Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN ASUHAN KELUARGA BINAAN PADA KELUARGA TN.

J
KELUARGA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI RESIKO TINGGI 
DI RT 05 KELURAHAN BUNGA JADI
KECAMATAN LOA BUAH

TANGGAL 28 AGUSTUS / 15 SEPTEMBER 2021


 
Disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Kebidanan Komunitas
 

 
Oleh :
MAHASISWI D-III KEBIDANAN SAMARINDA 

 
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SAMARINDA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES 
KALIMANTAN TIMUR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021

0
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keluarga ini telah diperiksa dandisetujui oleh:

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pembimbing Prodi KebidananSamarindaPembimbing Lahan Praktik

 
 
 
 

NIP.NIP.

 
 
 
 

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengankarunia-Nya berupa rahmat-Nya,
kami dapatmenyelesaikan tugas praktik kebidanan komunitasyaitu asuhan keluarga binaan Tn. J.
Dalam laporan kegiatan ini saya berusahamemberikan gambaran mengenai beberapa halmenyangkut m
asalah kesehatan dan upaya-upayapromotif dan preventif terhadap kesehatan keluarga Tn.
J mengenai Kurangnya pengetahuan KeluargaKesehatan reproduksi .
Tidak lupa pula saya sampaikan ucapan terima kasihkepada :
1. Ibu Rosalin Ariefah Putri, M.Keb sebagai DosenPembimbing Asuhan Komunitas Keluarga Binaan
2. Keluarga Tn.J RT. 05 Kelurahan Tani AmanKecamatan Loa Janan
Ilir yang bersedia menerimasaya untuk mengambil data mengenai kesehatankeluarganya.
 
Dan juga pihak-pihak yang lain yang tidak bisa sayasebutkan satu-
persatu yang telah memberikansumbangsinya baik berupa masukan-masukan ide maupun bantuan material
yang juga sangat menunjangterselesainya tugas ini.
Namun tentunya saya juga yakin bahwa laporan, dalam bentuk tulisan ini masih jauh dari kesempurnaa
n, sehingga saya membuka diri untuk menerima masukanberupa kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
 
Samarinda, September 2020
 
 
 
    Penulis
 

DAFTAR ISI

2
 
LEMBARJUDUL…………………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………….
C. Waktu danTempat…………………………………………………………..
D. Metode………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepKeluarga……………………………………………………………
B. Keperawatan Kesehatan Keluarga…………………………………………
C. Kasus DalamKeluarga…………………………………………………….
BAB III HASIL ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian………………………………………………………………..
B. Analisa Data dan Skoring PrioritasMasalah……………………………..
C. Perencanaan………………………………………………….…………..
D. Pelaksanaan………………………………………………….…………..
E. Evaluasi………………………………………………………………….
 
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
D. Kesimpulan………………………………………………………………...
E. Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
Keadaan yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah
menstruasi pertama, atau dalam bahasa medis disebut dengan menarche.
Kejadian ini menandakan awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja
dalam masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan
yang cepat, menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan timbulnya
ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan,
dan pembesaran payudara (Atikah dan Siti, 2010).Seorang remaja putri yang
telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus menstruasi tiap
bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti
sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram
perut dan sakit perut. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau
dismenorea.

Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai


nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi yang merupakan
permasalahan ginekologikal utama, yang sering dikeluhkan oleh wanita
(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2011). Dismenore yaitu rasa nyeri saat
menstruasi yang mencegah wanita untuk beraktivitas secara normal atau bisa
dikatakan menghambat aktivitas seperti biasanya (Charles, 2010). Menurut
Hendrik (2012) dismenore merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita
yang sedang mengalami haid atau menstruasi. Hal tersebut juga terdapat
dalam Charles R.B Beckmann et al (2010) bahwa Nyeri haid atau dismenore
merupakan masalah umum yang sering dikeluhkan oleh wanita yang sedang
mengalami haid atau menstruasi. Nyeri haid yang dikeluhkan oleh wanita
berbeda-beda, karena hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Amenore adalah tidak terjadinya atau abnormalitas siklus menstruasi


seorang wanita pada usia reproduktif. Menstruasi merupakan tanda penting

4
maturitas organ seksual seorang wanita. Dimana definisi menstruasi adalah
keluarnya darah, mukus dan debris – debris seluler yang berasal dari uterus
secara periodik dengan siklus teratur. Siklus menstruasi pada wanita normal
berlangsung teratur, yaitu 21 – 35 hari dengan volume darah yang dikeluarkan
selama menstruasi sebanyak 40 ml dan cairan serosa sebanyak 35 ml.
Menstruasi merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan
berbagai organ, sistem endokrin, hormon – hormon reproduksi dan enzim.
Proses menstruasi diregulasi oleh sistem endokrin dan perubahan hormonal
yang terjadi melalui mekanisme timbal balik (feed back mechanism) antara
hipotalamus, pituitari dan ovarium atau yang dikenal dengan axis endokrin
Hipotalamus – Pituitary – Ovarium (HPO).

Hipertensi pada lansia merupakan hal yang sering ditemukan dikarena


sebagian besar orang-orang paruh baya atau lansia berisiko terkena hipertensi.
Hipertensi pada lansia disebabkan oleh penurunan elastisitas dinding aorta,
penebalan katub jantung yang membuat kaku katub, menurunnya kemampuan
memompa jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah perifer, dan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif A.H. & Kusuma H.,
2016). Penyebab lansia menderita hipertensi diatas karena kemunduran fungsi
kerja tubuh.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas dengan baik dengan
teknik pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan pemecahan
masalah dan pelayanan kesehatan dasar.

2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan pembelajaran praktek kebidanan komunitas
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
komunitas pada keluarga, yaitu :
a. Pengkajian terhadap keluarga
b. Tipologi Masalah
c. Intervensi
d. Implementasi

5
e. Evaluasi

C. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktik dilakukan dalam 3 minggu sejak tanggal 28 Agustus 2021
sampai dengan 15 September 2021 perincian sebagai berikut :
Minggu I :
Melakukan perkenalan dan pengkajian data masalah kesehatan bersama
Keluarga Binaan melalui Pak RT, kemudian melakukan pengkajian dan
pemeriksaan pada Keluarga binaan (Tn.J).
Minggu II :
Melakukan analisa data beserta skoring prioritas masalah dan perencanaan
(plan of action) penyelesaian masalah di keluarga binaan yang di lakukan
bersama-sama keluarga.
Minggu III :
Melakukan implementasi pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan intervensi
bersama keluarga binaan dan pembimbing institusi.

Tempat yang digunakan pada praktik keluarga binaan ini adalah rumah
Keluarga binaan (Tn.J) di RT 05 Kelurahan Bunga Jadi Kecamatan Loa Buah

D. Sistematika Penulisan

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Waktu dan Tempat
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Keluarga
B. Masalah Kesehatan Reproduksi Pada ibu

6
C. Masalah Kesehatan Reproduksi pada anak remaja
D. Masalah Resiko Tinggi Hipertensi
BAB III HASIL ASUHAN KELUARGA
A. Pengkajian
B. Analisis
C. Perencanaan
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Keluarga


1. 1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau
lebih dengan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah dan hidup
dalam satu rumah tangga serta di bawah asuhan seorang kepala rumah
tangga yang mana berinterakasi di antara sesama anggota dan setiap
anggota keluarga mempunyai peran masing-masing untuk menciptakan
dan mempertahankan suatu kebudayaan.
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil
dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan
kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi
antara individu dan masyarakat.
Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik yang
perlu diperhatikan oleh perawat diantaranya adalah :
a. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi
masalah kesehatan para anggotanya.
b. Memperhatikan perbedaan dan tiap-tiap keluarga.
c. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah
pedesaan.
d. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.
Untuk dapat meningkatkan status kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan

8
saling memelihara. Freeman (2010) membagi lima tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga-keluarga yanh tergolong resiko tinggi
dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur, dengan
masalah seperti tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan.
c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, misalnya anak yang lahir
prematur/BBLR.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota.

B. Masalah Kesehatan Reproduksi Pada ibu


1. Amenorhea Sekunder
1.1. Amenore sekunder
Amenore sekunder adalah ketiadaan menstruasi selama > 6 bulan atau
selama ≥ 3 siklus menstruasi pada wanita yang sebelumnya memiliki
siklus menstruasi teratur (Norwitz, 2013).
B. Etiologi
Ada beberapa etiologi yang berkaitan dengan terjadinya amenore sekunder
pada wanita. Beberapa teori dibawah ini mencakup sebab-sebab amenore
sekunder. Benson (2010) menyebutkan ada 3 penyebab amenore sekunder,
yaitu :
1. Disfungsi Ovarium

9
Penyebab disfungsi ovarium yang paling sering menyebabkan amenore
sekunder adalah Sindrom Ovarium Polikistik (polycistic ovary syndrome,
PCOS). Kelainan ini akibat dari peningkatan androgen (baik dari ovarium
maupun maupun kelenjar adrenal) diikuti perubahan menjadi estrogen
dalam jaringan lemak. Peningkatan estrogen memacu hipofisis untuk
meningkatkan LH dan menekan FSH yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan folikel, anovulasi, dan peningkatan produksi androgen
ovarium. Menurut Norwitz E. (2013) kelainan ini merupakan kerusakan
yang disebabkan pengiriman sinyal yang “tidak seharusnya” ke
hipotalamus dan hipofisis.

2. Gagal Ovarium
Gagal ovarium primer ditandai dengan adanya peningkatan gonadotropin
dan rendahnya estradiol (hipogonadisme hipergonadotropik). Gagal
ovarium sekunder ditandai dengan kadar gonadotropin normal atau rendah
dan rendahnya estradiol (hipogonadisme hipogonadotropik). Akibat yang
ditimbulkan dari penyebab ini adalah kegagalan ovarium prematur
(premature ovarian failure, POF), yaitu hilangnya semua folikel ovarium
disertai berhentinya menstruasi sebelum usia 40 tahun. Penyebab tersering
dari kasus ini adalah proses autoimun, kemoterapi, radiasi, infeksi
(Norwitz, 2013).

3. Penyebab Sistemik
Selain penyebab yang disebutkan diatas, ada beberapa penyebab lain yang
sudah terbukti menyebabkan terjadinya ameneore sekunder, antara lain
ketidakseimbangan hormon yang disebabkan stress hingga mengganggu
fungsi dari hipotalamus.

Sedangkan menurut Baziad (2010) penyebab amenore sekunder dibagi


menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Penyebab Umum (Keadaan Umum Pasien)
Malnutrisi, obesitas, stres, dan aktifitas berlebihan dapat mengganggu
kerja hipotalamus dalam sistem reproduksi. Keadaan- keadaan tersebut
menyebabkan penurunan frekuensi dan amplitudo denyut GnRH secara

10
berkesinambungan.

2. Penyebab di Uterus
Kerusakan uterus yang paling sering menyebabkan amenore sekunder
adalah sinekia atau perlekatan intrauterin menutup rongga uterus dan
pembentukan jaringan parut yang dapat menutupi seluruh rongga uterus.
Keadaan ini disebut juga sebagai Sindrom Asherman. Penyebab dari kasus
ini adalah tindakan kuretase yang berlebihan yang dapat mengangkat
lapisan dalam endometrium dan merusak kriptus dan kelenjar basal yang
penting untuk regenerasi endometrium. Selain itu infeksi tuberkulosis
endometrium juga dapat menyebabkan kerusakan endometrium yang dapat
menyebabkan amenore sekunder.

3. Penyebab Hipofisis
1) Sindrom Sheehan
Suatu keadaan yang ditemukan sesudah persalinan dan yang disertai
dengan banyak perdarahan dan/atau syok. Hal ini menyebabkan nekrosis
karena spasme atau trombosis arteriola pada hipofisis. Dengan adanya
nekrosis fungsi dari hipofisis terganggu dan menyebabkan menurunnya
pembuatan hormon- hormon gonadotropin sehingga dapat menyebabkan
amenore sekunder.

2) Tumor Hipofisis
Diantara sebab-sebab amenore sekunder, tumor hipofisis merupakan sebab
yang jarang ditemui. Gejala yang mungkin timbul pada wanita amenore
dengan tumor hipofisis adalah sakit kepala dan gangguan penglihatan.
Potret Roentgen dari sella tursika dan visus perifer akan memperkuat
diagnosis.

3) Obat-obatan
Penggunaan steroid seks dan obat yang meningkatkan kadar prolaktin
dapat menyebabkan amenore sekunder.

4) Faktor Risiko

11
• Aktivitas fisik yang terlalu berat.
• Terlalu kurus (lemak tubuh kurang dari 15 – 17%). Keadaan ini
mempengaruhi proses pembentukan hormon. Jika seorang perempuan
mengalami kelainan makan, seperti anoreksia atau bulimia, dapat
menyebabkan perubahan hormonal yang berujung pada berhentinya
menstruasi.
• Obesitas. Adanya jaringan lemak yang berlebih pada seorang yang
mengalami obesitas juga mempengaruhi proses ovulasi (pengeluaran sel
telur dari indung telur).
• Stress Psikis. Stress dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus, sehingga
menstruasi berhenti. Karena itu jika Stress bekrurang, menstruasi muncul
kembali.
• Penggunaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan, antipsikotik,
obat kemoterapi, dan kortikosteroid oral (Baziad, 2010).

