Anda di halaman 1dari 22

Kebijakan Ekonomi Islam : Permitted Transactions

Makalah ini dibuat untuk didiskusikan dan untuk menyelesaikan salah


satu tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Islam pada program studi
Akuntansi Syariah

Oleh Kelompok IV (empat)


Aulia ramadhani (622022020016)
Zulfiah (622022020017)
Muh yusuf (622022020018)
Elsa ardiana (622022020019)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim..
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan tugas ini dengan judul “perbedaan ekonomi Islam dan
konvensional” sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mengharapkan kritikan dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan kedepannya.

Watampone, 2 agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
Sampul.............................................................................................................!
Kata pengantar...............................................................................................!!
Daftar isi.......................................................................................................!!!
BAB I PEMBUKAAN...................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................4-6
B. Rumusan masalah...............................................................................6
C. tujuan..................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN................................................................................8
A. Pengertian ekonomi islam.............................................................8-11
B. Kebijakan dalam ekonomi islam terkait permitted
Transactions.................................................................................11-18
C. Contoh permitted transacsions dalam
perbangkan syariah......................................................................18-19
BAB III PENUTUP......................................................................................20
A. Kesimpulan ......................................................................................20
B. Saran.................................................................................................21
Daftar pustaka...............................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan transaski sangatnlah pesat,
berbagai macam jenis transaksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
para pihak terhadap suatu produk atau komoditas. Untuk memudahkan
transaksi tersebut terjadi maka para pihak cenderung memudahkan proses
tersebut agar tujuan dari transaksi dapat segera terpenuhi. Model transaksi
yang dikembangkan dalam aktifitas bisnis sekarang ini sebahagian telah
memiliki dasar legalitas yang kuat dari sisi hukum positif, namun proses
legalisasinya cenderung lambat karena dalam aktifitas bisnis kadang kala
masyarakat lebih mengedepankan tujuan transaksi dilakukan realita
dibandingkan memenuhi dasar legalitas dalam hukum positif.
Secara substantif setiap transaksi yang dilakukan oleh para pihak
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan tujuan tertentu
yang ditetapkan dalam suatu kontrak tersebut. Sebahagian transaksi
mengandung esensi tentang perubahan posisi pada harta baik dari segi
kepemilikan maupun penggunaannya. Untuk itu setiap transaksi harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta kaidah-kaidah yang
telah diatur dalam hukum Islam dan hukum positif agar tidak terjadi
kerugian dari berbagai pihak-pihak yang melakukan transaksi.
Dalam hukum Islam, secara khusus pada fikih muamalah, para ulama telah
melakukan tafsiran untuk menghasilkan hukum Islam yang bersifat
implementatif atau pengamalan untuk semua umat Islam secara khusus
dalam bidang muamalah atau hukum ekonomi Islam. Kajian dalam
muamalah ini sangat luas sehingga asas dalam fiqh muamalah,
ِ ‫ أَّ االُةا َح َب‬Rَ َْْ ‫َِد َّل ُ َد ين‬Rَ‫ِة َال َم َعي ال ُم لٌ ي ِْل‬
‫اإل اهَ ِم يْ ِر حْ َ تل َى َع‬ ‫ف ُل صْ َاأل‬
ِ
Artinya: Hukum asal dalam semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

