Anda di halaman 1dari 4

Kerajaan Demak

Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan
pada akir abad ke-15. Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah, putra Prabu
Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Demak adalah kadipaten di bawah
Kerajaan Majapahit yang tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di Pulau
Jawa. Dengan bantuan dari wali sanga, Raden Patah membangun Kerajaan Demak
menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam. Kesultanan Demak berhasil
mencapai puncak kejayaan pada periode pemerintahan Sultan Trenggono (1521-
1546 M). Pada periode ini, Demak menjadi kerajaan terkuat di Jawa dengan wilayah
kekuasaan yang sangat luas. Sejarah berdirinya Kerajaan Demak Demak sebelumnya
adalah sebuah daerah bernama Bintoro atau Gelagahwangi, yang merupakan daerah
kadipaten di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Dapatkan informasi, inspirasi
dan insight di email kamu. Daftarkan email Suatu ketika, Raden Patah diperintahkan
oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, untuk merantau ke barat dan bermukim di
sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Raden Patah adalah
putra dari Raja Brawijaya dari istrinya yang disebut Putri Cina. Dalam perantauannya
itu, Raden Patah menemukan tempat yang dimaksud Sunan Ampel kemudian
menamainya sebagai Demak. Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Demak Berdirinya
Kerajaan Demak tidak bisa lepas dari kemunduran Kerajaan Majapahit pada akhir
abad ke-15. Pada saat itu, wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri dan saling
serang karena merasa sebagai pewaris takhta Majapahit yang sah. Raden Patah
yang mendapat dukungan dari wali sanga dan Ki Ageng Pengging, kemudian
diangkat sebagai bupati Demak oleh Prabu Brawijaya dengan ibu kota di Bintara.
Setelah merasa kuat karena memiliki daerah yang strategis dan mempunyai
dukungan dari wali sanga, para wali menyarankan agar Raden Patah menjadikan
Demak sebagai kerajaan Islam dan sepenuhnya memisahkan diri dari Kerajaan
Majapahit. Raden Patah kemudian mengumpulkan para pengikutnya untuk melawan
Kerajaan Majapahit. Setelah Kerajaan Majapahit berhasil dikalahkan, Kerajaan
Demak resmi berdiri sebagai kerajaan Islam. Ada banyak versi tentang tahun
berdirinya Kerajaan Demak. Beberapa sejarawan berpendapat Kesultanan Demak
didirikan pada 1500 M, dan sebagian lainnya meyakini tahun 1478 atau setahun
sebelum berdirinya Masjid Agung Demak. Baca juga: Kehidupan Kerajaan Demak di
Berbagai Bidang Masa kejayaan dan runtuhnya Kerajaan Demak Setelah Raden
Patah wafat pada 1518, takhta Demak dilanjutkan oleh putranya Adipati Unus (1518-
1521 M), kemudian Sultan Trenggono (1521-1546 M). Sebagai raja ketiga
Kesultanan Demak, Sultan Trenggono berhasil membawa kerajaan pada masa
kejayaannya. Pada masa kekuasaannya, Demak menjadi pusat penyebaran agama
Islam dan wilayahnya meluas hingga ke Jawa bagian timur dan barat. Sultan
Trenggono wafat pada 1546 saat melakukan penyerangan ke Pasuruan. Setelah itu,
terjadi perselisihan mengenai siapa yang berhak menduduki takhta dan ibu kota
Demak mengalami kerusakan cukup parah. Hal ini menjadi awal keruntuhan
Kerajaan Demak hingga akhirnya benar-benar jatuh ke tangan Sultan Hadiwijaya atau
Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang.  
Sejarah Kerajaan Mataram Islam