C. Gejala/ Tanda Klinis


1. Tidak adanya perdarahan menstruasi selama 6 bulan atau ≥ 3 kali
siklus setelah adanya perdarahan menstruasi sebelumnya.
2. Galaktore.
3. Penurunan atau peningkatan berat badan drastis.
4. Hirsutisme
5. Penglihatan kabur (Morgan, 2013)

D. Prognosis
Karena hampir seluruh kasus amenore dapat diatasi dengan terapi,
prognosisnya baik. Pengecualian pada gagal ovarium prematur dan tidak
adanya organ reproduksi. Dengan penggunaan satu atau kombinasi
hormon (misal hMG, GnRH, kortikosteroid) dan obat- obatan (misalnya
bromokriptin, kloomifen sitrat). Hampir semua pasien amenore dengan
ovarium dapat dipicu untuk terjadinya ovulasi (Benson, 2010).

E. Pengobatan

12
Menurut Benson (2010) penatalaksanaan pasien amenore sekunder
tergantung pada keinginan individu untuk mengalami ovulasi (menstruasi,
kehamilan) dan penyebab amenore.
1. Jika pasien mengalami amenore karena hipotiroid, maka penggantian
hormon tiroid merupakan terapi yang diperlukan.
2. Pasien dengan makroadenoma hipofisis, pengangkatan adenoma
dengan pembedahan harus dipertimbangkan.
3. Pasien dengan amenore galaktore tanpa atau dengan adenoma, terapi
dengan bromokriptin 2,5 mg PO dua kali sehari sampai prolaktin menjadi
normal.
4. Pasien dengan gagal ovarium primer (POF), kemungkinan ovulasi
tidak ada kecuali jika penyebabnya ooforitis autoiimun yang dapat
berespon terhadap kortikosteroid.
5. Pasien dengan tantangan uji progestin atau progesteron tes negatif (-)
diobati dengan hMG, seringkali dikombinasi dengan klomifen sitrat untuk
memicu ovulasi.
6. Pasien dengan tantangan uji progestin positif (+) yang mengharapkan
untuk hamil, terapi yang diberikan adalah berupa klomifen sitrat. Dosis
awal adalah 50 mg PO setiap hari selama 5 hari. Ovulasi biasanya terjadi
5-10 hari setelah dosis kelima. Jika dosis harian tidak mencukupi, dosis
dapat dinaikan secara bertahap hingga dosis maksimum 250 mg/hari.
Sedangkan untuk pasien yang tidak mengharap hamil dan hanya
menginginkan siklus menstruasi teratur maka dapat diberikan progestin
oral bulanan untuk menginduksi perdarahan berkala dan pengelupasan
endometrium.
7. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik, obat pilihan adalah
klomifen sitrat, diikuti oleh hMG jika tidak berhasil.
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2010), amenore sendiri tidak selalu
memerlukan terapi. Penderita yang memerlukan terapi adalah wanita muda
yang mengeluh tentang infertilitas atau yang sangat terganggu karena tidak
datangnya haid.
Dalam terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan
termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan
tenang dan sebagainya. Pemberian estrogen bersama dengan progesteron

13
dapat menimbulkan perdarahan secara siklis. Akan tetapi, perdarahan ini
bersifat withdrawal bleeding. Pada kasus yang ringan dapat menimbulkan
mekanisme siklus haid lagi (Wiknjosastro, 2010).

1.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi


Wanita dengan Penyakit Amenorea
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Tempat :
Nama pengkaji :

A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Nama :
Umur :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Alasan datang periksa/ MRS


Keluhan utama :
Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita amenore yaitu keluhan
tidak datangnya menstruasi setelah pernah mengalami menstruasi
sebelumnya (Wiknjosastro, 2011).

3. Riwayat Kesehatan Klien

a. Data kesehatan sekarang, untuk mengetahui apakah pasien sedang


menderita penyakit kronis. Dalam kasus amenore perlu ditanyakan
apakah pasien sedang menderita diabetes melitus, karena ada
hubungannya dengan fungsi ovarium.
b. Riwayat kesehatan dahulu, untuk mengetahui apakah sebelumnya
pasien pernah menderita penyakit kronis.

14
c. Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui apakah dalam keluarga
pasien ada yang pernah mempunyai riwayat amenore (Morgan, 2013).

4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi untuk mengetahui kapan pertama kali menstruasi
untuk menegakan diagnosa apakah pasien termasuk dalam kriteria
amenore primer atau sekunder, siklus haid untuk mengetahui riwayat
siklus menstruasi sebelumnya, jenis dan warna darah menstruasi, serta
keluhan atau rasa sakit pada saat haid, karena gangguan pada ovarium
lebih sering dijumpai pada wanita yang mengalami sindrom prahaid
(Manuaba, 2011).

5. Riwayat Obstetri
untuk mengetahui pada kasus amenore sekunder dengan pasien yang
sudah menikah, dapat dilakukan pengkajian apakah pasien pernah
mengalami penyulit yang mendukung terjadinya amenore sekunder
seperti perdarahan yang harus dilakukan kuretase, tindakan Sectio Secaria
, dan miomektomi (Benson, 2012).

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Abno
N Suam U Pen Jeni Tm Pen BB/P Lakts Pen
Ank Pnlg JK H M rmali
o i K y s pt y B i y
tas

6. Riwayat Perkawinan
untuk mengetahui umur ibu saat menikah, perkawinan yang ke berapa,
lama menikah dan merupakan istri atau suami yang ke berapa (Depkes RI,
2014).

7. Riwayat Perkawinan
untuk mengetahui dalam kasus amenore sekunder, pada pasien yang
sudah menikah perlu dikaji riwayat pemakaian kontrasepsi. Pada beberapa
kasus amenore sekunder dapat terjadi setelah pengguanaan kontrasepsi

15
hormonal. Amenore dapat terjadi pada pemakaian kontrasepsi hormonal
seperti suntik dan implan, karena masih terdapat progesteron yang tinggi
di dalam serum. Kadar dalam serum yang tinggi berasal dari lemak yang
sulit direabsorbsi. Apabila persediaan depo sudah habis seluruhnya, maka
kadarnya akan hilang di serum dan siklus haid menjadi normal kembali
(Benson, 2012).

8. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Data ini berkaitan dengan hubungan pasien dengan keluarga, masyarakat
dan kegiatan spiritualnya. Hubungan dengan keluarga untuk mengetahui
psikologis ibu dalam keluarga, mungkin ibu memiliki masalah dengan
keluarga sehingga menyebabkan ibu berpikir terlalu berat serta
mempengaruhi hipotalamus ibu dan mengganggu pola menstruasi ibu
(Soepardan, 2011).

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pada kasus amenore sekunder perlu dikaji mengenai data kebiasaan
pemenuhan nutrisi dan istirahat. Karena gangguan nutrisi dan istirahat
merupakan faktor yang sangat berperan terhadap terjadinya amenore
(Baziad, 2012)

Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal Hygiene
Kebiasaan
Seksualitas

B. DATA OBYEKTIF
Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan laboratorium.

16
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
Tinggi Badan :

2. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus amenore sekunder untuk
mengetahui keadaan umum dan kesadaran pasien, pengukuran tanda-
tanda vital yang meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi, serta
pemeriksaan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah dan berat
badan. Pemeriksaan fisik pada kasus amenore ini harus dilakukan
dengan seksama. Keadaan tubuh klien tidak jarang memberi petunjuk-
petunjuk yang berharga. Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah
berat badan sesuai dengan tingginya, apakah ciri-ciri kelamin sekunder
bertumbuh dengan baik, apakah ada hirsutisme ; semua ini penting
untuk pembuatan diagnosa. (Wiknjosastro, 2012).

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus amenore sekunder menurut
Morgan (2013) adalah :
1. Tes Kehamilan
Tes kehamilan harus dilakukan pada kasus amenore sekunder untuk
menyingkirkan diagnosa kehamilan.

a) Pemeriksaan Hormonal
Hormon hormon yang diperiksa adalah hormon yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan folikel serta
hormon yang dikeluarkan oleh folikel itu sendiri seperti
hormon Prolaktin, TSH, FSH, LH.

17
b) USG
Untuk mengetahui keadaan endometrium dan mendeteksi
apabila ada kelainan ginekologi yang berkaitan dengan
amenore sekunder.

c) Pemeriksaan Darah
Untuk mengetahui kelainan darah yang disebabkan oleh
penyakit yang menyebabkan terjadinya amenore sekunder
seperti hipotrombosis pada sindrom Sheehan dan sepsis pada
sumbatan Sindrom Simmond.

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasikan data


untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta
kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus (Varney,
2016).
Interpretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan pada
langkah penyajian data mengacu pada:

a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah amenore sekunder
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan.

b. Masalah
Masalah yang biasa muncul pada pasien dengan amenore berkaitan
dengan kekhawatiran pasien terhadap keadaan yang dialami. Hal ini
muncul karena kurangnya pengetahuan pasien tentang amenore maupun
siklus menstruasi.

c. Kebutuhan
Kebutuhan pasien dengan amenore adalah dukungan moril serta
informasi tentang kasus dan penatalaksanaan amenore.

18
(Manuaba, 2011)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS DAN MASALAH POTENSIAL


Diagnosis potensial pada kasus amenore sekunder harus disesuaikan
dengan penyebab terjadinya amenore sekunder tersebut. Karena
amenore merupakan biasanya hanya berupa gejala terhadap suatu
penyakit. Sedangkan antisipasi yang dilakukan pada kasus amenore
sekunder adalah penapisan dan pemeriksaan yang seksama dan
menyeluruh untuk dapat menegakkan diagnosa (Manuaba,2011).

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Dalam kasus amenore sekunder membutuhkan konsultasi dengan dokter
spesialis obstetri ginekologi untuk pemeriksaan penunjang (ginekologi),
pemberian terapi, serta kolaborasi laboratorium untuk pemeriksaan darah
sehingga pasien mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang adekuat
(Manuaba, 2011).

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Pada kasus amenore sekunder asuhan kebidanan yang dapat
direncanakan yaitu :
a. Observasi keadaan umum dan vital sign pasien
b. Jelaskan kepada pasien mengenai amenore sekunder yang sedang
dialami.
c. Kolaborasi dengan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk
pemeriksaan penunjang dan pemberian terapi.
d. KIE tentang gizi yang seimbang
KIE tentang pola hidup sehat dan menghindari stres berlebih
e. Beri dukungan moril pada klien dan libatkan keluarga dalam
perawatan.

VI. IMPLEMENTASI
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dari langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan bisa dilakukan

19
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut (Varney,
2016).

VII. EVALUASI
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu sesuai
dengan yang diidentifikasi tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam
pelaksanaannya (Varney, 2016)

C. Masalah Kesehatan Reproduksi pada anak remaja


2. Dismenorhea
2.1 Konsep Dasar Teori Dismenore
Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa
yunani kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus.
Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi
yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011). Nyeri
haid disebut juga dengan dismenore (Sari, 2012). Dysmenorrhea atau
dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi
(Icemi & Wahyu, 2013). Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri
menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau
selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa
hari selama menstruasi. Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang
dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum awitan atau selama
menstruasi yang merupakan permasalahan ginekologikal utama, yang
sering dikeluhkan oleh wanita (Lowdermilk et al, 2011). Dismenore
merupakan masalah yang sering terjadi pada wanita yang sedang

20
mengalami haid atau menstruasi (Hendrik, 2010).
Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan dismenore merupakan adanya
gangguan fisik pada wanita yang mengalami menstruasi, yang
dikarakteristikan dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, dan nyeri
tersebut bisa terjadi sebelum atau selama menstruasi dalam waktu yang
singkat.
Menurut Icemi Sukarni, K dan Wahyu, P (2013) ada dua tipe-tipe dari
dysmenorrhea, yaitu:
a. Primary dysmenorrhea, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche. Dismenore primer adalah suatu kondisi yang dihubungkan
dengan siklus ovulasi (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2011)
b. Secondary dysmenorrhea, adalah nyeri saat menstruasi yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya
terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder
adalah nyeri menstruasi yang berkembang dari dismenore primer yang
terjadi sesudah usia 25 tahun dan penyebabnya karena kelainan pelvis
(Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson, 2011)

2. Klasifikasi
1. Dismenorea spasmodik primer
Merupakan kesatuan klinik dangan tanda-tanda khas sebagai berikut :
a. Dismenorea pertama tampak 6-24 bulan susudah menarche
b. Nyeri dirasakan pada hari pertama haid periode menstruasi
c. Nyeri berakhir dalam beberapa jam dan jarang dijumpai melampaui
48 jam
d. Nyeri tersebut sanggat berat dan tertahankan
e. Nyeri terasa pada abdoment bagian bawah
f. Nyeri tersebar kelubang sepanjang paha
g. Dapat disertai pusing, lemah, mual dan muntah
h. Diagnosa dapat terlihat pada pemeriksaan pelvis. Nyeri dapat hilang
dengan terapi hormon siklik

21
2. Dismenorea spasmodic sekunder
Adanya suatu mioma uteri submukosa yang kemudian menjadi
polip yang fibroid. Sebelum uterus berhasil melepaskan mioma tersebuut
area permukaan yang menjadi sumber perdarahan sudah demikian luas.
Maka dismenorea didahului dengan menometroragia untuk benerapa bulan
atau beberapa tahun. Sesudah polip itu menonjol ( protude ) kedalam
vaginadismenorea akan disertai pengeluaran darah dari vagina yang tidak
teratur. Kontrasepsi spiral dapat pula menimbulakna dismenorea. Biasanya
cukup berat dan terjadi pada periode menstruasi pertama atau kedua
setelah pemasangan spiral. Spiral harus diangkat jika menimbulakan gejala
tersebut. Menorhea dengan passase bekuan darah. Biasanya dismenorea
dirasakan sebelum bekuan darah dikeluarkan. Dismenorea membran sub
mukosa ini jarang ditemukan. Dalam hal ini ndometrium terlepas dalam
potongan potongan yang besar. Pengeluaran disartai dengan kholik yang
berat.