4
Dengan asas ini dalam muamalah menjadi sangat fleksibel, karena pada
dasarnya dalam masalah muamalah boleh dilakukan selama tidak ada dalil
yang mengharamkannya, namun bila ada dalil yang mengharamkan maka
perbuatan atau kegiatan muamalah tidak boleh dilakukan karena ada dalil
yang melarangnya. Adapun larangan-larangan dalam muamalah di
antaranya riba, tadlis, taghrir, maisir dan lain-lain. Dengan didasarkan
pada kaidah tersebut maka berbagai transaksi dapat dilakukan, karena
tidak ada larangan spesifik yang menghalangi suatu perbuatan muamalah
dilakukan.
Dalam fikih muamalah, transaksi ada yang telah memiliki dasar legalitas
atau perizinan yang jelas dan akad tersebut dinamai akad musamma
namun dalam aktivitas bisnis akad musamma yang telah memiliki legalitas
tersebut tidak memadai untuk menjadi model akad transaksi yang
dibutuhkan terutama pada era sekarang ini yang membutuhkan berbagai
bentuk pengembangan akad. Dalam fikih muamalah transaksi yang belum
memiliki dasar legalitas yang jelas tersebut dinamai akad ghair al
musamma, keberadaan akad tersebut tetap berkembang terkenal dalam
transaksi bisnis dan perdagangan sekarang ini.
Beberapa bentuk transaski yang dikatagorikan akad musamma yaitu jual
beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, utang piutang, gadai, upah-
mengupah, dan lain-lain. Transaksi tersebut pada umumnya dilakukan
dengan cara yang sederhana dan model yang sudah umum digunakan,
seperti jual beli yang dilakukan dengan face to face, perjanjian kerja sama
dengan merembuk terlebih dahulu kesepakatan, upah mengupah dengan
sistem bekerja yang langsung diberikan upah, dan beberapa transaksi
lainnya yang umumnya dilakukan dengan model yang biasa.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi modern, model-model
transaksi yang dilakukan masyarakat pun semakin berkembang.
Sebagaimana yang diuraikan di atas, kalau dahulu transaksi jual beli hanya
dilakukan secara langsung melalui dunia nyata, tetapi saat ini sudah dapat
dilakukan transaksi jual beli dengan berselancar di dunia maya. Transaksi
perjanjian kerja sama yang awalnya kesepakatan disusun dengan waktu

5
yang relatif lama, tetapi seiring perkembangan zaman sudah disediakan
perjanjian yang bersifat baku dan dapat digunakan secara cepat. Demikian
halnya dengan transaksi keuangan, pada awalnya dilakukan secara tunai,
kini sudah dapat dilakukan secara non tunai melalui media digital karna
perkembangan teknologi ini, serta beberapa jenis transaksi lainnya yang
sudah dimodifikasi seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Transaksi kekinian atau disebut dengan transaksi kontemporer pada
umumnya dimodifikasi dari transaksi yang sudah dilakukan sebelumnya.
Modifikasi tersebut dilakukan agar transaksi dapat berlangsung dengan
cepat, tidak berbelit dan tidak terhambat oleh tempat dan waktu. Beberapa
contoh transaksi kontemporer yang dilakukan masyarakat seiring
perkembangan zaman dan teknologi, yaitu: perjanjian baku, jual beli
online, jual beli murabahah pada perbankan syariah, Multi Level
Marketing (MLM), agen, franchise, asuransi dan lain-lain.
Beberapa definisi dari contoh transaksi kontemporer di atas, antara lain,
perjanjian baku merupakan perjanjian yang memuat klausula-klausula
yang telah dibuat secara baku, para pihak yang melakukan transaksi hanya
perlu membaca dan memahaminya, kemudian menyetujuinya. Beberapa
ciri-ciri perjanjian baku lainnya yaitu, umumnya isi perjanjian ditetapkan
oleh pihak yang memiliki posisi yang kuat dan biasanya pihak yang lemah
hanya mengikutinya, bentuknya secara tertulis dan telah dipersiapkan
secara massal terlebih dahulu.1

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud ekonomi Islam?
2. Apa saja transaski kebijakan ekonomi islam yang diizinkan (permitted
transactions)?
3. Apa saja contoh permitted transactions yang ada dalam perbangkan
syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ekonomi islam.
1
Dr. Muhammad Maulana, M.Ag DR. EMK. Alidar, M.Hum (Aceh : dinas syariat aceh, 2020),
halaman 1-3

6
2. Untuk mengetahui transaksi yang diizinkan dalam kebijakan ekonomi
islam.
3. Untuk mengetahui permitted transacsions dalam perbangkan syariah?

BAB II

7
PEMBAHASAN

A. Pengertian ekonomi islam


Ekonomi islam menurut misanam adalah sebuah ilmu pengetahuan
yang mempelajari upaya manusia untuk memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk memperoleh falah disisi Allah SWT dan berdasarkan ajaran
Islam, sedangkan menurut Muhammad abdul manan adalah sebuah cabang
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah masalah ekonomi pada
masyarakat yang diangkat berdasarkan nilai-nilai islam.

