Oleh :
Zahrani Febrianti G
E6-32
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam melaksanakan shalat jenazah.
Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang Bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah
ini.
Wassalamualaikum Wr.wb
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL
2. KATA PENGANTAR
3. DAFTAR ISI
4. BAB I PENDAHULUAN
5. BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Shalat Jenazah
b. Hukum Shalat Jenazah
c. Keutamaan Shalat Jenazah
d. Syarat Shalat Jenazah
e. Rukun Shalat Jenazah
f. Cara Menyalati Jenazah
g. Hukum Menyalati Orang yang mati Syahid
h. Analisis
6. .BAB III PENUTUP
-Kesimpulan
7. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat adalah
kajian masalah shalat jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat jenazah merupakan salah
satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan bahkan kita menyepelekan masalah
tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek masih banyak kesalahan- kesalahan yang
dilakukan dimasyarakat dalam masalah pengurusan jenazah. Karena teori dengan praktek
dilapangan sangatlah berbeda, apalagi saat menjalani pratek kita harus mempersiapkan segala
macam, dari segi peralatan dan mental kita. Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah
tema yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana
seharusnya menyolatkan jenazah dengan baik dan benar.
Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimanaapa pengertian shalat jenazah itu
sendiri, keutamaan-keutamaan dalam shalat jenazah, hukum sholat jenazah berdasarkan menurut
hadist, syarat-syarat menyolatkan jenazah, rukun-rukun yang benar dalam melaksanakan sholat
jenazah, dan yang terakhir ialah bagaimana hukumnya menyolatkan orang yang matinya syahid
diperbolehkan ataukah tidak. Tujuan penyusunan makalah tersebut adalah untuk memberikan
wawasan kepada masyarakat khususnya bagi mahasiswa tentunya dalam masalah cara
menyolatkan jenazah , sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidak tahuan dalam
masalah menyolatkan jenazah.
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada
Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi semua orang muslim yg hidup. Jika telah
dikerjakan oleh satu orang sekalipun maka gugurlah kewajibannya dari yg lain. Salat ini
mempunyai beberapa syarat rukun dan sunnah serta keutamaan sebagaimana akan kami
sebutkan. Dari Salamah bin Al-Akwa:
“Dari Salamah bin Al-Akwa’,”pada suatu saat kami duduk-duduk dekat Nabi Saw.Ketika itu
dibawa seorang mayat, beliau berkata kepada kami, ‘shalakanlah teman kamu’.’(riwayat
Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Khabab , ia berkata bahwasanya Rasullah
bersabda :
Ibnu Umar lalu mengirim Khabab kepada Aisyah untuk menanyakan kebenaran perkataan Abu
Hurairah tersebut. Ketika kembali dari rumah Aisyah, Khabab bercerita bahwa apa yang
dikatakan Abu Hurairah itu benar. Mendengar apa yang dikatakan Khabab, Ibnu Umar berkata,
sungguh kami telah kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan beberapa qirath.
Dari Abdullah bin Abbas, bahwa seorang putranya meninggal di Qalid atau ‘Usfan dan yang
menyalatinya sebanyak empat puluh orang , Rasullah bersabda :
“ Tidaklah seorang muslim mati lalu jenazahnya di shalatkan empat puluh orang laki-laki yang
tidak menyekutukan Allah, melainkan Allah memberikan syafaat kepadanya lantaran mereka.”
Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga memilki beberapa
syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu :
Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat jenazah tidak terikat
waktu, shalat jenazah dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba, bahkan dalam waktu yang
dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut Imam Abu Hanifah dan Syafi’i.
Menurut Imam Ahmad, Ibnu Mubarok dan Ishak berpendapat bahwa melaksanakan shalat
jenazah saat matahari terbit, tepat berada diatas dan saat tenggelam, hukummnya makruh kecuali
jika tubuh dikhawatirkan akan membusuk.
1. Niat
Allah SWT berfirman,
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”(Al-Bayyinah:5).
Niat letaknya ada dalam hati, karenanya melafalkan niat disyariatkan. Jadi tidak diharuskan
membaca bacaan shalat jenazah.