3. Dismenorea Kongestif
Adalah gejala kongestif pelvis yang disebabkan oleh penyakit laktis
genetalia, ( misalnya : alfingo ouportis, mioma ateri endometrium )
akuolesi ekstra uteri ( misalnya : divertikulitis seluli pelvis dan verikokel
ligamentum besar ) dismenorea tersebut mempunyai tanda-tanda sebagai
berikut :
a. dismenorea tampak beberapa tahun setelah menarhea
b. nyeri biasany a timbul 2-3 bulan atau 4 hari sebelum menstruasi.
c. Intensisitas nyeri berbeda dari pasien dengan pasien lainnya
d. Nyeri teraba bagian bagian bawah kadang-kadang lebih berat pada
satusisi
e. Nyeri dapat juga dirasakan belakangan
f. Gejala lain yang dapat menyertai adalah menoragia, polimenorhea,
dan tenesmus.
4. Dismenorea obstruktif
Ini merupakan gejala heiatukolpus atau hematumelva ( dapat merupakan
kelainan congenital ) dismenorea mempunyai tanda-tanda :
a. dismenorea karena kelainan congenital yang akan berlangsung pada

22
saat atau segera sesudah menarche.
b. Nyeri biasanya dimulai pada hari ke 3 dan ke 4 menstruasi.
c. Nyeri bioasanya menetap sampai 3 hari berikutnya atau 4-5 hari
sesudah menstruasi.
d. Nyeri bersifat spamodik
e. Nyeri sanggat berat dirassakan.
f. Nyeri bersifat unilateral kalau hanya doktus muller yang terkena.
g. Pada kasus hemanometra, nyeri akan menyebar satu atau dua belah
paha.
h. Gejala tambahan tergantung lokalisasi lesi sesunguhnya.

3. Etiologi Dismenore
Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik seperti stres,
shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah,
dan kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dismenore menurut Arulkumaran (2012) antara lain:
a. Faktor menstruasi
1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden
dismenorenya lebih tinggi.
2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan
siklus yang panjang mengalami dismenore yang lebih parah.
b. Paritas. Insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas. Hal
ini menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun setelah
pertama kali melahirkan juga akan menurun dalam hal tingkat keparahan.
c. Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal itu
juga terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah,
kemungkinan karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk
penjelasan itu masih kurang.
d. Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral
sebaiknya dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau
memperburuk kondisi. Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi lainnya
dapat mempengaruhi nyeri dismenore.
e. Riwayat keluarga, mungkin dapat membantu untuk membedakan
endometriosis dengan dismenore primer.

23
f. Faktor psikologis (stres)
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenore. Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan
dengan sekolah atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.
Menurut Wiknjosastro (2010) dalam Dianika (2011) faktor penyebab
dismenore, yaitu:
a.Faktor Psikis
Pada gadis-gadis yang emosional, apabila tidak mendapatkan pengetahuan
yang jelas maka mudah terjadi dismenore.
b.Faktor konstitusional
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor psikis. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun dan sebagainya mempengaruhi timbulnya
dismenore.
c.Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu faktor yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore
adalah stenosus kanalis servikalis. Pada wanita uterus hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosus kanalis servikalis, akan tetapi hal tersebut
tidak anggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab terjadinya
dismenore.
d.Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenoreprimer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor
ini mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot uterus.
Menurut Manuaba (2010) pada dismenore primer disebabkan oleh faktor
hormonal, sedangkan dismenore sekunder tidak disebabkan faktor
hormonal.
Adapun faktor penyebab pada dismenore, yaitu:
a) Terjadi akibat kontraksi yang kuat atau lama dinding Rahim
b) Hormon prostaglandin yang tinggi
c) Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid
d) Adanya infeksi daerah panggul
f) Endometriosis
g) Tumor jinak pada Rahim

24
h) Postur tubuh yang kurang baik (sikap yang salah)
i) Rahim tidak berkembang secara optimal
j) Diperberat jika mengkonsumsi kopi dan stress (Wratsongko &
Budisulistyo, 2010).
Menurut Nanang Winarto Astarto, et all (2011) penyebab pasti
dismenore belum diketahui secara pasti, pada dismenore primer nyeri
timbul akibat tingginya kadar prostaglandin. Sedangkan pada dismenore
sekunder diduga penyebab terbanyak adalah endometriosis. Adapun
faktor-faktor risiko dari dismenore primer yaitu wanita yang belum pernah
melahirkan, obesitas, perokok, dan memiliki riwayat keluarga dengan
dismenore. Sedangkan faktor yang dapat memperburuk keadaan adalah
rahim yang menghadap ke belakang, kurang berolahraga dan stres psikis
atau stres sosial (Icemi & Wahyu, 2013). Timbulnya rasa nyeri pada
menstruasi biasanya disebabkan karena seseorang sedang mengalami stres
yang dapat menggangu kerja sistem endokrin, sehingga dapat
menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan menimbulkan rasa sakit
pada saat menstruasi (Hawari, 2010).
Menurut Sinclair (2010) dan Reeder (2012) Pada dismenore sekunder
dikaitkan dengan patologi pelvis dan lebih sering dialami wanita yang
berusia diatas 20 tahun. Dismenore sekunder terjadi akibat penyakit
panggul organik seperti adenomiosis, leiomiomata, polip endometrium,
malformasi kongenital, stenosis servikal, endometriosis, PRP, mioma
uterus, sindrom kongesti pelvis, kista atau tumor ovarium, sindrom
asherman (perlekatan intrauterus), prolaps uterus, penggunaan AKDR.
4. Tanda dan Gejala Dismenorea
Tanda dan gejala klinis dismenorea primer yang sering ditemukan adalah
(Mitayani, 2012):
1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan
haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
2. Nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha
disertai
rasa mual, muntah, diare, nyeri kepala, kelelahan, dll.
3. Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:
a. Dismenore primer

25
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah,
diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga
disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga
jatuh pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau
bersamaan dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai
72 jam. Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam,
dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di
daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan
area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit
kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama
menstruasi (Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer,
yaitu
1) Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah
2) Pegal pada mulut vagina
3) Nyeri pinggang
4) Pegal-pegal padapaha
5) Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan
diare.
c. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder
yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama
atau kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder,
yaitu
1) Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan
2) Nyeri saat berhubungan seksual
3) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid
4) Nyeri tekan pada panggul
5) Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina;
6) Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.

2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Di


smenore

26
I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, berlandaskan teori yang ada, untuk menegakkan
diagnosis.
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :
- Pada dismenore primer biasanya terjadi pada seorang wanita
yang mengalami menarche setelah 2-3 tahun dan bisa
mencapai umur 15-25 tahun (Betz & Sowden, 2012).
Jenis kelamin : Dismenore hanya terjadi pada perempuan
Tanggal MRS :
Diagnosis medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Alasan MRS dan Keluhan Utama


a. Alasan MRS
Alasan datang yaitu menanyakan keluhan yang disarankan saat
pemeriksaan serta berhubungan dengan gangguan dismenorea. Pada pasien
dismenorea biasanya mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada

27
punggung dan paha, adakalanya disertai mual muntah, pusing, diare saat
menstruasi (Manuaba, 2010).
b. Keluhan Utama
keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien
dibawa berobat, beberapa keluhan yang sering dijumpai anatara lain
demam, batuk, mencret, kejang, muntah, edema, sesak napas, sianosis,
ikterus dan perdarahan (Matondang, dkk; 2010)
Contoh :
- Pada kasus dismenore keluhan utama adalah Nyeri dirasakan
pada hari pertama haid periode menstruai. Nyeri berakhir
dalam beberapa jam dan jarang dijumpai melampaui 48
jam. Nyeri tersebut sanggat berat dan tertahan. Nyeri terasa
pada abdoment bagian bawah. Nyeri tersebar kelubang
sepanjang paha. Dapat disertai pusing, lemah, mual dan
muntah

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan sekarang
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk
mengatasi
(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang kronologis, terinci
dan jelas pada dokumentasi SOAP mengenai keadaan kesehatan pasien
sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa berobat)

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


 Riwayat penyakit yang pernah di derita :
Contoh : Demam reumatik
Demam reumatik merupakan penyakit peradangan akut yang cenderung
berulang dan dipandang sebagai penyebab terpenting penyakit jantung
didapat pada anak (Kapita Selekta Kedokteran FKUI, 2010)
 Riwayat operasi/pembedahan

4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi meliputi:

28
a)Menarche, perlu ditanyakan karena dismenorea biasanya terjadi
beberapa waktu setelah menarche, biasanya 6–12 bulan pertama setelah
menarche (Dito dan Ari, 2011).
b)Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid
teratur atau normal (21–40 hari), karena siklus haid setiap wanita berbeda-
beda, berkaitan dengan usia klien (Dito dan Ari, 2011).
c)Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari
klien normal (3–7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda
(Dito dan Ari, 2011).
d)Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut
yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2
perhari berarti jumlah darah sedikit, 2–4 perhari berarti normal dan lebih
dari 5 perharinya banyak normalnya yaitu 30 ml perhari (Wiknjosastro,
2012).
e)Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada
nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang dan paha serta gejala yang
menyertai dismenorea seperti pusing, mual, muntah maupun diare saat
menstruasi (Manuaba, 2010).

5.     Riwayat perkawinan dan Riwayat KB

Untuk mengetahui status perkawinan (Varney, 2010). Dismenorea primer


sering terjadi pada usia remaja (Atikah dan Siti, 2012). Dan Untuk
mengetahui pasien pernah menggunakan KB jenis apa (Varney, 2010).
Dalam kasus dismenorea primer sering terjadi pada usia remaja dan belum
menikah (Atikah dan Siti, 2012).

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun :
Contoh : Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui
penyakit yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit menular dan
keturunan yang dapat mempengaruhi organ reproduksi dan apakah
keluarganya terdapat riwayat dismenorea (Estiwidani dkk, 2012).

29
c. Riwayat penyakit menahun

7. Pola Fungsional Kesehatan


Kebutuha Keterangan
n Dasar
Pola Nutrisi Makan sehari 3 kali, porsi
sedang dengan
jenis menu nasi, lauk, sayur,
buah dan minum 6-7 gelas air
putih per hari, kadang-
kadang minum susu 1 gelas.
Pola
Eliminasi
Pola
Istirahat
Pola
Personal
Hygiene
Pola
Aktivitas

8. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Dari data ini dapat diketahui antara lain apa keluarga pasien termasuk
keluarga batih (nuclear family) atau keluarga besar (extended family), yang
masing masing mempunyai implikasi dalam praktik pengasuhan anak.
Selain itu, terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat (konsanguinasi)
antara ayah dan ibu juga dapat berpengaruh terhadap penyakit
bawaan/keturunan (Matondang, dkk, 2010)
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor / koma /
delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Contoh : - tekanan darah sistolik dan diastolik meninggi pada pelbagai
kelainan ginjal/hipertensi renal

30
- Peningkatan tekanan darah sistolik tanpa peningkatan
tekanan diastolik terdapat pada pasien dengan duktus
arteriosus persisten (Matondang, dkk, 2010)
Nadi : demam dan dehidrasi dapat menyebabkan takikardia
(Matondang, dkk, 2010)
Pernapasan : takipnea pada bayi dan anak kecil merupakan
tanda dini gagal jantung (Matondang, dkk, 2010)
Suhu : hipotermia terdapat pada keadaan dehidrasi dan renjatan
(Matondang, dkk, 2010)
Antropometri : Tinggi badan
Berat badan : sebelum sakit :
saat ini :
contoh : - Dehidrasi dan infeksi akut dapat berhubungan dengan berat
badan yang menurun atau gagal menambah berat badan (Engel, 2012)
- Penyakit ginjal kronis dan disfungsi endokrin pada anak
dapat menyebabkan pertambahan berat badan yang
berlebihan (Engel, 2012).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung : pernapasan cuping hidung merupakan salah satu manifestasi
klinis dari pneumonia (Betz & Sowden, 20012)
Mulut : - pada kasus thypoid, mulut terdapat napas berbau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih
kotor, ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor (Ngastiyah,
2010)
- Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan gejala khas
pada tetanus neonatorum (Ngastiyah, 2010)

