Anda di halaman 1dari 40

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat
manusia belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu
zaman tidak ada tulisan. 

Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya


zaman prasejarah setiap bangsa berbedabeda berdasarkan perkembangan setiap bangsa
tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu.

Kehidupan manusia diperkirakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka berburu binatang di sepanjang lembah-lembah
sungai yang subur. Kehidupan semacam itu diperkirakan berlangsung selama satu juta
tahun. Dalam perkembangannya, mereka mulai menggunakan peralatan batu yang
masih sederahana. Dari bukti yang berhasil ditemukan, sisa artefak yang berupa alat-alat
kapak batu di Pacitan diperkirakan berasal dari masa 800.000 tahun yang lalu.

Manusia prasejarah itu mulai mengenal atau membuat kehidupan meskipun


dalam pengertian yang teramat sederahana. Beragam peralatan batu itu diperkirakan
pernah digunakan untuk menguliti dan memotong daging buruan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masa praaksara ?
2. Apa saja nama-nama zaman atau pembagian zaman yang ada pada masa
praaksara ?
3. Bagaimanakah jenis-jenis manusia Indonesia pada masa praaksara?
4. Bagaimana corak kehidupan dan perkembangan teknologi pada masa
praaksara ?
5. Bagaimana sistem kepercayaan dan peninggalan-peninggalan kebudayaan
pada masa praaksara ?
6. Bagaimana proses penyebaran nenek moyang Bangsa Indonesia ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui makna dan definisi dari masa praaksara.
2. Mengetahui nama-nama zaman yang ada pada masa praaksara
3. Mengetahui jenis-jenis manusia Indonesia pada masa praaksara.
4. Mengetahui corak kehidupan dan perkembangan teknologi pada masa
praaksara.
5. Mengetahui sistem kepercayaan dan peninggalan-peninggalan kebudayaan
pada masa praaksara .
6. Mengetahui proses persebaran nenek moyang Bangsa Indonesia

2
Bab II

Isi

A. Pengertian Masa Praaksara atau Masa Prasejarah

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) secara harfiah berarti


"sebelum sejarah", dari bahasa Latin untuk "sebelum," præ, dan historia. Prasejarah
manusia adalah masa di mana perilaku dan anatomi manusia pertama kali muncul,
sampai adanya catatan sejarah yang kemudian diikuti dengan penemuan aksara.
Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di
dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Sumeria di Mesopotamia
dan Mesir kuno, merupakan peradaban pertama yang mengenal tulisan, dan selalu
diingat sebagai catatan sejarah; hal ini sudah terjadi selama awal Zaman Perunggu.
Sebagian besar peradaban lainnya mencapai akhir prasejarah selama Zaman Besi.

Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.


Praaksara berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti
tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya
tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum
ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.

Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap


bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu
contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan,
sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah Gambar berikut:
Hubungan zaman praaksara dan zaman sejarah Sumber informasi zaman
praaksaraSumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman
praaksara:

a. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses
kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam
ratusan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan
tahun di dalam tanah. Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil
pepohonan (tumbuhan).

3
b. Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya
yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logamGambar artefak dari
batu Pembabakan zaman praaksara

Zaman prasejarah di Indonesia sendiri diperkirakan berakhir pada masa


berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang
berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru
memasuki era sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman
prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang
seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian
bahwa bukti-bukti prasejarah didapat dari artefak-artefak yang ditemukan di daerah
penggalian situs prasejarah.

Untuk memperlajari kehidupan manusia pada zaman prasejarah kita


membutuhkan bantuan ilmu pengetahuan lain. Diantaranya :

a. Antropologi (ilmu yang mempelajari tentang peradaban manusia dari bentuk


yang paling sederhana hingga pada tingkat yang lebih maju).
b. Arkeologi (ilmu yang memperlajari peninggalan-peninggalan sejarah dan
manusia purba).
c. Geologi (Ilmu yang memepelajari ciri-ciri lapisan bumi dan perubahannya).
d. Geografi (Ilmu yang memperlajari keberadaan bumi sebagai tempat berpijaknya
manusia di dalam menjalankan kehidupannya).
e. Paleontrpologi (ilmu yang mempelajari tentang asal usul dan evolusi manusia
yang menggunakan fosil manusia sebagai bahan penemuan).

Untuk mengetahui umur dari peninggalan budaya dapat menggunakan beberapa


cara yakni :

a. Tipologi, merupakan cara penentuan menggunakan type dari suatu benda.


Indkatornya adalah semakin sederhana suatu bentuk benda maka semakin tua
umurnya.
b. Stratigrafi, merupakan cara penentuan umur benda berdasarkan lapisan tanah
tempat benda tersebut ditemukan. Indikatornya semakin kebawah lapisan tanah
makan semakin tua usianya.
c. Kimiawi, merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui usia benda
berdasarkan unsur kimia yang terkandung didalamnya.
4
B. Pembagian Zaman Praaksara

Pembagian zaman praaksara menurut Ilmu Arkeologi terdiri atas:

1) Zaman batu, terbagi menjadi empat bagian :


a) Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila
dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food
gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara
nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.
b) Zaman batu tengah (mesolithikum)
c) Zaman batu Muda (neolithikum)
d) Zaman batu besar (megalithikum)
2) Zaman logam, terdiri atas :
a) Zaman tembaga
b) Zaman perunggu
c) Zaman besi

Pembagian zaman praaksara menurut Ilmu Geologi terdiri atas:

1) Arkaekum/zaman tertua Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada
saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan.
2) Paleozoikum / zaman primer atau zaman hidup tua Zaman ini berlangsung 340
juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro
organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.
3) Mesozoikum/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan Zaman ini
berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan jenis reptil
mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga
dengan zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul
kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih
rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan.
4) Neozoikum/zaman hidup baru Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu:

5
a) Tersier/zaman ketiga Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang
terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang
menyusui seperti jenis primata, contohnya kera.
b) Kuartier/zaman keempat Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan
manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi
menjadi dua zaman yaitu yang disebut dengan zaman Pleistocen dan
Holocen.

I) Zaman Pleitocen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun


yang ditandai dengan adanya manusia purba.
II) Zaman Holocen/Alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang
lalu dan terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini
ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang
memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang.

Pembagian zaman praaksara menurut corak kehidupan terdiri atas:

1) Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering)


2) Masa bercocok tanam
3) Masa pertukangan (perundagian)
4) Masa mengenal kepercayaan

C. Jenis-jenis Manusia Indonesia pada Masa Praaksara


1. Meganthropus Palaeojavanicus

http://www.ipsmudah.com

Jenis manusia purba ini telah ditemukan oleh salah seorang arkeolog yang
berasal dari negara kincir angin, Belanda, yang bernama Van Koenigswald. Arkeolog
tersebut pertama kali mendapati fosil ini pada daerah Sangiran di tahun 1936.

Ciri fisik manusia purba dari Indonesia berbeda dari jenis-jenis manusia purba
lain yang tersebar di seluruh dunia. Di era itu, fosil yang banyak ditemukan ialah fosil
yang kondisinya menyerupai orang barat.

6
Oleh karena itu, dikala arkeolog berhasil menemukan suatu fosil yang berbeda
dari penemuan yang lalu, hal tersebut telah membangkitkan gairah dalam hal ilmiah
pada kalangan arkeolog dalam kegiatan mendalami mengenai fosil dari manusia purba
yang telah ditemukan di Indonesia.

Para ilmuan memperkirakan bahwa manusia purba jenis ini telah hidup sekitar
satu juta dan dua juta tahun lampau. Hal tersebut juga dibuktikan dari kondisi fosil
dengan menggunakan teknik peluruhan dengan karbon. Hal itu membuat para ilmuan
dapat memperkirakan usia dari fosil-fosil tersebut.