Dalam pandangan mayoritas ulama, berdiri merupakan bagian dari rukun shalat jenazah. Maka,
jika ada yang melakukan shalat jenazah dalam keadaan duduk maka shalatnya tidak sah, karena
ia tidak memenuhi salah satu dari rukun shalat, yaitu berdiri. Pendapat ini sesuai dengan
pandangan Abu Hanifah, Syafi’i dan Abu Tsaur. Dan dalam hal ini, tidak ditemukannya adanya
perbedaan pendapat.
Pada saat berdiri hendaknya tangan kanan menggenggam tangan kiri. Ada juga yang mengatakan
tidak perlu. Tetapi sebagian besar lebih banyak menerima pendapat yang pertama.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah Hadist yang bersumber dari Jabir ra,
bahwasanya Rasulullah SAW melakukan shalat jenazah raja Najasyi dengan emapt takbir.
Tirmizi berkata, shalat dengan 4 takbir merupakan amalan yang dilakukan para sahabat dan yang
lain dengan melihat Rasulullah melakukan shalat jenazah dengan takbir empat kali. Pendapat ini
dikemukakan oleh Syafan, Malik, Ibnu Mubarak, Syafi’I, Ahmad dan Ishak.
Mengankat dua tangan saat shalat jenazah kecuali hanya pada takbir pertama.Karenanya, takbir
diberlakukan hanya pada saat takbiratul ihram, kecuali jika berpindah dari rukun satu ke rukun
lain sebagaimana yang berlaku dalam shalat selain shalat jenazah. Sementara untuk shalat
jenazah tidak dikenal takbiratul intiqal (takbir yang menandakan perpindahan antara satu rukun
dengan rukun yang lain).
5. Membaca Al-Fatihah
Tidaklah sah jika shalat jenazah tidak membaca surat Al-Fatihah (menurut ahli hadist).
Imam syafi’i berkata, sebagaimana yang tercantum dalam musnadnya, dari Abu memberitahukan
kepadanya bahwa yang disunahkan dalam melaksanakan shalat jenazah adalah hendaknya imam
takbir, lalu diiringi dengan membaca al-Fatihah setelah takbir yang pertama. Setelah itu
membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Dan membaca doa untuk jenazah pada takbir
selanjutnya yang disertai dengan keikhlasan.
7. Doa kepada jenazah
Membaca doa setelah shalat jenazah itu merupakan rukunnya.Dari HR.Muslim berkata,
Rasulullah bersabda :
ُج َوبَ َر ٍد َونَقِّ ِه ِمنَ ْالخَ طَا يَا َك َما يُنَقَّى الثَّوْ بُ ْاألَ ْبيَض
ٍ ا للَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َو ا رْ َح ْمهُ َوعَا فِ ِه َوأَ ْك ِر ْم نُ ُز لَهُ َو َو َّس ْع ُم ْد خَ لَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ َما ٍء َوثَ ْل
َِمن
َار ِه َوأَ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن أَ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا َخ ْي ًر ا ِم ْن َز وْ ِج ِه َوقِ ِه فِ ْتنَةَ ْالقَب ِْر َو َع َذابَالنَّار
ِ َس َوأَ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن د
ِ ال َّد ن
Meskipun sudah membaca setelah takbir ketiga, berdoa setelah takbir keempat juga dianjurkan.
Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam dari Abdullah bin Aufa.Imam syafi’i
berkata, setelah takbir keempat, hendaknya orang yang shalat membaca doa,
ُاللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَ جْ َر هُ َو الَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغفِرْ لَنَا َولَه
“ Ya Allah, jangalah Engkau halangi (tutupi) kami dari mendaptkan ganjarannya, janganlah
Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia”(Riwayat Hakim).
9. Salam
Ibnu Mas’ud berkata, salam dalam shalat jenazah sama halnya dengan salam dalam shalat yang
lain. Adapun lafal salam yang paling sederhana adalah
“as-Salamualaikum Warahmatullahhiwabara’katuh.”