31
Leher :
Dada : pada pneumonia dapat terjadi retraksi dinding dada
(Betz & Sowden, 2012)
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Contoh : - auskultasi bunyi jantung pada stenosis pulmonal, didapatkan
bunyi jantung I normal, bunyi jantung II terpecah agak lebar dan lemah
(Matondang, dkk, 2010)
- Frekuensi peristaltik akan bertambah pada gastroenteritis,
serta berkurang bahkan menghilang pada peritonitis
(Matondang, dkk, 2010).
Perkusi :
Contoh : perkusi abdomen untuk menentukan asites pada anak
yang dapat disebabkan oleh penyakit hati kronik misalnya sirosis hepatis
(Matondang, dkk, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Inspekulo:
II. INTERPRETASI DATA DASAR

32
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan.
Cara penulisan diagnosis :
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.
Contoh masalah :
kurangnya pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang diderita anak
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.
Contoh kebutuhan : Pemberian KIE/pendidikan kesehatan

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang
telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan
tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak
terjadi.
Contoh Diagnosis Potensial :
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, pada
kasus diare berdasarkan Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI dapat
terjadi :
1. Dehidrasi
2. Syok Hipovolemik
3. Hipoglikemia
4. Hipokalemia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi /darurat yang harus

33
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
Contoh kebutuhan tindakan segera :
 Pada kasus diare dengan dehidrasi ,berdasarkan Buku Kuliah 1 Ilmu
Kesehatan Anak FKUI , kebutuhan tindakan segeranya adalah Rehidrasi

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi.
Contoh pembuatan intervensi :
- Berikan suplementasi zinc ! (pada kasus diare)
Rasional : Zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan
berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat
proses penyembuhan epiel selama diare (Ngastiyah, 2015).
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tindakan fototerapi! (pada kasus
hiperbilirubinemia)
Rasional : Pemberian terapi sinar (fototerapi) diberikan pada neonatus
pada jumlah serum bilirubin tertentu sesuai panduan penatalaksanaan
hiperbilirubinemia menurut American Academy of Pediatrics (Damanik,
2010)
- Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan ! (pada kasus
omfalokel)
Rasional : Pada kasus omfalokel harus dilakukan pembedahan sesegera
mungkin untuk menghindari terjadinya peritonitis (Protokol Asuhan
Neonatal PONEK, 2010).
- Lakukan rujukan ! (pada kasus penyakit jantung kongenital)
Rasional : Tatalaksana penyakit jantung kongenital perlu rujukan segera
ke pusat perawatan khusus yang memiliki tenaga ahli jantung anak
(Protokol Asuhan Neonatal PONEK, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

34
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP

D. Masalah Resiko Tinggi Hipertensi


3. Konsep dasar teori
3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.
Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah
terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam tubuh.
Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras
jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin
sempit pembuluh darah arteri, maka tekanan darah akan semakin tinggi.
Hipertensi dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Setidaknya, orang dewasa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, termasuk
tekanan darah setiap lima tahun sekali.
Penulisan hasil tekanan darah berupa dua angka. Angka pertama atau sistolik
mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak.
Sementara itu, angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah
ketika jantung beristirahat di antara detaknya.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila pembacaan tekanan darah sistolik
pada pengukuran selama dua hari berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar
dari 140 mmHg, dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang
lebih besar dari 90 mmHg.

35
B.Faktor Risiko Hipertensi
Seiring bertambahnya usia, seseorang akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
untuk mengalami hipertensi. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
hipertensi yaitu:

1.Berusia di atas 65 tahun.


2.Konsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
3.Kelebihan berat badan atau obesitas.
4.Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
5.Kurang asupan buah dan sayuran.
6.Jarang berolahraga.
7.Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
8.Mengonsumsi minuman beralkohol.
Meski demikian, risiko hipertensi dapat dicegah dengan mengubah pola hidup dan
pola makan menjadi lebih sehat secara rutin. Penuhi asupan gizi tubuh seimbang,
asupan cairan harian tubuh, dan berolahraga secara teratur.

C.Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Masing-
masing memiliki penyebab yang berbeda, seperti berikut ini.
1. Hipertensi Primer
Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak
diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-
tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kondisi kesehatan yang
mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan
tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
a.Obstruktif sleep apnea (OSA).
b.Masalah ginjal.
c.Tumor kelenjar adrenal.
d.Masalah tiroid.

36
e.Cacat bawaan di pembuluh darah.
f.Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang
dijual bebas.
g.Obat-obatan terlarang.

D.Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul,
antara lain:
a.Sakit kepala;
b.Lemas;
c.Masalah penglihatan;
d.Nyeri dada;
e.Sesak napas;
f.Aritmia; dan
g.Adanya darah dalam urine.

E.Diagnosis Hipertensi
Dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset lengan tiup di sekitar
lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan.
Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:
Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan
darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat
memburuk dari waktu ke waktu.
Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan
diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik
160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.

F.Pengobatan Hipertensi
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup guna mengatur
tekanan darah. Namun, jika tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya
hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Perhatikan selalu

37
dosis obat yang diberikan dan efek samping yang mungkin terjadi.

Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
a.Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya,
hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
b.Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun.
Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan
pada pembuluh darah.
c.Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh
darah.
d Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh
darah lebih rileks.
e.Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan
tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali.
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui
terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Namun, pengobatan
hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup,
seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.

G.Pencegahan Hipertensi
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:
a.Mengonsumsi makanan sehat.
b.Batasi asupan garam.
c.Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
d.Berhenti merokok.
e.Berolahraga secara teratur.
f.Menjaga berat badan.
g.Mengurangi konsumsi minuman beralkohol

3.2 Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan dengan Hipertensi

I. PENGKAJIAN

DATA SUBYEKTIF

38
1. Identitas
Nama :
Umur : Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi
untuk mengalami hipertensi.(Udjianti, 2013).
Jenis kelamin : Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi
untuk mengalami hipertensi.(Udjianti, 2013).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena terkanan
darah tinggi dari pada pria.
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Register :
2. Alasan datang periksa/ Keluhan utama
Klien mengeluh tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013). Menurut Nanda Nic-Noc
(2016) klien Mengeluh sakit kepala, pusing, Lemas, kelelahan, Sesak Nafas,
Gelisah, Mual, Muntah, Epitaksis (mimisan), Kesadaran menurun,

3. Riwayat kesehatan klien dan keluarga


Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal pada klien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous displasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrus). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,

39
4. Riwayat Haid :

Menarche : semakin cepat menarce menopause semakan cepat sehingga


mempengaruhi menopause, wanita menopause tinggi untuk
mengalami hipertensi.(Udjianti, 2013)
Siklus :
Lama haid :

Riwayat kontrasepsi : Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat


menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-
mediated volume expansion. Dengan penghentian obat
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara beberapa
bulan.(Udjianti, 2013)

5. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.(Udjianti, 2013).
makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur),
gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual,
muntah dan perubahan BB meningkat / turun, riwayat penggunaan
obat diuretik.
Eliminasi adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa lalu
Istirahat
Aktivitas
Personal
Hygiene
Kebiasaan Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah.Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena
membuat tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama,
meningkatkan kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa
(mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu syaraf untuk
melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah0
sekaligus meningkatkan tekanan darah (Udjianti, 2013)
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
Kesadaran : Composmentis

b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti,
2013).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
c. Antropometri
Tinggi badan :

Berat badan : Berat badan (obesitas). Berat badan > 25% diatas ideal
dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.(Udjianti,
2013)

LILA : (23,5 cm)

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Headache (sakit kepala) (Laurel D Edmundson, 2016)

Muka :
Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut dan gigi:

Leher :

Dada :

Payudara :

Abdomen :

1
Punggung :

Genetalia :
Ekstremitas :

3. Pemeriksaan penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)

a. Pemerikaan Laboratorium

1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap


volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor resiko seperti hipokoagubilita, anemia.
2. BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

3. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)


dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan
disfungsi ginjal dan ada DM.
b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis : Papah usia … tahun dengan Hipertensi


Masalah : Pusing
Diangnosa Potensia :
Masalah Potensial :
Kebutuhan Tindakan Segera : KIE tekhnik mengurangi rasa nyeri

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

2
Menurut Triyanto (2014) adalah :
A. Penyakit jantung infark miokard,
B. angina pectoris
C. gagal jantung
D. Gagal Ginjal
E. Stroke
F. perdarahan retina,
G. gangguan penglihatan
H. kebutaan.
I. Arteriateroklorosis
J. arterosklerosis

IV. .IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter spesialis saraf untuk pemberian terapi dan pemeriksaan


lebih lanjut dan menyeluruh.

V. INTERVENSI

1. Beritahu hasil pemeriksaan

R: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien maka klien dapat


mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga lebih tenang.
2. KIE pada klien mengenai Hipertensi

R: Pengetahuan tentang disminore akan menambah pengetahuan kepada klien


agar lebih bisa memahami kondisinya.
3. KIE tentang pola hidup sehat seperti rajin berolahraga

R: Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan perempuan bahwa


keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu darah
keluar dengan lancar. (Yatim, 2011)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .

3
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP

BAB III
HASIL ASUHAN KELUARGA

4
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama KK : Tn.J
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln.Anggur

b. Anggota Keluarga
No. Nama Jenis Umur Agama Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Hub.
Kelamin Keluarga

1 Tn.J Laki laki 40 Islam Dayak/Indonesia Smp Swasta


Kepala
tahun
Keluarga

2 Ny.S Perempua 37 Islam Jawa/Indonesia Smp Irt


Istri
n tahun

3 Nn.A Perempua 18 Islam Dayak/Indonesia Pelajar Pelajar


Anak ke-1
n tahun

4 Nenek Perempua 68 Islam Dayak / SD -


Ibu dari Tn.J
n tahun Indonesia

c. Type keluarga
( √ ) Extended Family
( ) Nuclear

d. Genogram

5
e. Tahap Perkembangan dan Tugas Keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (Carter & McGoldrick)
( ) Tahap I ( ) Tahap V
( ) Tahap II ( ) Tahap VI
( ) Tahap III ( ) Tahap VII
( ) Tahap IV ( ) Tahap VIII
(2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
.......................................................................................................................
............
.......................................................................................................................
............
.......................................................................................................................
............
.......................................................................................................................
............
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Status Kesehatan Keluarga dalam 1 tahun terakhir
No. Nama Jenis Umur Gangguan Kesehatan Waktu Kondisi saat
Kelamin yang sedang/pernah
diderita
1. Tn. J Laki-laki 40 thn - - Sehat/baik
2. Ny. S Perempuan 37 thn Gangguan kesehatan (-+) 7 bln Sedang/
reproduksi Kurang baik
(Amenorea)
3. Nn. A Perempuan 18 thn Gangguan kesehatan 1 bln Sedang/ kur
reproduksi baik
(Disminorea)
4. Nenek (Ny.N) Perempuan 60 thn Hipertensi Sedang/ kur
baik

6
b. Kematian anggota keluarga dalam 1 tahun terakhir
No. Nama Jenis Kelamin Umur Saat Meninggal Penyebab

1 Tn.H (kakek) Laki Laki 70 tahun Sakit komplikasi

a. Riwayat kesehatan keluarga


(1) Riwayat kesehatan keluarga inti
(a) Riwayat penyakit keturunan
Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti jantung , hipertensi , DM dan ginjal
(b) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Ibu mengatakan dari suami dan anaknya tidak pernah memiliki riwayat
penyakit yang berat , sebelumnya hanya mengalami sakit batuk dan
pilek .
Ibu mengatakan mertuanya sebelumnya mempunyai riawayat colestrol .
(c) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
Puskesmas
(d) Pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan

(2) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


(a) Riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami mempunyai riwayat colestrol
(b) Riwayat kesehatan keluarga dari pihak istri
Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu tidak memliki riwayat penyakit
berat
3. Keadaan Kesehatan Lingkungan Keluarga
a. Perumahan
(1) Status pemilikan rumah
( ) Milik sendiri ( ) Menumpang
( ) Kontrak

7
(2) Jenis bangunan
( ) Permanen ( ) Kayu
( ) Semi permanen ( ) Gedek

(3) Jenis lantai


( ) Tegel ( ) Papan
( ) Semen ( ) Tanah
(4) Komposisi ruangan
 Ruang Tamu  Dapur
 Ruang Makan  Kamar Mandi
 Ruang Tidur  Kakus
( ) Ruang Keluarga  Gudang
(5) Kebersihan rumah
( ) Cukup
( ) Kurang
(6) Sumber penerangan
( ) Listrik PLN
( ) Genset

(7) Media pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah


( ) Jendela
( ) Pintu
( ) Ventilasi
(8) Pengaturan alat rumah tangga
( ) Bersih dan teratur
( ) Kotor dan tidak teratur

(9) Luas bangunan 3 x 6 meter persegi

b. Sumber Air
(1) Sumber air minum
( ) Ledeng (PAM) ( ) Sungai
8
( ) Sumber Gali ( ) Mata Air
( ) Sumur Pompa Tangan ( ) Penampungan Air Hujan
(2) Tempat mengambil air untuk mencuci
( ) Ledeng (PAM) ( ) Sungai
( ) Sumber Gali ( ) Mata Air
( ) Sumur Pompa Tangan ( ) Penampungan Air Hujan
(3) Status Pemilikan
( ) Milik Sendiri ( ) Bersama
( ) Menumpang ( ) Umum
(4) Keadaan air secara mikroskopis
Keterangan : Beri alasan (warna apa, bau apa, rasa apa)
(a) Untuk air minum : Warna ( bening ), Bau (tidak berbau ), Rasa
( tawar )

