Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMENT PATIENT SAFETY


MENURUNKAN RESIKO PASIEN CEDERA AKIBAT JATUH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1. ARISTAMANSI ARTAMEISIA (P07120120051)


2. ARRUM TRIKOMALA (P07120120052)
3. BAIQ NOVI FARISKA INDRIANI (P07120120054)
4. FIA AFRIANI (P07120120058)
5. IDA NURMAYANI (P07120120064)
6. NADIA SYAWATUL MUTHMAINNAH (P07120120073)
7. TRY AZWIN SAPUTRA (P07120120088)

TINGKAT 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Patient Safety ini dengan tepat
waktu yang berjudul “Menurunkan Resiko Pasien Cedera Akibat Jatuh”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi
ataupun pengetahuan bagi pembaca dan dapat menjadi literatur guna membantu
mahasiswa dalam belajar mata kuliah Manajemen Patient Safety.

Mataram, 2 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Pengertian Jatuh ........................................................................................................ 3
B. Faktor Resiko Jatuh................................................................................................... 3
C. Penurunan Resiko Pasien Jatuh................................................................................. 4
D. Pencegahan dan Upaya Pengurangan Resiko Pasien Jatuh....................................... 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Saran ......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara
umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga paramedic non keperawatan, dan tenaga non medis. Tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua kategori, tenaga perawatan
merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan pasien
dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada semua setting
pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan penting
terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai
level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah
sakit, dan tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien yang
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jatuh?
2. Bagaimana faktor resiko jatuh?
3. Bagaimana penurunan resiko pasien jatuh?
4. Bagaimana pencegahan dan upaya pengurangan resiko pasien jatuh?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari jatuh
2. Mengetahui faktor resiko jatuh
3. Mengetahui penurunan resiko pasien jatuh
4. Mengetahui pencegahan dan upaya pengurangan resiko pasien jatuh

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
dilantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka (Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi
berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat
pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah
dari penyebab spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang
dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006)
Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya
jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang
dapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu
kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.

B. Faktor Resiko Jatuh


Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah
tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur
pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak.
Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh
dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
ansietas, hilangnya rasa percaya diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari,
falafobia atau fobia jatuh (Stanley, 2006).
Faktor resiko jatuh dibagi menjadi faktor intrinsic dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsic

3
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi
yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut antara
lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya
berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin,
pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004).
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung
benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain
lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang
terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-
obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).

C. Penurunan Resiko Pasien Jatuh


Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah Sakit.
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat
inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi resiko cedera jika sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh
menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki
resiko jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya pada
pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk,
perubahan kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi); perubahan gaya berjalan pada
pasien usia tua dengan gaya jalan berayun/tidak aman, langkah kaki pendek-pendek
atau menghentak; pasien bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau

4
melompati pagar tempat tidur yang dipasang; pada pasien dengan diare atau
inkontinensia. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh,
contohnya lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi,
pencahayaan yang kurang. Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami
pasien secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial
memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT
Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi
hukum berisiko untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit.
Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang,
dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko
jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan
langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada
pasien yang dirawat. Resiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh
bukan berarti pasien harus membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya
berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada di tempat
tidur saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan
modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian
terhadap faktor resiko jatuh pasien.
Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita perlu
memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas, defisit
(penglihatan, pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK, mobilitas/motori. Kita
harus memperhatikan usia karena resiko jatuh orang yang lanjut usia misal 65 tahun
akan lebih tinggi dibanding pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia
seseorang tingkat penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus kita
perhatikan karna penurunan penglihatan jelas dapat mengganggu orang tersebut
beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera.

5
Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi dari pimpinan
dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman agar setiap orang sadar
dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien karena pencegahan
pasien jatuh merupakan tanggung jawab seluruh staf di RS baik medik maupun non
medik, tetap dan tidak tetap. Seluruh karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh
pasien dan berpartisipasi dalam melakukan tindakan pencegahan diseluruh area
rumah sakit dimana pasien berada, baik area klinis/perawatan maupun area non
klinis (contohnya: area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang administrasi, dll).

D. Pencegahan dan Upaya Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3 usaha pokok
untuk pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan
sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering
menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat
menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi
tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda
kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman
(lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini
sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang
mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di
dinding.
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan
badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila

6
goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan
bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga harus
dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah
goyah, apakah penderita mengangkat kaki
dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah
penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi
bila terdapat kelainan/penurunan.
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut
usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara
periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas
fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas
tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai
hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan
aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya
jatuh.
Upaya pengurangan resiko pasien jatuh secara umum antara lain :
a. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko melalui
pengkajian awal dan pengkajian ulang.
b. Melakukan intervensi pencegahan reisiko jatuh
c. Memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse
untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak - anak.
Adapun contoh penerapan upaya pengurangan resiko pasien jatuh antara lain :
a. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang disamping tempat
tidur.
b. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah pasien.
c. Obat-obatan (perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan
terjadinya jatuh)

7
d. Penglihatan menurun (perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat
menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga pasien dapat berjalan
sendiri, misalnya pada malam hari.
e. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
f. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh misalnya
sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
g. (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh, misalnya
terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi ( perawat
menganjutkan untuk minum 6-8 gelas perhari ).
h. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada
i. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
j. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
k. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
l. Berikan alas kaki yang tidak licin
m. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Memberikan keselamatan
kepada pasien merupakan hal yang sangat penting. Dan untuk mencapai
keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan pasien, salah satunya
adalah mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh. Bila resiko pasien cedera
karna jatuh ini bisa dikurangi, maka proses penyembuhan klien akan lebih cepat.
Tanggung jawab sasaran ini terutama ada pada rumah sakit selaku penyedia
fasilitas, namun segala komponen yang terkait juga punya tanggung jawab yang
besar terhadap keselamatan pasien

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yakni sebagai seorang mahasiswa
harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar lebih bisa mengerti dan
memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini merupakan salah satu hal
pokok yang harus dikuasai.

9
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo & Martono, 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI:
Jakarta, 9, 22.
Lumbantobing, S.M.,2006; Neurologi Klinis : FKUI, Jakarta, Hal 88-90
Lumbantobing, S.M.,2003; Stroke; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit EGC.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
EGC.
Tinetti, M.E., 1992. Preventing Falls in Elderly Persons. The New England Journal of
Medicine, 348; 1

10

Anda mungkin juga menyukai