Dan dengan adanya suatu sifat paruh waktu tersebut, ada banyak fosil, batuan
juga elemen yang lainnya yang dapat kita perkirakan usianya. Bahkan berlaku juga
dengan usia Bumi kita yang tercinta dapat diperkirakan menggunakan waktu paruh
daripada unsur karbon di material atau zat. Meganthropus Palaeojavanicus memiliki
ciri-ciri :

 Mempunyai tulang pipi tebal


 Mempunyai otot bagian rahang yang kuat
 Tidak mempunyai dagu
 Mempunyai suatu tonjolan belakan yang bentuknya tajam
 Mempunyai bentuk tulang kening menonjol
 Perawakannya tegap, rahang bawah
 Meganthropus, Sangir mengonsumsi tumbuh-tumbuhan, juga hidup secara
berkelompok dan nomaden

2. Pitecanthropus Erectus

https://pengertianmenurutparaahli.org

7
Manusia purba jenis ini telah hidup pada wilayah Indonesia sekitar satu sampai
dua juta tahun lampau. Di wilayah Indonesia yangmana menurut sejarah arkeologi,
dahulu pernah lebih dari satu kali mengalami suatu bencana alam. Mulai dari hal-hal
yang mengikat sampai membuat wilayah di Indonesia terdiri atas berbagai macam
pulau. Seorang doktor dari negara Belanda yang bernama Eungene Dubois merupakan
seorang penemu pertama dari manusia di sini.

Pitecanthropus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Berjalan dengan badan tegak, namun dengan struktur daripada tengkorak


yangman hampir sama dengan struktur kera. Oleh karena itu manusia purba jenis
ini juga dikenal dengan sebutan manusia kera yang berjalan tegak.
 Diperkirakan ukuran otaknya kecil karena struktur tengkoraknya yang
menyerupai seekor kera. Hal ini menyebabkan menusia purba jenis ini memiliki
tingkat kecerdasan yang hampir sama tetapi juga berada di atas insting hewan.
 Manusia purba jenis pitecanthropus adalah suatu bangsa atau sebuah kaum
pengumpul makanan atau biasa disebut Food gathering.
 Keprimitifan di masa itu tak akan jauh perbedaannya dengan kehidupan para
kera di era modern. Manusia purba jenis ini sangatlah dielu-elukan oleh para
kalangan materialis, hal itu dikarenakan adalah suatu bukt tentang adanya
makhluk transisi yangmana menguatkan teori evolusi miliki Charles Darwin.
 Mempunyai ciri-ciri fisik yang bertubuh tegak dan juga kemungkinan mengenai
besarnya yang diperkirakan sebagai yang terbesar kala itu. dan dengan ukuran
otaknya yang kecil jika dibandingkan dengan makhluk yang lainnya maka dari
itu telah didapatkan suatu hasil yangmana cukup mengejutkan bahwa ketika
sedang dalam keadaan mengumpulkan makanan juga keperluan untuk masa
hamil, ada juga jejak yangmana menunjukan adanya rapat kelompok, air jari
jangkah.

3. Pitecanthropus Soloensis

8
https://www.satujam.com
Adalah jenis dari manusia purba yang asalnya dari daerah Ngandong, Solo, Jawa
Tengah. Tak hanya dari aspek daratan, pun terdapat juga batas wilayah laut di negara
Indonesia yangmana untuk negara kita sangatlah penting. Hal tersebut telah
dikemukakan di dalam batas laut Indonesia yangmana sudah menjadi suatu ketetapan di
kalangan warga Internasional. Dan manusia purba Pitecanthropus Erectus berciri-ciri
sebagai berikut :

 Di area tengkorak, mempunyai tonjolan kening yang tebal


 Memiliki hidung yang lebar, dan tulang pipi yang kokoh dan menonjol
 Memiliki tinggi sekitar 165-180
 Seorang pemakan tumbuhan juga daging alias pemakan segalanya
 Mempunyai rahang bawah kuat
 Tulang pipinya tebal
 Memiliki bentuk tulang belakang yang menonjol juga tajam
 Memiliki perawakan yang tegap, dan juga mempunyai suatu tempat perlekatan
otot tengkuk yang kuat dan besar

4. Pitecanthropus Mojokertensis

https://gedubar.com

Tanpa harus mengetahui gambar dari jenis manusia purba yang satu ini,
tentunya kita sudah langsung tahu bahwa Eungene Dubois telah menemukannya di
daerah Mojokerto, sehingga dia menyebut bahwa fosil temuannya itu merupakan suatu

9
penemuan yang besar di abad ini. Namun sayangnya, proses penggalian yang mereka
lakukan di daerah Mojokerto tersebut mau tak mau telah merusak tulang fosil.

Hal itu mengakibatkan beberapa bagian dari fosil tersebut hancur sehiingga ada
beberapa detil yangmana tak berhasil diselamatkan dengan sempurna. Dan semua jenis
menusia purba yang ada di Indonesia telah menjadi suatu wawasan untuk diri sendiri
maupun sebagai bahan ajar di sekolah.

Pada umumnya ciri-ciri fisik dari manusia purba dari Indonesia tak memiliki
banyak perbedaan dengan ciri manusia modern. Semoga dapat bermanfaat bagi anda
semua dan juga dapat menambah wawasan yang berguna dengan anda membaca tulisan
ini. Perlu kami tegaskan lagi bahwasanya konten yang kami tulis bukanlah berasal dari
sumber ilmiah kepustakaan. Akan menjadi lebih bermanfaat apabila penjelasan
mengenai manusia purba, jenis-jenisnya juga seluruh penjelasannya dapat berguna
untuk anda sekalian.

5. Homo Floresiensis

https://inews.co.uk

Manusia purba jenis ini mempunyai kebiasaan juga gaya hidup yangmana
hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Malahan di zaman itu jenis manusia
purba homo mempunyai suatu kesatuan di dalam hal bertindak sebagai ciri dari manusia
yang sudah menjadi makhluk ekonomi. Di masa itu mereka tak memakai alat-alat yang
canggih, namun memakai batu sederhana yangmana kemudian mereka mengamplasnya.
Kedua, menusia purba jenis homo tersebut juga sudah mempunyai kesadaran akan
adanya orang-orang di sekitarnya. Hal itu membuat timbulnya kesamaan ras.

Melihat dari namanya mungkin saja kita agak terkecoh, itu dikarenakan
arkeolog asal Belanda itu tak menamakan fosil manusia purba hasil temuannya dengan
namanya sendiri, namun malah memakai nama tempat di mana dia menemukannya.
Dan nama lainnya dari Homo mungkin saja dapat diartikan sebagai hal yang menyeru
pada kecenderungan seksual di antara sesama pria. Dan pada umumnya manusia purba
dengan jenis homo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

10
 Memiliki bentuk wajah dan hidung yang lebar
 Mempunyai bentuk mulut yang menonjol
 Memiliki bentuk dahi yang menonjol, namun tak seperti jenis manusia purba
Pitecanthropus
 Memiliki bentuk fisik yang telah menyerupai bentuk fisik manusia zaman
sekarang
 Tingginya berkisar antara 130-210 cm
 Dan beratnya dalam kisaran 30-150 kg
 Manusia purba jenis ini diperkirakan telah hidup kurang lebih 40.000-25.000
tahun lalu
6. Homo Wajakensis

https://qudsfata.com

Hal tersebut mengindikasikan bahwa homo wajakensis ini berasal dari Wajak.
Masalah yang kerap terjadi di era manusia purba jenis ini adalah adanya perselisihan di
antara kelompok-kelompok yangman hal tersebut membuat bentuk dari fosilnya
menjadi berbeda-beda. Kita semua hanya mampu memperkirakan bagaimana kehidupan
sosialnya. pun para cendekiawan telah melakukan suatu penelitian mengenai pengaruh
susunan geografis di Indonesia terhadap iklim dan juga keadaan alam. Pun dengan itu
sejauh tentang apa yang telah kita perkirakan, kondisi kehidupan sosial para manusia
purba mungkin tak ada bedanya dengan kondisi sekarang pun kecuali dalam hal cara
berkomunikasi.

Di tempat bernama Wajak itulah, yangmana apabila digambarkan daerah


tersebut dekat dengan daerah Tulungagung di Jwa Timur, di tahun 1889 Eungene
Dubois talah menemukan suatu fosil manusia purba yang asli dari Indonesia. Dan
penemuan tersebut merupakan suatu penemuan yang penting, hal itu dikarenakan seolah
telah menemukan suatu kepingan puzzle yang telah hilang yang mana membuktikan
hubungan dari manusia dan kera. Para fosil manusia purba asal indonesia itu telah
menjadi suatu jembatan yang menghubungkan hal tersebut. Sama halnya dengan suatu
11
teori Darwin yang mana telah dikemukakan di dalam bukunya yang berjudul The
Descent of Man atau asal-usul dari manusia.

