Anda di halaman 1dari 13

Menguasi ketentuan dan tata cara salat Jumat

1. Menjelaskan pengertian dan hukum salat Jumat


2. Menjelaskan syarat-syarat salat Jumat
3. Menjelaskan tata cara pelaksanaan Salat Jumat
4. Menjelaskan ketentuan khutbah Jumat
5. Menjelaskan nilai-nilai pendidikan dalam penyelenggaraan
salat Jumat

1. Pengertian dan hukum salat Jumat


2. Syarat-syarat salat Jumat
3. Tata cara pelaksanaan Salat Jumat
4. Ketentuan khutbah Jumat
5. Nilai-nilai pendidikan dalam penyelenggaraan salat Jumat

1
Uraian Materi

A. Pengertian dan Hukum Salat Jumat


Hari Jumat merupakan hari yang penting bagi kaum muslimin. Hari yang memi-
liki kekhususan dan keistimewaan yang tidak dimiliki hari-hari lain. Allah
memerintahkan kaum muslimin untuk berkumpul pada hari itu untuk menunaikan
ibadah salat di masjid tempat berkumpulnya penduduk. Di sana kaum muslimin saling
berkumpul dan bersatu, sehingga dapat terbentuk ikatan kecintaan, persaudaraan dan
persatuan.
Prof. Dr. Shalih bin Ghanim al-Sadlan berkata, “Hari Jumat merupakan hari
terbaik dan termulia, yang Allah khusukan untuk umat Islam. Pada hari itu, Allah
mensyariatkan kaum muslimin untuk berkumpul. Di antara hikmahnya, yaitu menjadi
sarana perkenalan, persatuan, saling mencintai dan kerjasama di antara mereka. Jadilah
hari Jumat sebagai hari raya pekanan dan menjadi hari terbaik.”
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Jumat -dengan didammah-
kan huruf jim-nya dan disukunkan huruf mim-nya- berasal dari kata al-jam’u.
Dinamakan demikian karena Allah telah mengumpulkan beberapa perkara kauniyah
dan syariyah yang tidak ada di hari lainnya. Terdapat padanya penyempurnaan pen-
ciptaan langit dan bumi, penciptaan Adam dan terjadinya hari kiamat dan kebangkitan
manusia. Juga pada hari itu manusiapun berkumpul.”
Rasulullah mengabarkan dalam hadis-hadis, di antaranya:
‫ خري يوم طلعت عليه الشمس يوم اجلمعة فيه خلق‬:‫عن أيب هريرة أن النيب صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫آدم وفيه أدخل اجلنة وفيه أخرج منها وال تقوم الساعة إال يف يوم اجلمعة‬
Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat. Pada hari
itu Adam diciptakan, masuk dan keluar dari syurga dan hari kiamat hanya akan
terjadi pada hari Jumat. (HR Imam Muslim).
Pada hari Jumat, Allah mensyariatkan salat Jumat. Salat Jumat adalah salat yang
wajib dikerjakan pada waktu Zuhur di hari Jumat yang diawali dengan dua khutbah.
Disebut salat Jumat karena dilaksanakan pada hari Jumat. Salat Jumat itu hukumnya
fardu ain bagi setiap mukalaf yang mampu dan memenuhi syarat-syaratnya. Dasar
hukum salat Jumat adalah:
‫اَّللِ اوذا ُروا الْبا ْي اع ذالِ ُك ْم اخ ْريٌ لَّ ُك ْم إِن‬
َّ ‫اس اع ْوا إِ اَل ِذ ْك ِر‬ ِ ِ ِ ِ َّ ِ‫ودي ل‬ ِ ُ‫َي أايُّها الَّ ِذين آمنُوا إِذاا ن‬
ْ ‫لص اَلة من يا ْوم ا ْجلُ ُم اعة فا‬ ‫ا ا‬ ‫ا ا‬
٩- ‫ُكنتُ ْم تا ْعلا ُمو ان‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari
Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al-
Jum’ah/62: 9).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk menunaikan salat Jumat. Perintah
dalam istilah ushul fikih menunjukkan kewajiban. Demikian juga larangan sibuk
berjual beli setelah ada panggilan salat, menunjukkan kewajibannya, sebab seandainya
bukan karena wajib, tentu hal itu tidak dilarang.

2
Sedangkan dalil dari sunah, sabda Rasulullah:
َّ ‫ول اعلاى أ ْاع او ِاد ِمْن اَِبهِ « لايا ْن تا ِه ا‬
‫َي‬ ُ ‫ يا ُق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬ َّ ‫ول‬ ‫بْ ان عُ امار اوأ ااَب ُهاريْ ارةا اح َّد اَثهُ أا ََّّنُ اما اِس اعا ار ُس ا‬
.» ‫َي‬ ِِ ِ ِِ َّ ‫ات أ ْاو لايا ْختِ ام َّن‬ِ ‫أاقْ وام عن و ْدعِ ِهم ا ْجلمع‬
‫اَّللُ اعلاى قُلُوِب ْم ُُثَّ لايا ُكونُ َّن م ان الْغاافل ا‬ ‫ا ٌ ا ْ ا ُ ُُ ا‬
Hendaklah satu kaum berhenti dari meninggalkan salat Jumat, atau kalau tidak,
maka Allah akan mencap hati-hati mereka, kemudian menjadikannya termasuk
orang yang lalai.” (HR. Imam Muslim).
Salat Jumat ini diwajibkan bagi setiap umat Islam dan dikecualikan bagi hamba
sahaya, kaum wanita, anak-anak, orang sakit dan orang yang sedang berhalangan/
uzhur seperti sakit atau bepergian. Hal ini ditegaskan oleh sabda Rasulullah saw.:
‫ب اعلاى ُك ِىل ُم ْسلٍِم ِِف‬ ِ
ٌ ‫ال « ا ْجلُ ُم اعةُ اح ٌّق اواج‬
‫ قا ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬ ِ ٍ ِ ِ ِِ
‫اع ْن طاارق بْن ش اهاب اعن النِ ِى‬
ٌ ‫ب أ ْاو ام ِر‬
» ‫يض‬ ٌّ ِ‫ص‬ ٌ ُ‫اع ٍة إِالَّ أ ْاربا اعةً اعْب ٌد َماْل‬
‫وك أا ِو ْامارأاةٌ أ ْاو ا‬ ‫اَجا ا‬
Jumat itu wajib bagi setiap Muslim dengan berjamaah, kecuali empat (golong-
an), yaitu: hamba sahaya, wanita, anak-anak, dan orang yang sakit.” (HR. Abu
Daud dan Hakim).
Sedangkan tentang hukum musafir, para ulama berbeda pendapat tentang wajib
tidaknya salat Jumat bagi mereka. Ada dua pendapat, yaitu:
Pertama, musafir tidak diwajibkan salat Jumat. Ini adalah pendapat jumhur ulama,
dengan dasar bahwa Rasulullah saw. dalam seluruh safarnya tidak pernah melakukan
salat Jumat, padahal bersamanya sejumlah sahabat beliau. Hal ini dikuatkan dengan
kisah haji wada, sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdillah dalam hadis yang
panjang.
‫ ُث أذن ُث أقام فصلى الظهر ُث أقام فصلى العصر ومل يصل بينهما‬... ‫فأيت بطن الوادي فخطب الناس‬
‫شيئا‬
Lalu beliau mendatangi Wadi dan berkhutbah … kemudian (Bilal) menguman-
dangkan azan, kemudian iqamah dan salat Zuhur, kemudian iqamah dan salat
Asar, dan tidak salat sunah di antara keduanya…. (HR. Muslim).
Kedua, musafir wajib melakukan salat Jumat. Ini merupakan pendapat mazhab
Zahiriyah, al-Zuhri, dan al-Nakha’i. Mereka berdalil dengan keumuman ayat dan hadis
yang mewajibkan salat Jumat dan menyatakan baha tidak ada satupun dalil sahih yang
mengkhususkannya hanya untuk muqim.
Dari kedua pendapat tersebut, maka yang rajih adalah pendapat pertama
dikarenakan kekuatan dalil yang ada. Pendapat inilah yang dirajihkan Ibnu Taimiyah,
sehingga setelah menyampaikan perselisihan para ulama tentang kewajiban salat
Jumat dan Id bagi musafir, ia berkata, “Yang jelas benar adalah pendapat pertama
bahwa hal tersebut tidak disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah saw. telah
bepergian dalam banyak safar, telah berumrah tiga kali selain umrah ketika hajinya
dan berhaji haji wada’ bersama ribuan orang, serta telah berperang lebih dari dua puluh
peperangan, namun belum ada seorangpun yang menukilkan bahwa beliau melakukan
salat Jumat, dan tidak pula salat Id dalam safar tersebut. Bahkan, beliau salat dua rakaat
saja dalam seluruh perjalanan (safar)nya.”

3
Demikian juga orang yang memiliki uzur yang dibenarkan syarak, termasuk
orang yang tidak diwajibkan menghadiri salat Jumat. Orang yang mendapat uzur, tidak
wajib salat Jumat, tetapi wajib menunaikan salat Zuhur, bila termasuk mukalaf karena
asal perintah hari Jumat adalah salat Zuhur, kemudian disyariatkan salat Jumat kepada
setiap muslim yang mukalaf dan tidak memiliki uzur sehingga mereka yang tidak
diwajibkan salat Jumat masih memiliki kewajiban salat Zuhur.
Waktu salat Jumat adalah sama dengan waktu salat Zuhur yaitu sejak tergelin-
cirnya matahari hingga ukuran bayangan sesuatu sama dengannya, setelah bayangan
istiwa’. Inilah waktu yang disepakati para ulama. Waktu yang paling utama untuk
melaksanakan salat Jumat adalah setelah matahari tergelincir ke barat sebagaimana
hadis dari Salamah bin al-Akwa, ia berkata:
Kami (salat) Jumat bersama Rasulullah saw. ketika matahari telah tergelincir,
lalu kami pulang mengikuti bayangan (kami).
Bila salat Jumat dilakukan sebelum tergelincir matahari, maka para ulama
berselisih dalam dua pendapat.
Pertama, tidak sah menurut pendapat jumhur ulama dengan argumen sebagai berikut:
– Hadis Anas bin Malik, ia berkata:
‫ أن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يصلي اجلمعة حَي متيل‬: ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه‬
‫الشمس‬
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Jumat ketika matahari
condong (tergelincir). (HR Imam Bukhari)
– Hadis Samahin al-Aqwa’, ia berkata:
‫عن إَيس بن سلمة األكوع عن أبيه قال كنا جنمع مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا زالت‬
‫الشمس ُث نرجع نتتبع الفيء‬
Kami salat Jumat bersama Nabi saw. jika tergelincir matahari, kemudian kami
pulang mencari bayangan (untuk berlindung dari panas). (HR Imam Muslim).
Inilah yang dikenal dari para salaf, sebagaimana dinyatakan Imam al-Syafi’i:
Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Usman dan para imam setelah mereka, salat setiap Jumat
setelah tergelincir matahari.
Kedua, sah salat Jumat sebelum tergelincir matahari. Demikian pendapat Imam
Ahmad dan Ishaq, dengan argumen sebagai berikut:
Hadis saamah in Al Aqwa’, ia berkata:
‫عن إَيس بن سلمة األكوع عن أبيه قال كنا جنمع مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا زالت‬
‫الشمس ُث نرجع نتتبع الفيء‬
Kami salat Jumat bersama Nabi saw. jika tergelincir matahari, kemudian kami
pulang mencari bayangan (untuk berlindung dari panas). (HR Imam Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bahwa Nabi saw. dan para sahabatnya melakukan
salat Jumat sebelum matahari tergelincir, karena mereka pulang sedangkan belum ada
bayangan yang dapat digunakan untuk berteduh.