(b) Untuk cuci : Warna (bening), Bau ( tidak berbau ), Rasa


( tawar )

(5) Penggunaan Air Minum


( ) Dimasak
( ) Kadang-kadang dimasak, alasan
( ) Tidak dimasak, alasan
( ) Air isi ulang
( ) Mesin pengolah air minum

(6) Keadaan tempat penampungan air


( ) Terbuka
( ) Tertutup
(7) Keadaan gentong/bak mandi
( ) Ada jentik nyamuk
( ) Tidak ada jentik nyamuk

c. Jamban keluarga
(1) Tempat pembuangan kotoran (BAK dan BAB)
( ) Kakus ( ) Sawah
( ) Selokan

9
( ) Kolam
(2) Status Pemilikan
( ) Milik Sendiri ( ) Bersama
( ) Menumpang ( ) Umum
(3) Jenis Jamban
( ) Cemplung ( ) Septik Tank
( ) Angsa Latrine
(4) Keadaan jamban
( ) Bersih
( ) Kotor
(5) Jarak sumber air minum dengan jamban
( ) Kurang dari 5 meter
( ) 5-10 meter
( ) Lebih dari 10 meter

d. Sampah
(1) Cara keluarga membuang sampah
( ) Tempat pembuangan sampah umum ( ) Ditimbun/ dikubur
( ) Di selokan ( ) Sembarang tempat
( ) Di sungai ( ) Dibakar

(2) Masalah yang menyangkut sampah


Ibu mengatakan tidak ada masalah yang bersangkutan dengan
pembuangan sampah , setiap ada sampah ibu selalu membakarnya
dihalaman belakang .
e. Pembuangan air limbah
(1) Jenis Limbah : Rumah Tangga ( ), Kandang ( ),
Industri ( )
(2) Pembuangan Limbah : Ke sungai ( ), Halaman ( ), Bak
Penampungan ( )
(3) Saluran Limbah : Terbuka ( ), Tertutup ( )
(4) Jarak Limbah dengan sumur : Kurang 10 meter ( ), Lebih 10 meter
( )
(5) Kebersihan : Kurang ( ), Cukup ( )

f. Kandang ternak
10
(1) Pemilikan : Ya ( ), Tidak ( )
(2) Jenis Ternak : Ayam ( ), Kambing ( ), Sapi ( )
(3) Letak Kandang : Kolong Rumah ( ), Samping Rumah
( )
Belakang Rumah ( ), Dalam Rumah
( )
(4) Kebersihan : Kurang ( ), Cukup ( )
(5) Tempat Pembuangan Kotoran Ternak : Sungai ( ), Dalam Tanah ( )

g. Halaman
(1) Pemilikan : Ya ( ), Tidak ( ), Luas 6 x 5 meter
(2) Pemanfaatan : Ya ( ), Tidak ( ), Alasan
Jika Ya : Toga ( ), Warung Hidup ( ), Taman
( )

4. Fasilitas Sarana Kesehatan Keluarga


a. Kepemilikan jaminan sosial kesehatan
(1) Pemilikan Jaminan Sosial Kesehatan : Ya ( ), Tidak ( )
(2) Jika ada :
( ) BPJS ( ) Asuransi Kesehatan Pribadi
( ) Jamkesda

b. Pemanfaatan sarana kesehatan


(1) Tempat fasilitas kesehatan yang dituju jika keluarga sakit
( ) Puskesmas, Pustu, Posyandu ( ) Dukun
( ) Dokter Praktik, Bidan/Perawat
( ) Rumah Sakit
(2) Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan terdekat
( ) Kurang dari 3 kilometer
( ) Lebih dari 3 kilometer
(3) Kendaraan yang dimiliki dan dapat digunakan sewaktu-waktu menuju ke
tempat pelayanan kesehatan
( ) Kendaraan Pribadi ( ) Ambulans
11
( ) Kendaraan Umum
c. Akses informasi kesehatan
(1) Sumber informasi kesehatan yang pernah diperoleh
( ) Petugas kesehatan
( ) Media massa, jenisnya
( ) Lain-lain ( tetangga )
(2) Kegiatan pendidikan kesehatan yang pernah diikuti
Ibu mengatakan selama ini tidak pernah mengikuti pendidikan kesehatan
apapun
(3) Kelompok jaringan sosial kesehatan yang diikuti
 Tabulin
 Kumpulan donor darah
 ......................................................

5. Pola Fungsional Kesehatan Keluarga


a. Pola makan keluarga
(1) Jenis makanan pokok
( ) Nasi ( ) Singkong
( ) Jagung ( ) Ubi
( ) Sagu

(2) Menu makanan keluarga sehari-hari


( ) Nasi + lauk + sayur + buah + ( )Nasi + lauk /sayur
susu
( ) Nasi + lauk + sayur + buah
( ) Nasi + lauk + sayur
(3) Frekuensi makan/hari
( ) 1 kali ( ) 3 kali
( ) 2 kali ( ) Lebih dari 3 kali

(4) Cara pengolahan makanan


( ) Memenuhi syarat kesehatan
( ) Tidak memenuhi syarat kesehatan, alasan
(5) Cara penyajian makanan

12
( ) Disajikan langsung setelah dimasak
( ) Sisa kelebihan makanan disajikan/dipanaskan kembali
(6) Makanan pantangan dalam keluarga
( ) Ya
Siapa : nenek
Jenis makanan pantang : yang bersifat asin dan berminyak
Alasan : karna mempunyai penyakit colestrol
( ) Tidak

b. Pola rekreasi dan hiburan


(1) Kesempatan rekreasi bersama keluarga
( ) Seminggu sekali ( ) Setahun sekali
( ) Sebulan sekali ( )Tidak pernah, alasan
(2) Aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang
( ) Olahraga ( ) Menonton televisi
( ) Membaca ( ) Mendengar radio
( ) Keterampilan Tangan

c. Pola personal hygiene keluarga


No. Nama Mandi Sikat Cuci Ganti Baju/ Kebersihan Tangan & Kaki
Gigi Rambut Pakaian Dalam Kuku Tangan Kaki

1 Tn.J 2 kali / 2 kali / 2 hari / 2 kali / sehari Pendek Bersih Bersih


sehari sehari sekali bersih

2 Ny.S 2 kali / 2 kali / 2 hari / 2 kali / sehari Pendek Bersih Bersih


sehari sehari sekali bersih

3 Nn.A 2 kali / 2 kali / 2 hari / 2 kali / sehari Pendek Bersih Bersih


sehari sehari sekali bersih
4 Nenek 2 kali / 2 kali / 1 hari / 2 kali / sehari Pendek Bersih Bersih
sehari sehari sekali bersih

13
6. Keadaan Psikososioekonomi kultural spiritual
a. Psikologis
Status Emosi
(1) Bagaimana respon keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang
sakit
Ibu mengatakan jika disalah satu keluarganya ada yang sakit , ibu hanya
memberikan obat obat tradisional dan pihak keluarga tidak terlalu panic .
(2) Bagaimana respon keluarga terhadap kehilangan (ada anggota keluarga
yang meninggal)
Ibu mengatakan jika disalah satu keluarganya ada yang meninggal
seluruh keluarga merasa sedih dan kehilangan

Konsep Diri dan Peran


(3) Apakah ada konflik harga diri sehubungan dengan tahapan tumbuh
kembang
( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, sebutkan dan jelaskan

(4) Apakah ada perubahan/ konflik/ ketidaksesuaian peran dalam keluarga


( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya, sebutkan dan jelaskan

b. Sosial
Pola interaksi antar sesama anggota keluarga
(1) Kapan paling sering terjadi interaksi dalam keluarga
( ) Pagi hari ( ) Malam hari
( ) Siang hari ( ) Tidak tentu
(2) Dalam situasi apa interaksi terjadi
( ) Makan bersama ( ) Rekreasi
( ) Nonton televisi
(3) Apakah ada waktu tertentu untuk berkumpul dalam keluarga
( ) Tidak ada
( ) Ada, kapan
(4) Jelaskan pola interaksi keluarga (antara ayah dengan ibu, ayah dengan

14
anak, ibu dengan anak, anak dengan anak)
 Ibu mengatakan interaksi bapak dengan ibu baik seperti layaknya
suami dan istri pada umumnya , aktif berkomunikasi ketika
malam hari dan sedang makan bersama .
 Ibu mengatakan interaksi antra bapak dan anak baik hanya saja
semenjak anaknya sudah beranjak dewasa kedekatan bapak dan
anakya Nampak berkurang dikarnakan anknya malu atau
canggung dengan bapaknya , tetapi komunikasi dan interaksi
mereka baik baik saja .
 Ibu mengatakan interaksi ibu dan anak perempuanya baik dan
sering berkomunikasi
 Ibu mengatakan interaksi antara bapak dan ibunya ( memrtua
ibu ) baik baik saja hanya saja kurang berkomunikasi karna
bapak lebih sering beraktifitas diladang atau kebun , sedangkan
nenek atau ibu dari bapak lebih sering menghabiskan waktu
dirumah
 Ibu mengatakan interaksi ibu dan mertuanya baik baik saja dan
tidak ada perkelahian , komunikasi pun berjalan dengan baik
 Ibu mengatakan interaksi nenek dengan cucunya ( anak
peremouan ibu ) baik baik saja , komunikasi yang dilakukan juga
baik

(5) Apakah ada perselisihan atau konflik yang terjadi antar anggota
keluarga, jika ada jelaskan dan bagaimana pemecahannya :
Ibu mengatakan tidak ada perselihihan yang terjadi

Pola interaksi antar keluarga dengan masyarakat


(1) Apakah ada interaksi keluarga dengan masyarakat
( ) Ya
( ) Tidak
(2) Kapan interaksi keluarga dengan masyarakat sering terjadi
( ) Pagi hari ( ) Malam hari
( ) Siang hari ( ) Tidak tentu
(3) Apakah ada perselisihan atau konflik yang terjadi antar anggota keluarga
dengan masyarakat, jika ada jelaskan dan bagaimana pemecahannya :
15
Ibu mengatakan tidak ada konflik yang terjadi baik dari keluarganya
kemasyarakat ataupun masyarakat kekeluarganya

Pola pertahanan dalam keluarga


(1) Mekanisme penanggulangan masalah dalam keluarga diatasi secara :
( ) Mandiri ( ) Minta bantuan orang lain
( ) Bersama-sama
(2) Bagaimana respon keluarga jika salah satu anggota keluarga bermasalah
dengan pola pertahanannya
( ) Acuh tak acuh ( ) Minta bantuan orang lain
( ) Membantu mencari jalan keluar
(3) Jika masalah tidak teratasi, bagaimana keluarga menanganinya :
Ibu mengatakan jika didlam keluarganya ada masalah yang tidak teratasi
, keluarga terus merundingkan terlebih dahulu . jika tetpa tidak bis
amaka keluarga akan memberitahu kepada orang terdekat ataupun
terpercaya untuk dimintai solusi dan pendapat .
Pengambilan keputusan dalam keluarga
(1) Dalam menghadapi masalah kesehatan, yang mengambil keputusan
untuk pemecahan :
( ) Kepala keluarga ( ) Orang lain yang mempunyai ikatan
( ) Isteri keluarga
( ) Anak-anak ( ) Keputusan bersama
Pembagian tugas dalam keluarga
(1) Apakah ada pembagian tugas masing-masing anggota keluarga
( ) Tidak ada
( ) Ada
(2) Jika ya, bagaimana pengaturannya
.........................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
....................................

c. Ekonomi
(1) Apakah pendapatan dapat memenuhi kebutuhan keluarga

16
( ) Ya
( ) Tidak
Jika tidak, bagaimana mengatasinya
.....................................................................
.....................................................................................................................
............
(2) Apakah keluarga memiliki simpanan keuangan
( ) Ya
( )Tidak
(3) Siapa yang menentukan penggunaan keuangan keluarga
( ) Kepala keluarga ( ) Anak
( ) Isteri
( ) Anak-anak

d. Kultur
Adakah Adat istiadat/ tradisi budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan,
jika ada, jelaskan
= dalam keluarga tidak ada Adat istiadat/ tradisi budaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan

e. Spiritual
Adakah tradisi keagamaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, jika ada,
jelaskan
= dalam keluarga tidak tradisi keagamaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan

17
B. Pengkajian Individu
1. Kesehatan Ibu Hamil
a. Usia ibu hamil :
 < 20 tahun  20-35 tahun  > 35 tahun
b. Ini adalah kehamilan ke :
 Pertama  Kedua  Ketiga  Keempat  > Empat
c. HPHT …………………… usia kehamilan ibu saat ini ……………...
………… minggu
d. Jarak kehamilan dengan kehamilan sebelumnya :
 < 2 tahun  > 2 tahun
e. Penyakit yang menyertai kehamilan saat ini
 Jantung  Anemia
 Diabetes  Asma
 Hipertensi  ……………………
f. Keluhan selama kehamilan :
(1) Trimester I
……………………………………………………………………………
……….
……………………………………………………………………………
………
(2) Trimester II
……………………………………………………………………………
…….....
……………………………………………………………………………
……….
(3) Trimester III
……………………………………………………………………………
………….....................................................................................................
........................
g. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan selama kehamilan :
(1) Trimester I
……………………………………………………………………………
……….
……………………………………………………………………………
…….....