7. Homo Soloensis

https://qudsfata.com

Adalah manusia purba jenis homo yang telah berhasil ditemukan fosilnya di
daerah Solo Jawa Tengah. Siapa saja orang atau arkeolog yang telah melakukan
penelitian mengenai manusia purba di wilayah Indonesia? Sudah pasti yang paling
populer ialah Eungene Dubois, lalu Van Koenigswald, lalu Weidereich. Dan berikut ini
adalah keterangan mengenai manusia purba jenis soloensis.

Para peneliti lainnya mungkin tak memiliki catatan sebanyak catatan dari ketiga
nama yang telah disebutkan sebelumnya Pun begitu kontribusi mereka telah menjadikan
suatu khazanah untuk jenis-jenis dari menusia purba di wilayah Asia dan tentu saja di
dunia

Sungai bengawan Solo adalah sebuah jantung dari kehidupan primitif yang
terjadi di masa lalu. Ada banyak penemuan di daeah ini mengindikasikan suatu
kecenderungan manusia purba itu hidup dengan suatu kedekatan dengan sumber air.
yang pada kala itu sistim irigasi belum ditemukan menjadikan hal tersebut seolah
menjadi paksaan pada manusia purba untuk tak jauh-jauh di dalam memberikan suatu
intervensi. Dan degan memiliki suatu tempat tinggal di dekat sungai, hal itu telah
memberikan suatu keuntungan pada manusia purba.

8. Pitecanthropus Robustus

http://www.softilmu.com

12
Manusia purba yang mempunyai bentuk rahang besar adalah jenis
Pitecanthropus. Dengan memiliki rahang yang besar tersebut, peneliti memperkirakan
bahwasanya manusia purba jenis ini suka memakan tumbuhan. Fungsi dari rahang yang
besar ialah supaya di dalam kegiatan mengunyah makanan akan menjadi lebih gampang
dan cepat, hal itu membuat bangsa ini lebih suka hidup sendiri. Berikut ini adalah ciri-
ciri manusia purba jenis Pitecanthropus Robustus :

 Memiliki bentuk rahang besar yangmana mengindikasikan bahwa cakupan


kapasitas mulut dari Pitecanthropus Erectus adalah lebih besar dibanding
menusia di jaman sekarang.
 Besarnya kapasitas mulut itu memungkinkan apabila manusia purba jenis ini
menunjukkan jati dirinya.
 Dapat diartikan bahwasanya manusia purba jenis ini adalah wujud alami dari
jenis manusia di zaman sekarang. Yang menjadi pembedanya adalah pastinya
masa hidup dan juga cara mereka berkomunikasi di dalam interaksi sosial kala
itu. termasuk juga dalam pemakaian alat bantu.
 Jenis manusia purba itu telah mengedepankan akal pikiran dibandingkan dengan
insting. Hal ini telah dibuktikan dengan ada banyak peninggalan yang berupa
batu, kapak dan juga banyak perkakas yang lainnya yang digunakan sebagai
penunjang kehidupan saban harinya.
 Hal lainnya adalah pada titik-titik penemuan para arkeolog, bahwasannya
manusia purba berjenis homo sudah tidak terlalu berdekatan dengan sungai,
yangmana mengindikasikan bahwa mereka telah membuat suatu tempat tinggal
ataupun kawasan untuk tempat tinggal yang enak ditinggali meski tak berada
dekat dengan sungai atau sumber air lainnya.

9. Pitecanthropus Dubuis

https://junglenotes.wordpress.com

13
Apabila diartikan menjadi jenis manusia kera yang berjalan tegak ini merupakan
jenis manusia purba yang meragukan. Pasalnya fosilnya ditemukan pada daerah
Sangiran tetapi secara struktur tengkorak dan tulangnya tidaklah mutalk termasuk ke
dalam ciri fisik manusia purba jenis pitecanthropus maupun meganthropus. Hasil
penemuan dan penelitian dari seorang arkeolog Belanda ini merupakan suatu penemuan
yang penting. Walaupun bagi sebagian warga negara Indonesia penggalian dan
ekspedisi tersebut dianggap sebagai pemaksaan dan juga penjajahan hak.

Warga negara kita dipaksa juga dipekerjakan untuk menjadi tenaga penggali.
Dan menurut dari catatan sejarah, sudah banyak korban yang jatuh dari bangsa
Indonesia, namun dengan cara yang lihai dan rapi, para arkeolog dar Belanda tersebut
yangmana dibakingi oleh pemerintah kolonial, telah berhasil membawa suatu
propaganda yang berupa penemuan fosil dari manusia purba jenis ini., sehingga hal
tersebut membuat sistem kerja rodi di dalam ekspedisi penggalian tersebut tak nampak
diangkat di  depan publik. Karena adanya temuan yang berjumlah banyak di wilayah
sekitar sungai Bengawan Solo, para peneliti membuat lapisan tanah pada daerah itu
menjadi tiga lapisan, yakni:

 Lapisan Jetis, yangmana manusia purba jenis Pitecanthropus Robustus telah


ditemukan atau dikenal pula dengan sebuatan lapisan pleistosen bawah.
 Lapisan Trinil, yangmana ditemukan manusia purba jenis Pitecanthropus
Erectus. Pada lapisan tersebut dikenal pula dengan sebutan lapisan pleistosen
tengah.
 Lapisan Ngandong, yangmana manusia purba jenis Pitecanthropus Soloensis
telah ditemukan. Dan kita juga mengenalnya dengan sebutan lapisan pleistosen
bawah.

Dan dengan ciri tersebut, Meganthropus mempunyai bentuk fisik yang kuat dan
tegap. Dan juga dengan jumlah tumbuhan yang melimpah yangmana adalah makanan
utamanya. Para peneliti memperkirakan manusia purba jenis  Meganthropus hidup
dengan cara berkelompok dan juga cenderung menetap pada suatu tempat. Perubahan
budaya dan kehidupan sosial tersebut memanglah tak sama seperti di masa sekarang.
Namun adanya penlitian yang benar dan juga intens, kehidupan mereka dapat kita
perkirakan.

14
Ditambah dengan adanya banyak dukungan yangmana sangat berpengaruh
untuk Belanda, hal tersebut mengakibatkan bangsa Indonesia amat kesulitan untuk
mewujudkan kemerdekaan. Dalam menyelesaikan konflik antara belanda dan Indonesia
memang tak cuma melibatkan dua negara itu saja, namun juga berbagai negara lainnya.

10. Homo Sapiens

http://alamut21.blogspot.co.id

Manusia purba jenis ini bisa diartikan dengan manusia yang cerdas. Mereka
berasal dari era holozen. Mereka memiliki bentuk tubuh yang telah menyerupai bentuk
tubuh manusia dari Indonesia di zaman sekarang. Di masa itu, manusia purba jenis ini
telah mempunyai struktur sebuah organisasi dan juga adanya pembagian tugas. Berdasar
dari penelitian itu, bukan hanya bentuk fisiknya saja, namun juga dengan kehidupan
sosial mereka bisa kita kaji. Dan tentu dengan diberlakukannya penelitian secara intens
dan di jangka waktu yang lama.

Manusia purba jenis homo sapiens ini mereferensikan jika manusia merupakan
makhluk yangmana mempunyai kelebihan pada akalnya. Dengan kita mempelajari
mengenai manusia purba jenis homo sapiens ini, kehidupan kita semua dapat bertambah
dalam pengalaman dan khazanah dengan product tertentu. Dan ciri-ciri dari manusia
purba jenis ini adalah :

 Memiliki volume otak adalah antara 1000cc-1200cc


 Memiliki tinggi badan sekitar 130-210
 Adanya penyusustan pada otot tengkuk
 Gigi mengalami suatu penyusutan
 Wajah tidak lagi menonjol ke depan
 Berdiri dan juga berjalan dengan badan tegak
15
 Memiliki dagu dan tulang bagian rahangnya tak terlalu kuat

Dengan kita membaca spesifikasi di atas, oleh karenanya dapat kita ketahui
bahwasanya manusia purba jenis homo sapiens telah memakai akalnya. Walaupun
masih dalam hal yang sederhana, namun manusia purba jenis ini telah mempunyai
karakteristik berburu. Tak hanya dalam mengumpulkan makanan layaknya jenis yang
lain. Manusia purba jenis homo sapiens ini juga telah menunjukkan bahwasanya bangsa
Indonesia mamiliki banyak sekali ragam juga budaya dan ras.