4
Hadis Sahl bin Sa’ad, ia berkata:
‫ وقال ما كنا نقيل وال نتغذى إال بعد اجلمعة‬: ‫عن أيب حازم عن أبيه عن سهل ِبذا‬
Kami tidak tidur dan makan siang, kecuali setelah Jumat. (HR Imam Bukhari)
Dalam riwayat muslim terdapat tambahan lafaz: ‫يف عهد رسول هللا صلي هللا عليه‬
‫ وسلم‬Pendapat ini menyatakan, bahwa makan dan tidur siang dalam adat bangsa Arab
dahulu, dilakukan sebelum tergelincir matahari, sebagaimana dinyatakan Ibnu
Qutaibah. Demikian juga Rasulullah berkhutbah dua khutbah, kemudian diriwayatkan
membaca QS Qaf, atau dalam riwayat lain QS al-Furqan, atau dalam riwayat lain QS
al-Jumu’ah dan QS al-Munafiqun. Seandainya Beliau hanya salat Jumat setelah
tergelincir matahari, maka ketika selesai, orang akan mendapatkan bayangan benda
untuk bernaung dari panas matahari dan telah keluar dari waktu makan dan tidur siang.
– Hadis Jabir bin Abdillah ketika ia ditanya:
‫ مىت كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يصلي اجلمعة ؟‬: ‫عن جعفر عن أبيه أنه سأل جابر بن عبدهللا‬
‫قال كان يصلي ُث نذهب إَل َجالنا فنرحيها زاد عبدهللا يف حديثه حَي تزول الشمس‬
Kapan Rasulullah salat Jumat, ia menjawab, “Beliau salat Jumat, kemudian kami
kembali ke onta-onta kami, lalu menungganginya ketika matahari tergelincir.
(HR Imam Bukhari).

B. Syarat Wajib Salat Jum`at


Syarat wajib melaksanakan salat Jumat adalah:
1. Muslim
Dengan demikian, orang kafir tidak wajib Jumat, bahkan jika mengerjakannya
tidak dianggap sah. Allah swt. berfirman:
َّ ‫اواما امنا اع ُه ْم أان تُ ْقبا ال ِمْن ُه ْم نا اف اقا ُُتُْم إِالَّ أا ََّّنُْم اك اف ُرواْ َِب ىَّللِ اوبِار ُسولِِه اوالا اَيْتُو ان‬
‫الصَلاةا إِالَّ اوُه ْم ُك اس ا‬
‫اَل اوالا‬
-٥٤- ‫يُ ِنف ُقو ان إِالَّ اوُه ْم اكا ِرُهو ان‬
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-
nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS al-
Taubah/09: 54)
Apabila Allah swt. tidak menerima infak orang kafir padahal manfaatnya sangat
luas, tentu ibadah yang manfaatnya terbatas (untuk pelaku) lebih tidak terima.
2. Balig
Anak kecil yang belum balig tidak wajib Jumat karena belum dibebani syariat.
Meskipun demikian, anak laki-laki yang sudah mumayiz (biasanya berusia tujuh tahun
lebih), dianjurkan kepada walinya agar memerintahnya menghadiri salat Jumat. Hal
ini berdasarkan keumuman sabda Nabi saw.
‫ « ُم ُروا أ ْاوالا اد ُك ْم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬ُ ‫ال ار ُس‬ ‫ب اع ْن أابِ ِيه اع ْن اج ىِدهِ قا ا‬
‫ال قا ا‬ ٍ ‫اع ْن اع ْم ِرو بْ ِن ُش اعْي‬
‫َي‬ ِِ ِ َّ ‫َِب‬
‫لصَلاة اوُه ْم أابْنااءُ اسْب ِع سن ا‬
Perintahkan anak kecil untuk mengerjakan salat apabila sudah berumur tujuh
tahun.” (HR. Abu Dawud)

