ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha dan strategi pengembangan agribisnis
cabe jamu di Kabupaten Sumenep. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha
(Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Gross
Benefit Cost (Gross B/C), dan Payback Period (PP) dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usahatani cabe jamu layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan. Nilai Net Present Value
(NPV) sebesar Rp. 120.922.470,00 (nilai NPV > 0, berarti total penerimaan lebih besar daripada total
pengeluaran sehingga usahatani cabe jamu tersebut layak untuk diteruskan), nilai Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 22,0% (dinyatakan layak, karena mampu mengembalikan pengeluaran biaya investasi yang
digunakan sampai pada tingkat suku bunga 22%), nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) sebesar
6,71 (layak dikembangkan karena setiap Rp. 1,- biaya produksi yang dikeluarkan akan mampu
memberikan manfaat masing-masing sebesar Rp. 6,71), nilai Gross Benefit Cost (Gross B/C) sebesar 1,72
(artinya setiap Rp.1,- biaya usaha tani cabe jamu yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan
sebesar Rp. 1,72,-), dan nilai Payback Period (PP) sebesar 2,1 tahun atau 2 tahun 1 bulan. Strategi yang
digunakan oleh petani dalam usahatani cabe jamu adalah strategi pertumbuhan melalui integrasi
horizontal. Agribisnis cabe jamu berada pada pertumbuhan dalam asset, penjualan, dan profit. Tahap
pertumbuhan memperlihatkan usaha agribisnis cabe jamu mampu meningkatkan nilai produksi dan
penjualan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang dari luar. Pada kondisi ini sebaiknya usahatani
tersebut berusaha mempertahankan peluang dan kekuatan yang dimilikinya serta meminimalkan ancaman
dan kelemahannya.
45
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan permintaan tersebut tidak diimbangi dengan
Hortikultura dalam Keputusan Menteri produktivitas tanaman di tingkat petani. Hal
Pertanian Nomor 511 Tahun 2006 yang ini salah satunya disebabkan oleh
tercatat sebagai cabe Jawa memiliki khasiat pemeliharaan tanaman yang dilakukan masih
sebagai obat penyembuh sakit perut, masuk seadanya dan asal-asalan.
angin, beri-beri, rematik, tekanan darah Kabupaten Sumenep merupakan salah
rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah satu kabupaten di Jawa Timur yang menjadi
syahwat, bronkitis, dan sesak nafas. Oleh sentral penghasil cabe jamu. Dari data yang
karena itu, cabe jamu banyak dibutuhkan disebutkan dalam (Anonymous, 2009),
sebagai bahan pembuatan jamu tradisional diperoleh bahwa luas areal cabe jamu di
dan obat pil/kapsul modern serta bahan Kabupaten Sumenep sebesar 1.757 ha, dengan
campuran minuman. jumlah produksi 8.322,33 ton/th, dan
Dengan semakin berkembangnya produktivitasnya 4,74 ton/ha/th. Luas lahan,
industru jamu di dalam negeri mengakibatkan produksi, dan produktivitas cabe jamu
kebutuhan cabe jamu terus meningkat dari terbesar di lima kecamatan di Kabupaten
tahun ke tahun. Akan tetapi, peningkatan Sumenep disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Cabe Jamu di Lima Kecamatan di Kabupaten
Sumenep Tahun 2010
Produktivitas
Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton/Thn)
(Kg/Ha/Thn)
Bluto 562,62 2.094,84 5.130
Ganding 287,58 1.122,79 4.978
Lenteng 224,72 639,35 4.985
Guluk-guluk 151,04 468,09 4.885
Batang-batang 101,60 422,45 4.857
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumenep
Produktivitas cabe jamu yang dihasilkan tangga petani, oleh karena itu diperlukan
masih belum maksimal, hal ini disebabkan suatu analisis tentang kelayakan finansial dari
usahatani cabe jamu di Kabupaten Sumenep kegiatan agribisnis cabe jamu di Kabupaten
dilakukan secara tradisional, artinya teknologi Sumenep.