Dengan hijaunya teori tentang evolusi di era sekarang ini, muncullah pendapat
bahwasanya manusia kera merupakan jenis manusia namun juga berbeda ras. Sama
halnya dnegan ras Asia, Eropa, dan Afrika. Bahkan juga sesama warga dari negara-
negara Asia pun mempunyai ragam budaya dan ras yang banyak. Berikut merupakan
ciri-ciri ras leluhur manusia :

 Ras Mongoloid, memiliki ciri berkulit kuning, bermata sipit, dan berambut
lurus. Ras ini tersebar di Asia Timur, yaitu China, Korea, Jepang, dan juga di
Asia Tenggara.
 Ras Kaukasoid, adalah ras yang memiliki kulit putih, berbadan tnggi, berambut
lurus, dan berhidung mancung. Ras tersebut tersebar di Eropa, beberapa ada
yang di India sebelah utara (yaitu ras Arya), ada pula yang ke Yahudi (yaitu ras
Semit), dan ada pula yang ke Turki, Arab, dan di wilayah Asia bagian Barat lain.
 Ras Negroid, mempunyai ciri-ciri berkulit hitam, berambut keriting, berbibir
tebal. Ras ini tersebar ke Australia (yaitu ras Aborigin), ke Papua (ras Papua
yangmana sebagai penduduk yang asli), dan juga ke Afrika.

D. Corak Kehidupan dan Teknologi Masa Praaksara


1. Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal kehidupan
manusia. Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya dengan berburu
dan mengumpulkan makanan.  

1) Kehidupan Sosial

Mereka selalu hidup berkelompok yang anggotanya berjumlah 20 sampai 50


orang yang terdiri dari satu atau dua keluarga. Tujuan hidup berkelompok adalah untuk
menghadapi binatang buas dan saling membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
16
Mereka juga sudah mengenal kerja sama terutama dalam hal berburu. Hasil buruannya
dibagikan kepada seluruh anggota kelompok. Mereka belum mengenal teknik
berkomunikasi lisan. Mereka hanya menggunakan bahasa tubuh, gambar, atau bunyi-
bunyian untuk menyampaikan sesuatu.

2) Kehidupan Budaya

Pada kehiduan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, manusia lebih


senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Dari sini mereka mulai tumbuh dan
berkembang. Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk
tanah, dan alat lainnya. Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah
jenis manusa pithecantropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum (batu tua).
Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Kali Baksoka, daerah Kabupaten Pacitan (Jawa
Timur) dan kemudian disebut sebagai kebudayaan Pacitan.

Hasil kebudayaan peninggalan masa ini adalah :

a) Kapak perimbas

Kapak perimbas tidak memiliki tangkat dan gunakan dengan cara digenggam.
Penelitian terhadap kapak ini dilakukan di daerah Punung (Kabupaten Pacitan) oleh
Von Koenigswald (1935). Sedangkan para ahli lainnya juga mengadakan penelitian
pada tempat-tempat lain di seluruh wilayah Indonesia, sehingga kapak perimbas tidak
hanya ditemukan di Pacitan melainkan juga pada tempat-tempat seperti Sukabumi,
Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat (Sumatera), Bali Flores, dan Timor. Para ahli
sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-alat itu berasal dari lapisan yang sama
dengan Pithecantropus Erectus dan diperkirakan juga bahwa Pithecantropus Erectus
inilah pembuatnya. Tempat penemuan kapak perimbas diluar wilayah Indonesia seperti
Pakistan, Myanmar (Birma), Malaysia, Cina, Thailand, Filipina dan Vietnam.

b) Kapak penetak

Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas,
namun lebih besar dari kapak perimbas dan cara pembuatanya masih kasar. Kapak ini
berfungsi untuk membelah kayu, pohon, kayu, bambu atau disesuaikan degan
kebutuhannya.

c) Kapak genggam

17
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan
kapak pendek. Tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sangat
sederhana dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.
Cara pemakaiannya digenggam pada ujungya yang lebih kecil.

d) Pahat genggam

Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli
menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk mengemburkan tanah.
Alat ini digunakan untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan

e) Alat serpih

Alat serpih memiliki bentuk sangat sederhana dan berdasarkan bentuknya itu
diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Dengan alat ini manusia purba
mengupas, memotong, dan juga menggali makanan. Alat serpih ini juga ditemukan oleh
Von Koenigswald pada tahun 1934 di daerah Sangiran (Surakarta). Tempat-tempat
penemuan lainnya di Indonesia antara lain: Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere
(Flores) dan Timor. Alat-alat serpih sangat kecil dan berukuran antara 10-20 cm serta
banyak ditemukan pada goa-goa tempat tinggal mereka pada waktu itu.Pada umumnya
goa-goa tidak terganggu keadaannya, maka apa yang ditinggalkan oleh manusia purba
masih dapat ditemukan dalam keadaan seperti ditinggalkan oleh penghuninya, sehingga
goa-goa menjadi salah satu sasaran para ahli untuk penelitian.

f) Alat-alat dari tulang

Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang
dibuat dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain-lainnya.
Peralatan dari tulang itu banyak ditemukan di Ngandong.

3) Kehidupan Ekonomi

            Pada masa ini belum ada sistem ekonomi yang kompleks. Kegiatan berburu dan
mengumpulkan makanan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan anggota

18
kelompoknya dan tidak pernah ada transaksi dengan kelompok lain. Mereka masih
sangat bergantung pada alam dan akan mencari tempat lain jika tempat tersebut sudah
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pengolahan makanan masih sebatas
dibakar saja. Pada masa itu manusia telah mengenal api. Untuk makanan yang berasal
dari tumbuhan, mereka memakannya mentah-mentah. Mereka juga belum mengenal
teknik menanak nasi.

2. Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak

Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000
tahun sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua
Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R.
Soekmono, perubahan dari food gathering ke food producing merupakan satu revolusi
dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena terjadi
perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu
menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai
dasar peradaban Indonesia sekarang.

Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana


untuk menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak
itu bentuknya sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi.
Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga
Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis
kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak
ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan
zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

1)       Kehidupan Sosial

Melalui bercocok tanam, manusia purba menjadi saling mengenal dengan


sesamanya. Hubungan kelompok A dengan kelompok B menjadi lebih erat. Ini terjadi
karena dalam memenuhi kehidupannya, mereka dituntut untuk selalu bekerja sama,
bergotong-royong. Cara gotong-royong berlaku pula ketika membangun tempat tinggal,
di ladang dan sawah, menangkap ikan, merambah hutan.

19
Adanya kebutuhan hidup mendorong manusia purba untuk hidup dengan
memanfaatkan alam. Sebelumnya, pola hidup berburu dan mengumpulkan makakan
menyebabkan jumlah makanan pokok (tumbuhan dan hewan) yang disediakan alam
makin menipis. Untuk mengatasi masalah itu, manusia lalu bercocok tanam dan
menjinakkan hewan untuk dipelihara.

2) Kehidupan Budaya

Semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang.


Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi
menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien.
Mereka mulai memperhalus peralatan mereka. 

