Askel Kel 2fix1
Askel Kel 2fix1
J
KELUARGA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI RESIKO TINGGI
DI RT 05 KELURAHAN BUNGA JADI
KECAMATAN LOA BUAH
Oleh :
MAHASISWI D-III KEBIDANAN SAMARINDA
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SAMARINDA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
KALIMANTAN TIMUR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
0
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keluarga ini telah diperiksa dandisetujui oleh:
Pembimbing Prodi KebidananSamarindaPembimbing Lahan Praktik
NIP.NIP.
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengankarunia-Nya berupa rahmat-Nya,
kami dapatmenyelesaikan tugas praktik kebidanan komunitasyaitu asuhan keluarga binaan Tn. J.
Dalam laporan kegiatan ini saya berusahamemberikan gambaran mengenai beberapa halmenyangkut m
asalah kesehatan dan upaya-upayapromotif dan preventif terhadap kesehatan keluarga Tn.
J mengenai Kurangnya pengetahuan KeluargaKesehatan reproduksi .
Tidak lupa pula saya sampaikan ucapan terima kasihkepada :
1. Ibu Rosalin Ariefah Putri, M.Keb sebagai DosenPembimbing Asuhan Komunitas Keluarga Binaan
2. Keluarga Tn.J RT. 05 Kelurahan Tani AmanKecamatan Loa Janan
Ilir yang bersedia menerimasaya untuk mengambil data mengenai kesehatankeluarganya.
Dan juga pihak-pihak yang lain yang tidak bisa sayasebutkan satu-
persatu yang telah memberikansumbangsinya baik berupa masukan-masukan ide maupun bantuan material
yang juga sangat menunjangterselesainya tugas ini.
Namun tentunya saya juga yakin bahwa laporan, dalam bentuk tulisan ini masih jauh dari kesempurnaa
n, sehingga saya membuka diri untuk menerima masukanberupa kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Samarinda, September 2020
Penulis
DAFTAR ISI
2
LEMBARJUDUL…………………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………….
C. Waktu danTempat…………………………………………………………..
D. Metode………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepKeluarga……………………………………………………………
B. Keperawatan Kesehatan Keluarga…………………………………………
C. Kasus DalamKeluarga…………………………………………………….
BAB III HASIL ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian………………………………………………………………..
B. Analisa Data dan Skoring PrioritasMasalah……………………………..
C. Perencanaan………………………………………………….…………..
D. Pelaksanaan………………………………………………….…………..
E. Evaluasi………………………………………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
D. Kesimpulan………………………………………………………………...
E. Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
Keadaan yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah
menstruasi pertama, atau dalam bahasa medis disebut dengan menarche.
Kejadian ini menandakan awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja
dalam masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan
yang cepat, menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan timbulnya
ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan,
dan pembesaran payudara (Atikah dan Siti, 2010).Seorang remaja putri yang
telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus menstruasi tiap
bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti
sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram
perut dan sakit perut. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau
dismenorea.
4
maturitas organ seksual seorang wanita. Dimana definisi menstruasi adalah
keluarnya darah, mukus dan debris – debris seluler yang berasal dari uterus
secara periodik dengan siklus teratur. Siklus menstruasi pada wanita normal
berlangsung teratur, yaitu 21 – 35 hari dengan volume darah yang dikeluarkan
selama menstruasi sebanyak 40 ml dan cairan serosa sebanyak 35 ml.
Menstruasi merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan
berbagai organ, sistem endokrin, hormon – hormon reproduksi dan enzim.
Proses menstruasi diregulasi oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal
yang terjadi melalui mekanisme timbal balik (feed back mechanism) antara
hipotalamus, pituitari dan ovarium atau yang dikenal dengan axis endokrin
Hipotalamus – Pituitary – Ovarium (HPO).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas dengan baik dengan
teknik pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan pemecahan
masalah dan pelayanan kesehatan dasar.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan pembelajaran praktek kebidanan komunitas
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
komunitas pada keluarga, yaitu :
a. Pengkajian terhadap keluarga
b. Tipologi Masalah
c. Intervensi
d. Implementasi
5
e. Evaluasi
Tempat yang digunakan pada praktik keluarga binaan ini adalah rumah
Keluarga binaan (Tn.J) di RT 05 Kelurahan Bunga Jadi Kecamatan Loa Buah
D. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Waktu dan Tempat
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Keluarga
B. Masalah Kesehatan Reproduksi Pada ibu
6
C. Masalah Kesehatan Reproduksi pada anak remaja
D. Masalah Resiko Tinggi Hipertensi
BAB III HASIL ASUHAN KELUARGA
A. Pengkajian
B. Analisis
C. Perencanaan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
saling memelihara. Freeman (2010) membagi lima tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga-keluarga yanh tergolong resiko tinggi
dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur, dengan
masalah seperti tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan.
c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, misalnya anak yang lahir
prematur/BBLR.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota.
9
Penyebab disfungsi ovarium yang paling sering menyebabkan amenore
sekunder adalah Sindrom Ovarium Polikistik (polycistic ovary syndrome,
PCOS). Kelainan ini akibat dari peningkatan androgen (baik dari ovarium
maupun maupun kelenjar adrenal) diikuti perubahan menjadi estrogen
dalam jaringan lemak. Peningkatan estrogen memacu hipofisis untuk
meningkatkan LH dan menekan FSH yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan folikel, anovulasi, dan peningkatan produksi androgen
ovarium. Menurut Norwitz E. (2013) kelainan ini merupakan kerusakan
yang disebabkan pengiriman sinyal yang “tidak seharusnya” ke
hipotalamus dan hipofisis.
2. Gagal Ovarium
Gagal ovarium primer ditandai dengan adanya peningkatan gonadotropin
dan rendahnya estradiol (hipogonadisme hipergonadotropik). Gagal
ovarium sekunder ditandai dengan kadar gonadotropin normal atau rendah
dan rendahnya estradiol (hipogonadisme hipogonadotropik). Akibat yang
ditimbulkan dari penyebab ini adalah kegagalan ovarium prematur
(premature ovarian failure, POF), yaitu hilangnya semua folikel ovarium
disertai berhentinya menstruasi sebelum usia 40 tahun. Penyebab tersering
dari kasus ini adalah proses autoimun, kemoterapi, radiasi, infeksi
(Norwitz, 2013).
3. Penyebab Sistemik
Selain penyebab yang disebutkan diatas, ada beberapa penyebab lain yang
sudah terbukti menyebabkan terjadinya ameneore sekunder, antara lain
ketidakseimbangan hormon yang disebabkan stress hingga mengganggu
fungsi dari hipotalamus.
10
berkesinambungan.
2. Penyebab di Uterus
Kerusakan uterus yang paling sering menyebabkan amenore sekunder
adalah sinekia atau perlekatan intrauterin menutup rongga uterus dan
pembentukan jaringan parut yang dapat menutupi seluruh rongga uterus.
Keadaan ini disebut juga sebagai Sindrom Asherman. Penyebab dari kasus
ini adalah tindakan kuretase yang berlebihan yang dapat mengangkat
lapisan dalam endometrium dan merusak kriptus dan kelenjar basal yang
penting untuk regenerasi endometrium. Selain itu infeksi tuberkulosis
endometrium juga dapat menyebabkan kerusakan endometrium yang dapat
menyebabkan amenore sekunder.
3. Penyebab Hipofisis
1) Sindrom Sheehan
Suatu keadaan yang ditemukan sesudah persalinan dan yang disertai
dengan banyak perdarahan dan/atau syok. Hal ini menyebabkan nekrosis
karena spasme atau trombosis arteriola pada hipofisis. Dengan adanya
nekrosis fungsi dari hipofisis terganggu dan menyebabkan menurunnya
pembuatan hormon- hormon gonadotropin sehingga dapat menyebabkan
amenore sekunder.
2) Tumor Hipofisis
Diantara sebab-sebab amenore sekunder, tumor hipofisis merupakan sebab
yang jarang ditemui. Gejala yang mungkin timbul pada wanita amenore
dengan tumor hipofisis adalah sakit kepala dan gangguan penglihatan.