Terdapat dua Kerajaan Mataram di Indonesia. Kerajaan Mataram kuno yang berdiri
pada abad ke-8, merupakan kerajaan Hindu-Buddha. Sementara itu Kerajaan
Mataram Islam berdiri pada 1586. Mengutip "Kebudayaan dan Kerajaan Islam di
Indonesia" yang ditulis oleh Iriyanti Agustina, Kerajaan Mataram terletak di Kota
Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Kerajaan ini berdiri di sekitar aliran Sungai
Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan. Keraton Kerajaan Mataram Islam ini
dipercaya penduduknya sebagai pusat dunia. Masyarakat pada masa itu
menjulukinya dengan nama "pusat jagad". Di Yogyakarta, situs peninggalan sejarah
dari Kerajaan Mataram Islam antara lain Kotagede, SItus Kerto, dan Situs Pleret.
Tempat-tempat ini bisa dikunjungi untuk mendapatkan sekilas mengenai Kerajaan
Mataram Islam. Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Pemberontakan di Kerajaan Pajang dan Berdirinya Kerajaan Mataram Tanah
Mataram dan Pati merupakan hadiah yang diberikan oleh Raja Hadiwijaya dari
Kerajaan Pajang pada siapa saja yang berhasil menumpas Arya Panangsang pada
tahun 1549. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Ki Ageng Pemanahan berhasil membunuh Arya Panangsang dan mendapat tanah di
daerah Kota Gede, Yogyakarta. Sedangkan, Pati diberikan pada Ki Ageng Penjawi.
Berbeda dengan Ki Ageng Penjawi yang diangkat sebagai penguasa Pati saat itu
juga, Ki Ageng Pemanahan baru menerima hadiahnya pada 1575. Penguasa
Mataram ini diketahui sebagai orang yang sebenarnya berhasil mengalahkan Arya
Panangsang dengan bantuan Sunan Kalijaga. Lihat Foto Kompleks Makam Raja-raja
Mataram, Kotagede, Yogyakarta, Rabu (21/10/2020). Di sini terdapat makam Raja
Pajang, Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, Raja Mataram Islam pertama,
Panembahan Senopati, dan makam Sultan Hamengku Buwono II.(KOMPAS.com /
KRISTIANTO PURNOMO) Hadiwijaya yang saat itu masih menguasai tahta Kerajaan
Pajang mendengar ramalan dari Sunan Prapen tentang kemunculan pemimpin besar
di Tanah Mataram. Hal ini yang diduga menjadi penyebab tanah tersebut baru
diserahkan pada Ki Ageng setelah bertahun-tahun lamanya. Pada tahun 1582 perang
antara Mataram dan Pajang pecah setelah terjadi konflik antara Sutawijaya dan
pemimpin Pajang. Konflik tersebut dipicu lantaran Tumenggung Mayang, adik ipar
Sutawijaya, dibuang ke Semarang oleh Raja Hadiwijaya. Perang ini berhasil
dimenangkan oleh pihak Mataram, meski saat itu jumlah pasukan Kerajaan Pajang
jauh lebih banyak. Kemenangan Mataram ini berhasil menggoyahkan Pajang dan
menjadi cikal-bakal kekuasaan Mataram yang semakin kuat. Baca juga: 5 Masjid
Peninggalan Mataram Islam di Yogyakarta dan Solo Masa kejayaan Mataram
Meninggalnya Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir pada tahun 1582, membuat kota-
kota pesisir pada masa tersebut terus memperkuat diri. Pangeran Benowo, putra dari
Sultan Hadiwijaya ternyata tak mampu menangani pergerakan kota-kota tersebut.
Sang Pangeran kemudian menyerahkan kekuasaan Kerajaan Pajang pada
Sutawijaya. Dengan penyerahan kekuasan tersebut, Kerajaan Pajang menjadi daerah
kekuasaan dari Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang
berkuasa dari tahun 1613 sampai 1645. Ia merupakan raja ketiga setelah
Panembahan Sedo Krapyak. Letak geografis kerajaan yang berada di pedalaman
membuat Mataram menjadi kerajaan agraris. Pertanian yang menjadi sumber pokok
ekonomi masyarakat berkembang pesat karena didukung tanah yang subur. Pada
masa kejayaannya, Mataram berhasil menjadi pengekspor utama beras. Meski
mengandalkan pertanian sebagai pusat ekonomi, tak sedikit masyarakat yang
melakukan aktivitas perdagangan laut. Dua kegiatan ekonomi yang berkembang
pesat itu membuat Kerajaan Mataram cukup diperhitungkan di dunia politik
Nusantara. Kehidupan sosial masyarakat pun berkembang dengan sangat baik.
Bahkan pada masa kebesarannya, Mataram berhasil mengembangkan Budaya
Kejawen. Budaya ini merupakan bentuk akulturasai dari kebudayaan Hindu-Buddha
dan ajaran agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai