Anda di halaman 1dari 15

Resume

Bahasa Indonesia

Nama : TRI SEPTIADI


Nim : 21071014023
Perkembangan bahasa Indonesia

 Ragam dan variasi bahasa


 Pembakuan bahasa
 Ejaan
 Istilah dan kosakata
 Tata bahasa

1. Perkembangan bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesi Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ke
Mendikbud), bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928.

Pada saat itu para pemuda di pelosok Nusantara sedang berkumpul dalam rapat
pemuda. Dalam rapat tersebut menghasilkan tiga ikrar yang diberi nama Sumpah
Pemuda.

Tiga ikrar tersebut, yakni bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar yang ketiga merupakan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Pada waktu itulah bahasa Indonesia dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional.

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu yang jaman dulu sudah dipakai sebagai bahasa perhubungan
dan perdagangan.

Tidak hanya ke Kepulauan Nusantara tapi hampir di seluruh Asia Tenggara. Di


Asia Tenggara, bahasa melayu sudah dipakai sejak abad ke-7.

Kerajaan-kerajaan di Indonesia juga memakai bahasa melayu. Tidak hanya


Kerajaan Majapahit, tapi juga Kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan

Bahasa melayu mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Bahasa


Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam.

Ini mudah diterima masyarakat dan dijadikan sebagai bahasa perhubungan antar
pula, antarsuku, atau antara pedagang.

Lama kelamaan, bahasa Melayu dipakai di wilayah Nusantara. Dalam


perkembangannya bahasa Melayu dipengaruhi budaya di Nusantara.

Bahasa Melayu mulai menyerap kosakata dari berbagai bahasa. Seperti bahasa
Sansekerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
Kemudian muncul berbagai variasi dan dialek dari bahasa Melayu. Ini mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.

Rasa persaudaraan ini yang menjadi inspirasi para pemuda Indonesia yang
menggelar rapat pemuda pada 1928. Peristiwa itu membuat perkembangan bahasa
Indonesia dengan pesat. Sekarang bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia. Dilansir dari Kompas.com (9/10/2019), Presiden Joko Widodo
(Jokowi) telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia. Salah satu poin dalam Pepres itu, presiden, wakil
presiden, dan pejabat negara menggunakan bahasa Indonesia saat berpidato baik di
dalam negari atau luar negeri. Pada pasal berikutnya diatur penggunaan yang lebih
rinci. Di dalam negeri, presiden, wakil presiden dan pejabat lain wajib berbahasa
Indonesia baik di forum nasional maupun internasional.

Sementara itu, aturan mengenai pidato resmi di luar negeri juga mengatur hal
yang sama, yakni wajib menggunakan Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional 

Bahasa Indonesia telah dipakai sebagai lingua franca  atau bahasa


pengantar selama berabad-abad sebelum pengikraran Sumpah Pemuda 1928. 

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi


sebagai berikut:

 Lambang kebangsaan nasional. 


 Lambang identitas nasional.
 Alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial budaya
dan bahasa yang berbeda

Alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. 

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara 

Di dalam kedudukan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai


berikut:

 Bahasa resmi negara.


 Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
 Alat perhubungan dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.
 Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Tinggi (Melaka /Riau).
Mengapa bahasa Melayu yang dipilih menjadi dasar bahasa Indonesia? Tentunya ada
beberapa alasan yang menyebabkan bahasa Melayu itu dipilih.

Alasan pertama, Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca (bahasa pengantar/ bahasa
pergaulan) di Nusantara sejak lama. Sejak zaman Sriwijaya bahasa Melayu itu digunakan
sebagai bahasa perdagangan. Pada saat itu masyarakat Indonesia sudah banyak mengenal
bahasa Melayu, oleh karena itu bahasa Melayu menjadi bahasa yang dapat dipahami dan
digunakan oleh masyarakat dari berbagai suku yang memiliki bahasa ibu berbeda-beda.
Alasan kedua, bahasa Melayu memiliki sistem bahasa yang praktis dan sederhana.
Berdasarkan strukturnya Bahasa Melayu berbeda dengan bahasa lainnya di Indonesia.
Bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan dalam penggunaannya atau tidak berdasarkan
status sosial. Misalnya dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda terdapat beberapa
penggunaan kata yang perlu disesuaikan dengan umur ataupun situasi kepada siapa kita
berbicara, sedangkan dalam bahasa Melayu tidak ada penggunaan kata seperti itu. Alasan
ketiga, kebutuhan politik. Karena di Indonesia terdapat berbagai macam bahasa dan untuk
mengatasi perbedaan itu tidak mungkin jika memilih salah satu dari ratusan bahasa ibu.
Dalam hal ini memilih bahasa Melayu merupakan keputusan yang tepat. Karena bahasa ini
telah digunakan sebagai bahasa perdagangan dan juga telah dipahami oleh masyarakat di
berbagai daerah di Nusantara.

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN

Dilansir dari situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Bahasa Indonesia lahir pada
tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
berkumpul dalam sebuah rapat dan berikrar.

(1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia,
(2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
(3) Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari
Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1982 itulah Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
Bahasa Nasional.

Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa
Negara tepat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bahasa Indonesia semakin
berkembang pada tahun 1947, yang ditandai dengan penetapan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi menggantikan Ejaan Van Ophuysen (1901). Pada tahun 1972 bahasa Indonesia
mengalami perbaikan ejaan kata. Perbaikan ini dinamakan Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD), ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972.
Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972.

Ragam dan variasi bahasa

bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara.

Ragam bahasa juga merupakan variasi bahasa yang berbeda-beda yang disebabkan oleh beberapa
faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan
profesi, latar belakang budaya dan daerah dan sebagainya.

Seperti halnya yang dapat kita ketahui di sekitar kita, setiap daerah tentunya memiliki bahasa daerah
yang berbeda-beda seperti contoh meskipun istilahnya adalah bahasa jawa, namun bahasa jawa
sendiri memiliki banyak macam yang digunakan setiap hari. Ragam bahasa berdasarkan daerahnya
disebut dengan logat atau Dialek.

Ragam bahasa Indonesia dibagi menjadi tujuh ragam bahasa, yaitu :

1. Ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam bahasa ini disebut dengan
istilah Idiolek. Idiolek merupakan variasi bahasa yang menjadi ciri khas seseorang saat
berbicara bahasa tertentu.
2. Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat dari wilayah tertentu, disebut
dengan istilah Dialek. Dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda menurut pemakaian
bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu atau kurun waktu tertentu.
3. Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari golongan sosial
tertentu, disebut dengan istilah Sosiolek. Sosiolek merupakan variasi bahasa yang berkenaan
dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya.
4. Ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu, seperti kegiatan ilmiah
yang biasanya bersifat logis dan eksak (tidak dapat diubah-ubah lagi). Ragam ini disebut juga
dengan istilah Fungsiolek. Fungsiolek merupakan variasi bahasa yang berkenaan dengan
penggunanya, pemakainya atau fungsinya. Variasi ini juga biasanya dibicarakan berdasarkan
gaya atau tingkat keformalan dan sarana pengguna.
5. Ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi biasa disebut
dengan istilah bahasa baku atau bahasa standar. Bahasa baku atau standar biasanya
digunakan dalam situasi resmi, namun tidak digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya
untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan didepan umum dan pembicaraan
dengan orang yang dihormati.
6. bahasa yang biasanya digunakan dalam situasi informal (tidak resmi) yang biasa disebut
dengan istilah ragam nonbaku atau nonstandar.
7. Ragam bahasa yang digunakan secara lisan yang biasa disebut dengan ragam lisan. Ragam
lisan sering dibantu dengan mimik, gerak anggota tubuh dan intonasi. Sedangkan ragam tulis
tidak bisa dibantu dengan hal-hal diatas. Oleh karena itu, dalam ragam bahasa tulis harus
diupayakan sedemikian rupa agar pembaca dapat menangkap dengan baik bahasa tulis
tersebut.
Ragam lisan juga merupakan ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan yang
terikat oleh kondisi, ruang dan waktu sehingga situasi saat pengungkapan dapat membantu
pemahaman pendengar.
ragam tulis merupakan ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, yang tidak terikat oleh
ruang dan waktu.

Pengguna kedua ragam bahasa ini juga umumnya berbeda. Penggunaan ragam bahasa lisan
mempunyai keuntungan, yaitu karena ragam bahasa Lisan digunakan dengan hadirnya lawan bicara,
serta sering dibantu dengan mimik, gerak gerik anggota tubuh dan intonasi ucapan. Sedangkan
dalam bahasa tulis mimik, gerak gerik anggota tubuh dan intonasi tidak mungkin diwujudkan.

VARIASI BAHASA

Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu
menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena
kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.

Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan
alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah
sebagai berikut:

Variasi bahasa dari segi penutur

a. Variasi bahasa idioiek

Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep
idioiek. Setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.

b. Variasi bahasa dialek

Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif,
yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa
dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.

c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal

Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi

Bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan,
dan variasi bahasa pada masa kini.

d. Variasi bahasa sosiolek

Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia,
pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain
scbagainya.

e. Variasi bahasa berdasarkan usia


Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia.
Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.

f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan

Variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang
yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan
orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah
menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para
sarjana.

g. Variasi bahasa berdasarkan seks

Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin
dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi

Bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan
oleh bapak-bapak.

h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur

Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi,
pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh
para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi
bahasa.

i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan

Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat
dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya.

o Variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu
dan keragaman fungsi bahasa itu
o Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka raga.
Pengertian ejaan

Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin, ejaan merupakan aturan
yang melambangkan bunyi bahasa menjadi bentuk huruf, kata serta kalimat.

Ejaan juga bisa diartikan sebagai kumpulan peraturan penulisan huruf, kata serta penggunaan
tanda baca.

Mengutip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi, yang
dimaksud ejaan adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya keteraturan dan
keseragaman dalam penulisan bahasa dapat tercapai.
Fungsi ejaan

Menurut Siti Mutmainah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019), ejaan
harus diterapkan dalam penulisan bahasa. Ejaan memiliki sejumlah fungsi penting, yaitu:

 Landasan pembakuan tata bahasa Penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan
membuat tata bahasa yang digunakan semakin baku.
 Landasan pembakuan kosa kata serta istilah Tidak hanya membuat tata bahasa semakin
baku, ejaan juga membuat pemilihan kosa kata dan istilah mennadi lebih baku.
Penyaring masuknya unsur bahasa lain ke bahasa Indonesia
 Ejaan juga memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa Indonesia.
Sehingga dalam penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya.Membantu
pemahaman pembaca dalam mencerna informasi Penggunaan ejaan akan membuat
penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini membuat pembaca semakin mudah dalam
memahami informasi yang disampaikan secara tertulis.

Penulisan ejaan

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penulisan ejaan mencakup
beberapa hal, yaitu:

 Penulisan huruf abjad


 Penulisan huruf vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u. Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada huruf a
seperti api, padi, lusa. Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan dalam vokal i
contohnya itu, simpan, murni. Serta dalam vokal o seperti oleh, kota, radio, dan terakhir
pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan
tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

• Penulisan gabungan huruf konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.[4][5] Huruf k di sini melambangkan
bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.[4]

 Penulisan pemenggalan kata


 Penulisan huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contoh penggunaan diftong ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai berikut ain,
kaisar, pandai. Sedangkan pada diftong au seperti aula, saudara, harimau.Serta pada
diftong oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di tengah dan akhir seperti boikot
dan amboi.

Pemakaian ejaan

•Huruf kapital

1. Huruf kapital dipakai di awal kalimat. Contohnya: ‘Aku lapar.’


2. Huruf kapital dipakai di awal petikan langsung. Contohnya: ‘Jinnie berkata, “Besok
aku tidak masuk sekolah” kepadaku.’
•Huruf miring

 Huruf miring dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan. Contohnya ‘Majalah Bahasa’.
 Huruf miring dipakai untuk menegaskan kata. Contohnya: ‘Huruf pertama
kata aku adalah a.’
 Huruf miring dipakai di nama ilmiah. Contohnya ‘Politik devide et impera’.

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan lain sebagainya) dalam tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda baca.[1] Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu:

 Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan
abjad
 Aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
 Aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

Pengertian Istilah

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang bersentuhan dengan hal Pengertian Istilah Dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang bersentuhan dengan hal yang terlihat dan yang tidak terlihat
mata. Misalnya, benda yang terbuat dari kayu, besi, dan sebagainya yang digunakan untuk tem-
pat meletakkan barang, untuk menulis, dan sebagainya disebut meja. Kegiatan manusia yang
dilakukan dengan menggerakkan kaki melangkah dengan cepat disebut lari. Kata meja dan lari
itu dapat disebut sebagai kata. Bertalian dengan kata, ada sekumpulan kata yang disebut
leksikon atau kosakata. Kosakata terdiri atas kosakata umum dan kosakata khusus. Kosakata
khusus sering juga disebut dengan istilah. Istilah pun terdiri atas istilah umum dan istilah khusus.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang digunakan se-bagai nama atau lambang yang
dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Istilah itu sendiri dapat berupa istilah umum dan
istilah khusus. Perangkat dasar dan ketentuan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang
dihasil-kan disebut tata istilah.

Istilah Umum

Istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang kemudian digunakan secara luas, menjadi unsur
kosakata umum. Misalnya, kata meja, kursi, dan lemari semula merupakan istilah yang terkait
dengan perabot rumah tangga di bidang desain interior. Namun, karen Yang terlihat dan yang
tidak terlihat mata. Misalnya, benda yang Terbuat dari kayu, besi, dan sebagainya yang
digunakan untuk temPat meletakkan barang, untuk menulis, dan sebagainya disebut Meja.
Kegiatan manusia yang dilakukan dengan menggerakkan kaki Melangkah dengan cepat disebut
lari. Kata meja dan lari itu dapat Disebut sebagai kata. Bertalian dengan kata, ada sekumpulan
kata yang disebut Leksikon atau kosakata. Kosakata terdiri atas kosakata umum dan Kosakata
khusus. Kosakata khusus sering juga disebut dengan Istilah. Istilah pun terdiri atas istilah umum
dan istilah khusus. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang digunakan seBagai nama atau
lambang yang dengan cermat mengungkapkan Makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang
khas di bidang ilmu Pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks). Istilah itu sendiri dapat Berupa
istilah umum dan istilah khusus. Perangkat dasar dan Ketentuan pembentukan istilah dan
kumpulan istilah yang dihasil-Kan disebut tata istilah.

Istilah umum lain dapat dilihat dalam contoh berikut.

 Anak tas
 Bapak sepatu
 Ibu sandal
 Kakek baju
 Nenek celana

Istilah Khusus

Istilah akupunktur, autopsi, cedera otak, kardiovaskular, diabetes, Dan hipertensi merupakan istilah
yang digunakan di bidang ke Sehatan atau kedokteran. Sementara itu, kata deportasi, aristokrat,
Warga sipil, dan kepala negara merupakan istilah yang digunakan di Bidang politik. Istilah yang
maknanya terbatas dan digunakan di biDang ilmu tertentu disebut istilah khusus. Istilah tersebut
memiliki Makna yang terbatas, yaitu makna yang khusus berlaku di bidang Ilmu tertentu.

Persyaratan Istilah yang Baik


Untuk membentuk istilah, ada beberapa syarat dalam pemanfaatan Kosakata bahasa Indonesia.
Syarat-syarat tersebut ialah sebagai berikut:

a. Istilah yang dipilih ialah kata atau gabungan kata (frasa) yang Paling tepat
untuk mengungkapkan suatu konsep dan yang tidak Menyimpang dari
makna yang dimaksud. Misalnya, ada dua kata Atau lebih yang menunjukkan
makna yang bermiripan seperti Pada contoh berikut dapat dimanfaatkan
sebagai istilah.
Gembira ̶ senang ̶ bahagia
Area ̶ daerah ̶ kawasan ̶ wilayah
Bea ̶ dana ̶ biaya ̶ ongkos ̶ tarif
Musnah ̶ punah ̶ hilang ̶ pupus

Kata yang bermiripan makna dalam tiap rangkaian tersebut dapat Dipilih sebagai istilah untuk
konsep dalam bidang tertentu.

b. Istilah yang dipilih ialah kata atau frasa yang paling ringkas di Antara pilihan
yang tersedia yang memiliki rujukan yang sama.

Contoh:

1. Kosakata lebih ringkas daripada perbendaharaan kata


Untuk padanan vocabulary
2. Pakan lebih ringkas daripada makanan ternak
Untuk padanan feed
3. Jelaga lebih ringkas daripada hitam arang
Untuk padanan carbon black

c. Istilah yang dipilih ialah kata atau frasa yang bernilai rasa (kono- Tasi) baik.
Contoh: Panti wreda bernilai rasa lebih baik daripada rumah jompo
Tunawisma bernilai rasa lebih baik daripada Gelandangan
Tunakarya bernilai rasa lebih baik daripada
Penganggur Tuan rumah bernilai rasa lebi

Istilah ialah gabungan kata atau gabungan kata yang mengandung konsep dasar

Tata bahasa

Kalimat merupakan sebuah elemen penting yang ada di dalam sebuah tulisan. Dalam bertutur
dan menulis, diperlukan rangkaian-rangkaian kalimat agar pesan dapat tersampaikan dengan
baik.

1. Berdasarkan pada Pengucapan


 Kalimat Langsung
Merupakan macam kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang lain. Biasanya
dituliskan dengan 2 tanda petik (“...”), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan
tapi juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya

 Kalimat Tak Langsung

Merupakan salah satu macam kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang
awalnya menggunakan tanda petik, menjadi bentuk kalimat yang tidak menggunakan tanda
petik.

2. Berdasarkan pada Jumlah Frasa

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya memiliki satu pola atau klausa, yang terdiri dari
subjek dan predikat. Kalimat tunggal sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu:

 Kalimat Nominal

Yang merupakan jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.

 Kalimat Verbal

Merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.

Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini
dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya. Pola-pola dasar kalimat yang
dimaksud adalah sebagai berikut :

- Kata benda + kata kerja

Contoh:

Ani Menyapu

- Kata benda + kata sifat

Contoh:

Ibunya sangat cantik

- Kata benda + kata bilangan

Contoh: Pintu itu ada tiga

Kalimat Majemuk
Macam kalimat berikutnya adalah kalimat majemuk. Kalimat majemuk merupakan kalimat yang
mempunyai dua pola (klausa) kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk dan anak
kalimat.

Cara membedakan anak dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi atau kata
penghubung. Konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.

Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat
tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis
kalimat majemuk adalah:

 Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara merupakan penggabungan dua atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya sejajar atau sederajat.

Berdasarkan kata penghubung atau konjungsi, kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam,
diantaranya adalah:

- Penggabungan dengan konjungsi ‘dan’ ‘serta’

- Penguatan/Penegasan dengan konjungsi ‘bahkan’

- Pemilihan dengan konjungsi ‘atau’

- Berlawanan dengan konjungsi ‘sedangkan’

- Urutan Waktu dengan konjungsi ‘kemudian’, ‘lalu’,’lantas’

 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya berbeda.

Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak
kalimat muncul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata
penghubungnya, kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:

- Syarat: jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)

- Tujuan: agar, supaya, biar

- Perlawanan (konsesif): walaupun, kendati(pun), biarpun

- Sebab: sebab, karena, oleh karena

- Akibat: maka, sehingga

- Cara: dengan, tanpa

- Alat: dengan, tanpa

- Perbandingan: seperti, bagaikan, alih-alih


- Penjelasan: bahwa

- Kenyataan: padahal

 Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran merupakan macam kalimat majemuk yang merupakan


penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal
pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat

 Kalimat majemuk

Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek,
predikat, atau objek yang sama. Bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

Contoh :

Anak itu pandai berbahasa Inggris

Anak itu pandai berbahasa Belanda

Anak itu pandai berbahasa Mandarin

Kalimat majemuk rapatan : Anak itu pandai berbahasa Inggris, Belanda, dan Mandarin

Anda mungkin juga menyukai