Potret Roentgen dari sella tursika dan visus perifer akan memperkuat
diagnosis.
3) Obat-obatan
Penggunaan steroid seks dan obat yang meningkatkan kadar prolaktin
dapat menyebabkan amenore sekunder.
4) Faktor Risiko
11
• Aktivitas fisik yang terlalu berat.
• Terlalu kurus (lemak tubuh kurang dari 15 – 17%). Keadaan ini
mempengaruhi proses pembentukan hormon. Jika seorang perempuan
mengalami kelainan makan, seperti anoreksia atau bulimia, dapat
menyebabkan perubahan hormonal yang berujung pada berhentinya
menstruasi.
• Obesitas. Adanya jaringan lemak yang berlebih pada seorang yang
mengalami obesitas juga mempengaruhi proses ovulasi (pengeluaran sel
telur dari indung telur).
• Stress Psikis. Stress dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus, sehingga
menstruasi berhenti. Karena itu jika Stress bekrurang, menstruasi muncul
kembali.
• Penggunaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan, antipsikotik,
obat kemoterapi, dan kortikosteroid oral (Baziad, 2010).
D. Prognosis
Karena hampir seluruh kasus amenore dapat diatasi dengan terapi,
prognosisnya baik. Pengecualian pada gagal ovarium prematur dan tidak
adanya organ reproduksi. Dengan penggunaan satu atau kombinasi
hormon (misal hMG, GnRH, kortikosteroid) dan obat- obatan (misalnya
bromokriptin, kloomifen sitrat). Hampir semua pasien amenore dengan
ovarium dapat dipicu untuk terjadinya ovulasi (Benson, 2010).
E. Pengobatan
12
Menurut Benson (2010) penatalaksanaan pasien amenore sekunder
tergantung pada keinginan individu untuk mengalami ovulasi (menstruasi,
kehamilan) dan penyebab amenore.
1. Jika pasien mengalami amenore karena hipotiroid, maka penggantian
hormon tiroid merupakan terapi yang diperlukan.
2. Pasien dengan makroadenoma hipofisis, pengangkatan adenoma
dengan pembedahan harus dipertimbangkan.
3. Pasien dengan amenore galaktore tanpa atau dengan adenoma, terapi
dengan bromokriptin 2,5 mg PO dua kali sehari sampai prolaktin menjadi
normal.
4. Pasien dengan gagal ovarium primer (POF), kemungkinan ovulasi
tidak ada kecuali jika penyebabnya ooforitis autoiimun yang dapat
berespon terhadap kortikosteroid.
5. Pasien dengan tantangan uji progestin atau progesteron tes negatif (-)
diobati dengan hMG, seringkali dikombinasi dengan klomifen sitrat untuk
memicu ovulasi.
6. Pasien dengan tantangan uji progestin positif (+) yang mengharapkan
untuk hamil, terapi yang diberikan adalah berupa klomifen sitrat. Dosis
awal adalah 50 mg PO setiap hari selama 5 hari. Ovulasi biasanya terjadi
5-10 hari setelah dosis kelima. Jika dosis harian tidak mencukupi, dosis
dapat dinaikan secara bertahap hingga dosis maksimum 250 mg/hari.
Sedangkan untuk pasien yang tidak mengharap hamil dan hanya
menginginkan siklus menstruasi teratur maka dapat diberikan progestin
oral bulanan untuk menginduksi perdarahan berkala dan pengelupasan
endometrium.
7. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik, obat pilihan adalah
klomifen sitrat, diikuti oleh hMG jika tidak berhasil.
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2010), amenore sendiri tidak selalu
memerlukan terapi. Penderita yang memerlukan terapi adalah wanita muda
yang mengeluh tentang infertilitas atau yang sangat terganggu karena tidak
datangnya haid.
Dalam terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan
termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan
tenang dan sebagainya. Pemberian estrogen bersama dengan progesteron
13
dapat menimbulkan perdarahan secara siklis. Akan tetapi, perdarahan ini
bersifat withdrawal bleeding. Pada kasus yang ringan dapat menimbulkan
mekanisme siklus haid lagi (Wiknjosastro, 2010).
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Nama :
Umur :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
14
c. Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui apakah dalam keluarga
pasien ada yang pernah mempunyai riwayat amenore (Morgan, 2013).
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi untuk mengetahui kapan pertama kali menstruasi
untuk menegakan diagnosa apakah pasien termasuk dalam kriteria
amenore primer atau sekunder, siklus haid untuk mengetahui riwayat
siklus menstruasi sebelumnya, jenis dan warna darah menstruasi, serta
keluhan atau rasa sakit pada saat haid, karena gangguan pada ovarium
lebih sering dijumpai pada wanita yang mengalami sindrom prahaid
(Manuaba, 2011).
5. Riwayat Obstetri
untuk mengetahui pada kasus amenore sekunder dengan pasien yang
sudah menikah, dapat dilakukan pengkajian apakah pasien pernah
mengalami penyulit yang mendukung terjadinya amenore sekunder
seperti perdarahan yang harus dilakukan kuretase, tindakan Sectio Secaria
, dan miomektomi (Benson, 2012).
6. Riwayat Perkawinan
untuk mengetahui umur ibu saat menikah, perkawinan yang ke berapa,
lama menikah dan merupakan istri atau suami yang ke berapa (Depkes RI,
2014).
7. Riwayat Perkawinan
untuk mengetahui dalam kasus amenore sekunder, pada pasien yang
sudah menikah perlu dikaji riwayat pemakaian kontrasepsi. Pada beberapa
kasus amenore sekunder dapat terjadi setelah pengguanaan kontrasepsi
15
hormonal. Amenore dapat terjadi pada pemakaian kontrasepsi hormonal
seperti suntik dan implan, karena masih terdapat progesteron yang tinggi
di dalam serum. Kadar dalam serum yang tinggi berasal dari lemak yang
sulit direabsorbsi. Apabila persediaan depo sudah habis seluruhnya, maka
kadarnya akan hilang di serum dan siklus haid menjadi normal kembali
(Benson, 2012).
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal Hygiene
Kebiasaan
Seksualitas
B. DATA OBYEKTIF
Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan laboratorium.
16
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
Tinggi Badan :
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus amenore sekunder menurut
Morgan (2013) adalah :
1. Tes Kehamilan
Tes kehamilan harus dilakukan pada kasus amenore sekunder untuk
menyingkirkan diagnosa kehamilan.
a) Pemeriksaan Hormonal
Hormon hormon yang diperiksa adalah hormon yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan folikel serta
hormon yang dikeluarkan oleh folikel itu sendiri seperti
hormon Prolaktin, TSH, FSH, LH.
17
b) USG
Untuk mengetahui keadaan endometrium dan mendeteksi
apabila ada kelainan ginekologi yang berkaitan dengan
amenore sekunder.
c) Pemeriksaan Darah
Untuk mengetahui kelainan darah yang disebabkan oleh
penyakit yang menyebabkan terjadinya amenore sekunder
seperti hipotrombosis pada sindrom Sheehan dan sepsis pada
sumbatan Sindrom Simmond.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah amenore sekunder
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan.
b. Masalah
Masalah yang biasa muncul pada pasien dengan amenore berkaitan
dengan kekhawatiran pasien terhadap keadaan yang dialami. Hal ini
muncul karena kurangnya pengetahuan pasien tentang amenore maupun
siklus menstruasi.
c. Kebutuhan
Kebutuhan pasien dengan amenore adalah dukungan moril serta
informasi tentang kasus dan penatalaksanaan amenore.
18
(Manuaba, 2011)
VI. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dari langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan bisa dilakukan
19
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut (Varney,
2016).
VII. EVALUASI
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu sesuai
dengan yang diidentifikasi tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam
pelaksanaannya (Varney, 2016)
20
mengalami haid atau menstruasi (Hendrik, 2010).
Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan dismenore merupakan adanya
gangguan fisik pada wanita yang mengalami menstruasi, yang
dikarakteristikan dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, dan nyeri
tersebut bisa terjadi sebelum atau selama menstruasi dalam waktu yang
singkat.