5
3. Berakal
Orang yang tidak berakal (gila) secara total berarti dia bukan orang yang cakap
untuk diarahkan kepadanya perintah syariat atau larangannya. Nabi saw.. bersabda,
‫ال « ُرفِ اع الْ اقلا ُم اع ْن ثاَلاثاٍة اع ِن النَّائِِم‬
‫ قا ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬ َّ ‫ول‬ ‫ان ار ُس ا‬ َّ ‫اع ْن اعائِ اشةا رضى هللا عنها أ‬
.» ‫َْب‬ ‫الصِ ِى‬
‫ب اح َّىت ياك اا‬ ‫اح َّىت يا ْستا ْي ِق ا‬
َّ ‫ظ او اع ِن الْ ُمْب تا لاى اح َّىت ياْ اَبأا او اع ِن‬
Pena terangkat dari tiga golongan: dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari
anak kecil sampai dia dewasa, dan dari orang gila sampai dia (kembali) berakal
(waras). (HR. Abu Daud)
4. Laki-laki, Merdeka, dan Sehat
Maka dari itu, tidak wajib salat Jumat atas perempuan, sebagaimana sabda Nabi
saw.
‫اع ٍة إِالَّ أ ْاربا اعةً اعْب ٌد‬ ِ ِ
‫ب اعلاى ُك ِىل ُم ْسل ٍم ِِف اَجا ا‬
ٌ ‫ال « ا ْجلُ ُم اعةُ اح ٌّق اواج‬
‫ قا ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬ ِ
‫اعن النِ ِى‬
ٌ ‫ب أ ْاو ام ِر‬
» ‫يض‬ ‫وك أا ِو ْامارأاةٌ أ ْاو ا‬
ٌّ ِ‫ص‬ ٌ ُ‫َماْل‬
Salat Jumat adalah hak yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim secara
berjamaah, kecuali empat orang: budak sahaya, wanita, anak kecil, atau orang
yang sakit. (HR. Abu Dawud).
5. Orang yang Menetap dan Bukan Musafir
Orang musafir termasuk orang yang mendapat rukhsah (keringan) dari Allah
untuk tidak melaksanakan puasa. Demikian halnya dengan salat Jumat. Di antara dalil
yang menegaskan bahwa musafir tidak diwajibkan untuk salat Jumat adalah hadis Jabir
r.a yang menyebutkan salat Nabi saw. di Padang Arafah di hari Jumat. Jabir r.a.
mengatakan, “Kemudian (muazin) mengumandangkan azan lalu iqamah, Nabi saw.
salat Zuhur. Kemudian (muazin) iqamah lalu salat Asar.” (HR. Muslim).
Adapun tentang musafir yang singgah atau menetap bersama orang-orang
mukim beberapa saat, sebagian ulama berpendapat disyariatkannya Jumat atas mereka
karena mereka mengikuti orang-orang yang mukim.
6. Orang yang Tidak Ada Uzur/Halangan yang Mencegahnya untuk
Menghadiri
Jumat orang yang memiliki uzur, ada keringanan tidak menghadiri salat Jumat
dan menggantinya dengan salat Zuhur. Misalnya hujan deras atau angin topan yang
terus-menerus, atau ada kezaliman yang dikhawatirkannya, atau bisa menggugurkan
suatu kewajiban yang tidak ada seorang pun yang bisa menggantikannya, dan
sebagainya.

C. Syarat Sah Salat Jumat


Adapun syarat sah salat Jumat adalah sebagai berikut:
1. Salat Jumat Diadakan dalam Satu Tempat (Tempat Tinggal), baik di kota
maupun di desa.
Tidak sah mendirikan salat Jumat di tempat yang tidak merupakan daerah tempat
tinggal seperti di ladang atau jauh dari perkampungan penduduk. Salat Jumat wajib
dilakukan di tempat pemukiman warga, sekiranya tidak diperbolehkan melakukan

6
rukhsah salat jamak qasar di dalamnya bagi musafir. Tempat pelaksanaan Jumat tidak
disyaratkan berupa bangunan, atau masjid. Boleh dilakukan di lapangan dengan
catatan masih dalam batas pemukiman warga.
Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa
Jumat tidak disyaratkan dilakukan di surau atau masjid. Bahkan, boleh di tanah lapang
apabila masih tergolong bagian daerah pemukiman warga. Bila jauh dari daerah
pemukiman warga, sekira musafir dapat mengambil rukhshah di tempat tersebut, maka
Jumat tidak sah dilaksanakan di tempat tersebut.
2. Salat Jumat Diadakan Secara Berjamaah
Jumlah jamaah menurut pendapat sebagian ulama adalah 40 orang laki-laki
dewasa dari penduduk negeri setempat. Sebagian ulama yang lain berpendapat lebih
dari 40 jamaah dan sebagian ulama yang lain berpendapat cukup dengan dua orang
saja, karena sudah berarti berjamaah. Menurut pendapat yang terakhir ini jumlah
jamaah dalam salat Jumat minimal adalah dua orang. Jika seorang sendirian, maka ia
tidak wajib untuk melakukan salat Jumat. Ini adalah pendapat Ibnu Hazm, al-Syaukani,
Shidiq Hasan Khan, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Al-Albani. Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata, “Salat berjamaah sah dilakukan walaupun
hanya dengan seorang (makmum) bersama seorang imam, sedangkan salat Jumat
merupakan salah satu dari salat-salat wajib lainnya. Barangsiapa yang mensyaratkan
tambahan bilangan yang ada pada salat berjamaah, maka ia harus menunjukkan dalil
pendapat tersebut, dan niscaya ia tidak akan mendapatkan dalilnya.
3. Salat Jumat dan Kedua Kutbahnya Dikerjakan pada Waktu Zuhur
Rasulullah saw. bersabda:
‫ أن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يصلي اجلمعة حَي متيل الشمس‬: ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه‬
Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah saw. bersabda, “Salat Jumat ketika telah
tergelincir matahari." (H.R. Bukhari).
4. Salat Jumat Dilaksanakan Setelah Dua Khutbah
Hadis tentang khutbah ini menyatakan sebagai berikut:
‫ جيلس بينهما‬، ‫ كان النيب صلى هللا عليه وسلم خيطب يوم اجلمعة خطبتَي‬: ‫عن ابن عمر قال‬
Dari Ibnu Umar r.a., berkata Rasulullah saw. berkhutbah pada hari Jumat dua
khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu." (HR. Ibnu
Khuzaimah).