Dari sinilah timbul perkakasperkakas yang lebih beragama dan maju secara
teknologi daripada masa berburu dan mengumpulkan makanan, baik yang terbuat dari
batu, tulang, atau pun tanah liat.Hasil-hasil dari kebudayaan masyarakat yang ada
dimasa bercocok tanam ialah sebagai berikut:

a) Beliung Persegi

Berbentuk mirip dengan cangkul, tapi tak selebar dan sebesar dengan cangkul
yang ada saat ini. Beliung persegi yang digunakan dalam mengolah kayu, semisal untuk
bisa membuat rumah dan perahu. Didaerah Indonesia, beliung persegi telah ditemukan
cukup banyak yang terdapat didaerah yaitu sulawesi, jawa, kalimantan, nusat tenggara
dan Sumatera.

b) Kapak Lonjong

Memiliki bentuk seperti telur dengan penampang yang berbentuk melintang


lonjong. Ujungnya agak lancip yang dikaitkan pada tangkainya, bagian ujungnya yang
bulat akan diasah hingga tajam. bahan yang dipakai untuk pembuatan kapak lonjong
ialah dari batu kali yang berwarna kehitaman. Adapun cara pembuatannya yaitu dengan
cara diupam sampai halus. Kapak lonjong tersebut banyak ditemukan di Papua,
Sulawesi utara dan Maluku.

c) Mata Panah

Merupakan salah satu dari alat perlengkapan berburu atau menangkap ikan.
Mata panah untuk bisa menangkap ikan yang berbeda dengan mata panah untuk dapat

20
berburu. Mata panah untuk dapat menangkap ikan yang dibuat dengan bentuk bergerigi
sama dengan mata gergaji dan umumnya terbuat dari tulang.

d) Gerabah

Terbuat dari tanah liat yang sudah dibakar. Alat-alat tersebut dipakai sebagai
tempat dalam menyimpan benda-benda berupa perhiasan.

e) Perhiasan

Terbuat dari bahan-bahan yang mudah dalam dicari pada area tempat
tinggalnya. Bagi manusia purba yang tinggal diarea pantai, maka mereka akan membuat
hiasan dari kulit kerang. Dan adapula hiasan yang terbuat dari terrakot yaitu sebuah
tanah liat yang sudah dibakar semisal membuat geraba, sedangkan untuk hiasan yang
dibuat berasal dari bahan batu yaitu gelang, beliung dan kalung.

3) Kehidupan ekonomi

Di masa bercocok tanam, kebutuhan hidup dari masyarakat akan semakin


meningkat. Namun, tak ada satupun anggota masyarakat yang bisa memenuhi segala
kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh sebab itu, mereka akan menjalin hubungan dengan
masyarakat yang ada diluar daerah tempat tinggalnya tersebut. Dengan kenyataan
tersebut, dalam rangka untuk memenuhi segala kebutuhannya maka masing-masing
butuh mengadakan pertukaran barang dengan menggunakan sistem barter. Pertukaran
barang dengan barang lain akan menjadi suatu awal kehadiran sistem perdagangan atau
sistem perekonomian yang ada dalam masyarakat.

3. Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian

Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak
semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam
umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin
efektif dan efisien. Masa perundagian ditandai dengan adanya kemunculan golongan
undagi . Golongan ini terdiri atas orang-orang yang ahli dalam bidang bidang tertentu
seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat gerabah, dan perhiasan.

21
1) Kehidupan Sosial

Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah,


pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani
dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana. Mereka memiliki
pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan
peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen. Dengan
diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin
diketatkan. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan
yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat. Dari segi
sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur.

Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki
masing-masing individu. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak
hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.

2) Kehidupan Budaya

Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat
dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan
keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi. Zaman ini ditandai dengan pesatnya
kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan
teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang
menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya.

Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi


yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut
tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam. Kehidupan seperti
ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan alat-alat
pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil
peninggalan kebudayaannya antara lain :

a) Nekara perunggu

Berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai
genderang perang; memiliki pola hias yang beragam, dari pola binatang, geometris, dan

22
tumbuh-tumbuhan, ada pula yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Selayar, Papua.

b) Kapak Perunggu

Bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, atau tembilang;
motifnya berpola topang mata atau geometris.

c) Bejana Perunggu

Bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai; di temukan di Madura dan


Sulawesi.

d) Arca Perunggu

Berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memegang busur panah;
ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, Palembang.

e) Perhiasan dan Manik-Manik

Terbuat dari perunggu, emas, dan besi; berbentuk gelang tangan, gelang kaki,
cincin, kalung, bandul; banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang; sedangkan
manik-manik banyak ditemukan di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki,
Bone; berfungsi sebagai bekal kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam,
atau oval.

f) Kapak Corong  

Merupakan benda yang dipergunakan sehari-hari yang terbuat dari perunggu


dengan bentuk kapak yang bagian pegangannya  berongga (untuk memasukan tangkai
kayu) sehingga menimbulkan kesan seperti corong. Itulah sebabnya kenapa dinamakan
kapak corong. Kapak tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan
sepatu.

g) Moko

Merupakan nekara tipe pejeng dengan bentuk dasarnya lonjong seperti


genderang berbagai ukuran. Alat ini berfungsi sebagai perlengkapan upacara dan tari-
tarian adat. Selain itu, moko digunakan sebagai alat tukar dan symbol status social.
Moko ditemukan banyak di pulau alor.

3) Kehidupan Ekonomi
23
Pada zaman perundagian, kemampuan manusia dalam kegiatan ekonomi
semakin maju. Kegiatan ekonomi makin beraneka ragam diantaranya pertanian,
peternakan, membuat keranjang, membuat gerabah, bepergian ke tempat-tempat lain
untuk menukar barang-barang yang tidak dihasilkan di desa tempat tinggalnya.
Kegiatan mereka merupakan permulaan dari kegiatan perdagangan.

Pada masa perundagian, dalam masyarakat timbul golongan-golongan para ahli


dalam mengerjakan kegiatan tertentu, misalnya ahli mengatur upacara keagamaan, ahli
pertanian, ahli perdagangan dan ahli membuat barangbarang dari logam dan sebagainya.

Pengetahuan dalam berbagai bidang meningkat. Ilmu tentang perbintangan dan


iklim telah dikuasai untuk mengetahui arah angin yang diperlukan dalam pelayaran dan
pengaturan kegiatan-kegiatan dalam pertanian.

E. Sistem Kepercayaan dan Peninggalan Budaya Manusia Praasksara

Sistem kepercayaan masyarakat praaksara di Indonesia tidak terlepas dari


kepercayaan asli masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia,
kepercayaan asli merupakan bentuk kerohanian yang khas dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, kepercayaan asli sering disebut dengan agama asli atau
religi.

Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya sendiri saja, akan tetapi pada
benda-benda dan tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitarnya. Berdasarkan keyakinan
tersebut, manusia menyadari bahwa makhluk halus atau roh itu memiliki wujud nyata
dan sifat yang mendua, yaitu sifat yang membawa kebaikan dan sidat yang
mendatangkan keburukan.

1. Jenis- jenis kepercayaan


 Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang.
Awal munculnya kepercayaan animisme ini didasari oleh berbagai
pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada daerah
di sekitar tempat tinggal terdapat sebuah batu besar.Masyarakat yang
melewati batu besar tersebut mendengar keganjilan seperti suara minta
tolong, memanggil namanya, dan lain-lain. Namun begitu dilihat mereka
tidak menemukan adanya orang atau apapun. Peristiwa tersebut

24
kemudian terus berkembang hingga masyarakat menjadi peracaya bahwa
batu yang dimaksud mempunyai roh atau jiwa.
 Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua
benda mempunyai kekuatan gaib, misalnya gunung, batu, dan api.
Bahkan benda-benda buatan manusia seperti patung, tombak, jimat dan
lain sebagainya.
 Totemisme merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan
nenek moyang suatu masyarakat atau orang tertentu. Binatang yang
dianggap nenek moyang antara masyarakat yang satu dengan lainnya
berbeda-beda. Biasanya binatang nenek moyang tersebut disucikan, tidak
boleh diburu dan dimakan, kecuali untuk upacara tertentu.
2. Cara penguburan

Kepercayaan yang dimiliki pada masa prasejarah merupakan awal dari


kepercayaan yang ada pada masa-masa berikutnya. Kepercayaan masyarakat berburu
dan meramu terdapat kekuatan alam yang abadi di sekelilingnya di buktikan dengan
penemuan kuburan serta penguburan jenazah di Gua Lawa (sampungan) Gua Sodong,
Bukit Kerang di Sumatra Utara. Dengan penemuan kuburan itu menunjukan bahwa
masyarakat prasejarah telah memiliki anggapan tentang hidup sesudah mati dan
memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Pada masa
selanjutnya masyarakat telah mengenal dua macam penguburan yaitu:

 Penguburan Primer(langsung).

