Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Metode Pembelajaran.
Lingkup Pembelajaran.
A. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya
yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat
tinggal atau berkedudukan di Indonesia dan atau memperoleh
40
penghasilan atau harta benda di Indonesia. Subjek pajak baru
menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
41
tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan
yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilakasanakan,
demikian juga dengan tindakan penagihan selanjutnya.
2) Badan
42
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
B. Wajib Pajak
Subjek pajak dalam negeri akan menjadi wajib pajak apabila
telah menerima atau memperoleh penghasilan, sedangkan subjek
pajak luar negeri sekaligus menjadi wajib pajak apabila menerima
penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau di peroleh
melalui Badan Usaha Tetatp Indonesia.
43
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan
Wajib Pajak Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban
pajaknya, antara lain :
44
1) Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal
di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan
dimulai pada saat lahirkan, berakhir saat meninggal
dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya.
45
saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan
tersebut.
1) PPh pasal 21
Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang
dipotong oleh :
a) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah,
honorarium tunjangan dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan oeh pegawai atau bukan pegawai.
b) Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah,
honorarium tunjangan dan pembayara lain
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
c) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan
uang pension dan pembayaran lain dengan nama
apapun dalam rangka pensiun.
d) Badan yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
46
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas.
e) Penyelenggara kegiatan yang melakukan
pembayaran sehubungan dengan pelaksanan suatu
kegiatan
2) PPh Pasal 23
subjek pajak PPh 23 adalah Wajib Pajak dalam Negeri
atau bentuk usaha tetap.
3) PPh Pasal 26
Subjek pajak PPh 26 adalah badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap di Indonesia.
a) Pabrikan
47
b) Importir
c) Indentor
d) Agen utama atau penyalur utama
e) Pengusaha pemegang hak atau
menggunakan paten atau merek dagang
Barang Kena Pajak.
f) Pedagang besar
g) Eksportir
h) Pedagang eceran beras
i) Pemborong atau Kontraktor
j) Pengusaha jasa bidang komunikasi
k) Pengusaha jasa angkatan udara dalam negeri
l) Pengusaha lain yang ditetapkan oleh direktur
jendral pajak
48
secara nyata mempunyai hak atas bumi dan bangunan
dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan.
Hak-hak atas bumi dan bangunan dalam Pajak Bumi
Bangunan adalah mengacu pada ketentuan Undang-
undang Agraria yaitu :
(a) Hak Milik;
(b) Hak Guna Bangunan;
(c) Hak Guna Usaha;
(d) Hak Pakai, dan
(e) Hak Pengelolaan.
49
3) Subjek pajak dalam waktu lama berada diluar
wilayah letak objek pajak, sedangkan untuk
merawat objek pajak tersebut telah dikuasakan
kepada orang lain, maka orang atau badan yang
diberi kuasa akan ditunjuk sebagai wajib pajak.
C. Objek Pajak
50
Menurut ketentuan Pasal 4 ayat 1 Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1983 yang telah
diubahdengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
yang termasuk dalam penghasilan adalah :
51
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13) Karena penilaian kembali aktiva
14) Premi asuransi Iuran yang diterima atau diperoleh
perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
wajib pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas
15) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak
16) Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
17) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengtur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
18) Surplus Bank Indonesia.
52
3) Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di
dalam daerah pabean oleh pengusaha dalam syarat
:
a) Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena
pajak,
b) Penyerahan yang dilakukan harus di dalam
daerah pabean,
c) Penyerahan yang dilakukan harus dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4) Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean
5) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean.
6) Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena
pajak.
7) Objek PPN sesuai ketentuan Pasal 16C Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1984 sebagaimana telah
diuah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2000 adalah kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan tidak di dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi
atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan
sendiri atau pihak lain.
8) Objek PPN sesuai ketentuan Pasal 16D undang-
Undang Nomor 8 tahun 1984 yang sebagaimana
telah diubah terakhir degan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva
oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang
53
PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat
dikreditkan.
54
3) Hotel
4) Pabrik
5) Emplasemen dan lain-lain
Termasuk dalam pengertian bangunan yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan
tersebut di atas, seperti :
1) Jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya
2) Hotel
3) Kolam renang
4) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan
gas, juga pipa minyak, fasilitas lain yang
memberikan manfaat.
Yang termasuk objek pajak bumi dan bangunan,
atak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan
adalah bangunan yang :
1) Digunakan semata-mata untuk melayani
kepentingan umum di bidang ibadah, social,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan.