Menurut Icemi Sukarni, K dan Wahyu, P (2013) ada dua tipe-tipe dari
dysmenorrhea, yaitu:
a. Primary dysmenorrhea, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche. Dismenore primer adalah suatu kondisi yang dihubungkan
dengan siklus ovulasi (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2011)
b. Secondary dysmenorrhea, adalah nyeri saat menstruasi yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya
terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder
adalah nyeri menstruasi yang berkembang dari dismenore primer yang
terjadi sesudah usia 25 tahun dan penyebabnya karena kelainan pelvis
(Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson, 2011)
2. Klasifikasi
1. Dismenorea spasmodik primer
Merupakan kesatuan klinik dangan tanda-tanda khas sebagai berikut :
a. Dismenorea pertama tampak 6-24 bulan susudah menarche
b. Nyeri dirasakan pada hari pertama haid periode menstruasi
c. Nyeri berakhir dalam beberapa jam dan jarang dijumpai melampaui
48 jam
d. Nyeri tersebut sanggat berat dan tertahankan
e. Nyeri terasa pada abdoment bagian bawah
f. Nyeri tersebar kelubang sepanjang paha
g. Dapat disertai pusing, lemah, mual dan muntah
h. Diagnosa dapat terlihat pada pemeriksaan pelvis. Nyeri dapat hilang
dengan terapi hormon siklik
21
2. Dismenorea spasmodic sekunder
Adanya suatu mioma uteri submukosa yang kemudian menjadi
polip yang fibroid. Sebelum uterus berhasil melepaskan mioma tersebuut
area permukaan yang menjadi sumber perdarahan sudah demikian luas.
Maka dismenorea didahului dengan menometroragia untuk benerapa bulan
atau beberapa tahun. Sesudah polip itu menonjol ( protude ) kedalam
vaginadismenorea akan disertai pengeluaran darah dari vagina yang tidak
teratur. Kontrasepsi spiral dapat pula menimbulakna dismenorea. Biasanya
cukup berat dan terjadi pada periode menstruasi pertama atau kedua
setelah pemasangan spiral. Spiral harus diangkat jika menimbulakan gejala
tersebut. Menorhea dengan passase bekuan darah. Biasanya dismenorea
dirasakan sebelum bekuan darah dikeluarkan. Dismenorea membran sub
mukosa ini jarang ditemukan. Dalam hal ini ndometrium terlepas dalam
potongan potongan yang besar. Pengeluaran disartai dengan kholik yang
berat.
3. Dismenorea Kongestif
Adalah gejala kongestif pelvis yang disebabkan oleh penyakit laktis
genetalia, ( misalnya : alfingo ouportis, mioma ateri endometrium )
akuolesi ekstra uteri ( misalnya : divertikulitis seluli pelvis dan verikokel
ligamentum besar ) dismenorea tersebut mempunyai tanda-tanda sebagai
berikut :
a. dismenorea tampak beberapa tahun setelah menarhea
b. nyeri biasany a timbul 2-3 bulan atau 4 hari sebelum menstruasi.
c. Intensisitas nyeri berbeda dari pasien dengan pasien lainnya
d. Nyeri teraba bagian bagian bawah kadang-kadang lebih berat pada
satusisi
e. Nyeri dapat juga dirasakan belakangan
f. Gejala lain yang dapat menyertai adalah menoragia, polimenorhea,
dan tenesmus.
4. Dismenorea obstruktif
Ini merupakan gejala heiatukolpus atau hematumelva ( dapat merupakan
kelainan congenital ) dismenorea mempunyai tanda-tanda :
a. dismenorea karena kelainan congenital yang akan berlangsung pada
22
saat atau segera sesudah menarche.
b. Nyeri biasanya dimulai pada hari ke 3 dan ke 4 menstruasi.
c. Nyeri bioasanya menetap sampai 3 hari berikutnya atau 4-5 hari
sesudah menstruasi.
d. Nyeri bersifat spamodik
e. Nyeri sanggat berat dirassakan.
f. Nyeri bersifat unilateral kalau hanya doktus muller yang terkena.
g. Pada kasus hemanometra, nyeri akan menyebar satu atau dua belah
paha.
h. Gejala tambahan tergantung lokalisasi lesi sesunguhnya.
3. Etiologi Dismenore
Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik seperti stres,
shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah,
dan kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dismenore menurut Arulkumaran (2012) antara lain:
a. Faktor menstruasi
1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden
dismenorenya lebih tinggi.
2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan
siklus yang panjang mengalami dismenore yang lebih parah.
b. Paritas. Insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas. Hal
ini menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun setelah
pertama kali melahirkan juga akan menurun dalam hal tingkat keparahan.
c. Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal itu
juga terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah,
kemungkinan karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk
penjelasan itu masih kurang.
d. Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral
sebaiknya dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau
memperburuk kondisi. Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi lainnya
dapat mempengaruhi nyeri dismenore.
e. Riwayat keluarga, mungkin dapat membantu untuk membedakan
endometriosis dengan dismenore primer.
23
f. Faktor psikologis (stres)
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenore. Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan
dengan sekolah atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.
Menurut Wiknjosastro (2010) dalam Dianika (2011) faktor penyebab
dismenore, yaitu:
a.Faktor Psikis
Pada gadis-gadis yang emosional, apabila tidak mendapatkan pengetahuan
yang jelas maka mudah terjadi dismenore.
b.Faktor konstitusional
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor psikis. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun dan sebagainya mempengaruhi timbulnya
dismenore.
c.Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu faktor yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore
adalah stenosus kanalis servikalis. Pada wanita uterus hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosus kanalis servikalis, akan tetapi hal tersebut
tidak anggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab terjadinya
dismenore.
d.Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenoreprimer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor
ini mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot uterus.
Menurut Manuaba (2010) pada dismenore primer disebabkan oleh faktor
hormonal, sedangkan dismenore sekunder tidak disebabkan faktor
hormonal.
Adapun faktor penyebab pada dismenore, yaitu:
a) Terjadi akibat kontraksi yang kuat atau lama dinding Rahim
b) Hormon prostaglandin yang tinggi
c) Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid
d) Adanya infeksi daerah panggul
f) Endometriosis
g) Tumor jinak pada Rahim
24
h) Postur tubuh yang kurang baik (sikap yang salah)
i) Rahim tidak berkembang secara optimal
j) Diperberat jika mengkonsumsi kopi dan stress (Wratsongko &
Budisulistyo, 2010).
Menurut Nanang Winarto Astarto, et all (2011) penyebab pasti
dismenore belum diketahui secara pasti, pada dismenore primer nyeri
timbul akibat tingginya kadar prostaglandin. Sedangkan pada dismenore
sekunder diduga penyebab terbanyak adalah endometriosis. Adapun
faktor-faktor risiko dari dismenore primer yaitu wanita yang belum pernah
melahirkan, obesitas, perokok, dan memiliki riwayat keluarga dengan
dismenore. Sedangkan faktor yang dapat memperburuk keadaan adalah
rahim yang menghadap ke belakang, kurang berolahraga dan stres psikis
atau stres sosial (Icemi & Wahyu, 2013). Timbulnya rasa nyeri pada
menstruasi biasanya disebabkan karena seseorang sedang mengalami stres
yang dapat menggangu kerja sistem endokrin, sehingga dapat
menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan menimbulkan rasa sakit
pada saat menstruasi (Hawari, 2010).
Menurut Sinclair (2010) dan Reeder (2012) Pada dismenore sekunder
dikaitkan dengan patologi pelvis dan lebih sering dialami wanita yang
berusia diatas 20 tahun. Dismenore sekunder terjadi akibat penyakit
panggul organik seperti adenomiosis, leiomiomata, polip endometrium,
malformasi kongenital, stenosis servikal, endometriosis, PRP, mioma
uterus, sindrom kongesti pelvis, kista atau tumor ovarium, sindrom
asherman (perlekatan intrauterus), prolaps uterus, penggunaan AKDR.
4. Tanda dan Gejala Dismenorea
Tanda dan gejala klinis dismenorea primer yang sering ditemukan adalah
(Mitayani, 2012):
1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan
haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
2. Nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha
disertai
rasa mual, muntah, diare, nyeri kepala, kelelahan, dll.
3. Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:
a. Dismenore primer
25
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah,
diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga
disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga
jatuh pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau
bersamaan dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai
72 jam. Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam,
dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di
daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan
area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit
kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama
menstruasi (Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer,
yaitu
1) Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah
2) Pegal pada mulut vagina
3) Nyeri pinggang
4) Pegal-pegal padapaha
5) Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan
diare.
c. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder
yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama
atau kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder,
yaitu
1) Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan
2) Nyeri saat berhubungan seksual
3) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid
4) Nyeri tekan pada panggul
5) Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina;
6) Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.
26
I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, berlandaskan teori yang ada, untuk menegakkan
diagnosis.
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :
- Pada dismenore primer biasanya terjadi pada seorang wanita
yang mengalami menarche setelah 2-3 tahun dan bisa
mencapai umur 15-25 tahun (Betz & Sowden, 2012).
Jenis kelamin : Dismenore hanya terjadi pada perempuan
Tanggal MRS :
Diagnosis medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
27
punggung dan paha, adakalanya disertai mual muntah, pusing, diare saat
menstruasi (Manuaba, 2010).
b. Keluhan Utama
keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien
dibawa berobat, beberapa keluhan yang sering dijumpai anatara lain
demam, batuk, mencret, kejang, muntah, edema, sesak napas, sianosis,
ikterus dan perdarahan (Matondang, dkk; 2010)
Contoh :
- Pada kasus dismenore keluhan utama adalah Nyeri dirasakan
pada hari pertama haid periode menstruai. Nyeri berakhir
dalam beberapa jam dan jarang dijumpai melampaui 48
jam. Nyeri tersebut sanggat berat dan tertahan. Nyeri terasa
pada abdoment bagian bawah. Nyeri tersebar kelubang
sepanjang paha. Dapat disertai pusing, lemah, mual dan
muntah
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi:
28
a)Menarche, perlu ditanyakan karena dismenorea biasanya terjadi
beberapa waktu setelah menarche, biasanya 6–12 bulan pertama setelah
menarche (Dito dan Ari, 2011).
b)Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid
teratur atau normal (21–40 hari), karena siklus haid setiap wanita berbeda-
beda, berkaitan dengan usia klien (Dito dan Ari, 2011).
c)Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari
klien normal (3–7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda
(Dito dan Ari, 2011).
d)Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut
yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2
perhari berarti jumlah darah sedikit, 2–4 perhari berarti normal dan lebih
dari 5 perharinya banyak normalnya yaitu 30 ml perhari (Wiknjosastro,
2012).
e)Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada
nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang dan paha serta gejala yang
menyertai dismenorea seperti pusing, mual, muntah maupun diare saat
menstruasi (Manuaba, 2010).
29
c. Riwayat penyakit menahun
30
- Peningkatan tekanan darah sistolik tanpa peningkatan
tekanan diastolik terdapat pada pasien dengan duktus
arteriosus persisten (Matondang, dkk, 2010)
Nadi : demam dan dehidrasi dapat menyebabkan takikardia
(Matondang, dkk, 2010)
Pernapasan : takipnea pada bayi dan anak kecil merupakan
tanda dini gagal jantung (Matondang, dkk, 2010)
Suhu : hipotermia terdapat pada keadaan dehidrasi dan renjatan
(Matondang, dkk, 2010)
Antropometri : Tinggi badan
Berat badan : sebelum sakit :
saat ini :
contoh : - Dehidrasi dan infeksi akut dapat berhubungan dengan berat
badan yang menurun atau gagal menambah berat badan (Engel, 2012)
- Penyakit ginjal kronis dan disfungsi endokrin pada anak
dapat menyebabkan pertambahan berat badan yang
berlebihan (Engel, 2012).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung : pernapasan cuping hidung merupakan salah satu manifestasi
klinis dari pneumonia (Betz & Sowden, 20012)
Mulut : - pada kasus thypoid, mulut terdapat napas berbau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih
kotor, ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor (Ngastiyah,
2010)
- Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan gejala khas
pada tetanus neonatorum (Ngastiyah, 2010)
31
Leher :
Dada : pada pneumonia dapat terjadi retraksi dinding dada
(Betz & Sowden, 2012)
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Contoh : - auskultasi bunyi jantung pada stenosis pulmonal, didapatkan
bunyi jantung I normal, bunyi jantung II terpecah agak lebar dan lemah
(Matondang, dkk, 2010)
- Frekuensi peristaltik akan bertambah pada gastroenteritis,
serta berkurang bahkan menghilang pada peritonitis
(Matondang, dkk, 2010).
Perkusi :
Contoh : perkusi abdomen untuk menentukan asites pada anak
yang dapat disebabkan oleh penyakit hati kronik misalnya sirosis hepatis
(Matondang, dkk, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Inspekulo:
II. INTERPRETASI DATA DASAR
32
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan.
Cara penulisan diagnosis :
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.
Contoh masalah :
kurangnya pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang diderita anak
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.
Contoh kebutuhan : Pemberian KIE/pendidikan kesehatan
33
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
Contoh kebutuhan tindakan segera :
Pada kasus diare dengan dehidrasi ,berdasarkan Buku Kuliah 1 Ilmu
Kesehatan Anak FKUI , kebutuhan tindakan segeranya adalah Rehidrasi
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi.
Contoh pembuatan intervensi :
- Berikan suplementasi zinc ! (pada kasus diare)
Rasional : Zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan
berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat
proses penyembuhan epiel selama diare (Ngastiyah, 2015).
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tindakan fototerapi! (pada kasus
hiperbilirubinemia)
Rasional : Pemberian terapi sinar (fototerapi) diberikan pada neonatus
pada jumlah serum bilirubin tertentu sesuai panduan penatalaksanaan
hiperbilirubinemia menurut American Academy of Pediatrics (Damanik,
2010)
- Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan ! (pada kasus
omfalokel)
Rasional : Pada kasus omfalokel harus dilakukan pembedahan sesegera
mungkin untuk menghindari terjadinya peritonitis (Protokol Asuhan
Neonatal PONEK, 2010).
- Lakukan rujukan ! (pada kasus penyakit jantung kongenital)
Rasional : Tatalaksana penyakit jantung kongenital perlu rujukan segera
ke pusat perawatan khusus yang memiliki tenaga ahli jantung anak
(Protokol Asuhan Neonatal PONEK, 2010).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
34
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP
35
B.Faktor Risiko Hipertensi
Seiring bertambahnya usia, seseorang akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
untuk mengalami hipertensi. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
hipertensi yaitu:
C.Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Masing-
masing memiliki penyebab yang berbeda, seperti berikut ini.
1. Hipertensi Primer
Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak
diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-
tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kondisi kesehatan yang
mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan
tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
a.Obstruktif sleep apnea (OSA).
b.Masalah ginjal.
c.Tumor kelenjar adrenal.
d.Masalah tiroid.
36
e.Cacat bawaan di pembuluh darah.
f.Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang
dijual bebas.
g.Obat-obatan terlarang.
D.Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul,
antara lain:
a.Sakit kepala;
b.Lemas;
c.Masalah penglihatan;
d.Nyeri dada;
e.Sesak napas;
f.Aritmia; dan
g.Adanya darah dalam urine.
E.Diagnosis Hipertensi
Dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset lengan tiup di sekitar
lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan.
Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:
Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan
darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat
memburuk dari waktu ke waktu.
Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan
diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik
160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
F.Pengobatan Hipertensi
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna mengatur
tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya
hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Perhatikan selalu
37
dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
a.Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya,
hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
b.Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun.
Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan
pada pembuluh darah.
c.Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh
darah.
d Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh
darah lebih rileks.
e.Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan
tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali.
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui
terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Namun, pengobatan
hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup,
seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.
G.Pencegahan Hipertensi
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:
a.Mengonsumsi makanan sehat.
b.Batasi asupan garam.
c.Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
d.Berhenti merokok.
e.Berolahraga secara teratur.
f.Menjaga berat badan.
g.Mengurangi konsumsi minuman beralkohol
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
38
1. Identitas
Nama :
Umur : Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi
untuk mengalami hipertensi.(Udjianti, 2013).
Jenis kelamin : Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi
untuk mengalami hipertensi.(Udjianti, 2013).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena terkanan
darah tinggi dari pada pria.
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Register :
2. Alasan datang periksa/ Keluhan utama
Klien mengeluh tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013). Menurut Nanda Nic-Noc
(2016) klien Mengeluh sakit kepala, pusing, Lemas, kelelahan, Sesak Nafas,
Gelisah, Mual, Muntah, Epitaksis (mimisan), Kesadaran menurun,
39
4. Riwayat Haid :
Pola Keterangan
Nutrisi Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.(Udjianti, 2013).
makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur),
gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual,
muntah dan perubahan BB meningkat / turun, riwayat penggunaan
obat diuretik.
Eliminasi adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa lalu
Istirahat
Aktivitas
Personal
Hygiene
Kebiasaan Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah.Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena
membuat tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama,
meningkatkan kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa
(mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu syaraf untuk
melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah0
sekaligus meningkatkan tekanan darah (Udjianti, 2013)
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti,
2013).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
c. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan : Berat badan (obesitas). Berat badan > 25% diatas ideal
dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.(Udjianti,
2013)
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Headache (sakit kepala) (Laurel D Edmundson, 2016)
Muka :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Dada :
Payudara :
Abdomen :
1
Punggung :
Genetalia :
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
2
Menurut Triyanto (2014) adalah :
A. Penyakit jantung infark miokard,
B. angina pectoris
C. gagal jantung
D. Gagal Ginjal
E. Stroke
F. perdarahan retina,
G. gangguan penglihatan
H. kebutaan.
I. Arteriateroklorosis
J. arterosklerosis
V. INTERVENSI
3
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP
BAB III
HASIL ASUHAN KELUARGA
4
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama KK : Tn.J
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln.Anggur
b. Anggota Keluarga
No. Nama Jenis Umur Agama Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Hub.
Kelamin Keluarga
c. Type keluarga
( √ ) Extended Family
( ) Nuclear
d. Genogram
5
e. Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (Carter & McGoldrick)
( ) Tahap I ( ) Tahap V
( ) Tahap II ( ) Tahap VI
( ) Tahap III ( ) Tahap VII
( ) Tahap IV ( ) Tahap VIII
(2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
.......................................................................................................................
............
.......................................................................................................................
............
.......................................................................................................................
............
.......................................................................................................................
............
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Status Kesehatan Keluarga dalam 1 tahun terakhir
No. Nama Jenis Umur Gangguan Kesehatan Waktu Kondisi saat
Kelamin yang sedang/pernah
diderita
1. Tn. J Laki-laki 40 thn - - Sehat/baik
2. Ny. S Perempuan 37 thn Gangguan kesehatan (-+) 7 bln Sedang/
reproduksi Kurang baik
(Amenorea)
3. Nn. A Perempuan 18 thn Gangguan kesehatan 1 bln Sedang/ kur
reproduksi baik
(Disminorea)
4. Nenek (Ny.N) Perempuan 60 thn Hipertensi Sedang/ kur
baik
6
b. Kematian anggota keluarga dalam 1 tahun terakhir
No. Nama Jenis Kelamin Umur Saat Meninggal Penyebab
7
(2) Jenis bangunan
( ) Permanen ( ) Kayu
( ) Semi permanen ( ) Gedek
b. Sumber Air
(1) Sumber air minum
( ) Ledeng (PAM) ( ) Sungai
8
( ) Sumber Gali ( ) Mata Air
( ) Sumur Pompa Tangan ( ) Penampungan Air Hujan
(2) Tempat mengambil air untuk mencuci
( ) Ledeng (PAM) ( ) Sungai
( ) Sumber Gali ( ) Mata Air
( ) Sumur Pompa Tangan ( ) Penampungan Air Hujan
(3) Status Pemilikan
( ) Milik Sendiri ( ) Bersama
( ) Menumpang ( ) Umum
(4) Keadaan air secara mikroskopis
Keterangan : Beri alasan (warna apa, bau apa, rasa apa)
(a) Untuk air minum : Warna ( bening ), Bau (tidak berbau ), Rasa
( tawar )
c. Jamban keluarga
(1) Tempat pembuangan kotoran (BAK dan BAB)
( ) Kakus ( ) Sawah
( ) Selokan
9
( ) Kolam
(2) Status Pemilikan
( ) Milik Sendiri ( ) Bersama
( ) Menumpang ( ) Umum
(3) Jenis Jamban
( ) Cemplung ( ) Septik Tank
( ) Angsa Latrine
(4) Keadaan jamban
( ) Bersih
( ) Kotor
(5) Jarak sumber air minum dengan jamban
( ) Kurang dari 5 meter
( ) 5-10 meter
( ) Lebih dari 10 meter
d. Sampah
(1) Cara keluarga membuang sampah
( ) Tempat pembuangan sampah umum ( ) Ditimbun/ dikubur
( ) Di selokan ( ) Sembarang tempat
( ) Di sungai ( ) Dibakar
f. Kandang ternak
10
(1) Pemilikan : Ya ( ), Tidak ( )
(2) Jenis Ternak : Ayam ( ), Kambing ( ), Sapi ( )
(3) Letak Kandang : Kolong Rumah ( ), Samping Rumah
( )
Belakang Rumah ( ), Dalam Rumah
( )
(4) Kebersihan : Kurang ( ), Cukup ( )
(5) Tempat Pembuangan Kotoran Ternak : Sungai ( ), Dalam Tanah ( )
g. Halaman
(1) Pemilikan : Ya ( ), Tidak ( ), Luas 6 x 5 meter
(2) Pemanfaatan : Ya ( ), Tidak ( ), Alasan
Jika Ya : Toga ( ), Warung Hidup ( ), Taman
( )
12
( ) Disajikan langsung setelah dimasak
( ) Sisa kelebihan makanan disajikan/dipanaskan kembali
(6) Makanan pantangan dalam keluarga
( ) Ya
Siapa : nenek
Jenis makanan pantang : yang bersifat asin dan berminyak
Alasan : karna mempunyai penyakit colestrol
( ) Tidak
13
6. Keadaan Psikososioekonomi kultural spiritual
a. Psikologis
Status Emosi
(1) Bagaimana respon keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang
sakit
Ibu mengatakan jika disalah satu keluarganya ada yang sakit , ibu hanya
memberikan obat obat tradisional dan pihak keluarga tidak terlalu panic .
(2) Bagaimana respon keluarga terhadap kehilangan (ada anggota keluarga
yang meninggal)
Ibu mengatakan jika disalah satu keluarganya ada yang meninggal
seluruh keluarga merasa sedih dan kehilangan
b. Sosial
Pola interaksi antar sesama anggota keluarga
(1) Kapan paling sering terjadi interaksi dalam keluarga
( ) Pagi hari ( ) Malam hari
( ) Siang hari ( ) Tidak tentu
(2) Dalam situasi apa interaksi terjadi
( ) Makan bersama ( ) Rekreasi
( ) Nonton televisi
(3) Apakah ada waktu tertentu untuk berkumpul dalam keluarga
( ) Tidak ada
( ) Ada, kapan
(4) Jelaskan pola interaksi keluarga (antara ayah dengan ibu, ayah dengan
14
anak, ibu dengan anak, anak dengan anak)
Ibu mengatakan interaksi bapak dengan ibu baik seperti layaknya
suami dan istri pada umumnya , aktif berkomunikasi ketika
malam hari dan sedang makan bersama .
Ibu mengatakan interaksi antra bapak dan anak baik hanya saja
semenjak anaknya sudah beranjak dewasa kedekatan bapak dan
anakya Nampak berkurang dikarnakan anknya malu atau
canggung dengan bapaknya , tetapi komunikasi dan interaksi
mereka baik baik saja .