D. Tata Cara Pelaksanaan Salat Jumat


Tata cara pelaksanaan salat Jumat secara umum adalah sebagai berikut:
1. Khatib naik ke mimbar mengucapkan salam, muazin mengumandangkan azan
yang kedua;
2. Khatib menyampaikan khutbahnya dengan dua kali khutbah diselingi dengan
duduk di antara dua khutbah;
3. Pada saat khutbah dibacakan, jamaah memperhatikan dengan khusuk, tidak
bercakap-cakap, meskipun suara khutbah tidak terdengar;
4. Setelah selesai khutbah, muazin mengumandangkan iqamah sebagai tanda di
mulainya salat Jumat;

7
5. Jamaah bersiap-siap untuk melaksanakan salat Jumat;
6. Sebelum salat dimulai, imam hendaknya mengingatkan makmum untuk
merapatkan dan meluruskan saf serta mengisinya yang masih kosong;
7. Imam memimpin salat Jumat berjamaah dua rakaat;
8. Jamaah disunahkan untuk berzikir dan berdoa setelah selesai salat Jumat;
9. Sebelum meninggalkan masjid, jamaah disunahkan untuk melaksanakan salat
ba’diyah terlebih dahulu.

E. Tata Cara Khutbah Jumat


1. Rukun Khutbah Jumat
a. Hamdalah
Khutbah Jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji
Allah swt. seperti lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah.
Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama
maupun khutbah kedua.
b. Salawat kepada Nabi saw.
Salawat kepada Nabi Muhammad saw. harus dilafazkan dengan jelas, paling
tidak ada kata salawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-salatu ‘ala
Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
c. Wasiyat untuk Taqwa
Yang dimaksud dengan wasiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran
untuk bertakwa atau takut kepada Allah swt. Menurut al-Zayadi, wasiyat ini adalah
perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah
Allah. Adapun menurut al-Ramli, wasiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan
kepada Allah.
Lafaznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah
kalian kepada Allah” atau kalimat: “Marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang
taat”. Ketiga rukun di atas harus terdapat pula dalam kedua khutbah Jumat itu.
d. Membaca ayat Al-Quran pada Salah Satunya
Minimal satu kalimat dari ayat al-Qur’an yang mengandung makna lengkap,
bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan
sebagai pembacaan al-Quran bila sekedar mengucapkan lafaz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah
atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan
lainnya. Contoh bacaan (QS al-Baqarah/2: 148)
‫اَّللا اعلاى ُك ِىل اش ْي ٍء قا ِد ٌير‬ ِ ِ ِ
‫استابِ ُقواْ ا ْْلاْ اريات أايْ ان اما تا ُكونُواْ اَيْت بِ ُك ُم ى‬
‫اَّللُ اَجيعاً إِ َّن ى‬
ِ ِ
ْ ‫اول ُك ٍىل ِو ْج اهةٌ ُه او ُم اولى ايها فا‬
e. Doa untuk Umat Islam
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz doa yang intinya meminta
kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil
muslimin wal muslimat, atau kalimat Allahumma ajirna minannar.

8
2. Syarat Khutbah Jumat
a. Khutbah dilaksanakan pada waktu Zuhur sebagaimana telah dijelaskan pada uraian
sebelumnya;
b. Khatib berdiri pada dua khutbah ketika ia mampu, dari Abdullah bin Umar r.a. ia
berkata:
‫ جيلس بينهما‬، ‫ كان النيب صلى هللا عليه وسلم خيطب يوم اجلمعة خطبتَي‬: ‫عن ابن عمر قال‬
Dari Ibnu Umar r.a., berkata Rasulullah saw. berkhutbah pada hari Jumat dua
khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu." (HR. Ibnu
Khuzaimah).
c. Khatib hendaklah duduk di antara kedua khutbah, sekurang-kurangnya berhenti
sebentar. Hal ini berdasarkan amal Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim. Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata:
‫ كان النيب صلى هللا عليه و سلم خيطب قائما ُث يقعد ُث يقوم كما‬: ‫ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫تفعلون اآلن‬
Nabi saw. biasa berkhutbah sambil berdiri kemudian duduk lalu beliau berdiri
kembali. Itulah seperti yang kalian lakukan saat ini. (HR. Bukhari dan Muslim)
d. Hendaklah khatib menyampaikan khutbah dengan suara yang keras. Hal ini
berdasarkan hadis berikut:
‫ كان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا خطب امحرت عيناه وعَل صوته‬: ‫عن جابر بن عبدهللا قال‬
‫واشتد غضبه حىت كأنه منذر جيش يقول صبحكم ومساكم‬
Bila Rasulullah saw. berkhutbah, kedua matanya merah, suaranya keras, dan
semangatnya tinggi bagai panglima yang memperingatkan kedatangan musuh
yang menyergap di kala pagi dan sore. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
e. Hendaklah berurutan baik rukun, jarak kedua khutbah, maupun jarak keduanya
dengan salat. Jika ada jarak yang lama (yang dianggap oleh ‘urf itu lama) antara
khutbah pertama dan kedua, juga ada jarak yang lama antara kedua khutbah dan
salat, khutbah jadi tidak sah.
f. Khatib harus suci dari hadas kecil maupun hadas besar, suci pula dari najis yang
tidak dimaafkan yaitu pada pakaian, badan dan tempat. Khutbah itu seperti salat
dan sebagai gantian dari dua raka’at yang ada pada salat Zuhur. Oleh karenanya,
sama halnya dengan salat, disyaratkan pula syarat sebagaimana salat.
g. Khatib hendaklah menutup aurat.
3. Syarat Khatib Jumat
Salah satu syarat sahnya mendirikan salat Jumat ialah harus didahului khotbah
oleh khatib dengan ketentuan:
a. Muslim yang telah balig, berakal sehat, dan taat beribadah
b. Mengetahui syarat, rukun dan sunat khutbah
c. Suci dari hadatas baik badan dan pakaian serta tertutup auratnya
d. Fasih mengucapkan al-Qur’an dan hadis
e. Memiliki akhlak yang baik, tidak tercela di mata masyarakat dan tidak melakukan
perbuatan dosa

9
f. berpenampilan baik, rapih dam sopan.
4. Sunnah Kutbah Jum`at
a. Dilakukan di tempat yang lebih tinggi atau di atas mimbar
b. Memberi salam pada permulaan khutbah jumat
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
d. Di sampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematik dan temanya sesuai dengan
kondisi yang terjadi
e. Materi khutbah hendaklah pendek, jangan terlalu panjang sebaiknya salatnya saja
yang panjang
f. Khatib menghadap Jamaah.
5. Adab salat Jumat
a. Sebelum berangkat ke masjid, hendaklah terlebih dahulu mandi jumat, memotong
kuku dan kumis, berpakaian bersih dan putih, dan memakai wangi-wangian
b. Hendaknya berangkat ke mesjid lebih awal. Dihindari datang sesudah imam
menyampaikan khutbahnya.
c. Mengisi saf yang kosong, kemudian mengerjalan salat “tahiyatul masjid” sebanyak
dua rakaat
d. memperbanyak zikir, beroda membaca salawat Nabi atau membaca al-Qur’an
sebelum imam naik mimbar
e. Mendengarkan khutbah, tidak boleh berbicara, menegur jamaah dan mengantuk/
tidur sehingga tidak mengetahui isi khutbah. Sabda Rasulullah saw.:
‫ ( إذا قلت لصاحبك يوم اجلمعة أنصت‬: ‫أن أَب هريرة أخَبه أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬
) ‫واإلمام خيطب فقد لغوت‬
Apabila Anda berkata kepada temanmu, pada hari Jumat “diamlah” padahal
imam telah menyampaikan khutbahnya, maka Jumatmu sia-sia. (HR. Bukhari
dan Muslim).
f. Jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk menghadap ke arah kiblat. Dari
Muthi’ ibn al-Hakam r.a., bahwa Nabi saw. bersabda:
‫صعِ اد الْ ِمْن ااَب أ ْاو قا ا‬
‫ال قا اع اد اعلاى الْ ِمْن اَِب‬ ‫ إِذاا ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬
ُّ ِ‫ اكا ان الن‬: ‫ال‬ ٍ ‫اع ِن الْاَب ِاء بْ ِن اعا ِز‬
‫ب قا ا‬ ‫ا‬
ِ ‫است ْقب لْناه بِوج‬
.‫وهناا‬ ُ ُ ُ ‫ْا ا ا‬
Apabila beliau naik mimbar, maka kami menghadapkan wajah-wajah kami ke
beliau (HR. Bukhari Muslim)
g. Jamaah berdoa atau membaca istigfar saat khatib duduk di antara dua khutbah.
Waktu di antara dua khutbah adalah waktu ijabah (waktu yang banyak
dikabulkannya doa saat itu).