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan
purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan
tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik,
konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik.
55
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan
organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
56
2) Pemberian hak baru karena :
a. Kelanjutan pelepasan hak
b. Di luar pelepasan hak
57
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan,
atau keadaan yang bersifat perdata.
2) Akta notaris termasuk salinannya.
3) Akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah
termasuk rangkapannya.
4) Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
a. Yang menyebutkan penerimaan uang
b. Yang menyarankan pembukuan uang atau
penyimpanan uang dalam rekening bank
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di
bank
d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang
seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
5) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep,
dan cek
6) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan.
Dokumen yang tidak dikenakan Bea Materai
adalah :
1) Dokumen yang berupa :
a) Surat penyimpanan barang;
b) Konosemen;
c) Surat angkutan penumpang dan barang;
d) Keterangan pemindahan yang dituliskan
diatas dokumen sebagaimana dimaksud
dalam angka 1, angka 2, dan angka 3
e) Bukti untuk pengiriman dan penerimaan
barang
58
f) Surat pengiriman barang untuk dijual atas
tanggungan pengiriman
g) Surat-surat lainnya yang dapat disamakan
dengan surat-surat sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 sampai angka 6.
2) Segala bentuk ijazah
3) Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang
tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-
surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu
4) Tanda bukti penerimaan Uang Negara dari kas
Negara, kas Pemerintah Daerah dan Bank
5) Kuiansi untuk semua jenis pajak dan untuk
penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu dari kas Negara, kas Pemerintah
Daerah dan Bank
6) Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk
keperluan intern organisasi
7) Dokumen yang menyebutkan tabungan
pembayaran uang tabungan kepada penabung
oleh bank koperasi dan badan-badan dan lainya
yang bergerak di bidang tersebut
8) Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan
Jawatan Pegadaian.
D. TARIF PAJAK
Salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan
dalam pemungutan pajak bagi wajib pajak adalah tarif pajak
59
yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang
pajak.
Besarnya tarif dalam undang-undang pajak tidak selalu
ditentukan secara nilai persentase tetapi bisa dengan nilai
nominal, seperti diuraikan di bawah ini macam-macam tarif
pajak.
Tarif pajak diartikan sebagai dasar pengenaan besarnya
pajak yang harus dibayar oleh subjek pajak terhadap objek
pajak yang menjadi tanggungannya.
1. Tarif Progresif
Tarif Progresif adalah tarif pemungutan pajak yang
persentasenya semakin besar bila jumlah yang dijadikan
dasar pengenaan pajak juga semakin besar.
Contoh :
Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Pajak
60
juga semakin besar. Tarif ini tidak pernah dipergunakan
dalam praktik perundang-undangan perpajakan.
Contoh :
Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Pajak
3. Tarif Proporsional
Tarif Proporsional adalah tarif pemungutan pajak
yang menggunakan persentase tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak. Dengan demikian semakin besar jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar
pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar).
Contoh :
1. Untuk PPN terhadap barang kena pajak dikenakan
tarif 10%
Jumlah Penjualan Tarif
Rp. 500.000,- 10%
Rp. 1.000.000,- 10%
Rp. 5.000.000,- 10%
Rp. 10.000.000,- 10%
1. Untuk PBB mengunakan tarif 0.5%
2. Untuk BPHTB menggunakan tarif 5%
4. Tarif Tetap.
61
Tarif Tetap adalah tarif pemungutan pajak yang
besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak.
Tarif ini diterapkan dalam undang-undang Nomor
13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (BM). Tarif
digunakan adalah Bea Materai dengan nilai nominal
sebesar Rp 500 dan Rp 1.000.
Nilai nominal dalam perkembangannya selalu
berubah-ubah. Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1995
tarif Bea Materai diatas dinaikkan menjadi Rp 1.000 dan
Rp 2.000 yang selanjutnya dengan PP Nomor 24 Tahun
2000 tarifnya dinaikkan lagi menjadi Rp 3.000 dan
6.000.
5. Tarif Advalorem
Adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang
dikenakan/ditetapkan pada harga atau nilai suatu
barang.
Contoh :
Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dengan besaran tarif
menggunakan prosentase.
6. Tarif Spesifik
Adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas
suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis
barang tertentu.
Contoh:
Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dengan besaran tarif
menggunakan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis
barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.
62