Ibu mengatakan interaksi ibu dan anak perempuanya baik dan
sering berkomunikasi
Ibu mengatakan interaksi antara bapak dan ibunya ( memrtua
ibu ) baik baik saja hanya saja kurang berkomunikasi karna
bapak lebih sering beraktifitas diladang atau kebun , sedangkan
nenek atau ibu dari bapak lebih sering menghabiskan waktu
dirumah
Ibu mengatakan interaksi ibu dan mertuanya baik baik saja dan
tidak ada perkelahian , komunikasi pun berjalan dengan baik
Ibu mengatakan interaksi nenek dengan cucunya ( anak
peremouan ibu ) baik baik saja , komunikasi yang dilakukan juga
baik
(5) Apakah ada perselisihan atau konflik yang terjadi antar anggota
keluarga, jika ada jelaskan dan bagaimana pemecahannya :
Ibu mengatakan tidak ada perselihihan yang terjadi
c. Ekonomi
(1) Apakah pendapatan dapat memenuhi kebutuhan keluarga
16
( ) Ya
( ) Tidak
Jika tidak, bagaimana mengatasinya
.....................................................................
.....................................................................................................................
............
(2) Apakah keluarga memiliki simpanan keuangan
( ) Ya
( )Tidak
(3) Siapa yang menentukan penggunaan keuangan keluarga
( ) Kepala keluarga ( ) Anak
( ) Isteri
( ) Anak-anak
d. Kultur
Adakah Adat istiadat/ tradisi budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan,
jika ada, jelaskan
= dalam keluarga tidak ada Adat istiadat/ tradisi budaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan
e. Spiritual
Adakah tradisi keagamaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, jika ada,
jelaskan
= dalam keluarga tidak tradisi keagamaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan
17
B. Pengkajian Individu
1. Kesehatan Ibu Hamil
a. Usia ibu hamil :
< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun
b. Ini adalah kehamilan ke :
Pertama Kedua Ketiga Keempat > Empat
c. HPHT …………………… usia kehamilan ibu saat ini ……………...
………… minggu
d. Jarak kehamilan dengan kehamilan sebelumnya :
< 2 tahun > 2 tahun
e. Penyakit yang menyertai kehamilan saat ini
Jantung Anemia
Diabetes Asma
Hipertensi ……………………
f. Keluhan selama kehamilan :
(1) Trimester I
……………………………………………………………………………
……….
……………………………………………………………………………
………
(2) Trimester II
……………………………………………………………………………
…….....
……………………………………………………………………………
……….
(3) Trimester III
……………………………………………………………………………
………….....................................................................................................
........................
g. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan selama kehamilan :
(1) Trimester I
……………………………………………………………………………
……….
……………………………………………………………………………
…….....
18
(2) Trimester II
……………………………………………………………………………
……….
……………………………………………………………………………
……….
(3) Trimester III
……………………………………………………………………………
…….....
h. Apakah ibu rutin memeriksakan kehamilannya :
Ya Tidak, alasan
………
Frekuensi pemeriksaan kehamilan :
Trimester I ……….. Trimester II …….. kali Trimester III ……..
kali kali
i. Apakah ibu memiliki buku KIA :
Ya Tidak
Ibu hamil termasuk dalam kategori kehamilan :
Risiko rendah Risiko tinggi Risiko sangat
tinggi
Status gizi ibu hamil :
Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang
Ukuran lila ibu ………………….. Kenaikan berat badan selama hamil
…………
Penkes yang pernah di dapat :
………………………………………………………………………………
……….
….....................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
....................................
j. Apakah riwayat persalinan yang lalu bermasalah :
Ya Tidak
Jika ya, sebutkan
……………………………………………………………………
k. Rencana persalinan : Tempat ……………………….. ditolong oleh
19
………....……
l. Persiapan rujukan dan kegawatdaruratan :
Tempat rujukan terdekat
…………………………………………………………
Alat transportasi ke tempat rujukan
………………………………………………...
Calon donor darah
…………………………………………………………………..
Persiapan keuangan
…………………………………………………………………
3. Kesehatan Akseptor KB
a. Apakah PUS dalam keluarga saat ini menjadi akseptor KB
( ) Ya
( ) Tidak, alasan : dikarnakan Anaknya masih sekolah , mertuanya sudah
masa menoupse dan ibu mengatakan ingin menambaah momongan
20
b. Jika Ya, jenis kontrasepsi apa yang sedang digunakan
Kontrasepsi sederhana : MAL ( ), kondom ( ), coitus interuptus ( ),
kalender ( )
Kontrasepsi modern : Pil ( ), suntikan ( ), implant ( ), IUD ( )
Kontrasepsi mantap : Vasektomi ( ), tubektomi ( )
c. Apa alasan PUS memakai alat kontrasepsi tersebut
Menunda kehamilan
Menjarangkan kehamilan
Mengakhiri/tidak ingin hamil lagi
d. Siapa yang mendorong akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi
Kesadaran sendiri Disuruh pamong
Disuruh petugas kesehatan ………………………………..
e. Apakah ada keluhan pada saat menggunakan alat kontrasepsi
Tidak
Ya, Sebutkan ……………………………………………………..
f. Apakah pernah memeriksakan diri terkait masalah/keluhan terkait
penggunaan kontrasepsi
Tidak
Ya, kemana ………………………………………………………..
22
jamuan
b. Riwayat operasi/pembedahan (kasus ginekologi)
(1) Pernahkah WUS melakukan operasi/pembedahan terkait kesehatan
reproduksi (ginekologi)
( ) Ya
( ) Tidak
(2) Jika Ya, apa jenisnya :
Kista ovarium
Mioma uteri
Fibroadenoma mammae
Histerektomi
………………………..
(3) Apakah masih ada keluhan pasca operasi
Tidak
Ya, jelaskan
………………………………………………………………...
5. Kesehatan Bayi, Anak, Balita dan Anak Prasekolah (usia 0-5 tahun)
23
No Nama Umur Berat Badan Imunisasi Te
Lahir Saat ini BCG DPT Polio Campak Hepatitis
I I III I II III IV I II III
I
24
(9) Jika tidak, apa jenis makanan pendampingnya
Susu formula Makanan bayi (instan)
Bubur ………………………
Pisang
(10) Kapan anak mulai diberikan makanan pendamping
< 4 bulan 4-6 bulan > 6 bulan
(11) Berapa kali bayi/balita ibu makan dalam sehari
1 kali 2 kali 3 kali > 3 kali
(12) Jelaskan jenis makanan yang dikonsumsi anak ibu sehari-hari ………..
……..
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………
(13) Apakah ada makanan pantangan
Tidak
Ya, jenis ……………………………. Alasan ………….
…………………..
(14) Apakah anak mendapatkan vitamin A rutin setiap 6 bulan
Ya
Tidak, alasan ……………………………………………..
…………………
(15) Apakah anak memiliki penyakit tertentu atau kelainan bawaan
Tidak
Ya, jenis ……………………………………………………………..
Tindakan apa saja yang telah dilakukan
……………………………………
………………………………………………………………………
………
6. Kesehatan Remaja
Remaja awal : 10-12 tahun Remaja tengah : 13-15 tahun Remaja akhir : 16-19 tahun
25
a. Riwayat menstruasi
(1) Apakah perempuan usia remaja sudah mengalami menstruasi
( ) Ya, usia menarche : 15 tahun
( ) Tidak
(2) Bagaimana siklus haidnya
( ) Teratur, siklus 28 hari
( ) Tidak teratur
(3) Berapa hari lama haidnya : 7-9 hari
(4) Apakah ada keluhan selama haid
( ) Ya
( ) Tidak
Jika ya, apa jenisnya : nyeri perut bagian bawah dan disertai mual .
Tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : dengan
membawa istirahat dan mengolesi minyak kayu putih diarea perut dan
leher
27
……...….
Kapan melakukan deteksi dini tersebut …………………………….
…………….
Bagaimana hasilnya ……………..……...…………………...