Ekonomi Islam merupakan istilah yang sering digunakan untuk


mendeskripsikan sistem ekonomi yang berbasis pada Al Quran dan Hadis.
Nama lain dari ekonomi Islam adalah ekonomi syariah. Sebutan ekonomi
syariah juga tak lepas dari sumber sistem ekonomi yang berbasis syariah,
yaitu Al Quran dan As Sunnah.
Sebenarnya penggunaan istilah ekonomi Islam tidak murni dari hasil
pertengkaran. Beberapa cendekiawan Islam, seperti Tariq Ramadan
misalnya, menyampaikan pendapatnya bahwa ekonomi Islam adalah ilmu
yang mempunyai aturan dalam berekonomi Artinya apa yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan yang lain adalah pada prinsip
keindahannya.
Kemunculan ekonomi Islam dapat ditinjau sebagai dari berbagai prinsip
ekonomi sebagai jalan keluar yang menantang sistem ekonomi yang
dominan diberlakukan saat ini. Kita tidak bisa mengetahui pengertian dari
ekonomi Islam tanpa memahami prinsip-prinsipnya.
Salah satu aspek yang sangat penting yang perlu dipahami terlebih dahulu
di sini adalah prinsip dari ekonomi. Dalam sistem ekonomi konvensional,
sebutlah sistem ekonomi yang kapitalistisme, prinsip ini merupakan suatu
pengetahuan. Namun dalam ekonomi Islam, prinsip ekonomi adalah
produk dari pengetahuan yang sumbernya Al Quran dan As Sunnah.
Apa bedanya? Cara lain memahaminya begini; dalam ekonomi
konvensional, sumber pengetahuan ekonomi adalah prinsip-prinsip

8
ekonomi yang sudah menjadi pengetahuan itu sendiri. Dalam ekonomi
Islam, sumber pengetahuan ekonomi adalah Wahyu atau memiliki
landasan yaitu al quran dan sunnah nabi.
Prinsip ekonomi dalam ekonomi Islam merupakan produk dari wahyu
(dari Allah yang disampaikan pada Nabi SAW). Dengan demikian
pengertian ekonomi islam bisa dapat dijelaskan sebagai sistem ekonomi
yang prinsip-prinsipnya bersumber dari Al Quran dan Hadis.
Prinsip ekonomi Islam
Allah menentukan mana yang baik dan yang buruk
Tentunya dalam hal ini yang pertama yang harus diketahui adalah halal
atau haramnya dan apa saja yang dilarang dalam islam yang tidak boleh
dilakukan pada Sisem ekonomi syariah Prinsip pertama ini sebenarnya
berlaku lebih luas dari sekadar ranah ekonomi. Dalam masyarakat yang
menerapkan prinsip syariah, kekuatan Allah yang menentukan benar dan
salah berlaku di semua aspek kehidupan.
Asas manfaat
Selain menentukan mana yang halal dan mana yang haram, Allah juga
membolehkan manusia untuk menikmati apa yang sudah diberikan oleh
Allah SWT sejauh memberi manfaat baginya.
Tentunya hal-hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah apakah hal
yang kita lakukan ini dapat bermanfaat untuk diri kita sendiri dan terlebih
pada orang lain juga, karna dalam hal ini segala sesuatu yang Allah telah
ciptakan pastinya memiliki manfaat untuk manusia itu sendiri.
Asas pertengahan
Dalam memproduksi dan mengonsumsi, hendaknya penganut prinsip
Islam tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Pada asas ini perlu diketahui
bahwa kita sebagai khalifah di bumi ini tidak boleh memiliki sifat rakus
dan menggunakan apa-apa yang telah Allah ciptakan tidak berlebih-
lebihan.
Asas kebebasan
Prinsip ini berkaitan dengan prinsip sebelumnya yaitu, manusia memiliki
kebebasan untuk memiliki harta yang menjadi hak milik pribadi dan

9
kekayaannya. Namun demikian, kebebasan yang diterapkan bukan
kebebasan tanpa batas. Batasan ini bisa berupa halal dan haram
sebagaimana yang sudah disinggung di atas.
Prinsip kebebasan ini membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
komunis. Komunisme tidak mengakui hak kepemilikan pribadi. Tetapi
prinsip kebebasan ini juga tidak berarti diperbolehkannya praktik
mengelompokkan kapital tanpa batas oleh seseorang.
Asas keadilan
Prinsip kelima ini disebut ”justice” dalam bahasa Inggris atau ”adl”
dalam bahasa Arab. Keadilan dalam ekonomi Islam menjadi etika dasar
segala bentuk kegiatan ekonomi. Keadilan, dengan kata lain, memandu
aspek dasar ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi dan
pertukaran.
Kelima prinsip yang disebutkan tadi merupakan fondasi penerapan sistem
ekonomi Islam. Syariah dalam ekonomi Islam semestinya bukan label
untuk mencari segmen konsumen, melainkan prinsip yang harus
diterapkan. Syariah seringkali didefinisikan sebagai hukum. Definisi ini
sebenarnya tidak lengkap karena syariah juga meliputi cara pandang
(worldview).
Ekonomi syariah, dengan demikian merupakan cara pandang Islam
terhadap ekonomi, dimana meliputi hukum-hukumnya. Jadi, definisi
syariah sebagai hukum adalah definisi yang sempit. Salah pengertian yang
sering pula menimpa istilah ”jihad” yang mana sering diartikan sebagai
perang atau konflik.2
B. Kebijakan ekonomi islam dan transaksi yang diizinkan
Paket kebijakan dalam suatu perekonomian Islami harus mencakup
kebijakan-kebijakan yang lebih memanusiakan manusia untuk
menghasilkan keadilan sosial, baik secara stasioner maupun aktif.
Sementara gagasan perorangan haruslah diberi keputusan yang cukup.
Suatu perekonomian Islami yang umunya akan dikuasai oleh pengarahan

2
Sidikqharim, ekonomi islam : pengertian, prinsip dan contohnya, diakses dari
(https://sosiologis.com/ekonomi-islam) , diakses pada tanggal (2 agustus 2021), pukul 12.29
WITA

10
serta pengendalian pemerintah atau kegiatan ekonomi yang berasaskan
nilai-nilai Islam.
Kebijakan ekonomi (Economics policy) mengandung arti penggunaan
alat-alat (Variabel instrmental) untuk mempengaruhi atau untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Misalkan dalam suatu perusahaan dagang,
dapat menggunakan variabel instrumental, seperti menayangkan iklan
untuk memperbesar volume penjualannya supaya pada akhirnya mencapai
keuntungan yang maksimal.
 Kebijakan ekonomi jauh sebelumnya sudah pernah diterapkan pada masa
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam dan sahabat-sahabatnya. Hal
tersebut terjadi pada waktu Rasulullah diangkat sebagai kepala negara di
Madinah, beliau melakukan perubahan yang sangat pesat dalam mengatur
kehidupan masyarakat di Madinah. Hal pertama yang beliau lakukan
adalah mendirikan sebuah kehidupan sosial, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, institusi maupun pemerintahan yang bersih dari berbagai
tradisi dan prinsip-prinsip Islam. Seluruh kehidupan masyarakat disusun
berdasarkan nilai-nilai keislaman, termasuk dalam hal ini sistem
ekonominya yang berdasarkan pada prinsip persamaan, kebebasan,
keadilan, serta kebajikan.
Pada tahun-tahun awal sejak diumumkannya sebagai sebuah negara,
Madinah hampir tidak memiliki sumber penghasilan atau pengeluaran
negara. Seluruh tugas negara dilaksanakan kaum muslimin secara
bersama-sama dan sukarela (Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
:PT, Raja grafindo persada, 1994, cet-2, h. 36)
Situasi tersebut berubah setelah turunnya Surah Al-Anfal pada tahun ke-2
H. Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang cara pembagian harta yang
diperoleh musuh Islam melalui peperangan dan dibagi sesuai yang telah
disyariatkan dalam agama Islam, di mana 1/5 untuk bagian Allah dan
Rasul-Nya dan 4/5 dibagikan kepada anggota pasukan yang terlibat
peperangan. Selain itu turun juga ayat mengenai zakat dan
pengalokasiannya. Berdasarkan ayat tersebut, maka Rasulullah mengambil
suatu keputusan, bahwasanya sumber pendapatan negara waktu itu

11
bersumber dari ghanimah, zakat. Selain itu ada juga yang bersumber dari
jizyah, kharaj, dan ushr.
umumnya kehidupan kaum muslimin pada waktu itu mengalami kenaikan
di tingkat pendapatan, hal tersebut terjadi karena kebijakan yang dilakukan
Rasulullah ketika pertama kali tiba di Madinah. Beliau membuat suatu
perjanjian persaudaraan untuk saling membantu antara kaum Anshar dan
kaum Muhajirin. Hal tersebut dapat dilihat, ketika Rasulullah mendorong
kaum Anshar dan Muhajirin untuk melaksanakan Muzara’ah (pembagian
hasil panen), di mana kaum Muhajirin mengelola lahan kaum Anshar.
(Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta; PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995, jlid 2, h. 322)
Langkah yang diambil oleh Rasulullah di atas merupakan suatu kebijakan,
dimana dalam hal ini beliau memberi pekerjaan kepada kaum Muhajirin
dan di sisi lain mendorong peningkatan aktifitas produksi, sehingga hasil
produksi  lahan dari kaum Anshar pun meningkat.
Adapun tujuan dan sasaran dari kebijakan ekonomi islam adalah :
Tujuan kebijakan dalam suatu negara Islam harus sepenuhnya sesuai
dengan prinsip hukum dan nilai-nilai Islam. Tujuan pokok hukum agama
Islam adalah untuk mencapai kemaslahatan ummat manusia, dan
kemaslahatan tersebut hanya akan dapat dicapai apabila seluruh sistem
hukum dalam ekonomi Islam berjalan sesuai dengan idiologi Islam.
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu Alaihi
Wasallam.
Adapun tujuan kebijakan ekonomi menurut Monzer Khaf, ada tiga yang
utama, yaitu : (Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik Terhadap
Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Cet 1, Yogyakarta : Adityamedia,2000,
h.171
Maksimisasi tingkat pemanfatan sumber daya alam. Dalam hal ini
seorang muslim dapat memperoleh hak milik atas sumber–sumber daya
alam setelah memenuhi kewajibannya terhadap masyarakat. Penggunaan
dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam itu dapat menimbulkan 2
komponen penghasilan, yaitu ; penghasilan dari sumber daya alam itu

12
sendiri, yakni sewa ekonomis murni, dan penghasilan dari perbaikan
dalam penggunaan sumber daya alam melalui kerja manusia dan juga
modal. 
Minimisasi  kesenjangan revolusi atau distribusif
Meminisasi kesenjangan distributif  dalam hal ini di atur dalam Al-Qur’an
dan Sunnah, misalkan larangan memakan sesuatu secara berlebihan, selain
itu juga adanya prinsip kesamaan harga diri dan persaudaraan serta prinsip
tidak dikehendakinya pemusatan harta dan penghasilan pada sejumlah
kecil orang tertentu. Untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut,
pemerintah menetapkan kebijakan dengan 3 hal yaitu; Menjalankan sistem
perpajakan futuristik terhadap suatu pemasukan,  dikenakannya pajak
waris dan terhadap hak milik yang diwariskan dengan perbandingan
futuristik serta perputaran hasil pajak, terutama yang terkumpul dari
golongan orang-orang kaya kepada masyarakat yang miskin melalui
utusan dinas-dinas sosial. (Abdul Mannan, Op.Cit, h. 55). Ketiga hal
tersebut dimaksudkan untuk pemerataan dan keadilan dalam memperoleh
dan menikmati seluruh kekayaan alam, dan hal tersebut sesuai dengan
tujuan ekonomi Islam.
Adapun sarana-sarana kebijakan ekonomi adalah alat-alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan ekonomi. Sarana-sarana yang digunakan para
pengelola ekonomi dalam perekonomian Islam sangat beragam, mulai dari
dorongan moral dan diakhiri dengan pelaksanaan mekanisme ekonomi
secara lansung. Menurut Monzer Khaf, alat-alat utama yang ada di tangan
para pejabat ekonomi adalah; 1. Alat-alat moneter, dalam hal ini
mencakup pengelolaan nilai tukar dan pengelolaan kredit tanpa bunga,
serta presentase monoterisasi zakat, baik untuk kepentingan pengumpulan
maupun peeputarannya. 2. Alat-alat fisikal, mencakup di dalamnya
kebijakan perpajakan dan belanja negara serta masalah laba dan
kekurangan anggaran. Prinsip Islam tentang alat-alat fisikal dan anggaran
belanja ini bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang
didasarkan atas distribusi kekayaan. 3.  Alat-alat produksi, prinsip
fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah

13
prinsip untuk memakmurkan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi menurut
konsep Islam adalah terletak pada perealisasian, bahwa hal ini tidak
mengabaikan kesejahteraan umum. Dengan demikian alat-alat produksi
dalam suatu perekonomian Islam harus diatur dengan kriteria objektif
maupun subjektif. Kriteria objektif diukur dengan kesejahteraan material,
sedangkan kriteria subyektif harus tercermin dalam kesejahteraan yang
dinilai dari segi  etika ekononmi Islam. 4. Alat-alat Distribusi, hal ini
berkaitan dengan pengalokasian harta dan penghasilan di antara individu-
individu, dalam hal ini misalkan penerapan zakat bagi orang yang mampu
untuk didistribusikan pada orang miskin. 5. Pelaksanaan dan penyesuaian
hukum dengan standar moral, salah satu bagian integral dari kesatuan
politik umat Islam adalah adanya lembaga Hisbah, dimana peranannya
sebagaimana yang dirumuskan oleh ibnu Taimiyah adalah melaksanakan
pengawasan terhadap prilaku sosial dan ekonomi, sehingga mereka
melaksanakan yang benar dan meninggalkan yang salah. Hal ini terkait
dengan pendidikan yang luas serta etika ekonomi yang perlu dijalankan
oleh para pelaku ekonom.3
Aktivitas ekonomi sudah pasti dilakukan manusia sehari-hari. Ada banyak
sekali aktivitas transaksi ekonomi yang dilaksanakan oleh manusia dalam
satu hari dan tidak ada satupun kegiatan yang dilakukan luput dari aturan
dan pengintaian Allah SWT.
Sebagai makhluk ekonomi, manusia membutuhkan pemuasan
kebutuhannya untuk hidup yang dilakukan dengan transaksi ekonomi. Hal
ini tentu saja dilakukan manusia bersama manusia lainnya, alias tidak
dapat dilakukan secara individu. Sebagai agama rahmatan lil alamin, tentu
saja islam memberikan aturan juga berbagai prinsip agar transaksi
ekonomi dalam kehidupan manusia dapat berjalan sesuai dengan Al quran
dan sunnah serta memiliki banyak manfaat untuk umatnya.
Tidak jarang, orang-orang melakukan transaksi ekonomi dan tidak
mendasarkan prinsipnya dengan islam. Mereka menganggap bahwa urusan
ekonomi dan urusan islam adalah suatu yang berbeda. Padahal, setiap
3
Muin rahmawati, kebijakan dalam ekonomi islam, diakses dari (https://sulselprov.go.id), diakses
pada tanggal (2 agustus 2021), pukul 12.47 WITA

14
sektor kehidupan manusia tidaklah bisa dipisahkan aturan islam. Allah
tidak memisahkannya, dan semua sektor kehidupan manusia sangat
bergantung kepada islam.
Studi Kasus Penerapan Transaksi
Transaksi ekonomi dalam islam tentunya sangat banyak sekali. Berikut
adalah 5 contoh transaksi ekonomi dalam islam diterapkan dan
dikembangan dalam kehidupan kita sehar-hari di zaman modern saat ini.
Berhutang dengan Akad dan Tanpa RIBA (tambahan)
Melakukan hutang atau peminjaman pada orang atau lembaga keuangan
tertentu adalah hal yang diperbolehkan oleh islam. Hutang adalah
meminjam harta pada orang lain untuk dipergunakan oleh kita dan
dibayarkan kembali pada peminjam pada jangka waktu tertentu yang telah
disepakati sebelumnya.
Sebagian ulama memang membatasi dan mewaspadai manusia yang
berhutang. Untuk itu, islam mengaturnya dengan adil yaitu peminjaman
uang harus ada perjanjian dan tanpa riba (tambahan). Riba adalah
tambahan ketika melakukan peminjaman. Tambahan ini diberikan kepada
orang seiring berjalannya waktu. Dalam hal ini disebut dengan bunga.
Tentu saja riba adalah hal yang diharamkan oleh islam. Riba juga
menindas orang miskin, terutama mereka yang meminjamnya untuk
kebutuhan esensial kesehariannya. Untuk itu, berhutang dalam islam
adalah salah satu contoh transaksi ekonomi yang diperbolehkan asalkan
tanpa riba dan dengan perjanjian atau akad yang jelas.
Akad Jual Beli Bisnis Online
Dalam perkembangan zaman seperti saat ini proses jual beli tidak hanya
dilakukan secara langsung, melainkan bisa juga dengan proses online.
Seperti pada saat ini karena adanya virus covid 19 maka sekarang
masyarakat lebih sering melakukan transasksi online. Proses online ini
tentu saja membutuhkan teknologi yang mengakomodasi agar proses jual
beli dapat dilakukan secara nyata dan sesuai apa yang diharapkan oleh
pelanggan.

15
Pada bisnis jual beli online proses akad tentu juga harus dilakukan.
Misalnya dengan pembuatan format pernyataan dari penjual dan pembeli,
tidak menutupi keadaan barang atau produk yang dijual, membayar sesuai
pernjanjian, mengirim barang dan mengirim uang sesuai jumlah yang telah
disepakati. Tanpa proses seperti ini tentu saja akan merugi dan membuat
manusia akan mendapatkan dampak mudharatnya.
Seiring perkembangan zaman tidak hanya jual beli barang saja yang
dilakukan online, akan tetapi penipuan, judi, taruhan, dsb juga bisa
dilakukan online, dan islam tetap melarang hla tersebut.
Simpan Pinjam di Bank Syariah
Ada banyak sekali bank-bank konvensional yang ada di negeri ini. Untuk
itu, islam sendiri memiliki prinisp bahwa transaksi ekonomi harus
dijalankan sesuai dengan syariah. Transaksi ekonomi sesuai syariah ini
dikembangkan dengan adanya bank modern berbentuk syariah.
Di dalamnya bisa melakukan simpan pinjam tanpa adanya riba. Tentu saja
hal ini harus diberlakukan dan dilakukan oleh semua umat islam, agar
ekonomi umat semakin berkembang dan juga semakin berkah. Adanya
lembaga bank syariah yang dibuat umat islam tentu akan mempermudah
umat islam dalam bertransaksi dan prinsip-prinsip ekonomi islam dapat
dilakukan dengan baik oleh umat islam.
Jual Beli Produk Halal
Contoh transaksi ekonomi dalam islam lainnya adalah dengan jual beli
produk halal. Jual beli adalah bagian dari transaksi dalam islam. Jual beli
tentu saja diperbolehkan oleh islam dan yang Allah larang adalah
melakukan penipuan, judi, atau mengundi nasib dengan proses yang tidak
jelas.
Jual beli produk yang halal berarti harus mensyaratkan bahwa:
Tidak adanya unsur haram atau komposisi produk yang diharamkan islam
(misalnya makanan mengandung babi, minuman beralkohol, atau produk
haram lainya)
Tidak ada barang atau produk yang dijual hasil dari proses yang tidak
haram (misalnya penipuan, pencurian, atau ketidakjelasan pemilik)

16
Proses jual beli dilakukan suka sama suka dan tidak ada keterpaksaan
Dsb
Jual beli produk halal adalah hal yang harus dilakukan umat islam ketika
akan melaksanakan perdagangan. Kehalalan adalah awal dan sumber
keberkahan harta manusia.
Pembuatan Billing atau Invoice
Pembuatan billing atau invoice adalah pembuatan bukti transaksi. Hal ini
perlu dilakukan untuk memperjelas proses jual beli dan sebagai bukti
transaksi ekonomi. Dalam zaman modern sekarang ini transaksi yang
tanpa billing atau invoice dapat dituntut dan bahkan diatur oleh pemilik
bisnis. Jika tidak bukti transaksi maka penipuan, kecurangan, ataupun
lainnya dapat terjadi dan merugikan salah satu pihak yang melakukan
transasksi.
Tentu saja hal ini dengan syarat yaitu pembuatan billing atau invoice juga
didukung oleh sistem dan proses yang baik. Tidak ada penipuan mislanya
membuat bukti transfer palsu, pembuatan invoice palsu, dan sebagianya.
Sebagai umat islam tentu kejujuran adalah hal utama. Untuk itu tidak perlu
dilakukan kebohongan karena dampak dari hal tersebut kita yang akan
menanggung. Kehilangan pelanggan, ketidakpercayaan, dan juga tuntutan
dari orang lain bisa saja akan terjadi.4
C. permitted transacsions dalam perbangkan syariah
1. Akad akad transaksi dalam perbangkan syariah
a. Wadiah
Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai
barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan
untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau
uang.
b. Mudharabah
Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul
mal, atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan
pihak kedua ('amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku
4
Redaksi dalam islam, 5 contoh transaksi ekonomi salam islam beserta contohnya, diakses pada
(dalamislam.com), diakses pada tanggal (2 agustus 2021), pada pukul 12 54 WITA