F. Nilai-nilai Pendidikan Ibadah Salat Jumat


Di samping mendatangkan pahala, salat Jumat juga menjadi pembersih dosa
antara Jumat tersebut dan Jumat berikutnya, sebagaimana hadis Nabi saw.:

10
‫ من اغتسل ُث أتى اجلمعة فصلى ما قدر له ُث أنصت‬: ‫أيب هريرة عن النيب صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫حىت يفرغ من خطبته ُث يصلي معه غفر له ما بينه وبَي اجلمعة األخرى وفضل ثَلثة أَيم‬
Barangsiapa mandi kemudian mendatangi Jumat, lalu salat (sunah) yang
ditakdirkan (dimudahkan) Allah swt. baginya, serta diam sampai (imam) selesai
dari khutbahnya dan salat bersamanya, diampuni baginya antara Jumat itu
hingga Jumat berikutnya, ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
Melaksanakan salat Jumat adalah syiar orang-orang saleh, sedangkan mening-
galkannya adalah pertanda kefasikan dan kemunafikan yang mengantarkan pada
kebinasaan. Rasulullah saw. bersabda:
‫ لينتهَي أقوام عن ودعهم اجلمعات أو ليختمن‬: ‫رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول على أعواد منَبه‬
‫هللا على قلوِبم ُث ليكونن من الغافلَي‬
Hendaknya orang-orang berhenti meninggalkan Jumatan, atau (kalau tidak)
Allah swt. akan menutup hati-hati mereka, kemudian tentu mereka akan menjadi
orang-orang yang lalai. (HR. Muslim)
Apabila seseorang ditutup hatinya, dia akan lalai melakukan amalan yang ber-
manfaat dan lalai meninggalkan hal yang memudaratkan (membahayakan). Hadis ini
termasuk ancaman yang keras terhadap orang yang meninggalkan dan meremehkan
Jumat. Juga menunjukkan bahwa meninggalkannya adalah faktor utama seseorang
akan diabaikan oleh Allah swt.
Salat Jumat merupakan ibadah yang hukumnya wajib dilakukan oleh seorang
muslim mukalaf. Jika ditarik dalam garis dunia pendidikan, maka ibadah salat Jumat
memiliki nilai-nilai yang luhur yang dapat dijabarkan dalam rangkaian nilai sebagai
berikut:
1. Disiplin Waktu
Salat Jumat merupakan salat wajib mingguan, yang hanya dilaksanakan pada
haru Jumat dengan waktu yang khusus, yaitu pada waktu salat Zuhur. Dengan
pelaksanaan salat Jumat mendidik umat untuk menggunakan waktu pada hari Jumat
sebaik mungkin dan bersegera untuk melaksanakan salat Jumat.
2. Memilih untuk Mengingat Allah swt. dan Tidak Hubbudunya
Sikap ini tergambar dengan firman Allah swt. QS al-Jum’ah/62: 9 yang dalam
penjelasan ayat ini menuntun manusia agar tidak terpedaya dunia ketika seruan Allah
swt. telah datang.
3. Nilai Kebersamaan
Nilai ini tercermin dalam tata cara salat Jumat yang dilaksanakan secara ber-
jamaah. Bahkan, dalam salat Jumat pelaksanaannya dilaksanakan oleh seluruh pendu-
duk. Ibnu Qayyim al-Jauziah menyatakan bahwa salat Jumat adalah fardu Islam yang
paling kuat dan merupakan perkumpulan orang-orang muslim yang paling besar
karena dilakukan secara berjamaah.
4. Nilai Menghargai Orang Lain
Nilai ini tercermin dalam pelaksanaan salat Jumat pada saat khatib sedang
melaksanakn khutbahnya. Dalam salat Jumat, setiap muslim diharuskan untuk mende-

11
ngarkan khutbah, dan jika tidak maka disebut laghaw. Barang siapa yang termasuk
lagha maka dianggap tidak mengikuti Jumat.
5. Membiasakan Hidup Bersih dan Rapi
Hal ini dilihat dan tergambar dari aktivitas yang dianjurkan ketika hendak
melaksanakan salat Jumat yaitu mandi dan memakai wangi-wangian.