Dalam penguburan langsung jenazah orang yang sudah meninggal dikuburkan


sekali, atau langsung dikubur di dalam tanah atau diletakkan dalam sebuah
wadah kemudian dikuburkan dalam tanah dengan upacara penguburan. Mayat
dibaringkan mengarah ketempat roh atau arwah pada leluhur (misalnya di
puncak gunung). Sebagai bekal perjalanan ke dunia roh, disertakan bekal kubur
yang terdiri atas berbagai macam barang keperluan sehari-hari, seperti
perhiasan, periuk, dan barang-barang lainnya. System penguburan ini pernah
ditemukan di anyer (banten) dan plawangan , rembang (jawa tengah)

 Penguburan Sekunder(tak langsung).

Pada penguburan tak langsung mayat pada mulanya langsung dikuburkan dalam
tanah tanpa upacara penguburan. Setelah beberapa waktu hingga tinggal
25
kerangka, kemudian digali, dibersihkan, dan dicuci, terkadang diberi
tempayan/sarkopagus atau tanpa wadah dikubur kembali dengan upacara
penguburan. Cara penguburan ini ditemukan di mendolo, sumba (nusa tenggara
timur), Gilimanuk (Bali) , dan Lesung Batu (Sumatra Barat)

3. Tingkat perkembangan kepercayaan

Sistem kepercayaan manusia purba mengalami perkembangan. Tingkat


perkembangan kepercayaan manusia dapat diketahui sebagai berikut :

1) Pemujaan terhadap jiwa atau roh yang telah meninggal. Roh yang telah lepas
dari tubuh jasmaninya dianggap sebagai jiwa yang merdeka. Kepercayaan ini
merupakan bentuk awal dari kepercayaan animism. Kepercayaan ini mulai
berkembang pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
2) Keyakinan terhadap adanya roh yang menempati alam sekeliling tempat
tinggalnya. Kepercayaan ini disebut animisme. Kepercayaan ini berkembang
pesat pada masa bercocok tanam dan beternak. Pada masa itu manusia sudah
mengembangkan kebudayaan megalitikum, ditandai dengan pembuatan
bangunan dari batu2 besar seperti menhir, punden berundak, dolmen, archa batu,
kubur batu, dan sarkofagus.
a) Menhir

Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang. Ada menhir yang berdiri tunggal di suatu
tempat, ada pula yang terdiri atas suatu kelompok. Sering pula ditemukan
bersama dengan bangunan megalit bentuk lain. Menhir ditemukan di berbagai
tempat di Indonesia. Misalnya, di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Kalimantan.

b) Punden berundak

Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun dari batu yang bertingkat-


tingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Punden Berundak pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai
makna tersendiri. Tingkat pertama melambangkan kehidupan saat masih
dikandungan ibu, tingkat kedua melambangkan kehidupan didunia dan tingkat

26
ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal. Bangunan punden berundak
merupakan cikal bakal bangunan candi pada masa hindu-budha. Peninggalan
punden berundak bisa ditemukan di lebak sibedug ( Banten Selatan ) dan puncak
gunung argapura di jawa timur

c) Dolmen

Dolmen adalah batu seperti meja berkakikan menhir. Ada dolmen yang menjadi


tempat sesaji dan pemujaan kepada nenek moyang dan ada pula yang di
bawahnya terdapat kuburan. Dolmen dapat ditemukan di cipari, kuningan ( jawa
barat ), Bondowoso dan Jember ( jawa timur ), Pasemah ( Sumatra ), dan Nusa
Tenggara Timur.

d) Archa Batu

Arca batu biasanya mempunyai bentuk yang menyerupai binatang / manusia.


Yang mungkin dipercaya merupakan perwujudan dari nenek moyang dan
menjadi objek pujaan. Arca batu banyak di temukan di wilayah indonesia antara
lain di pasemah, Sumatra bagian Selatan serta Sulawesi bagian Tenggara. 

e) Sarkofagus

Sarkofagus atau keranda bentuknya seperti palung atau lesung, tetapi


mempunyai tutup.Hampir di setiap desa ditemukan sarkofagus. Seperti
juga dolmen, sarkofagus ini dianggap sebagai peti mati. Di dalamnyaterdapat
mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, dan benda2 dari
perunggu / besi. Sarkofagus dapat ditemukan di samosir, Sumatra utara.

f) Kubur batu

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu
dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti
mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan
batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut
juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi
serta manik-manik.

27
3) Kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib pada benda-benda tertentu.
Kepercayaan ini disebut dinamisme. Kepercayaan ini berkembang pesat pada
masa perundagian.

Kepercayaan masa praaksara terus berkembang dalam masyarakat. Setelah


pengaruh hindu-budha masuk, keyakinan bahwa huajn, badai, dan matahari diatur oleh
makhluk halus dipersonifikasikan sebagai dewa alam. Kepercayaan terhadap banyak
dewa ini dinamakan politeisme. Selanjutnya, masyarakat Indonesia memiliki keyakinan
menganai adanya Tuhan yang mengatur semua kejadian di alam semesta. Kepercayaan
ini dinamakan monoteisme.

4. Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia

Berbicara perkara kehidupan manusia, khususnya dalam arena prasejarah, tentu


tidak akan terlepas dari perkara yang lain yaitu lingkungan alam dan budaya. Aspek
lingkungan ini merupakan salah satu unsur penting pembentuk suatu budaya
masyarakat. Manusia masa prasejarah masih sangat menggantungkan hidupnya pada
alarn, oleh karena itu hubungan yang begitu dekat antara manusia dengan lingkungan
membawa konsekuensi bahwa manusia hams senantiasa beradaptasi dengan lingkungan
yang ditempati, salah satunya tercermin dari hasil budaya. Untuk mendapatkan
penjelasan tentang kehidupan manusia masa prasejarah maka perlu mengintegrasikan
antara tinggalan manusia, tinggalan budaya, dan lingkungan alamnya. Dengan demikian
studi tentang hubungan antara manusia, budaya, dan lingkungan alam masa prasejarah
merupakan topik yang tetap aktual menarik, dan perlu dikembangkan dalam disiplin
ilmu arkeologi. Nilai-nilai budaya masa prasejarah artinya, konsep-konsep umum
tentang masalah-masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan
masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu hingga kini
masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya masa
prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut:

a) Mengenal Astronomi

28
Pengetahuan tentang astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka
terutama pada saat berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam
menentukan musim untuk keperluan pertanian.

b) Mengatur Masyarakat

Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diperlukan adanya


aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia
telah memiliki aturan kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
musyawarah dan mufakat memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih
itu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh
jahat dan dapat mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal,
makamnya dipuja oleh penduduk daerah itu.

c) Sistem Macapat

Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A.
Brandes tentang keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem
macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan pusat
pemerintah terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat
pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat
bangunan-bangunan yang penting seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara.
Susunan seperti itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.

d) Kesenian Wayang

Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang.


Jenis wayang yang dipertunjukkan adalah wayang kulit, wayang orang dan wayang
golek (boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema tentang kehidupan
pada masa itu dan setelah mendapat pengaruh bangsa Hindu muncul cerita Mahabarata
dan Ramayana.

e) Seni Gamelan

Seni gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan dapat


mengiringi pelaksanaan upacara.
29
f) Seni Membatik

Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan


menggunakan alat yang disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar
berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun
dengan beraneka ragam corak.

g) Seni Logam

Seni membuat barang-barang dari logam menggunakan teknik a Cire Perdue.


Teknik a Cire Perdueadalah cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih
dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan.
Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk
mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat
cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakan itu
dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang
ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.

5. Peninggalan masa prasejarah

Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari berbagai temuan-temuan


coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-
penggalian pada situs-situs purbakala.

Beberapa lokasi penemuan sisa-sisa prasejarah Nusantara:

 Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan;


 Lembah Sangiran, sekarang menjadi Taman Purbakala Sangiran;
 Situs Purbakala Wajak, Tulungagung;
 Liang Bua, Pulau Flores;
 Gua Leang-leang, Sulawesi;
 Situs Gua Perbukitan Sangkulirang, Kutai Timur;
 Situs Pasemah di Lampung;
 Situs Cipari, Kuningan, Jawa Barat;
 Situs Goa Pawon, Bandung, Jawa Barat;
 Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat;
 Situs Gilimanuk, Jembrana, Bali;
 Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM);
30
 Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat;
 Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum);
 Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalon.

