Anda di halaman 1dari 3

LESSON 5

Managing Your Money

Pendahuluan
Kita hidup dalam zaman matrealistis, dimana bahkan orang Kristen sekalipun dengan
mudah terpikat pada menyembah segala sesuatu. Untuk alasan inilah kita perlu
memahami prinsip-prinsip Alkitab tentang penatalayanan lebih baik dari sebelumnya—
dan lebih penting—adalah untuk mempraktekkannya.
Prinsip Hidup

Segala pemberian yang baik dan sempurna datang dari Allah, dan kita harus
menggunakan semuanya itu untuk kemuliaan bagiNya dan bukan untuk kita sendiri

Menyusun Anggaran—Menata Keuanganmu


Pemazmur dengan jelas menyatakan bahwa “TUHANlah yang empunya bumi serta segala
isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1). Namun kita begitu
mudah melupakannya atau gagal mengetahui kenyataan mendasar ini. Dalam zaman yang
dipenuhi matrealisme seperti ini, bahkan Allah sendiri menyatakan bahwa orang-orang
sering hidup sebagai konsumen yang boros dari pada hidup sebagai penatalayan yang
sederhana terhadap barang- barang yang Allah percayakan kepada mereka.
Menurut Kitab Suci bahkan kemampuan kita untuk dengan jujur mendapatkan kekayaan
adalah satu pemberian dari Allah (Ulangan 8:18). Hal-hal yang dengan segera
dijadikan persoalan oleh Yesus dalam perumpamaan-perumpamaanNya lebih dari hal-hal
lainnya adalah tentang pentingnya keadilan dan tanggung-jawab dalam mengelola
barang-barang materi. Dia menegaskan kebutuhan umat manusia mengakui bahwa kita
hanyalah penatalayan di bumi ini dan bahwa kita akan melaksanakan dengan
bertanggung-jawab akan apa yang kita perbuat dan apa yang kita miliki (Matius
25:14-30).
Sementara Alkitab tidak merincikan pentingnya membuat anggaran dari sumber-sumber
keuangan kita, Yesus menggunakan prinsip membuat anggaran (budget) dalam Lukas
14:28. Dia menanyakan pertanyaan yang sederhana, “Sebab siapakah di antara kamu
yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran
biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?” Sebelum
kita mulai membelajakan sumber-sumber keuangan kita, kita harus memiliki pemahaman
yang jelas tentang berapa banyak yang akan kita belanjakan dan berapa harga barang-
barang yang akan kita beli. Tidak biasanya pada zaman ini dimana orang dengan gaji
yang besar menemukan diri mereka terikat dengan hutang sehingga mereka harus
menyatakan diri bangkrut. Menyusun anggaran belanja itu diperlukan, tidak peduli
berapa banyak uang yang engkau miliki, karena itu adalah satu usaha perlindungan
terhadap hutang.

1. Membuat anggaran belanja menjadikan kita sadar akan pilihan- pilihan yang akan
kita beli supaya kita dapat membuat keputusan yang logis/masuk akal bukannya
keputusan yang tidak berguna
2. Membuat anggaran belanja mengizinkan kita memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan
mendesak kita supaya dengan penuh tanggung-jawab kita dapat membelanjakan sisa uang
untuk hal-hal lain dalam angan-angan kita
3. Membuat anggaran belanja memberikan satu kesempatan kepada kita untuk mendoakan
apa yang akan kita putuskan untuk beli bukan sebaliknya terserah kepada penilaian
kita yang sia-sia.
Berikut ada prinsip-prinsip dasar yang dapat menjadi bimbingan :
Menurut Kitab Suci bahkan kemampuan kita untuk dengan jujur mendapatkan kekayaan
adalah satu pemberian dari Allah (Ulangan 8:18). Hal-hal yang dengan segera
dijadikan persoalan oleh Yesus dalam perumpamaan-perumpamaanNya lebih dari hal-hal
lainnya adalah tentang pentingnya keadilan dan tanggung-jawab dalam mengelola
barang-barang materi. Dia menegaskan kebutuhan umat manusia mengakui bahwa kita
hanyalah penatalayan di bumi ini dan bahwa kita akan melaksanakan dengan
bertanggung-jawab akan apa yang kita perbuat dan apa yang kita miliki (Matius
25:14-30).
Sementara Alkitab tidak merincikan pentingnya membuat anggaran dari sumber-sumber
keuangan kita, Yesus menggunakan prinsip membuat anggaran (budget) dalam Lukas
14:28. Dia menanyakan pertanyaan yang sederhana, “Sebab siapakah di antara kamu
yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu
BUKU PANDUAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN ADVENT
59
XII

membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan


pekerjaan itu?” Sebelum kita mulai membelajakan sumber-sumber keuangan kita, kita
harus memiliki pemahaman yang jelas tentang berapa banyak yang akan kita belanjakan
dan berapa harga barang-barang yang akan kita beli. Tidak biasanya pada zaman ini
dimana orang dengan gaji yang besar menemukan diri mereka terikat dengan hutang
sehingga mereka harus menyatakan diri bangkrut. Menyusun anggaran belanja itu
diperlukan, tidak peduli berapa banyak uang yang engkau miliki, karena itu adalah
satu usaha perlindungan terhadap hutang.
58
CHOICES AND CHALLENGES
1. Membuat anggaran belanja menjadikan kita sadar akan pilihan- pilihan yang akan
kita beli supaya kita dapat membuat keputusan yang logis/masuk akal bukannya
keputusan yang tidak berguna
2. Membuat anggaran belanja mengizinkan kita memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan
mendesak kita supaya dengan penuh tanggung-jawab kita dapat membelanjakan sisa uang
untuk hal-hal lain dalam angan-angan kita
3. Membuat anggaran belanja memberikan satu kesempatan kepada kita untuk mendoakan
apa yang akan kita putuskan untuk beli bukan sebaliknya terserah kepada penilaian
kita yang sia-sia.