18
(2) Trimester II
……………………………………………………………………………
……….
……………………………………………………………………………
……….
(3) Trimester III
……………………………………………………………………………
…….....
h. Apakah ibu rutin memeriksakan kehamilannya :
 Ya  Tidak, alasan
………
Frekuensi pemeriksaan kehamilan :
Trimester I ……….. Trimester II …….. kali Trimester III ……..
kali kali
i. Apakah ibu memiliki buku KIA :
 Ya  Tidak
Ibu hamil termasuk dalam kategori kehamilan :
 Risiko rendah  Risiko tinggi  Risiko sangat
tinggi
Status gizi ibu hamil :
 Gizi lebih  Gizi baik  Gizi kurang
Ukuran lila ibu ………………….. Kenaikan berat badan selama hamil
…………
Penkes yang pernah di dapat :

………………………………………………………………………………
……….
….....................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
....................................
j. Apakah riwayat persalinan yang lalu bermasalah :
 Ya  Tidak
Jika ya, sebutkan
……………………………………………………………………
k. Rencana persalinan : Tempat ……………………….. ditolong oleh

19
………....……
l. Persiapan rujukan dan kegawatdaruratan :
Tempat rujukan terdekat
…………………………………………………………
Alat transportasi ke tempat rujukan
………………………………………………...
Calon donor darah
…………………………………………………………………..
Persiapan keuangan
…………………………………………………………………

2. Kesehatan Ibu Nifas (Postpartum & Post Abortus)


a. Periode ibu nifas …………. hari
b. Apakah ada masalah dalam masa nifas ini :
 Ya  Tidak
Jika Ya, sebutkan
…………………………………………………………………..
Tindakan yang dilakukan
………………………………………………………….

c. Apakah ibu nifas menyusui :


 Ya  Tidak
Jika ya, ASI saja/campuran
………………………………………………………..
Jika tidak, alasan
…………………………………………………………………...
Jenis makanan yang diberikan
……………………………………………………..

3. Kesehatan Akseptor KB
a. Apakah PUS dalam keluarga saat ini menjadi akseptor KB
( ) Ya
( ) Tidak, alasan : dikarnakan Anaknya masih sekolah , mertuanya sudah
masa menoupse dan ibu mengatakan ingin menambaah momongan

20
b. Jika Ya, jenis kontrasepsi apa yang sedang digunakan
 Kontrasepsi sederhana : MAL ( ), kondom ( ), coitus interuptus ( ),
kalender ( )
 Kontrasepsi modern : Pil ( ), suntikan ( ), implant ( ), IUD ( )
 Kontrasepsi mantap : Vasektomi ( ), tubektomi ( )
c. Apa alasan PUS memakai alat kontrasepsi tersebut
 Menunda kehamilan
 Menjarangkan kehamilan
 Mengakhiri/tidak ingin hamil lagi
d. Siapa yang mendorong akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi
 Kesadaran sendiri  Disuruh pamong
 Disuruh petugas kesehatan  ………………………………..
e. Apakah ada keluhan pada saat menggunakan alat kontrasepsi
 Tidak
 Ya, Sebutkan ……………………………………………………..
f. Apakah pernah memeriksakan diri terkait masalah/keluhan terkait
penggunaan kontrasepsi
 Tidak
 Ya, kemana ………………………………………………………..

4. Kesehatan Reproduksi (Ginekologi)


WUS : 15-49 tahun dan masih menstruasi
a. Riwayat keluhan terkait kesehatan reproduksi
Perdarahan diluar haid
(1) Pernahkah WUS dalam keluarga mengalami perdarahan diluar hai
( ) Tidak
( ) Ya
Jika ya, jelaskan kapan, bagaimana lamanya, banyaknya, warnanya,
konsistensinya dan baunya …………….....…………..
…………………...…….
21
……………………………………………………………………………
……...
(2) Apakah sudah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terkait adanya
keluhan perdarahan di luar haid
 Ya
 Tidak, alasan ………......
………………………………………………….….
Keputihan
(3) Pernahkah WUS dalam keluarga mengalami keputihan \
( ) Tidak
( ) Ya
Jika ya, jelaskan kapan lamanya, banyaknya, warnanya, konsistensinya
dan baunya ……………………………………….
…………......................................
……………………………………………………………………………
……....
..................
………………………………………………………………………..
(4) Apakah sudah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terkait adanya
keluhan keputihan
 Ya
 Tidak, alasan
…………………………………………………………….....
Gangguan Kesehatan reproduksi lainnya
(5) Jenis gangguan kesehatan reproduksi yang pernah dialami, : ibu
mengatakan anaknya mengalami nyeri haid setiap bulan ketika
mendapatkan menstuasii . dan ibu mengatakan dirinya sudah tidak
mendpatkan haid sejak setelah dilakukanya kuret dimasa kehamilan ke 3
nya .
(6) Apakah sudah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terkait adanya
keluhan
( ) Ya
( ) Tidak, alasan : perihal ekonomi dan banyak tetangga yang
menyarankan untuk mengomsumsi obat obat herbal saja atau jamu

22
jamuan
b. Riwayat operasi/pembedahan (kasus ginekologi)
(1) Pernahkah WUS melakukan operasi/pembedahan terkait kesehatan
reproduksi (ginekologi)
( ) Ya
( ) Tidak
(2) Jika Ya, apa jenisnya :
 Kista ovarium
 Mioma uteri
 Fibroadenoma mammae
 Histerektomi
 ………………………..
(3) Apakah masih ada keluhan pasca operasi
 Tidak
 Ya, jelaskan
………………………………………………………………...

c. Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi


(1) Pernahkah WUS melakukan deteksi dini kesehatan reproduksi
( ) Ya
( ) Tidak
(2) Jika ya, apa jenisnya :
 IVA
 Papsmear
 SADARI/SARARI
 ………………………
(3) Kapan dilakukan deteksi dini tersebut ……………………….
…………………
(4) Bagaimana hasilnya …………….
………………………………………………

5. Kesehatan Bayi, Anak, Balita dan Anak Prasekolah (usia 0-5 tahun)
23
No Nama Umur Berat Badan Imunisasi Te
Lahir Saat ini BCG DPT Polio Campak Hepatitis
I I III I II III IV I II III
I

(1) Apakah status imunisasi dasar anak lengkap


 Ya
 Tidak, alasan …………………………………
(2) Apakah bayi/balita rutin mengikuti kegiatan posyandu
 Ya
 Tidak, alasan …………………………………
(3) Apakah bayi/balita memiliki kartu KMS
 Ya
 Tidak, alasan …………………………………
(4) Jika ya, bagaimana kesimpulan grafik di KMS
 Gizi lebih  Gizi kurang
 Gizi baik  Gizi buruk
(5) Jika gizi kurang/buruk, tindakan apa saja yang sudah dilakukan, jelaskan
……...
……………………………………………………………………………
…….…
(6) Jika dalam keluarga ada bayi (usia 0-1 tahun) apakah masih diberikan
ASI
 Ya
 Tidak, alasan …………………………………
(7) Sampai usia berapa bayi/balita diberikan ASI
 Tidak pernah sejak lahir  6 bulan – 1 tahun
 < 3 bulan  1-2 tahun
 3-6 bulan  > 2 tahun
(8) Apakah ASI saat ini/dahulu diberikan secara eksklusif
 Ya
 Tidak, alasan …………………………………

24
(9) Jika tidak, apa jenis makanan pendampingnya
 Susu formula  Makanan bayi (instan)
 Bubur  ………………………
 Pisang
(10) Kapan anak mulai diberikan makanan pendamping
 < 4 bulan  4-6 bulan  > 6 bulan
(11) Berapa kali bayi/balita ibu makan dalam sehari
 1 kali  2 kali  3 kali  > 3 kali
(12) Jelaskan jenis makanan yang dikonsumsi anak ibu sehari-hari ………..
……..
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………
(13) Apakah ada makanan pantangan
 Tidak
 Ya, jenis ……………………………. Alasan ………….
…………………..
(14) Apakah anak mendapatkan vitamin A rutin setiap 6 bulan
 Ya
 Tidak, alasan ……………………………………………..
…………………
(15) Apakah anak memiliki penyakit tertentu atau kelainan bawaan
 Tidak
 Ya, jenis ……………………………………………………………..
Tindakan apa saja yang telah dilakukan
……………………………………

………………………………………………………………………
………

6. Kesehatan Remaja
Remaja awal : 10-12 tahun Remaja tengah : 13-15 tahun Remaja akhir : 16-19 tahun

25
a. Riwayat menstruasi
(1) Apakah perempuan usia remaja sudah mengalami menstruasi
( ) Ya, usia menarche : 15 tahun
( ) Tidak
(2) Bagaimana siklus haidnya
( ) Teratur, siklus 28 hari
( ) Tidak teratur
(3) Berapa hari lama haidnya : 7-9 hari
(4) Apakah ada keluhan selama haid
( ) Ya
( ) Tidak
Jika ya, apa jenisnya : nyeri perut bagian bawah dan disertai mual .
Tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : dengan
membawa istirahat dan mengolesi minyak kayu putih diarea perut dan
leher

b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi


(1) Pernahkah mengikuti penyuluhan tentang kesehatan reproduksi
( ) Ya
( )Tidak
Jika ya, apa pendidikan kesehatan reproduksi yang pernah didapat
…………...
……………………………………………………………………………
…..…
(2) Jelaskan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ………….
………..
………….
……………………………………………………………………….

7. Kesehatan Klimakterium & Menopause


Jika didalam keluarga ada lansia perempuan :
Usia lanjut middle age : 45-59 tahun Usia lanjut old : 75-90 tahun
Usia lanjut eldery : 60-74 tahun Usia Lanjut very old : > 90 tahun
a. Riwayat menstruasi
(1) Apakah lansia wanita masih menstruasi
26
( ) Ya
( ) Tidak
Jika ya, bagaimana siklusnya ……………… hari
Apakah ada keluhan selama menstruasi
………………………………………..
Jika tidak, menopause sejak usia 60 tahun
Apakah ada keluhan selama berhenti menstruasi : tidak ada
(2) Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan/ masalah terkait
menstruasi
……………………………………………………………………………
………...
……………………………………………………………………………
……...
……………………………………………………………………………
……….

b. Deteksi dini kelainan reproduksi (ginekologi)


(1) Apakah lansia wanita memiliki keluhan terkait kesehatan reproduksi
(ginekologi)
( ) Ya
( )Tidak
Jika ya, apa jenisnya
………………………………………………………...….
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut
……………….…...
……………………………………………………………………………
………...
……………………………………………………………………………
……...
(2) Pernahkah lansia wanita melakukan deteksi dini kesehatan reproduksi
( ) Ya
( )Tidak
Jika ya, apa jenisnya …………………………………………………...

27
……...….
Kapan melakukan deteksi dini tersebut …………………………….
…………….
Bagaimana hasilnya ……………..……...…………………...
……………………

B. ANALISIS DATA
1) AMENOREA

N DATA RUMUSAN MASALAH


O

DIAGNOSIS MASALAH

1 DS : Keluarga Ny.S dengan Kurangnya


Salah satu keluarga Tn.J yaitu amenorea sekunder pengetahuan keluarga
istri Tn.j yang bernama Ny.S PII00I , usia ibu 37 tentang gangguan
usia 37 tahun tahun kesehatan reproduksi
yaitu amenorea dan
Ny.S tersebut mengalami ekonomi yang rendah
amenorea sekunder sejak januari

Ny.S mengatakan dirinya belum


pernah memeriksakan diri jika
tidak mendaptkan haid selama 7
bulan

Riwayat menstruasi Ny.S adalah


Menarche : 12 tahun
Lamanya : 6-7 hari
Siklus : 28 hari
Mengganti pembalut 3-4x / hari

Hpht :

28
Pola nutrisi Ny.s mengatakann
makan 1-2 kali sehari dengan
nasi dan lauk jarang
mengonsumsi sayur dan buah
buahan

DO:

Kesadaran : compos mentis


TTV : Td : 120/70 mmhg
N : 85 x / menit
RR : 20 x / menit
T : 36.8 C

Antropometri :
BB : 48 Kg
TB : 153 CM
LILA : 24 Cm

Pemeriksaan fisik :
Wajah : simetris , tidak pucat
terdapat closmagravidarum
,tidak ada odema
Abdomen : tidak ada luka bekas
oprasi , tidak ada nyeri tekan
Genetalia : bersih , tidak ada
pembengkakan pada kelenjar
bartolin , terdapat keputihan ,
keputihan tidak berbau ,
konsistensi putih kental ,

Pemeriksaan penujang :
HB : 12 g%

29
2) DISMINORE

RUMUSAN MASALAH

DIAGNOSIS MASALAH
N DATA

1 DS: Keluarga dengan Remaja G0 Kurangyapengetahuan


. P000 umur 18 tahun dengang keluarga mengenai ga
angguan reproduksi disminor ngguan reproduksi dis
Salah satu anggota keluarga t e prier minore primer
n s adalah seorang Remaja y
ang bernama Nn. M usia 18
tahun.