F. Proses Penyebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


1. Nenek Moyang Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia-manusia jenis


Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, atau Homo
Wajakensis. Walaupun terdapat di Indonesia, manusia-manusia jenis itu sudah punah.
Untuk mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita dapat menggunakan dua
cara, yakni persebaran rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.

1) Rumpun Bahasa Melayu Austronesia

Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu


Austronesia. Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar di Afrika
sampai ke Melanesia dan Polinesia di Samudera Pasifik, lalu dan Taiwan sampai ke
Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu Austronesia di wilayah yang luas itu erat
kaitannya dengan persebaran penduduk yang menggunakan bahasa tersebut. Para pakar
sejarah berpendapat bahwa bahasaMelayu Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar
5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan bahasa yang disebut Proto Austronesia
(Austronesia kuno).

Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat


itu kemudian menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke
Indonesia. Ada juga yang mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah kepulauan di
Indonesia dan Samudera Pasifik.

2) Masyarakat Tani di Yunan

Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan


pada kebudayaan bercocok tanam merupakan perubahan amat besar. Perubahan itu
tidak mungkin dilakukan oleh penduduk asli Indon esia yang sudah terbiasa dengan
kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan
bahwa kebudayaan bercocok tanam diperkenalkan oleh  masyarakat pendatang. Mereka
31
ini sudah terbiasa dengan bercocok tanam dan beternak di tempat asalnya. Kebiasaan itu
mereka terapkan di tempat baru di Indonesia. Pendatang inilah yang menjadi nenek
moyang bangsa Indonesia.

Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia, yaitu dan
daerah Yunan, di sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan tersebut dibuktikan
oleh kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan di wilayah itu dengan artefak
prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar
3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah mengenal cocok tanam.

Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk


Tonkin, sebelah utara Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan
bercocok tanam.Dari tempat itu, mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia.
Migrasi dilakukan secara bergelombang. Gelombang yang satu dengan yang berikut
bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.

2. Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia 

Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan manusia jenis Meganthropus,


Pithecantropus, dan Homo, Kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia dan ras
Austromelanosoid. Belum dapat dipastikan apakah mereka penduduk asli atau
pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak mesolithikum yang digunakan dengan
artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa mereka berasal dan Teluk
Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak di Teluk Tonkin).

3. Penyebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


1) Proto Melayu

Proto Melayu ini diyakini sebagai nenek moyang orang-orang Melayu Polinesia
yang mana mereka tersebar dari Madagaskar hingga pulau-pulau yang berada di paling
timur pada kawasan Pasifik. Diperkirakan, orang-orang Proto Melayu ini datang dari
Cina bagian selatan.

Ciri-ciri Proto Melayu :

 Rambut yang lurus


 Kulit berwarna kuning kecokelat-cokelatan
 Memiliki mata yang sipit

32
Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka lantas melakukan migrasi ke Indocina
dan Siam, yang selanjutnya sampailah ke Kepulauan Indonesia. Mula-mula, mereka
menempati pantai di Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat. Ras Proto
Melayu ini mampu membawa peradaban batu di Kepulauan Indonesia.

Saat datang imigran baru, yakni Deutero Melayu (Ras Melayu Muda), mereka
berpindah masuk ke pedalaman dan selanjutnya mencari tempat yang baru ke hutan-
hutan sebagai tempat hunian mereka.

Selanjutnya, ras Proto Melayu ini kemudian mendesak keberadaan dari


penduduk asli. Kehidupan yang terjadi di dalam hutan ini menjadikan mereka terisolasi
dari dunia luar, sehingga mampu memudarkan peradaban mereka.

Pada akhirnya, penduduk asli dan ras Proto Melayu itu selanjutnya melebur dan
mereka itu selanjutnya menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas dan Gayo.

Kehidupan mereka yang terisolasi inilah yang menyebabkan ras Proto Melayu
sedikit memperoleh pengaruh dari adanya kebudayaan Hindu ataupun Islam di
kemudian hari. Masyarakat Proto Melayu ini kelak memperoleh pengaruh Kristen
semenjak mereka mulai mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka guna
memperkenalkan agama Kristen serta peradaban baru di dalam kehidupan mereka.

Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak dan Malaka
yang menunjukkan rute perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia. Sementara itu,
suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat dengan menyusuri pantai-pantai
Burma dan Malaka Barat. Beberapa adanya kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku
bangsa Karen yang ada di Burma, begitu banyak mengandung kemiripan dengan bahasa
Batak itu sendiri. .

2) Deutro Melayu

Deutero Melayu merupakan ras yang datang atau berasal dari Indocina dari
bagian utara. Mereka sendiri membawa kebudayaan baru yang berupa perkakas dan
senjata besi di Kepulauan Indonesia atau Kebudayaan Dongson. Seringkali, mereka juga
disebut dengan orang-orang Dongson.

33
Mereka sering disebut juga dengan orang-orang Dongson. Peradaban yang
mereka miliki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ras Proto Melayu. Mereka mampu
membuat berbagai macam perkakas dari perunggu. Peradaban mereka juga ditandai
dengan adanya keahlian untuk mengerjakan logam dengan sempurna.
Ciri-ciri Deutero Melayu :

 Berkulit sawo matang agak kuning


 Tubuh yang tak terlalu tinggi
 Memiliki rambut yang lurus

Perpindahan yang mereka lakukan ke Kepulauan Indonesia ini bisa dilihat dari
rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan yang ada di
Indonesia, yakni dengan berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini bisa dengan
mudah dijumpai di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara
Timur, bahkan di Filipina sekalipun.

Dalam masalah pengolahan tanah, mereka juga memiliki kemampuan yang


cukup baik dalam membuat irigasi di tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka
ciptakan, dengan cara membabat hutan terlebih dahulu.

Bahkan, ras Deutro Melayu ini juga memiliki peradaban pelayaran yang jauh
lebih maju dari para pendahulunya karena memang petualangan yang mereka lakoni
sebagai seorang pelaut dengan dibantu oleh penguasaan yang mereka miliki terhadap
ilmu perbintangan yang sudah dipelajari dan ditanamkan. Tidak hanya itu saja,
perpindahan ras Deutero Melayu ini juga menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian
dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai hingga Kepulauan Jepang, bahkan kelak
ada juga yang hingga mencapai Madagaskar.

Kedatangan dari ras Deutero Melayu yang ada di Kepulauan Indonesia ini kian
lama kian bertambah banyak. Mereka selanjutnya berpindah untuk mencari tempat baru
ke hutan-hutan sebagai salah satu tempat tinggal atau tempat hunian yang baru.

Pada akhirnya, Proto Melayu dengan Deutero Melayu saling membaur satu
sama lain dan selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Sementara itu, di
masa yang akan datang, mereka berdua bahkan sangat sulit untuk bisa dibedakan.

34
Proto Melayu itu sendiri meliputi penduduk yang ada di Gayo dan Alas di
Sumatera bagian utara, serta Toraja yang ada di Sulawesi. Sementara itu, untuk semua
penduduk di Kepulauan Indonesia, terkecuali penduduk Papua yang tinggal di sekitar
pulau-pulau Papua merupakan ras Deutero Melayu.

3) Melanesoid

Ras yang lain yang juga ada di Kepulauan Indonesia merupakan ras Melanesoid.
Mereka itu tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang mana terletak di sebelah timur
Papua dan benua Australia.

Di Kepulauan Indonesia, mereka sendiri tinggal di Papua. Bersama dengan


Papua Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka semua itu
termasuk ke dalam ras atau rumpun Melanesoid.

Ciri-ciri Melanesoid :

 Berbadan kekar
 Kulit yang berwarna kehitam-hitaman
 Rambut keriting
 Bibir tebal
 Hidung yang mancung

Menurut dari Daldjoeni, suku bangsa Melanesoid sekitar sebanyak 70%


menetap di Papua, sedangkan 30% yang lain tinggal di beberapa kepulauan yang ada di
sekitar Papua dan Papua Nugini.