yang digunakan dalam usahatani ini masih Di sisi lain, pengembangan agribisnis
sederhana atau bersifat turun-temurun. Petani cabe jamu di Kabupaten Sumenep juga sangat
melakukan kegiatan usahatani cabe jamu di prospektif untuk dikembangkan, namun dalam
pekarangan dan lahan tegal dengan tingkat usaha pengembangannya harus dilakukan
pemeliharaan yang minim, dimana cabe jamu secara menyeluruh (Comprehensive),
tidak mendapatkan perlakuan yang optimal, berkelanjutan (Sustainable), dan saling terkait
seperti pemupukan, pengairan, pengendalian dari berbagai subsistem yang satu dengan
hama dan penyakit, dan sebagainya. yang lain. Secara konsep menurut Winarso
Teknologi usahatani semacam ini (1997), bahwa sistem agribisnis merupakan
sebaiknya perlu mendapatkan perhatian secara kegiatan yang sinergis, dimana antara
serius agar produksi cabe jamu meningkat, subsistem yang satu dengan yang lain saling
sehingga dapat memenuhi permintaan cabe terkait dan tidak terpisahkan antara kegiatan
jamu oleh industri jamu yang terus meningkat. yang satu dengan kegiatan yang lain, mulai
Kegiatan agribisnis cabe jamu sangat berperan dari proses produksi sampai pemasaran hasil.
dalam mendukung perekonomian rumah
46
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Berdasarkan uraian tersebut, maka dirasa Ratio (Gross B/C), dan Payback Periods (PP);
perlu untuk dilakukan analisis/pengkajian dan analisis SWOT.
secara mendalam tentang kelayakan finansial
dari agribisnis cabe jamu dan penentuan
strategi dalam upaya pengembangan sistem
agribisnis cabe jamu di Kabupaten Sumenep. 1) Analisis Kelayakan Finansial
Penelitian ini bertujuan untuk
a. Analisis Net Present Value (NPV)
menganalisis tingkat kelayakan usaha dan
Analisis NPV (Net Present Value),
strategi pengembangan agribisnis cabe jamu
digunakan untuk menganalisis nilai sekarang
di Kabupaten Sumenep.
dengan formula sebagai berikut:
n
Bt C t
II. METODE PENELITIAN NPV =
n 1 (1 i )
Lokasi penelitian Lokasi penelitian
ditentukan dengan purposive, yaitu di dimana:
Kabupaten Sumenep, dengan pertimbangan Bt = besarnya benefit finansial agribisnis cabe
bahwa Kabupaten Sumenep merupakan salah jamu
satu sentral penghasil cabe jamu di Jawa Ct = besarnya biaya finansial agribisnis cabe
Timur. Hal ini dimaksudkan agar dapat jamu
memberikan masukan dalam pengembangan n = umur ekonomis (tahun)
agribisnis cabe jamu di Kabupaten Sumenep. i = tingkat bunga ( % )
Pada penelitian ini, yang dijadikan Kriteria pengambilan keputusan:
sebagai populasi adalah petani cabe jamu. - NPV > 0, agribisnis cabe jamu layak untuk
Penentuan sampel dilakukan dengan metode diusahakan dan menguntungkan
Cluster Sampling yaitu pengambilan contoh - NPV = 0, agribisnis cabe jamu tidak untung
berdasarkan area atau cluster. Area atau dan tidak rugi (impas)
cluster yang dipilih adalah kecamatan dengan - NPV < 0, agribisnis cabe jamu tidak layak
produksi cabe jamu tertinggi dan jumlah untuk diusahakan dan tidak
petani cabe jamu terbanyak di Kabupaten menguntungkan.
Sumenep. Berdasarkan metode tersebut, maka b. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
kecamatan dengan produksi cabe jamu Analisis ini untuk melihat kemampunan
tertinggi dan jumlah petani cabe jamu investasi yang dikeluarkan untuk suatu tingkat
terbanyak terdapat pada Kecamatan Bluto. keuntungan yang didapat berdasarkan tingkat
Oleh kerena itu, kecamatan tersebut bunga pinjaman (opportunity cost of capital).
ditetapkan sebagai daerah penelitian. IRR adalah nilai discount rate I yang
Ukuran sampel ditentukan dengan rumus membuat NPV daripada proyek sama
yang dikemukakan oleh Soeratno dan Arsyad dengan 0. Adapun prosedur penetapan IRR
(2003), yang menyatakan bahwa pengambilan dilakukan dengan sistem coba-coba.