Berikut ada prinsip-prinsip dasar yang dapat menjadi bimbingan dalam membuat
budget.
Pertama, mulailah dengan sumber-sumber penghasilan yang ada ditanganmu
Kedua, jangan pernah belanjakan uang lebih dari yang engkau miliki.
Anggaran yang seimbang adalah dimana pendapatan haruslah sama dengan pengeluaran.
Alkitab menasihatkan kita untuk menghindari hutang. Hutang umumnya terjadi ketika
seseorang gagal untuk memperhatikan keseimbangan anggaran belanja

Rencana 75-10-10-5

Rencana anggaran 75-10-10-5 perlu dipertimbangkan. Sekalipun rencana ini mungkin


tidak cukup agresif dalam memberikan kebebasan keuangan, namun rencana ini akan
menolong seseorang mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Berikut adalah rincian
perencanaan itu:
-75 persen dari pendapatan seseorang adalah maximum biaya yang
dapat digunakan orang itu untuk biaya kehidupannya. Jika seseorang tidak dapat
hidup hanya dengan 75% dari pendapatannya atau pendapatan yang digabungkan dalam
keluarga maka haruslah dicari cara untuk memperkecil biaya kehidupannya.
-10 persen haruslah disisihkan untuk persepuluhan. Ini adalah uang milik Allah, dan
dikembalikan kepadaNya untuk mengakui akan kepemilikan Allah atas kehidupan kita.
-10 persen haruslah disimpan untuk jangka waktu yang panjang. Ini adalah uang yang
disisihkan untuk tujuan investasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang
-5 persen haruslah disisihkan untuk menjadi kontribusi bagi gereja setempat dan
bagi tujuan-tujuan toleransi dengan orang lain.
Keputusan-keputusan Keuangan Pribadi
Sekali kita mempertimbangkan beberapa kategori yang harus termasuk dalam pembuatan
anggaran belanja, maka akan muncul dalam pikiran kita pertanyaan “Bagaimana saya
dapat menyusun skala prioritas belanja saya dan bagaimana saya dapat membuat
keputusan yang tepat sehubungan dengan penggunaan uang saya?” Berikut ada 7
kategori yang pantas mendapatkan perhatian dan pertimbangan yang penuh doa.
1. Letakkan Allah terlebih dahulu
2. Pendapatan/Gaji
3. Pembelanjaan
4. Tabungan/simpanan
5. Investasi
6. Memberi/sumbangan
7. Menjauhkan diri dari hutang
Buatlah keputusanmu sekarang bahwa engkau tidak akan hidup dari uang yang belum
engkau terima atau belum ada ditanganmu. Sangat jarang bagi seseorang untuk
meminjam cara-cara orang lain untuk menjadi makmur
(Roma 13:8).
“Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada
siapapun juga"
Pengaruh Matrealisme
Dalam sejarah, orang-orang Advent
selalu berada pada kelas
menengah dalam pergerakannya bukan kelompok yang diidentifikasi sebagai pergerakan
orang-orang miskin. Dalam abad ke-19 dan awal abad ke-20, orang Advent memberi
penekanan yang besar terhadap doktrin kaum pengikut Wesley tentang kehidupan yang
sederhana melebihi apa yang kita praktekan sekarang. Selama setegah terakhir dari
abad ke-20 ini, kita telah dan semakin meningkat dalam kecondongan untuk membeli
mobilitas yang semakin meningkat yang menjadi impian kita. Nama-nama terkenal dan
perancang-perancang pakaian terkenal nampaknya sedikitnya nampak sangat penting
bagi para siswa dilingkungan sekolah-sekolah Advent sama dengan para siswa
dilingkungan sekolah-sekolah negeri.
Adventist Baby Boomers [= bayi-bayi Advent pendentum] (mereka yang lahir antara
1946 – 1964) nampaknya secara khusus cenderung disuap masuk kedalam mitos yang
mengangkat mobilitas yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan.
Sementara American Baby Boomers secara umum adalah orang-orang yang memiliki
pendidikan penting yang lebih baik dari pada
anggota-anggota digenerasi sebelumnya (25% adalah tamatan perguruan tinggi), lebih
dari 50 persen dari Adventist Baby Boomer
memiliki title dari perguruan tinggi. Dua pertiga dari Adventist Baby Boomer
bekerja sebagai manager, ahli, atau pekerja kantoran, yang
biasanya punya pendapatan yang sangat tinggi diatas upah minimum.
Disamping itu, 70 persen para wanita Advent anggota Baby Boomer
bekerja diluar rumah mereka, dan sekitar 50 persen dari mereka yang
memiliki anak kembali bekerja sebelum anak mereka berumur setahun.
Namun, meskipun penghasilan keuangan yang Baby Boomer berikan
bagi gereja, ini adalah generasi pertama orang Advent sejak sistem persepuluhan
yang dilembagakan ini sangatlah gagal mendukung gereja.
Umat Allah memiliki pilihan untuk melayani Allah atau melayani uang. Jika kita
memilih mendapatkan keuntungan, kita akan membayar harga yang tragis untuk
kehilangan kuasa kerohanian kita. Namun jika kita memilih roh iman, kita akan
dimampukan untuk melakukan bahkan pekerjaan-pekerjaan bahkan yang lebih besar dari
besar dari pada Kristus.

TERIMA KASIH
TUHAN YESUS MEMBERKATI

Anda mungkin juga menyukai