Pada awal mulanya, kedatangan dari bangsa Melanesoid yang ada di Papua ini
berawal di saat zaman es terakhir, yakni pada tahun 70.000 SM. Di saat itu, Kepulauan
Indonesia masih belum berpenghuni.

Di saat suhu turun hingga mencapai kedinginan yang maksimal, air laut menjadi
membeku. Permukaan laut bahkan menjadi lebih rendah 100 meter dibandingkan
dengan permukaan yang ada saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau yang baru.
Adanya pulau yang muncul tersebut memudahkan makhluk hidup untuk bisa berpindah
tempat dari Asia menuju ke kawasan Oceania.

35
Bangsa Melanesoid itu sendiri melakukan perpindahan ke timur hingga
mencapai ke Papua, selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya menjadi satu
kepulauan yang terhubung dengan Papua.

Pada saat itu, Bangsa Melanesoid mencapai hingga sebanyak 100 ribu jiwa
dengan meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban dari bangsa ini dikenal dengan
nama paleolitikum. Pada saat masa es berakhir dan air laut yang mulai naik lagi di tahun
5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia menjadi terpisah seperti yang bisa kita
lihat saat ini.

Asal mula bangsa Melanesia yakni Proto Melanesia yang merupakan penduduk
pribumi di Jawa. Mereka itu merupakan manusia Wajak yang tersebar ke timur dan
menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum terjadi kenaikan permukaan
laut yang ada pada saat itu.

Di Papua, manusia Wajak hidup secara berkelompok kecil di sepanjang muara


sungai. Mereka hidup dengan cara menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-
tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal yang
dimiliki berupa perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan ringan.

Rumah itu sebenarnya hanya berupa suatu kemah atau tadah angin yang sering
didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angin itu hanya
akan digunakan sebagai tempat untuk mereka tidur dan berlindung, sementara untuk
kegiatan yang lain akan dilakukan di luar rumah.

Bangsa Proto Melanesoid itu sendiri terus terdesak oleh adanya keberadaan dari
bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat mencapai Kepulauan Papua melakukan
suatu bentuk percampuran terhadah adanya ras baru tersebut.

Percampuran yang terjadi antara bangsa Melayu dengan bangsa Melanesoid ini
mampu menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, yang mana pada saat ini mereka
menjadi penduduk di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

4) Negrito dan Weddid

Sebelum kedatangan kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sendiri sudah
terlebih dahulu dimasuki oleh orang-orang Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito itu
sendiri diberikan oleh orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu orang yang
memiliki kulit hitam, sangat mirip dengan jenis-jenis Negro.
36
Ciri-ciri Negrito :

 Memiliki kulit yang gelap


 Memiliki rambut keriting
 Mata yang bundar
 Berhidung lebar
 Postur tubuh pendek

Sejauh mana kelompok Negrito itu memiliki tali darah dengan jenis-jenis Negro
yang ada di Afrika serta kepulauan Melanesia (Pasifik), demikian halnya bagaimana
sejarah perpindahan mereka, yang mana belum banyak diketahui secara pasti dan jelas.

Kelompok Weddid itu sendiri terdiri atas orang-orang yang memiliki


kepala mesocephal dengan letak mata yang dalam, sehingga sangat tampak seperti
berang, kulit yang berwarna cokelat tua dan tinggi rata-rata laki-lakinya adalah 155 cm.
Ciri-ciri Weddid :

 Berkulit hitam
 Memiliki postur tubuh sedang
 Rambut yang keriting

Weddid itu sendiri artinya jenis Wedda yakni bangsa yang ada di pulau Ceylon
(Sri Lanka). Persebaran orang-orang Weddid yang ada di Indonesia terbilang cukup
luas, misal yang ada di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi
pojok tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna).

Periode migrasi yang dilakukan berlangsung selama berabad-abad, yang mana


kemungkinan mereka tersebut berasal dari 1 kelompok ras yang sama dan dengan
budaya yang sama juga. Mereka itu merupakan nenek morang orang Indonesia yang ada
saat ini. Sekitar sebanyak 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia
merupakan bahasa Austronesia (Melayu-Polinesia). Bahasa inilah yang selanjutnya
dikelompokkan menjadi 2 oleh Sarasin, yaitu bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di
pedalaman Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Kelompok yang kedua merupakan bahasa Batak, Melayu standar, Jawa dan Bali.
Kelompok bahasa kedua ini memiliki hubungan dengan bahasa Malagi yang ada di
Madagaskar dan Tagalog yang ada di Luzon.

37
Persebaran geografis dari kedua bahasa ini menunjukkan jika para penggunanya
merupakan para pelaut yang ada di masa dahulu yang mana telah memiliki peradaban
yang jauh lebih maju. Di samping dari bahasa tersebut, juga ada bahasa Halmahera
Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua dan bagian utara Pulau
Halmahera.

Bab III

Penutup

A. Simpulan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan. Mempelajari masa Praaksara


memiliki arti yang penting bagi bangsa Indonesia sebagai berikut. Untuk menuju sama
Sejarah dari masa Praaksara pasti diperlukan suatu proses dan tahapan. Saat menuju
tahap masa Sejarah, umumnya dicirikan dengan munculnya tulisan tentang suatu
masyarakat yang tinggal di wilayah tertentu, tetapi tulisan tersebut tidak berasal dari
bangsa itu sendiri. Sumber tertulis bisa juga berasal dari wilayah atau bangsa itu sendiri,
namun sumber tersebut belum bisa dibuka atau ditafsirkan. Masa ini sering disebut
masa Proto Sejarah.

B. Saran

Menumbuhkan kesadaran tentang asal usul manusia, Semakin berbudaya


seseorang atau masyarakat, maka semakin dalam kesadaran kolektifnya tentang asal
38
usul tradisi. Manusia yang melupakan budaya bangsanya akan mudah terombang
ambing oleh terapan budaya asing sehingga dapat menghilangkan jati dirinya.

Kita bisa belajar dari capaian terbaik para pendahulu kita manusia tidak
selamanya berhasil dalam mengarungi kehidupan ini. Kegagalan demi kegagalan juga
sering dihadapi. Hal yang terpenting adalah bagaimana bisa bangkit atau mampu
mengatasi kegagalan yang terjadi sehingga dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan
selanjutnya.

Daftar Pustaka

 https://readyygo.blogspot.com/2000/02/kehidupan-manusia-masa-
praaksara.html
 http://koleksimakalahterbaru.blogspot.com/2015/12/makalah-masa-pra-
aksara.html
 https://www.scribd.com/document/355065966/MAKALAH-KEHIDUPAN-
PRAAKSARA-docx
 https://lilisfitri.wordpress.com/2016/04/13/zaman-praksara-di-indonesia/
 http://ips-abi.blogspot.com/2013/07/kehidupan-pada-masa-pra-aksara-di.html
 https://kbbi.web.id/teknologi
 https://fachmycasofa.com/pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia-puebi/
 https://usaha321.net/pengertian-zaman-praaksara.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah
 http://www.sumberpengertian.co/pengertian-zaman-praaksara
 http://sejarahnusa.blogspot.com/2017/04/3-pembagian-zaman-logam.html
 https://stoviajogja.wordpress.com/2010/09/24/pembagian-zaman-pra-aksara/
39
 https://www.mediamaya.net/manusia-purba-di-indonesia/
 http://avistalingga.blogspot.com/2016/01/perkembangan-corak-kehidupan-
masyarakat.html
 https://kukuhfk7.wordpress.com/2014/11/09/corak-kehidupan-masyarakat-
praaksara-masa-bercocok-tanam/
 https://www.plengdut.com/kedatangan-dan-persebaran-nenek-moyang-bangsa-
indonesia-di-nusantara/506/
 http://www.artikelsiana.com/2014/09/persebaran-nenek-moyang-bangsa-
Indonesia.html
 http://www.habibullahurl.com/2017/10/asal-usul-dan-persebaran-nenek-
moyang-bangsa-indonesia.html
 http://www.donisetyawan.com/persebaran-nenek-moyang-bangsa-indonesia/
 http://dodirullyandapgsd.blogspot.com/2017/08/makalah-sejarah-sebelum-
tulisan-dan.html

40

Anda mungkin juga menyukai