……………………
B. ANALISIS DATA
1) AMENOREA
DIAGNOSIS MASALAH
Hpht :
28
Pola nutrisi Ny.s mengatakann
makan 1-2 kali sehari dengan
nasi dan lauk jarang
mengonsumsi sayur dan buah
buahan
DO:
Antropometri :
BB : 48 Kg
TB : 153 CM
LILA : 24 Cm
Pemeriksaan fisik :
Wajah : simetris , tidak pucat
terdapat closmagravidarum
,tidak ada odema
Abdomen : tidak ada luka bekas
oprasi , tidak ada nyeri tekan
Genetalia : bersih , tidak ada
pembengkakan pada kelenjar
bartolin , terdapat keputihan ,
keputihan tidak berbau ,
konsistensi putih kental ,
Pemeriksaan penujang :
HB : 12 g%
29
2) DISMINORE
RUMUSAN MASALAH
DIAGNOSIS MASALAH
N DATA
Nn M tersebut mengalami di
smenore primer pada hari p
ertama menstruasi.
DO:
N: 80x/menit
RR: 20X/MENIT
T: 36,5 C
31
Antopometri
BB: 45 Kg
TB: 145 Cm
Lila: 20 Cm
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Penujang:
3) HIPERTENSI
RUMUSAN MASALAH
DIAGNOSIS MASALAH
N DATA
32
1 DS: Keluarga dengan ibu umur 60 Kurangnyapengetahuan
. tahun dengan hipertensi keluarga mengenai hip
ertensi
Salah satu anggota keluarga
tn s adalah seorang Remaja
yang bernama Ny. N usia 6
0 tahun.
DO:
33
Kesadaran: Compos mentis
N: 80x/menit
RR: 21X/MENIT
T: 36,5 C
Antopometri
BB: 40 Kg
TB: 144 Cm
Lila: 19 Cm
Pemeriksaan Fisik:
34
k ada pembesaran tiroid.
Pemeriksaan Penujang:
35
reproduksi yaitu Rendah 2 mendapatkan pendidikan
Keluarga dengan ibu amenorea 4. A. x 6. A. tentang kesehatan
Penyakit menurun 6. Ekonomi D. Menonjolnya 1 B.1 gangguan reproduksi
Hipertensi keluarga yang masalah B. x C. pada keluarga.
rendah Skala : 2 D. 2
7. Kurangnya Masalah berat C. x Keluarga beranggapan
pengetahuan harus ditangani 1 7. A. msaah tersebut bukanlah
keluarga tentang Masalah yang D. x B. 2 masalah yanh perlu
Penyakit tidak perlu 2 C. 1 ditangani segera karena
menurun ditangani 5. D. 0 keterbatasan ekonomi
yaitu hipertensi Masalah tidak A. x 1
dirasakan B. x
2
C. x
1
D. x
2
6.
A. x 1
B. x
2
C. x
1
D. x
2
7.
A. x 1
B. x
2
C. x
1
D. x
2
C. Perencanaan
36
seimbang dan perilaku
sehat . (Notoadmodjo,
3. Keluarga me 2010)
ngerti tentang
pola aktivitas
yang tidak
mengganggu
pikiran ibu agar
tidak stress.
• DISMINORE
N RUMUSAN MASALAH TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
O
DIAGNOSIS MASALA UMUM KHUS
H US
1. Keluarga dengan Kurangnya Setelah 1. Keluarga 4. Berikan pendidikan 3. Pendidikan
Remaja umur 18 pengetahuan dilakukan mengerti kesehatanreproduksi tentangd kesehatanreproduksi
tahun keluaraga asuhan tentang ismenorea primer adalah untuk
dengan gangguan mengenai keluarga pada kesehatan merubah perilaku
reproduksi gangguan keluarga Tn. reproduksi 2.Berikan pendidikan kesehatan perseorangan dan
dismenorea primer reproduksi Jdiharapkan pada Nn.M reproduksi tentang cara atau masyarakat
dismenorea keluarga khususnya mengatasi dismenore primer dalam bidang
primer mampu tanda dan kesehatan (WHO)
mengatasi gejala 3.Berikan pendidikan kesehatan 4. Pendidikan
masalah gang dismenorea tentang pola nutrisi untuk kesehatanreproduksi
guan primer mengkosumsi makanan yang dapat menghasilkan
reproduksi pa sehat dan mengandung zat besi perubahan atau
da Nn. 2.Keluarga peningkatan dan
Myaitu mengerti 3.Evaluasi pemberian saran akan berpengaruh
dismenorea tentang kepada Nn.m dan keluarga pada sikap dan
primer cara untuk melakukan pemeriksaan perilaku(Notoadmo
mengatasi ke fasilitas kesehatan apabila di djo, 2010)
dismenorea temui nyeri yang luar biasa
primer
3.Keluarga
mengerti
tentang
pola pola
nutrisi
Nn.m
untuk
mengonsu
msi
makanan
yang sehat
dan
mengandun
g zat besi
• HIPERTENSI
N HAMBAT
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI IMPLEMENTASI DUKUNGAN
O AN
DIAGNO MASALAH
37
SIS
1. Keluarga Kurangnya 1. Berikan Memberikan pendidikan 1. Bapak Ketua Tidak ada
dengan pengetahuankeluar pendidikan kesehatan RT setempat hambatan yang
ibu Penyakit ga kesehatan tenta tentang hipertensi pada ibu, memberikan duk berarti pada
menurun tentang Penyakit ng hipertensi! meliputi : ungan kepada saat
Hipertensi menurun yaituhipe 2. Berikan ▪ Definisi hipertensi mahasiswa pelaksanaan
rtensi pendidikan ▪ Penyebab hipertensi pad dengan ikut kegiatan
Dan ekonomi kesehatan a ibu terlibat dalam
keluarga yang tentang pola ▪ Tanda dan kegiatan asuhan
rendah nutrisi gejalahipertensi pada ibu keluarga
ibu untuk ▪ Bahaya hipertensi pada i 2. Keluarga
mengkosumsi bu kooperatif dan
makanan yang ▪ Penatalaksaan dan terlibat aktif pada
seimbang dan pencegahan hipertensi pad setiap tahapan
sehat a ibu kegiatan
3. Evaluasi pem
berian obat dan
terapi
hormonal
D. Pelaksanaan
PELAKSANAAN
• AMENOREA
N RUMUSAN IMPLEMENT DUKUNG HAMBAT
INTERVENSI
O MASALAH ASI AN AN
DIAGNO MASALAH
SIS
1. Keluarga Kurangnya 4. Berikan pendidikan Memberikan 3. Bapak Tidak ada
dengan ibu pengetahuankelu kesehatan reproduksitentang pendidikan Ketua RT hambatan yang
gangguan arga tentang amenorea! kesehatan tentang setempat berarti pada
reproduksi gangguan 5. Berikan pendidikan anmenorea pada ibu, memberikan saat
P1021 dengan reproduksi yaitu kesehatan tentang pola nutrisi meliputi : dukungan pelaksanaan
Amenorea amenorea ibu untuk mengkosumsi ▪ Definisi kepada mahas kegiatan
Dan ekonomi makanan yang seimbang dan amenorea pada ibu iswa dengan
keluarga yang sehat ▪ Penyebab ikut terlibat
rendah 6. Evaluasi pemberian obat amenorea pada ibu dalam
dan terapi hormonal ▪ Tanda dan kegiatan
gejala amenorea asuhan
pada ibu keluarga
▪ Bahaya 4. Keluarga
amenorea pada ibu kooperatif dan
▪ Penatalaksaan terlibat aktif
dan pencegahan pada setiap
amenorea pada ibu tahapan
kegiatan
38
• DISMINORE
N DUKUNG HAMBAT
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI IMPLEMENTASI
O AN AN
DIAGNO MASALAH
SIS
1. Keluarga Kurangnya 10. Berikan Memberikan pendidikan 7. Bapak Tidak ada
dengan pengetahuankeluar pendidikan kesehatan Ketua RT hambatan yang
ibu Penyakit ga tentang Penyakit kesehatan tentang tentang hipertensi pada ibu, setempat berarti pada
menurun menurun yaituhiper hipertensi! meliputi : memberikan saat
Hipertensi tensi 11. Berikan ▪ Definisi hipertensi dukungan pelaksanaan
Dan ekonomi pendidikan ▪ Penyebab hipertensi pada kepada kegiatan
keluarga yang kesehatan tentang ibu mahasiswa
rendah pola nutrisi ▪ Tanda dan dengan ikut
ibu untuk gejalahipertensi pada ibu terlibat
mengkosumsi ▪ Bahaya hipertensi pada i dalam kegiata
makanan yang bu n asuhan
seimbang dan ▪ Penatalaksaan dan keluarga
sehat pencegahan hipertensi pada 8. Keluarga
12. Evaluasi pem ibu kooperatif
berian obat dan dan terlibat
terapi hormonal aktif pada
setiap
tahapan
kegiatan
39
E. Evaluasi
EVALUASI
• AMENOREA
N RUMUSAN
INTERVENSI EVALUASI
O MASALAH
DIAGNO MASALAH STRUKTU PROSES HASI
SIS R L
1. Keluarga Kurangnya 1. Berikan pendidikan ▪ Mahasiswa ▪ Pendidikan Terjadi
dengan ibu pengetahuan kel kesehatanreproduksitentang mengumpulka kesehatan reproduksi dila peningkat
gangguan uarga tentang amenorea! n pre kukan an
reproduksi gangguan 2. Berikan pendidikan planning kegi tanggal 28 Agustus 202 pengetah
P1021 dengan reproduksi yaitu kesehatan tentang pola atan, SAP dan 1sampai dengan 15 uan
Amenorea amenorea nutrisi ibu untuk leaflet September 2021 pukul keluarga,
Dan ekonomi mengkosumsi makanan tentang ameno 13.00-14.00 Wita. berdasark
keluarga yang yang seimbang dan sehat rea ▪ Penkes dihadiri seluruh an hasil
rendah 3. Evaluasi pemberian obat ▪ Media, anggota keluarga kuesioner
dan terapi hormonal ruangan dan ▪ Pada pelaksaanaan pre dan
hal lain yang kegiatan, diajukan post test.