sampel adalah minimal 10% dari jumlah Rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
popolasi yang ada. NPV1
Jumlah populasi petani cabe jamu IRR = it (i2 i1 )
yang ada di daerah penelitian sebanyak ( NPV1 NPV 2 )
330 responden. Berdasarkan rumus ukuran dimana:
sampel tersebut, maka diperoleh sampel i1 = tingkat discount rate yang
sebanyak 33 responden menghasilkan NPV1 > 0, tetapi
Metode analisis data yang digunakan hampir mendekati 0
dalam penelitian ini meliputi: analisis i2 = tingkat discount rate yang
kelayakan finansial agribisnis cabe jamu, menghasilkan NPV2 < 0, tetapi
yaitu: analisis Net Present Value (NPV), hampir mendekati 0
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit NPV1 = nilai NPV positif
Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost NPV2 = nilai NPV negatif
Kriteria pengambilan keputusan:
47
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
- IRR > bunga modal, agribisnis cabe jamu Benefit (PV. Benefit) dengan Present Value
layak untuk diusahakan dan Cost (PV. Cost), dengan rumus sebagai
menguntungkan. berikut:
- IRR < bunga modal, agribisnis cabe jamu t n
tidak layak untuk diusahakan dan ( Bt )(CIF 12%)
t 0
menguntungkan.
Gross B/C = t n
c. Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Analisis ini digunakan untuk
(Ct )(CIF 12%)
t 0
menganalisis kelayakan usaha dengan Kriteria pengambilan keputusan:
menggunakan formulasi: - Jika Gross B/C > 1, maka agribisnis cabe
n
Bt Ct jamu layak untuk diusahakan.
(1 i)
t 1
t
( Bt C t 0) - Jika Gross B/C < 1, maka agribisnis cabe
Net B/C = jamu tidak layak untuk diusahakan.
n
Bt Ct
(1 i)
- Jika Gross B/C = 1, maka agribisnis cabe
t
( Bt C t 0) jamu berada dalam keadaan BEP.
t 1
e. Payback Periods (PP)
dimana: Analisis ini digunakan untuk melihat
Bt = besarnya benefit finansial agribisnis cabe jangka waktu kembalinya investasi yang telah
jamu dikeluarkan melalui keuntungan yang
Ct = besarnya biaya finansial agribisnis cabe diperoleh dari suatu usaha. Adapun rumus
jamu yang digunakan sebagai berikut:
i = tingkat bunga ( % ) Investasi
n = umur ekonomis (th) Payback Periods =
Net Benefit Kumulatif
t = tahun ke-t
Net B/C akan didapat apabila paling sedikit 2) Analisis SWOT
salah satu nilai Bt/Ct bersifat negatif. Jika Untuk menganalisis strategi
tidak maka Net B/C tidak terhingga. pengembangan pada agribisnis cabe jamu
Jumlah NPV () digunakan analisis SWOT (Strength,
Net B/C =
Jumlah NPV () Weakness, Opportunity, Threat). Menurut
Rangkuti (2000), Analisis SWOT merupakan
Kriteria pengambilan keputusan:
tahapan dalam menyusun strategi, yaitu
- B/C > 1, maka pengelolaan agribisnis cabe
menyusun terlebih dahulu analisis faktor
jamu secara finansial layak dikembangkan internal (Internal Factor Analysis
- B/C < 1, maka pengelolaan agribisnis cabe Summary/IFAS) yang terdiri dari kekuatan
jamu secara finansial tidak layak
(strength) dan kelemahan (weakness) serta
dikembangkan. analisis faktor eksternal (Internal Factor
d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Analysis Summary/EFAS) yang terdiri dari
Analisis ini digunakan untuk
peluang (opportunity) dan acaman (threat).
membandingkan antara jumlah Present Value
Tabel 2. Analisis Faktor Internal (IFAS)
Faktor-Faktor Nilai
Bobot Rating Fenomena
Strategi internal (bobot x rating)
Kekuatan
Kelemahan
Total
48
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
EFAS
4
WHITE GREY
High AREA AREA
Low
0 49
4 High 2 Low 0 IFAS
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
GREY BLACK
AREA AREA
Tinggi I II III
TOTAL Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
SKOR EFAS 3,0
Menengah IV V VI
Stabilitas Pertumb /Stab Penciutan
2,0
Rendah VII VIII IX
Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi
1,0
Gambar 2. Matrik Internal dan Eksternal
50
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Tabel 5. Nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Periods pada Kegiatan Usahatani
Cabe Jamu di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep
No Analisis Hasil Yang Diisyaratkan Rekomendasi Keterangan
1 NPV Rp. 120.922.470,00 NPV > 0 (positif) Layak/Go
2 IRR 22,0% 12% Layak/Go
3 Net B/C 6,71 Net B/C >1 Layak/Go Luas Lahan
4 Gross B/C 1,72 Gross B/C >1 Layak/Go 1 Ha
Semakin cepat,
5 PP 2 th, 1 bln Layak/Go
semakin baik
Sumber: Pengolahan Data Primer
51
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Dari hasil analisis finansial pada Tabel 5, diikuti penambahan keuntungan yang
maka dapat dijelaskan sebagai berikut: signifikan. Beberapa hal yang sangat
1) Net Present Value (NPV) dimungkinkan pada kondisi ini karena hal ini
Net Present Value adalah selisih nilai dipengaruhi oleh pengalaman petani dalam
sekarang antara pendapatan kotor rata-rata mengusahakan tanaman cabe jamu yang
dengan biaya total rata-rata pada tingkat dimilikinya.