G. Perselisihan Ulama dalam Masalah Salat Jumat


1. Khutbah dengan Bahasa Arab
Para ulama mazhab berbeda pendapat dalam masalah khutbah, apakah khutbah
harus disampaikan dengan bahasa arab? Dalam hal ini, mereka berpendapat.
Hanafiyah mengatakan bahwa khutbah dengan selain bahasa Arab adalah dibolehkan,
baik ia mampu berbahasa Arab ataupun tidak, jamaahnya orang Arab ataupun bukan
Arab. Hanabilah mengatakan bahwa khutbah itu tidak sah selain bahasa Arab bagi
orang yang mampu berbahasa Arab, baik jamaahnya orang Arab atau bukan Arab.
Tetapi, jika seorang khatib tidak mampu berbahasa Arab, maka dibolehkan. Syafi’iyah
mengatakan bahwa rukun-rukun khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab.
Adapun tambahan dari rukun-rukun tersebut boleh menggunakan selain bahasa Arab.
Malikiyah mengatakan bahwa khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab
sekalipun jamaahnya bukan orang Arab yang tidak mengerti bahasa Arab. Jika tidak
ada yang bisa berbahasa Arab, maka gugurlah kewajiban salat Jumat dari mereka.
2. Adzan Jumat
Dalam fikih Islam, Sulaiman Rasyid mengungkapkan bahwa berdasar pendapat
yang mu’tamad bahwa azan Jumat hanya satu kali, yaitu sewaktu khatib sudah duduk
di atas mimbar. Berdasarkan keterangan dari Imam Syafi’i, bahwa ia berkata:
“Seorang yang saya percaya mengabarkan kepada saya bahwa azan jumat itu di masa
Nabi saw. dan masa khalifah Abu Bakar dan Umar adalah satu kali. Maka setelah
khalifah ketiga (Utsman), ketika itu orang sudah bertambah banyak, maka disuruh
azan sebelum imam duduk di mimbar. Sejak waktu itu, terjadilah keadaan azan seperti
sekarang.
3. Jumlah Orang yang Hadir pada Salat Jumat
Para imam mazhab sepakat bahwa salat Jumat itu tidak sah dilakukan, kecuali
dengan berjamaah. Akan tetapi, mereka berselisih pendapat tentang jumlah jamaah
yang sah untuk salat Jumat. Menurut Malikiyah batas minimal jumlah jamaah yang
sah untuk salat Jumat adalah dua belas orang laki-laki selain imam. Ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa jamaah yang sah untuk salat Jumat adalah tiga orang selain imam
sekalipun mereka tidak menghadiri khutbah Jumat. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah
berpendapat bahwa jamaah yang sah untuk salat Jumat adalah empat puluh orang yang
memenuhi syarat Jumat sekalipun dengan imamnya.
Makmum yang masbuk pada salat Jumat menurut Imam Syafi’i, Maliki, dan
Ahmad bin Hanbal bahwa jika seorang tertinggal pada salat Jumat dan mendapati
imam sudah memulai salat Jumat, hendaknya segera ber-takbirat al-ihram. Jika
sempat rukuk bersama imam, maka ia dihitung mendapat satu rakaat. Tetapi, jika ia
sempat ruku bersama imam pada rakaat kedua saja, maka ia diharuskan menambah

12
satu rakaat lagi setelah salamnya imam. Adapun jika makmum datang sedangkan
imam telah mengangkat kepalanya dari ruku pada rakaat kedua, maka hilanglah
kesempatannya untuk memperoleh salat Jumat. Walaupun demikian, ia diharuskan
segera untuk salat bersama imam dengan niat salat Zuhur empat rakaat. Tetapi,
berbeda menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf bahwa barangsiapa mendapati imam
tasyahud akhir, maka ia hanya menambahkan dua rakaat setelah salamnya imam.
4. Hari Raya pada Hari Jumat
Apabila hari raya seperti Idul Fitri atau Idul Adha bertepatan pada hari Jumat,
maka kewajiban salat Jumat menjadi gugur bagi mereka yang telah ikut salat Ied. Akan
tetapi, kewajiban salat Zuhur mereka tidak menjadi gugur. Artinya, mereka tetap
diharuskan melaksanakan salat Zuhur. Namun, ada sebagian pendapat meski tidak
populer dan hanya berdasarkan pendapat seorang sahabat yang menyatakan bahwa
barang siapa telah ikut bersalat Id pada hari Jumat, maka tidak ada lagi kewajiban salat
Jumat maupun salat Zuhur. Mereka berpegang pada ucapan Ibnu al-Zubair yang
dirawikan oleh Abu Daud: “ Dua hari raya berhimpun pada hari ini.” lalu ia (Ibnu
Zubair) melaksanakan salat Id dua rakaat di pagi hari, dan tidak menambahkan apa
pun selainnya, sampai saat ia melaksanakan salat Asar.
Bagaimana pun juga, penyelenggaraan salat Jumat tetap dianjurkan agar dapat
dihadiri oleh mereka yang bersalat Id terlebih kepada yang tidak sempat bersalat Id.
Hal ini didasarkan oleh riwayat dari Zaed bin Arqam bahwa Rasulullah saw. salat Id
kemudian meringankan (meninggalkan) salat jumat dan bersabda: Barang siapa yang
menghendaki salat Jumat, maka hendaklah salat Jumat. (Hadis Riwayat Khamsah dan
dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim.).
Dalam riwayat lain, dinyatakan bahwa boleh meninggalkan salat Jumat karena
telah menunaikan salat Id, tetapi kebanyakan para sahabat tetap menunaikan salat
Jumat sebagaimana hadis dari Ibnu Abbas r.a. berkata:
ِ ِ ِ ‫ال « اجتامع عِ ا‬ َِّ ‫ول‬ ِ ‫اس اعن رس‬
‫يدان ِف يا ْوم ُك ْم اه اذا فا ام ْن اشاءا‬ ‫ أانَّهُ قا ا ْ ا ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬ ُ ‫اع ِن ابْ ِن اعبَّ ٍ ْ ا‬
َّ ‫اجازأاهُ ِم ان ا ْجلُ ُم اع ِة اوإِ ََّّن ُُما ىِمعُو ان إِ ْن اشاءا‬
» ُ‫اَّلل‬ ْ‫أ‬
Telah berkumpul pada hari kamu ini dua Id, barang siapa yang menghendaki
salat Jumat, maka salat Jumat sudah dianggap cukup, tetapi kami termasuk
orang-orang yang menunaikan salat Jumat juga. (HR. Ibnu Majah).

13

Anda mungkin juga menyukai