17
pengelola dana dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah
kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai
atau menyalahi perjanjian.
c. Musyarakah
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu
yang masing-masing pihak memberikan porsi dana masing-masing.
d. Murabahah
e. Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
f. Salam
Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat
tertentu yang disepakati.
g. Istisna'
Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli
(mustashni') dan penjual atau pembuat (shani').
h. Ijarah
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikian barang itu sendiri.5

i. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik


Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau
manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa
dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.
j. Qardh

5
Otoritas jasa keuangan, akad akad yang diterapkan dalam ekonomi islam, di akses di
(https://www.ojkl.go.id) diakses pada tanggal (2 agustus 2021), pukul 13.09 WITA

18
Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu
yang telah disepakati.6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

6
OJK, akad yang diterapkan dalam perbangkan syariah diakses di (https//www.OJK.go.id), pada
tanggal 2 agustus 2021

19
Ekonomi islam menurut misanam adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
mempelajari upaya manusia untuk memanfaatkan sumber daya yang ada
untuk memperoleh falah disisi Allah SWT dan berdasarkan ajaran Islam,
sedangkan menurut Muhammad abdul manan adalah sebuah cabang ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah masalah ekonomi pada
masyarakat yang diangkat berdasarkan nilai-nilai islam.
Ekonomi Islam merupakan istilah yang sering digunakan untuk
mendeskripsikan sistem ekonomi yang berbasis pada Al Quran dan Hadis.
Nama lain dari ekonomi Islam adalah ekonomi syariah. Sebutan ekonomi
syariah juga tak lepas dari sumber sistem ekonomi yang berbasis syariah,
yaitu Al Quran dan As Sunnah.
Sebenarnya penggunaan istilah ekonomi Islam tidak steril dari perdebatan.
Beberapa intelektual Islam, seperti Tariq Ramadan misalnya, menyebutkan
bahwa apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam sebenarnya adalah etika
Islam dalam ekonomi. Artinya, apa yang membedakan sistem ekonomi
Islam dengan yang lain adalah pada prinsip etisnya.
Prinsip dalam ekonomi islam adalah Prinsip ekonomi Islam
Allah menentukan mana yang baik dan yang buruk
Sisem ekonomi syariah pertama-tama harus menentukan apa yang
diharuskan dan apa yang dilarang dalam Islam, apa yang halal dan apa
yang haram, dan juga apa yang boleh dan apa yang sebaiknya tidak
dilakukan.
Prinsip pertama ini sebenarnya berlaku lebih luas dari sekadar ranah
ekonomi. Dalam masyarakat yang menerapkan prinsip syariah, kekuatan
Allah yang menentukan benar dan salah berlaku di semua aspek
kehidupan. Asas manfaat, Asas pertengahan, Asas kebebasan, Asas
keadilan, Kelima prinsip tersebut menjadi fondasi penerapan sistem
ekonomi syariah. Syariah dalam ekonomi Islam semestinya bukan label
untuk mencari segmen konsumen, melainkan prinsip yang harus
diterapkan. Syariah seringkali didefinisikan sebagai hukum.

Akad akad transaksi dalam perbangkan syariah

Wadiah, Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istisna', Qardh.

20
B. Saran
Sebelumnya kami penyusun makalah ini mohon ma’af apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan makalah kami pun di sini masih
belum sempurna, untuk itu sekiranya apabila masih di rasa pembaca masih
belum cukup bahasan-bahasan di dalam makalah ini di sarankan untuk
mencari sumber referensi dari buku-buku atau sumber-sumber yang
semacamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Muhammad Maulana, M.Ag DR. EMK. Alidar, M.Hum (Aceh : dinas syariat aceh, 2020),
halaman 1-3
Sidikqharim, ekonomi islam : pengertian, prinsip dan contohnya, diakses dari
(https://sosiologis.com/ekonomi-islam) , diakses pada tanggal (2 agustus 2021)

21
Otoritas jasa keuangan, akad akad yang diterapkan dalam ekonomi islam, di akses di
(https://www.ojkl.go.id) diakses pada tanggal (2 agustus 2021), pukul 13.09 WITA
OJK, akad yang diterapkan dalam perbangkan syariah diakses di (https//www.OJK.go.id), pada
tanggal 2 agustus 2021
Muin rahmawati, kebijakan dalam ekonomi islam, diakses dari (https://sulselprov.go.id), diakses
pada tanggal (2 agustus 2021).

22

Anda mungkin juga menyukai