compound interest factor sebesar 12%, 4) Gross B/C Ratio
dimana compound interest factor tersebut Gross B/C Ratio adalah analisis untuk
merupakan tingkat suku bunga yang berlaku membandingkan nilai present value benefit
pada saat penelitian dilaksanakan. Nilai Net dengan nilai present value cost. Dari kegiatan
Present Value pada usahatani cabe jamu usahatani cabe jamu, maka nilai Gross B/C
sebesar Rp. 120.922.470,00; artinya kegiatan Ratio sebesar 1,72. Hal ini menunjukkan
usahatani cabe jamu tersebut memperoleh bahwa besarnya pendapatan yang dihasilkan
keuntungan sebesar Rp. 120.922.470,00. Nilai dari kegiatan usahatani cabe jamu adalah
NPV lebih besar dari 0, berarti total sebesar 1,72 kali lipat dari biaya usahatani
penerimaan lebih besar daripada total cabe jamu yang dikeluarkan, artinya setiap
pengeluaran sehingga usahatani cabe jamu Rp.1,- biaya usaha tani Cabe Jamu yang
tersebut layak untuk diteruskan karena dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan
mampu menutupi semua biaya yang sebesar Rp. 1,72,-. Dari hasil analisis Gross
dikeluarkan oleh petani. Dimana nilai-nilai B/C Ratio menghasilkan nilai lebih besar dari
tersebut tidak lain adalah jumlah nilai 1 (Gross B/C Ratio > 1), artinya pendapatan
sekarang untuk pendapatan bersih selama dari usahatani cabe jamu lebih besar dari total
umur proyek. biaya yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya,
2) Internal Rate of Return (IRR) sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan
Nilai Internal Rate of Return (IRR) dari usahatani cabe jamu dinyatakan layak secara
usahatani cabe jamu dengan menggunakan finansial dan dapat dijalankan atau
compound interest factor sebesar 20% dan dikembangkan.
25%, diperoleh nilai sebesar 22,0%. Hal ini 5) Payback Period (PP)
berarti kegiatan usahatani cabe jamu di daerah Analisis Payback Period dalam
penelitian dinyatakan layak, karena mampu penelitian ini menggunakan analisis net
mengembalikan pengeluaran biaya investasi benefit kumulatif. Payback Period dalam
yang digunakan sampai pada tingkat suku usahatani cabe jamu menghasilkan nilai PP
bunga 22%. yang lebih kecil dari umur proyek kegiatan
3) Net B/C Ratio usahatani cabe jamu (14 tahun), yaitu sebesar
Net B/C Ratio dengan compound interest 2,1 tahun atau 2 tahun 1 bulan. Dalam
factor 12% pada kegiatan usahatani cabe jamu penelitian ini, analisis payback periods lebih
mempunyai nilai sebesar 6,71. Dengan cenderung menggunakan analisis net benefit
demikian, usahatani cabe jamu akan kumulatif daripada net benefit rata-rata,
memberikan manfaat sebesar 6,71 kali lipat karena secara rasional petani akan lebih
dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk mengutamakan pengembalian modal terlebih
kegiatan produksi. Dengan kata lain, setiap dahulu daripada harus menunggu
Rp. 1,- biaya produksi yang dikeluarkan akan pengumpulan keuntungan selama 14 tahun
mampu memberikan manfaat masing-masing berikutnya. Di sisi lain hasil analisis dengan
sebesar Rp. 6,71. perhitungan net benefit kumulatif jauh lebih
Nilai Net B/C Ratio lebih besar dari 1 efektif atau lebih cepat dalam pengembalian
menunjukkan bahwa usahatani cabe jamu modal investasi daripada dengan
layak untuk dijalankan dan dikembangkan menggunakan cara net benefit rata-rata.
