E2 V3 umum pasien lemah, kesadaran
M5, pasien terpasang kateter dan O2 6 samnolen, GCS 9, E2 V3 M4, pasien
L/i, IVFD NaCL 0,9% 28 tetes/i pada terpasang kateter dan O2 8 L/i, IVFD
tangan kanan, pada kepala pasien NaCL 0,9% 28 tetes/i pada tangan
tampak ada bekas memar dan mata kanan, pada kepala pasien tampak ada
kanan pasien sembab, pada telinga bekas memar dan jahitan, mata pasien
pasien ada bekas darah yang sudah sembab, pada telinga dan hidung
mengeras, tanda-tanda vital pasien pasien ada bekas darah yang sudah
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan
intervensi keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang
asuhan keperawatan pada pasien (Nursalam, 2011).
4. Imlpementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap melakukan rencana keperawatan
yang telah dibuat. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi
meliputi pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau, dan
merevisi rencana asuhan keperawatan yang direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
yang dilakukan adalah mengkaji respon setelah dilakukan intervensi
keperawatan, membandingkan respon pasien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
Trauma kepala.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan cedera kepala Ruangan HCU Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada partisipan I dan II didapatkan hasil yang sama
dengan teori diantaranya, pada pasien dengan Cedera Kepala biasanya
didapatkan keluhan utama yang berbeda-beda, diantaranya seperti
penurunan kesadaran, perdarahan di otak, hilangnya memori sesaat, sakit
kepala, mual dan muntah, gangguan pendengaran, oedema pulmonal,
kejang, infeksi, tanda herniasi otak, hemiparise, gegar otak, fraktur
tengkorak. Dari dua pasian tersebut dimana terjadi penurunan kesadaran
dan peningkatan tanda-tanda vital yang terjadi pada pasien Tn.J dan Tn.R
sehingga dapat menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral.
2. Diagnosa Kperawatan
Pada partisipan I terdapat 5 diagnosa keperawatan, yaitu ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma kepala. Diagnosa
kedua ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurologis. Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan
hematoma serebral. Diagnosa keempat gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penurunan fungsi indra pendengaran dan
penglihatan. Dan diagnosa kelima yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik.. Pada partisipan II terdapat 4 diagnosa keperawatan,
yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
trauma kepala, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kerusakan neurologis, resiko infeksi berhubungan dengan hematoma
serebral, dan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi diagnosa keperawatan partisipan I dengan diagnosa yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
kepala. Diagnosa kedua ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kerusakan neurologis. Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan
hematoma serebral. Diagnosa keempat gangguan persepsi sensori
berhubungan dengan penurunan fungsi indra pendengaran dan
penglihatan. Dan diagnosa kelima yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik., disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
peneliti susun. Pada partisipan II implementasi diagnosa keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
kepala, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neurologis, resiko infeksi berhubungan dengan hematoma serebral, dan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, juga disesuaikan dengan
rencana tindakan yang telah peneliti susun. Implementasi keperawatan
terhadap partisipan I dan II dilakukan pada tanggal 30 Mei - 05 Juni 2017.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan selama 5 hari dengan hasil dalam bentuk
SOAP. Evaluasi yang dilakukan dari tanggal 30 Mei - 05 Juni 2017
dengan metode SOAP bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan keperawatan yang dilakukan. Diagnosa keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan diharapkan perawat ruangan dapat memberikan pelayanan
yang lebih optimal lagi kepada pasien khususnya pada pasien dengan cedera
kepala.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Jogja.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Jogja.
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia. 2011. Buku Ajar Neurologis
Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC
Tobing, HG. (2011). Synopsis ilmu bedah saraf. Jakarta: Sagung Seto.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori Dan Askep).
Yogyakarta: Nuha Medika.
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA
KEPALA DI RUANGAN HCU BEDAH
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Pasien :
1) Nama : Tn.J
2) Tempat/ Tgl Lahir : Pasaman/ 01 januari 2001 (16 tahun)
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Belum kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Tani
8) Alamat : Kampung Parik Korong Galoro Pasaman
9) Diagnosa Medis : CK
10) No. MR : 98 00 05
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama
Pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD Pasaman dan
dirujuk ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada hari selasa
tanggal 30 Mei 2017 pukul 06.30 WIB, dengan keluhan utama
pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum
e. Pemeriksaan Fisik
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan Umum : Keadaan umum pasien lemah, tingkat
kesadaran delirium, GCS10, E2 V3 M5.
b) Tanda-tanda vital : tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 114 x/
menit, suhu 36,8 0C, respirasi 24 x/ menit.
2) Head to toe
a) Kepala :Tampak ada lesi, bengkak pada
kepala, rambut kasar dan tidak mudah rontok
b) Wajah : Wajah pasien tampak sembab dan
tampak ada memar pada wajah.
c) Mata : Simetris kiri dan kanan, penglihatan
terganggu, tampak edema dan ada nyeri saat ditekan
d) Hidung : Hidung bersih, tidak ada pembengkakan
polip, Pernapasan 24 x/i
e) Telinga : Telinga tampak simetris, ada bekas
darah yang sudah mengeras.
f) Bibir, mulut dan gigi : Mukosa mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.
g) Leher : Leher tidak ada pembesaran kelenjar
thirot dan tidak ada massa.
h) ThorakParu :
I : Pergerakan dinding dada simetris antara yang kiri dengan
yang kanan
P : fremitus antara yang kiri dengan kanan sama
P : Bunyinya Sonor
A : Ronkhi
i) Jantung
I : Ictus Cordis tidak terlihat
P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Sonor
A :Irama jantung ada
j) Abdomen :
I : Perut tidak buncit, kulit perut tampak kering
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : Pasien dalam keadaan penurunan
kesadaran.