Posisi imam saat menyalati jenazah perempuan dan lelaki. Diantara cara yang diajarkan
Rasulullah saw. Bagi imam dalam meyalati jenazah lelaki adalah hendaknya berada persis di
bagian kepala jenazah. Dan untuk jenazah perempuan, hendaknya imam berada di bagian tengah
(perut).
Sebagai landasan atas hal ini adalah sebuah hadits yang bersumber dari Anas ra.bahwasanya ada
seseorang yang melakukan shalat tepat dibagian kepalanya. Setelah jenazahnya dipangkat,
kemudian di datangkan dengan jenazah perempuan dan ia merubah posisinya tepat di bagian
tengah jenazah.(HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
G. Hukum menyalati orang yang mati syahid
Syahid adalah orang yang meninggal dunia ditangan-tangan orang-orang kafir saat peperangan.
Ada beberapa hadits yang dengan jelas menyatakan bahwa orang yang syahid tidah perlu
dishslati. Di antaranya adalah;
Adapun juga beberapa hadist yang menjelaskan bahwa jenazah para syuhada tetap dishalati. Di
antaranya adalah:
1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Uqbah bin Amar bahwasannya rasulullah saw.pernah
keluar lalu beliu melakukan shalat untuk mereka yang gugur dibukit Uhud sebagaimana
beliu shalat jenazah setelah delapan tahun berlalu layaknya orang yang sedang
berpamitan baik kepada orang yang masih hidup ataupun orang yang sudah meninggal
dunia.
2. Dari Abu Malik al-Ghifari, ia berkata, “mereka yang terbunuh pada saat perang Uhud
sebanyak sembilan orang, sepuluh dengan Hamzah. Mereka dihadapkan kepada
Rasulullah saw.lalu di datangkan sembilan jenazah yang lain, sementara jenazah Hamzah
dibiarkan pada tempat semula.
H. Analisis
Dengan melihat kontrakdisi pada masalah hukum menyalati orang yang mati Syahid itu menurut
analisis kami kedua-duanya baik dilakukan, karena baik menyolati maupun tidak menyolati,
kedua-duanya memiliki dasar yang bersumber dari rasullullah saw.kami berpegang dari riwayat
Ibnu Hazm yang menyatakan bahwasannya boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan. Jika ia
menyolatkan orang-orang yang gugur dalam peperangan. Ini juga salah satu riwayatkan dari
Ahmad, dan dinilai benar oleh Ibnu al- Qayyim.
Pendapat ini mengompromikan nash-nash yang shahih. Selain itu dalam kitab Al-Umm, Imam
Syafi’i menyatakan bahwasannya ada beberapa hadist yang seakan-akan hadist ini mutawatir,
bahwa Rasulullah saw.tidak menyolati mereka yang syahid di perang uhud. Adapun hadist yang
berasal dari Uqbah bin Amir, bahwa peristiwa tersebut terjadi setelah delapan tahun berlalu.
Lebih lanjut Imam Syafi’i berkata: “seakan-akan rasulullah saw. Mendoakan saat itu mendoakan
dan meminta ampuna untuk mereka setelah beliau akan wafat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menyolatkan dan tidak menyolatkan orang yang mati syahid
ssemuanya boleh dilakukan sesuai kehendaknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada
Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu
kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan pengurusan jenazah orang
muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk
melaksanakan pengurusan jenazah tersebut. Kemudian shalat jenazah sudah ada syarat dan
rukun-rukunnya yang berpegang pada dasar-dasar sunnah Rasulullah saw. Selain itu bahwa
menyolatkan jenazah yang matinya syahid boleh dan tidak disholatkan karena Rasulullah pernah
mengerjakan kedua-duanya, pernyataan ini didasarkan pada hadist-hadist yang ada, kemudian
telah diamati bahwa nash-nashnya shahih.
DAFTAR PUSTAKA
www.awitrom.com-tentang-shalat-jenazah
https://supriyadicfc.wordpress.com
http://tugasnyapelajar.blogspot.com/2017/11/makalah-mengenai-tata-cara-shalat-Jenazah.html”