atau memberikan keputusan “Go” atau layak Dari hasil analisis kelima alat analisis
untuk diusahakan. Kondisi ini evaluasi proyek secara finansial, maka dapat
menggambarkan bahwa proporsi penambahan dinyatakan bahwa usahatani cabe jamu di
biaya produksi pada usahatani cabe jamu akan Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep adalah
52
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
layak untuk diusahakan dan dikembangkan. keuntungan yang diterima oleh petani, hal ini
Berdasarkan hasil studi kegiatan usahatani menandakan bahwa Net B/C Ratio dan Gross
cabe jamu di Kecamatan Bluto, Kabupaten B/C Ratio dalam analisis finansial lebih besar
Sumenep dapat dinyatakan layak secara dari 1, berarti penghasilan dan pendapatan
finansial dan memberikan rekomendasi “GO” yang diterima dari kegiatan usahatani cabe
untuk diusahakan/dikembangkan pada skala jamu lebih besar dari total biaya produksi
yang lebih besar. Hal ini mengacu pada hasil yang dikeluarkan.
analisis finansial yang diperoleh dalam
3.2. Strategi Pengembangan Agribisnis
penelitian ini, dimana untuk penggunaan luas
Cabe Jamu
lahan pertanaman Cabe Jamu memiliki tingkat
kemampuan mengembalikan biaya investasi Analisis SWOT dilakukan berdasarkan
(IRR) diatas nilai compound interest factor, asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
berarti dengan demikian usahatani cabe jamu memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
yang diusahakan petani mampu memberikan meminimalkan kelemahan dan ancaman.
tingkat keuntungan yang besar sehingga Tahap awal dalam analisis ini yaitu
waktu pengembalian biaya investasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor kondisi
dilakukan dalam waktu yang relatif cepat, lingkungan internal dan eksternal dari
sehingga penerimaan selebihnya dari kegiatan Agribisnis Cabe Jamu di Kecamatan Bluto.
usahatani tersebut seluruhnya merupakan Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan pada
keuntungan bagi petani. Dengan adanya Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal Agribisnis Cabe Jamu
Faktor-faktor Internal
Strength (S) Weaknesess (W)
Kesesuaian lahan S1 Permodalan W1
Lokasi usahatani (produksi) S2 Teknologi budidaya dan pasca panen W2
Mutu dan kualitas cabe jamu S3 Ketersediaan air W3
Pengalaman petani S4 Tingkat pendidikan petani W4
Kelembagaan petani W5
Faktor-faktor Eksternal
Opportunities (O) Threats (T)
Ketersediaan pasar O1 Anomali iklim T1
Permintaan cabe jamu O2 Persaingan antar petani T2
Kemudahan memperoleh sarana produksi O3 Kebijakan pemerintah T3
Kepercayaan konsumen O4 Harga jual cabe jamu T4
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa analisis sebagai kelemahan usahatani cabe jamu yang
faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) menggambarkan keterbatasan sumberdaya
dan kelemahan (weaknesess). Kekuatan dapat serta kemampuan usahatani secara serius yang
dijelaskan sebagai keunggulan sumberdaya menghalangi kinerja efektif dalam
pada usahatani cabe jamu serta kemajuannya mengembangkan strategi operasi. Variabel
dalam menentukan perubahan strategi operasi. kelemahan yang ada pada usahatani tersebut
Variabel kekuatan yang ada pada usahatani terdapat lima variabel yang terdiri dari W1
tersebut terdapat empat variabel yang terdiri sampai W5
dari S1 sampai S4. Kelemahan dapat dijelaskan
53
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
EFAS
4
0
2,67
4 High 2 Low 0
IFAS
Gambar 3. Diagram Matrik Posisi Kompetitif Relatif Usahatani Cabe Jamu
Berdasar hasil analisis faktor-faktor mutu dan kualitas cabe jamu, dan pengalaman
internal diperoleh nilai IFAS sebesar 2,67 dan petani. Sedangkan peluang yang dimiliki
hasil analisis faktor-faktor eksternal diperoleh yaitu: ketersediaan pasar, permintaan cabe
nilai EFAS sebesar 2,48. Nilai tersebut jamu, kemudahan memperoleh sarana
menempatkan agribisnis cabe jamu dalam produksi, dan kepercayaan konsumen. Fokus
posisi White Area (Bidang Kuat-Berpeluang), strategi yang tepat bagi agribisnis cabe jamu
artinya agribisnis cabe jamu tersebut memiliki dalam mengembangkan usahanya adalah
peluang pasar yang prospektif dan memiliki strategi yang agresif dengan memaksimalkan
kompetensi untuk mengerjakannya. Kekuatan kekuatan yang dimiliki sehingga dapat
yang dimiliki agribisnis cabe jamu yaitu: memanfaatkan peluang yang ada.