diperlukan beberapa pertanyaan oleh Pengetah
pada saat anggota keluarga dan uan
proses mampu dijawab dengan keluarga
pelaksanaan baik oleh mahasiswa dan sebelum
kegiatan ditambahkan oleh dilaksana
pendidikan pembimbing kan
kesehatan ▪ Menyarankan ibudan penkes
tersedia keluarga untuk sebesar
▪ Keluarga melakukan pemeriksaan 47, 89%
siap menerima ke fasilitas kesehatan (kurang)
pendidikan dan
kesehatan sesudah
yang dilaksana
diberikan oleh kan
mahasiswa penkes
sebesar
81, 56%
• DISMINOREA
N
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI EVALUASI
O
DIAGNOS MASALAH STRUKTU PROSES HASI
IS R L
1. Keluarga Kurangnya 4. Berikan pendidikan ▪ Mahasiswa ▪ Pendidikan Terjadi
dengan Remaja pengetahuan kesehatanreproduksitentan mengumpulka kesehatan reproduksi d peningkat
40
umur 18 tahun keluaraga g dismenore primer n pre ilakukan tanggal an
dengan mengenai 5. Berikan pendidikan planning kegia 30 september 2021 pengetah
gangguan gangguan reprod kesehatan reproduksi tan, SAP dan pukul 13.00-14.00 uan
reproduksi uksi dismenorea tentangcara mengatasi leaflet Wita. keluarga,
dismenorea primer dismenore primer tentang ameno ▪ Penkes dihadiri berdasark
primer 6. Berikan pendidikan rea seluruh anggota an hasil
kesehatan tentang pola ▪ Media, ruan keluarga kuesioner
nutrisi untuk mengkosumsi gan dan hal ▪ Pada pelaksaanaan pre dan
makanan yang sehat dan lain yang kegiatan, diajukan post test.
mengandung zat besi diperlukan beberapa pertanyaan Pengetah
7. Evaluasi pemberian pada saat oleh anggota keluarga uan
saran kepada Nn.A dan proses dan mampu dijawab keluarga
keluarga untuk melakukan pelaksanaan dengan baik oleh sebelum
pemeriksaan ke fasilitas kegiatan mahasiswa dan dilaksana
kesehatan apabila di pendidikan ditambahkan oleh kan
temui nyeri yang luar biasa kesehatan pembimbing penkes
tersedia ▪ Menyarankan Nn.m sebesar
▪ Keluarga dan keluarga untuk 47, 89%
siap menerima melakukan (kurang)
pendidikan pemeriksaan ke dan
kesehatan fasilitas kesehatan sesudah
yang diberikan dilaksana
oleh kan
mahasiswa penkes
sebesar 8
1, 56%
• HIPERTENSI
N
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI EVALUASI
O
DIAGNOS MASALAH STRUKTU PROSES HASIL
IS R
1. Keluarga Kurangnya 8. Berikan ▪ Mahasiswa ▪ Pendidikan Terjadi
dengan pengetahuan keluar pendidikan mengumpulkan kesehatan reproduksi dila peningkat
ibu penyakit ga tentang penyakit kesehatantentang hip pre kukan tanggal an
menurun Hipert menurun yaitu hiper ertensi! planning kegia 1 Agustus 2021 pukul pengetahu
ensi tensi 9. Berikan tan, SAP dan 13.00-14.00 Wita. an
Dan ekonomi pendidikan kesehatan leaflet ▪ Penkes dihadiri seluruh keluarga,
keluarga tentang pola nutrisi tentang hiperte anggota keluarga berdasark
yang rendah ibu untuk nsi ▪ Pada pelaksaanaan an hasil
mengkosumsi ▪ Media, kegiatan, diajukan kuesioner
makanan yang ruangan dan beberapa pertanyaan oleh pre dan
seimbang dan sehat hal lain yang anggota keluarga dan post test.
10. Evaluasi pemberi diperlukan mampu dijawab dengan Pengetahu
an terapi obat pada saat baik oleh mahasiswa dan an
proses ditambahkan oleh keluarga
pelaksanaan pembimbing sebelum
kegiatan ▪ Menyarankan ibu dan dilaksanak
pendidikan keluarga untuk an penkes
kesehatan melakukan pemeriksaan sebesar
tersedia ke fasilitas kesehatan 47, 89%
▪ Keluarga (kurang)
siap menerima dan
pendidikan sesudah
kesehatan yang dilaksanak
diberikan oleh an penkes
mahasiswa sebesar
81, 56%
41
42
BAB IV
PEMBAHASAN
mengenai Amenorea, Hipertensi, dan resiko tinggi Dismenorea pada remaja. Dalam
Kerjasama yang baik terjadi antar mahasiswa, dosen pembimbing dengan klien dan
keluarga.
serta dapat membantu keluarga dalam memberikan solusi terbaik untuk mengatasi
masalah yang terdapat di dalam keluarga agar dapat meningkatkan derajat kesehatan,
yang berarti.
keluarga tentang penanganan mengenai masalah yang terdapat pada keluarga, solusi
remaja.
43
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilaksanakan setelah kunjungan prioritas
masalah yang diangkat setelah adanya pengkajian keluarga serta pengkajian asuhan
kebidanan pada ibu Amenorea, Hipertensi, dan Disminorea pada remaja. Tujuan dari
pembinaan keluarga ini diharapkan keluarga selalu menjaga kesehatan dan saling
Keluarga bersedia untuk menerapkan ilmu yang didapat serta bersedia untuk
yang baik. Sehingga tidak ada muncul kesenjangan hasil dari pengkajian dengan
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
resiko tinggi, pengetahuan tentang keluarga berencana (KB), dan resiko tinggi
B. Saran
2. Kepada Puskesmas
45
3. Kepada Pihak Kelurahan
mengenai warga yang pindah dan pendatang agar tidak terdapat data
46
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia, dan Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muhlisin, A. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Manuaba.I.A.C. 2011.Buku Pengantar Kuliah Obstetri, Cetakan pertama. Jakarta :
EGC
Muslihatun,W.N. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
47