Nn M tersebut mengalami di
smenore primer pada hari p
ertama menstruasi.

Selama menstruasi hari perta


ma Nn, M tersebut merasa k
eram perut dan nyeri perut b
agian bawah.

Nn.M mengatakan dirinya b


30
elum pernah mendapatkan pe
ngobatan dan penanganan ap
apun.

Riwayat mestruasi pada Nn


M tersebut adalah saat Menar
chea berusia 15 tahun, deng
an Lama 6-7 hari, dan meng
ganti pembalut 3-4x /hari de
ngan Siklus 28 hari, menstr
uasi secara teratur.

Pola nutrisi Nn.m selama har


i pertama menstruasi mengal
ami gangguan karena nafsu
makan berkurang. Nn M mak
an 1-2x sehari dengan porsi s
edang dan jarang mengonsu
msi sayuran dan buah-buaha
n.

DO:

Kesadaran: Compos mentis

TTV: TD: 100/70 MmHg

N: 80x/menit

RR: 20X/MENIT

T: 36,5 C

31
Antopometri

BB: 45 Kg

TB: 145 Cm

Lila: 20 Cm

Pemeriksaan Fisik:

Wajah tampak pucat dengan


Konjungtiva Anemis/Pucat.

Abdomen saat di Palpasi te


rasa nyeri di bagian bawah.

Genetalia tampak ada pengel


uaran darah berwarna kemera
han dan tidak ada kelainan an
atomis genetalis.

Pemeriksaan Penujang:

Kadar Hb (Sahli): 10 gr%

3) HIPERTENSI

RUMUSAN MASALAH

DIAGNOSIS MASALAH
N DATA

32
1 DS: Keluarga dengan ibu umur 60 Kurangnyapengetahuan
. tahun dengan hipertensi keluarga mengenai hip
ertensi
Salah satu anggota keluarga
tn s adalah seorang Remaja
yang bernama Ny. N usia 6
0 tahun.

Ny. N tersebut mengalami


Hipertensi.

Ny. N sering merasa tegan


g di bagian belakang leher
dan sering merasa pusing

Ny.N mengatakan dirinya p


ernah mendapatkan pengob
atan di Puskesmas. .

Pola nutrisi Ny. N selama


mengalami hipertensi adala
h 2-3x makan sehari, minu
m 5-6 gelas sehari.

DO:

33
Kesadaran: Compos mentis

TTV: TD: 140/100 MmHg

N: 80x/menit

RR: 21X/MENIT

T: 36,5 C

Antopometri

BB: 40 Kg

TB: 144 Cm

Lila: 19 Cm

Pemeriksaan Fisik:

Kepala : rambut kasar, war


na rambut putih, distribusi r
ambut tidak merata, tidak te
raba massa

Wajah : tempak keriput, hy


perpigmentasi

Mata : simestris, cekung, sc


lera putih., terdapat arcus s
enilis.

Telinga : terdapat secret, pe


ndengaran mulai berkurang

Leher :tidak ada pembengk


akan vena jugularis, tidak t
erdapat kelenjar limfe, tida

34
k ada pembesaran tiroid.

Dada : simetris, tidak terda


pat retraksi dinding, bunyi j
antung I dan bunyi jantung
II sonor

Ekstremitas atas : crt >2deti


k, terdapat odeme.

Bawah : crt >2 detik, terdap


at oedema,human sign (+) p
ositif, Babinski (-)negatif

Pemeriksaan Penujang:

Cek chol : 200 mg/dl

SKORING PRIORITAS MASALAH

RUMUSAN KRITERIA PERHITUNGAN NILAI PEMBENARAN


MASALAH
  DIAGNOSIS MASALAH        
1. Keluarga dengan ibu 1. Ibu tidak haid A. Sifat Masalah 1. A. x A.  Pembenaran 
, gangguan reproduksi selama 7 bulan Skala : 1 B. 1  
  P1021 dengan terakhir nifas Tidak/kurang B. x C.   Tidak/ kurang sehat 
Amenorea
  pasca kuret  sehat 2 D. 1 Kondisi gangguan
 
  2. Keputihan Ancaman C. x   reproduksi amenorea
 
  yang gatal tapi Kesehatan 1 2. A.  pada Ny. S
 
  tidak berbau Keadaan D. x B. 2  
 
  berwarna putih Sejahtera 1 C.  Masalah dapat di ubah
 
  susu   2. A. x D.  dengan memberikan
 
  3. Ibu tidak B. Kemungkinan 1 3. A. 1 pendidikan
 
  mengonsumsi masalah dapat B. x B. 2 kesehatan tentang resiko
 
  makanan bergizi diubah 2 C. 1 gangguan reproduksi,
 
  4. Ibu mengalami Skala : C. x D. 0 menganjurkan untuk
 
  sedikit banyak Dengan mudah 1   segera ke pelayanan
 
  pikiran sehingga Hanya sebagian D. x 4. A.   kesehatan, pentingnya
 
  secara tidak Tidak dapat 1 B. 1 menjaga vulva hygiene
 
  sadar ibu   3. A. x C.   agar bersih, pentingnya
 
2. mengalami stres C. Potensi 1 D. 0 makan buah dan sayur
 
    masalah untuk B. x 5.  A. yang higenis. 
Keluarga dengan
  5. Kurangnya diubah 2 B. 2  
Remaja umur 18
  pengetahuan Skala : C. x C. 1 Potensi masalah untuk
tahun dengan
  keluarga tentang Tinggi 1 D. 0 diubah cukup tinggi
3.   gangguan  reproduksi gangguan Cukup D. x   setelah keluarga
dismenorea primer

35
  reproduksi yaitu Rendah 2   mendapatkan pendidikan
Keluarga dengan ibu amenorea   4. A. x 6.  A. tentang kesehatan
Penyakit menurun 6. Ekonomi D. Menonjolnya 1 B.1 gangguan reproduksi
Hipertensi keluarga yang masalah B. x C.  pada keluarga. 
  rendah Skala : 2 D. 2  
  7. Kurangnya Masalah berat C. x   Keluarga beranggapan
  pengetahuan harus ditangani  1 7.  A. msaah tersebut bukanlah
  keluarga tentang Masalah yang D. x B. 2 masalah yanh perlu
  Penyakit tidak perlu 2 C. 1 ditangani segera karena
  menurun ditangani 5. D. 0 keterbatasan ekonomi
  yaitu hipertensi Masalah tidak A. x 1  
    dirasakan B. x
    2
    C. x
    1
    D. x
    2
  6.
  A. x 1
B. x
2
C. x
1
D. x
2
7.
A. x 1
B. x
2
C. x
1
D. x
2
 
 
 
 
 
 
 

 
C. Perencanaan 

RENCANA PELAKSANAAN (PLAN OF ACTION)


PENYELESAIAN MASALAH DI KELUARGA BINAAN
• AMENOREA
N RUMUSAN TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
O MASALAH
  DIAGNO MASALA UMUM KHUSUS    
SIS H
1. Keluarga denga Kurangnya Setelah 1. Keluarga 1. Berikan pendidikan 1. Pendidikan
n ibu gangguan pengetahuan kel dilakukan mengerti kesehatanreproduksi tentang a kesehatanreproduksi 
reproduksi uarga tentang asuhan tentang menorea! adalah untuk
P1021 dengan gangguan keluarga pada kesehatan 2. Berikan pendidikan merubah perilaku
Amenorea reproduksi yaitu keluarga Tn. J reproduksi pada kesehatan tentang pola nutrisi perseorangan dan
amenorea diharapkan ibu khususnya ibuuntuk mengkosumsi atau masyarakat
Dan ekonomi keluarga bahaya makanan yang seimbang dan dalam bidang
keluarga yang mampu amenorea  sehat  kesehatan (WHO)
rendah  mengatasi 2. Keluarga 3. Evaluasi pemberian saran 2. Pendidikan
masalah gang mengerti kepada ibu dan keluarga kesehatanreproduksi 
guan tentang pola untuk melakukan pemeriksaan dapat menghasilkan
reproduksi pa nutrisi ibu ke fasilitas kesehatan perubahan atau
da Ny. Syaitu untuk peningkatan dan
amenorea mengkonsumsi akan berpengaruh
  makanan yang pada sikap dan

36
  seimbang dan perilaku
  sehat . (Notoadmodjo,
  3. Keluarga me 2010)
ngerti tentang
 
pola aktivitas
  yang tidak
  mengganggu
  pikiran ibu agar
  tidak stress.
   
 
 
 
 
 
 
 
 
• DISMINORE

 
N RUMUSAN MASALAH TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
O
  DIAGNOSIS MASALA UMUM KHUS    
H US
1. Keluarga dengan Kurangnya Setelah 1. Keluarga 4. Berikan pendidikan 3. Pendidikan
Remaja umur 18 pengetahuan dilakukan mengerti kesehatanreproduksi tentangd kesehatanreproduksi 
tahun keluaraga asuhan tentang ismenorea primer adalah untuk
dengan gangguan mengenai keluarga pada kesehatan   merubah perilaku
reproduksi gangguan keluarga Tn. reproduksi 2.Berikan pendidikan kesehatan perseorangan dan
dismenorea primer reproduksi Jdiharapkan pada Nn.M reproduksi tentang cara atau masyarakat
dismenorea keluarga khususnya mengatasi dismenore primer dalam bidang
primer mampu tanda dan   kesehatan (WHO)
  mengatasi gejala 3.Berikan pendidikan kesehatan 4. Pendidikan
masalah gang dismenorea tentang pola nutrisi untuk kesehatanreproduksi 
guan primer mengkosumsi makanan yang dapat menghasilkan
reproduksi pa   sehat dan mengandung zat besi  perubahan atau
da Nn. 2.Keluarga   peningkatan dan
Myaitu mengerti 3.Evaluasi pemberian saran akan berpengaruh
dismenorea tentang kepada Nn.m  dan keluarga pada sikap dan
primer cara untuk melakukan pemeriksaan perilaku(Notoadmo
  mengatasi ke fasilitas kesehatan apabila di djo, 2010)
  dismenorea temui nyeri yang luar biasa
  primer
   
  3.Keluarga
mengerti
 
tentang
  pola pola
  nutrisi
  Nn.m
  untuk
  mengonsu
  msi
  makanan
yang sehat
 
dan
  mengandun
g zat besi 
 
 
• HIPERTENSI 

 
N HAMBAT
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI IMPLEMENTASI DUKUNGAN
O AN
  DIAGNO MASALAH        

37
SIS
1. Keluarga Kurangnya 1. Berikan Memberikan pendidikan 1. Bapak Ketua Tidak ada
dengan pengetahuankeluar pendidikan kesehatan RT setempat hambatan yang
ibu Penyakit ga kesehatan tenta tentang hipertensi pada ibu, memberikan duk berarti pada
menurun tentang Penyakit ng hipertensi! meliputi : ungan kepada saat
Hipertensi menurun yaituhipe 2. Berikan ▪ Definisi hipertensi mahasiswa pelaksanaan
rtensi pendidikan ▪ Penyebab hipertensi pad dengan ikut kegiatan
Dan ekonomi kesehatan a ibu terlibat dalam
keluarga yang tentang pola ▪ Tanda dan kegiatan asuhan
rendah nutrisi gejalahipertensi pada ibu  keluarga
ibu untuk ▪ Bahaya hipertensi pada i 2. Keluarga
mengkosumsi bu kooperatif dan
makanan yang ▪ Penatalaksaan dan terlibat aktif pada
seimbang dan pencegahan hipertensi pad setiap tahapan
sehat  a ibu kegiatan
3. Evaluasi pem    
berian obat dan  
terapi  
hormonal 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
D. Pelaksanaan 

PELAKSANAAN
• AMENOREA
N RUMUSAN IMPLEMENT DUKUNG HAMBAT
INTERVENSI
O MASALAH ASI AN AN
  DIAGNO MASALAH        
SIS
1. Keluarga Kurangnya 4. Berikan pendidikan Memberikan 3. Bapak Tidak ada
dengan ibu pengetahuankelu kesehatan reproduksitentang  pendidikan Ketua RT hambatan yang
gangguan arga tentang amenorea! kesehatan tentang setempat berarti pada
reproduksi gangguan 5. Berikan pendidikan anmenorea pada ibu, memberikan saat
P1021 dengan reproduksi yaitu kesehatan tentang pola nutrisi meliputi : dukungan pelaksanaan
Amenorea amenorea ibu untuk mengkosumsi ▪ Definisi kepada mahas kegiatan
Dan ekonomi makanan yang seimbang dan amenorea pada ibu iswa dengan
keluarga yang sehat  ▪ Penyebab ikut terlibat
rendah 6. Evaluasi pemberian obat amenorea pada ibu dalam
dan  terapi hormonal  ▪ Tanda dan kegiatan
gejala amenorea asuhan
pada ibu  keluarga
▪ Bahaya 4. Keluarga
amenorea pada ibu kooperatif dan
▪ Penatalaksaan terlibat aktif
dan pencegahan pada setiap
amenorea pada ibu tahapan
  kegiatan
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
38
• DISMINORE