2) Kecemasan : Pasien dalam keadaan penurunan
kesadaran.
3) Pola koping : Dukungan dari keluarga pasien baik
tentang kondisi yang dialami pasien
4) Gaya komunikasi : Pasien dalam keadaan penurunan
kesadaran.
g. Data Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari pasien rukun dengan masyarakat dan pasien
bekerja sebagai seorang petani dan membantu-bantu orang lain untuk
memenuhi kebutuhan Ekonominya.
h. Data Spiritual
Pasien beragama islam, dengan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam dalam keadaan sehat, dan pada keadaan sakit pasien tidak bisa
lagi mengerjakan sholat 5 waktu
i. Data Penunjang
Tanggal 30 Mei 2017 jam 01.35 WIB di dapatkan hasil labor yaitu :
Hb 14,0 ( 14-18 g/dl), Leukosit 17.610 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit
299.000 (150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 40 (40-48 %), PT 10,7
(9,2-12,4 detik), APTT 35,5 (28,2-38,1 detik). Pemeriksaan CTscan
didapatkan pasien mengalami hematoma serebral.
DS : - Ketidakefektifan Kerusakan
pola nafas neurologis
DO : Pasien mendapatkan oksigen 6
L/i, pernapasan pasien 24 x/i,
akral teraba dingin, Mukosa
mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
Tgl Paraf Tgl Par
af
1 Ketidakefektifan perfusi Selasa, Sabtu,
jaringan serebral berhubungan 30 Mei 03 Juni
dengan trauma kepala 2017 2017
Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
b. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
c. Cek adanya riwayat
alergi obat
d. Tentukan pilihan obat
analgesik berdasarkan
tipe dan keparahan
nyeri
e. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
memberikan analgesik
f. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktifitas lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
g. Berikan analgesik
sesuai waktunya,
terutama pada nyeri
yang berat
P:
Intervensi
dilanjutkan
a. Pantau TTV
b. Monitor intake
output
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
A:
Masalah teratasi
sebagian
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
P:
Intervensi
dilanjutkan
a. Pantau TTV
b. Atur posisi
pasien
P:
Intervensi dihentikan
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA
KEPALA DI RUANGAN HCU BEDAH
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi Pasien :
11) Nama : Tn.R
12) Tempat/ Tgl Lahir : Pasaman Barat/ 17 Oktober 1999 (17 th)
13) Jenis Kelamin : Laki-laki
14) Status Kawin : Belum kawin
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SMP
17) Pekerjaan : Pelajar
18) Alamat : Malintang Cawan Maindaling Pasaman
Barat
19) Diagnosa Medis : CK
20) No. MR : 98 01 99
m. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Keluhan Utama
Pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD Batusangkar dan
dirujuk ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada hari kamis
o. Pemeriksaan Fisik
3) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
c) Keadaan Umum : Keadaan umum pasien lemah, tingkat
kesadaran samnolen, GCS9, E2 V3 M4.
d) Tanda-tanda vital : tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 120 x/
menit, suhu 37,2 0C, respirasi 26 x/ menit.
4) Head to toe
m) Kepala :Tampak ada lesi, dan jahitan pada
kepala, rambut kasar dan tidak mudah rontok
n) Wajah : Wajah pasien tampak sembab dan
tampak ada memar pada wajah.
o) Mata : Simetris kiri dan kanan, penglihatan
terganggu, tampak edema.
p) Hidung : Hidung bersih, tidak ada lesi,
pembengkakan, ada bekas darah, Pernapasan 26 x/i
q) Telinga : Telinga tampak simetris, ada bekas
darah yang sudah mengeras.
r) Bibir, mulut dan gigi : Mukosa mulut kering, bibir pucat, kulit
kering.
s) Leher : Leher tidak ada pembesaran kelenjar
thirot dan tidak ada massa.
t) ThorakParu :
I : Pergerakan dinding dada simetris antara yang kiri dengan
yang kanan
P : fremitus antara yang kiri dengan kanan sama
p. Data Psikologis
5) Status Emosional : Pasien dalam keadaan penurunan
kesadaran.
6) Kecemasan : Pasien dalam keadaan penurunan
kesadaran.
7) Pola koping : Dukungan dari keluarga pasien baik
tentang kondisi yang dialami pasien
8) Gaya komunikasi : Pasien dalam keadaan penurunan
kesadaran.
q. Data Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari pasien rukun dengan lingkungan
masyarakat dan pasien merupakan masih seorang pejar yang waktunya
banya dihabiskan bersama-sama teman sebayanya..
r. Data Spiritual
s. Data Penunjang
Tanggal 01 Juni 2017 jam 06.45 WIB di dapatkan hasil labor, yaitu :
Hb 15,0 ( 14-18 g/dl), Leukosit 19.640 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit
278.000 (150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 44 (40-48 %), PT 10,6
(9,2-12,4 detik), APTT 33,0 (28,2-38,1 detik).
Tanggal 01 Juni 2017 jam 20.15 WIB di dapatkan hasil labor, yaitu Hb
14,1 ( 14-18 g/dl), Leukosit 14.840 (5.000-10.000 /mm3), Trombosit
232.000 (150.000-400.000 /mm3), Hematokrit 41 (40-48 %).
Pemeriksaan CTscan didapatkan pasien mengalami hematoma serebral,
dan perdarahan intracranial.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
Pemberian analgesik
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan
c. Pantau TTV
d. Monitor intake
output
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
P:
Intervensi
dilanjutkan
g. Pantau tekhnik
nafas dalam
h. Tingkatkan
istirahat
i. Monitor TTV