N RUMUSAN IMPLEMENTA DUKUNGA HAMBA


INTERVENSI
O MASALAH SI N TAN
  DIAGNO MASALA        
SIS H
1. Keluarga Kurangnya 7. Berikan pendidikan Memberikan pendidikan 5. Bapak Ketua Tidak ada
dengan pengetahuankel kesehatan reproduksitentan kesehatan tentang RT setempat hambatan
remaja uarga tentang g dismenorea primer! dismenorea memberikan du yang berarti
dengan gangguan 8. Berikan pendidikan pada remaja, meliputi : kungan kepada pada saat
gangguan reproduksi kesehatan tentang pola ▪ Definisi mahasiswa pelaksanaan
reproduksi Dismenorea nutrisi ibu untuk dismenorea primer pa dengan ikut kegiatan
usia 18 tahun primer mengkosumsi makanan da remaja terlibat dalam
dengan   yang seimbang dan sehat  ▪ Penyebab kegiatan asuhan
Dismenorea 9. Evaluasi pemberian obat dismenorea primer pa keluarga
dan  terapi hormonal  da remaja 6. Keluarga
▪ Tanda dan gejala kooperatif dan
dismenorea primer pa terlibat aktif
da remaja pada setiap
▪ Bahaya tahapan
dismenoreaprimer pad kegiatan
a ibu  
▪ Penatalaksaan dan
pencegahan
dismenoreaprimer pad
a remaja
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
• HIPERTENSI

N DUKUNG HAMBAT
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI IMPLEMENTASI
O AN AN
  DIAGNO MASALAH        
SIS
1. Keluarga Kurangnya 10. Berikan Memberikan pendidikan 7. Bapak Tidak ada
dengan pengetahuankeluar pendidikan kesehatan Ketua RT hambatan yang
ibu Penyakit ga tentang Penyakit kesehatan tentang tentang hipertensi pada ibu, setempat berarti pada
menurun menurun yaituhiper hipertensi! meliputi : memberikan saat
Hipertensi tensi 11. Berikan ▪ Definisi hipertensi dukungan pelaksanaan
Dan ekonomi pendidikan ▪ Penyebab hipertensi pada  kepada kegiatan
keluarga yang kesehatan tentang ibu mahasiswa
rendah pola nutrisi ▪ Tanda dan dengan ikut
ibu untuk gejalahipertensi pada ibu  terlibat
mengkosumsi ▪ Bahaya hipertensi pada i dalam kegiata
makanan yang bu n asuhan
seimbang dan ▪ Penatalaksaan dan keluarga
sehat  pencegahan hipertensi pada 8. Keluarga
12. Evaluasi pem ibu kooperatif
berian obat dan   dan terlibat
terapi hormonal    aktif pada
  setiap
tahapan
 
kegiatan
 
 
 
 
 

39
 
 
 
 
 
 
 
 
E. Evaluasi

EVALUASI
• AMENOREA
 
N RUMUSAN
INTERVENSI EVALUASI
O MASALAH
  DIAGNO MASALAH   STRUKTU PROSES HASI
SIS R L
1. Keluarga Kurangnya 1. Berikan pendidikan ▪ Mahasiswa ▪ Pendidikan Terjadi
dengan ibu pengetahuan kel kesehatanreproduksitentang  mengumpulka kesehatan reproduksi dila peningkat
gangguan uarga tentang amenorea! n pre kukan an
reproduksi gangguan 2. Berikan pendidikan planning  kegi tanggal 28 Agustus 202 pengetah
P1021 dengan reproduksi yaitu kesehatan tentang pola atan, SAP dan 1sampai dengan 15 uan
Amenorea amenorea nutrisi ibu untuk leaflet September 2021 pukul keluarga,
Dan ekonomi mengkosumsi makanan tentang ameno 13.00-14.00 Wita.  berdasark
keluarga yang yang seimbang dan sehat  rea ▪ Penkes dihadiri seluruh an hasil
rendah 3. Evaluasi pemberian obat ▪ Media, anggota keluarga  kuesioner
dan  terapi hormonal ruangan dan ▪ Pada pelaksaanaan pre dan
hal lain yang kegiatan, diajukan post test.
diperlukan beberapa pertanyaan oleh Pengetah
pada saat anggota keluarga dan uan
proses mampu dijawab dengan keluarga
pelaksanaan baik oleh mahasiswa dan sebelum
kegiatan ditambahkan oleh dilaksana
pendidikan pembimbing kan
kesehatan ▪ Menyarankan ibudan penkes
tersedia keluarga untuk sebesar
▪ Keluarga melakukan pemeriksaan 47, 89%
siap menerima ke fasilitas kesehatan (kurang)
pendidikan dan
kesehatan sesudah
yang dilaksana
diberikan oleh kan
mahasiswa penkes
  sebesar
  81, 56%
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
• DISMINOREA
N
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI EVALUASI
O
  DIAGNOS MASALAH   STRUKTU PROSES HASI
IS R L
1. Keluarga Kurangnya 4. Berikan pendidikan ▪ Mahasiswa ▪ Pendidikan Terjadi
dengan Remaja pengetahuan kesehatanreproduksitentan mengumpulka kesehatan reproduksi d peningkat

40
umur 18 tahun keluaraga g dismenore primer n pre ilakukan tanggal an
dengan mengenai 5. Berikan pendidikan planning  kegia 30 september 2021 pengetah
gangguan gangguan reprod kesehatan reproduksi tan, SAP dan pukul 13.00-14.00 uan
reproduksi uksi dismenorea tentangcara mengatasi leaflet Wita.  keluarga,
dismenorea primer dismenore primer tentang ameno ▪ Penkes dihadiri berdasark
primer   6. Berikan pendidikan rea seluruh anggota an hasil
kesehatan tentang pola ▪ Media, ruan keluarga  kuesioner
nutrisi untuk mengkosumsi gan dan hal ▪ Pada pelaksaanaan pre dan
makanan yang sehat dan lain yang kegiatan, diajukan post test.
mengandung zat besi diperlukan beberapa pertanyaan Pengetah
7. Evaluasi pemberian pada saat oleh anggota keluarga uan
saran kepada Nn.A  dan proses dan mampu dijawab keluarga
keluarga untuk melakukan pelaksanaan dengan baik oleh sebelum
pemeriksaan ke fasilitas kegiatan mahasiswa dan dilaksana
kesehatan apabila di pendidikan ditambahkan oleh kan
temui nyeri yang luar biasa kesehatan pembimbing penkes
tersedia ▪ Menyarankan Nn.m sebesar
▪ Keluarga dan keluarga untuk 47, 89%
siap menerima melakukan (kurang)
pendidikan pemeriksaan ke dan
kesehatan fasilitas kesehatan sesudah
yang diberikan dilaksana
oleh kan
mahasiswa penkes
  sebesar 8
  1, 56%
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
• HIPERTENSI

 
N
RUMUSAN MASALAH INTERVENSI EVALUASI
O
  DIAGNOS MASALAH   STRUKTU PROSES HASIL
IS R
1. Keluarga Kurangnya 8. Berikan ▪ Mahasiswa ▪ Pendidikan Terjadi
dengan pengetahuan keluar pendidikan mengumpulkan  kesehatan reproduksi dila peningkat
ibu penyakit ga tentang penyakit kesehatantentang hip pre kukan tanggal an
menurun Hipert menurun yaitu hiper ertensi! planning kegia 1 Agustus 2021 pukul pengetahu
ensi tensi 9. Berikan tan, SAP dan 13.00-14.00 Wita.  an
Dan ekonomi pendidikan kesehatan leaflet ▪ Penkes dihadiri seluruh keluarga,
keluarga tentang pola nutrisi tentang hiperte anggota keluarga  berdasark
yang rendah ibu untuk nsi ▪ Pada pelaksaanaan an hasil
mengkosumsi ▪ Media, kegiatan, diajukan kuesioner
makanan yang ruangan dan beberapa pertanyaan oleh pre dan
seimbang dan sehat  hal lain yang anggota keluarga dan post test.
10. Evaluasi pemberi diperlukan mampu dijawab dengan Pengetahu
an terapi obat pada saat baik oleh mahasiswa dan an
  proses ditambahkan oleh keluarga
pelaksanaan pembimbing sebelum
kegiatan ▪ Menyarankan ibu dan dilaksanak
pendidikan keluarga untuk an penkes
kesehatan melakukan pemeriksaan sebesar
tersedia ke fasilitas kesehatan 47, 89%
▪ Keluarga (kurang)
siap menerima dan
pendidikan sesudah
kesehatan yang dilaksanak
diberikan oleh an penkes
mahasiswa sebesar
  81, 56%
 

41
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

42
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah pengkajian dari hasil wawancara dan pemeriksaan fisik dilakukan

maka ditemukan beberapa kesenjangan yakni kurangnya pemahaman keluarga

mengenai Amenorea, Hipertensi, dan resiko tinggi Dismenorea pada remaja. Dalam

melakukan asuhan keluarga tidak di dapat adanya hambatan yang bermakna.

Kerjasama yang baik terjadi antar mahasiswa, dosen pembimbing dengan klien dan

keluarga merupakan penentu dari pembuatan keputusan dalam pembinaan asuhan

keluarga.

Dari masalah yang ada, kurangnya pengetahuan mengenai masalah tersebut

disebabkan karena kurangnya penyuluhan dan pembinaan pendidikan kesehatan pada

keluarga maupun faktor ekonomi yang rendah.

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan yaitu keluarga mengharapkan

mendapatkan kunjungan dari tenaga kesehatan untuk membantu keluarga dalam

menemui masalah yang berkaitan dengan Amenorea, Hipertensi, dan Disminorea

serta dapat membantu keluarga dalam memberikan solusi terbaik untuk mengatasi

masalah yang terdapat di dalam keluarga agar dapat meningkatkan derajat kesehatan,

serta dapat melancarkan proses pencegahan kelak tanpa adanya hambatan-hambatan

yang berarti.

Mahasiswa memberi solusi untuk mengatasi dan meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang penanganan mengenai masalah yang terdapat pada keluarga, solusi

yang dapat dilakukan pada pelaksanaan lainnya adalah dengan memberikan

pendidikan kesehatan mengenai Amenorea, Hipertensi, dan penkes Disminorea pada

remaja.

43
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilaksanakan setelah kunjungan prioritas

masalah yang diangkat setelah adanya pengkajian keluarga serta pengkajian asuhan

kebidanan pada ibu Amenorea, Hipertensi, dan Disminorea pada remaja. Tujuan dari

pembinaan keluarga ini diharapkan keluarga selalu menjaga kesehatan dan saling

melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan terdekat untuk mengantisipasi bahaya yang akan mengancam kesehatan.

Keluarga bersedia untuk menerapkan ilmu yang didapat serta bersedia untuk

memeriksakan diri ke tenaga kesehatan terdekat. Mahasiswa mengakhiri asuhan yang

diberikan selama 3 minggu.

Pelayanan petugas kesehatan pada keluarga sudah mendapatkan pelayanan

yang baik. Sehingga tidak ada muncul kesenjangan hasil dari pengkajian dengan

standart karena tidak ada muncul masalah-masalah serius yang berarti.

44
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan asuhan keluarga dalam mencapai keluarga yang sejahtera

dapat dilakukan dengan upaya peningkatan pemahaman dengan diadakannya

pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai masalah-masalah yang

terdapat dikeluarga yang ditemukan dalam pengkajian data. Dengan adanya

penyuluhan maupun pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan maupun

kader diharapkan keluarga dapat mengantisipasi serta menanggulangi masalah

kesehatan di keluarga. Sehingga tercapainya keluarga sejahtera dan keluarga

itu sendiri diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan keluarga dengan

mengenal tanda-tanda suatu masalah yang akan muncul, yang akan

mengakibatkan masalah kesehatan khususnya pada ibu dengan kehamilan

resiko tinggi, pengetahuan tentang keluarga berencana (KB), dan resiko tinggi

ISPA pada anak .

B. Saran

1. Kepada seluruh anggota keluarga hendakya terus meningkatkan peran aktif

mengenai hal-hal yan menyangkut masalah kesehatan

2. Kepada Puskesmas

Diharapkan kepada pihak puskesmas untuk melakukan peningkatan kader

agar dapat mengaktifkan kembali posyandu-posyandu yang tidak aktif

menjadi aktif kembali.

45
3. Kepada Pihak Kelurahan

Diharapkan kepada pihak kelurahan untuk melakukan pendataan yang

lebih akurat kepada masyarakatnya. Khususnya pendataan lebih lanjut

mengenai warga yang pindah dan pendatang agar tidak terdapat data

kependudukan yang tidak akurat.

46
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO). Diakses pada 2021. Hypertension.

Dewi, Vivian Nanny Lia, dan Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muhlisin, A. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Manuaba.I.A.C. 2011.Buku Pengantar Kuliah Obstetri, Cetakan pertama. Jakarta :
EGC
Muslihatun,W.N. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

47

Anda mungkin juga menyukai