kesesuaian lahan, lokasi usahatani (produksi), Matriks internal eksternal dari usahatani
54
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Tinggi I II III
Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
3,0
TOTAL SKOR IV V VI
EFAS Menengah
Stabilitas Pertumb/Stab Penciutan
2,0
55
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Strategi yang dapat diterapkan dalam dapat dilakukan diantaranya adalah dengan
usahatani cabe jamu berdasarkan faktor-faktor menarik konsumen potensial yang belum
kondisi internal dan faktor-faktor kondisi pernah mengkonsumsi cabe jamu, menarik
eksternal yang mempengaruhi kegiatan konsumen di daerah lain dengan strategi
usahatani tersebut dapat disusun empat yang tidak melanggar etika persaingan
strategi utama, yaitu strategi S-O, W-O, S-T, pasar.
W-T melalui matrik SWOT. 4. Peningkatan keanekaragaman produk
Bentuk strategi ini berupa diversifikasi
STRATEGI S-O terhadap cabe jamu. Cara yang dapat
dilakukan diantaranya dengan mencari
1. Meningkatkan volume produksi untuk
informasi mengenai jenis-jenis produk
memenuhi permintaan konsumen
olahan cabe jamu dan komposisi
Bentuk strategi ini berupa upaya
pembuatannya. Dengan adanya
peningkatan produksi cabe jamu melalui
penganekaragaman produk ini, maka
perbaikan teknologi budidaya. Hal ini
diharapkan segmen pasar yang dapat
dapat dilakukan karena ditunjang oleh
dijangkau menjadi lebih luas dan akan
kesesuaian lahan dan kemudahan
lebih meningkatkan pendapatan petani.
memperoleh sarana produksi.
2. Mempertahankan kualitas produk sehingga STRATEGI W-O
kepercayaan konsumen terhadap produk 1. Bekerja sama dengan pihak luar dalam hal
tetap ada permodalan
Strategi yang diterapkan adalah dengan Cara yang dapat dilakukan diantaranya
melakukan upaya untuk mempertahankan adalah bekerja sama dengan usaha sejenis
kualitas cabe jamu dengan penanganan yang lebih besar dengan sistem kemitraan.
pasca panen yang tepat agar kepercayaan Selain itu, juga dapat dilakukan dengan
konsumen tetap terjaga. cara mencari pinjaman kredit dengan syarat
3. Memperluas cakupan pasar ringan kepada lembaga-lembaga keuangan
Selama ini usahtani cabe jamu telah seperti perbankan maupun koperasi.
memiliki konsumen tetap. Namun melihat
potensi yang ada, memperluas cakupan 2. Memperluas marketing network
pasar merupakan suatu langkah yang Memperluas marketing network (jaringan
sangat berarti bagi perkembangan pemasaran) untuk usahatani cabe jamu
usahatani tersebut. Beberapa cara yang dilakukan dengan menambah relasi untuk
56
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
57
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
Bentuk strategi ini dapat berupa petani dalam usahatani cabe jamu adalah
pengelolaan yang komprehensif dan strategi pertumbuhan melalui integrasi
berkelanjutan terhadap pemanfaatan horizontal. Agribisnis cabe jamu tersebut
sumberdaya manusia, air, dan lahan. Hal berada pada pertumbuhan dalam asset,
ini dilakukan agar usahatani cabe jamu penjualan, dan profit. Tahap pertumbuhan
dapat berjalan terus dan mampu memperlihatkan usaha agribisnis cabe
meningkatkan pendapatan petani. jamu mampu meningkatkan nilai produksi
dan penjualan dengan memanfaatkan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN kekuatan dan peluang dari luar. Pada
kondisi ini sebaiknya usahatani tersebut
4.1. Kesimpulan
berusaha mempertahankan peluang dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kekuatan yang dimilikinya serta
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan meminimalkan ancaman dan kelemahan
sebagai berikut:
1. Kegiatan usahatani cabe jamu layak untuk 4.2. Saran
dilaksanakan dan dikembangkan. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian yang telah
terlihat dari nilai Net Present Value (NPV), dilaksanakan, maka dapat disarankan hal-hal
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit sebagai berikut:
Cost Ratio (Net B/C Ratio), Gross Benefit 1. Kelayakan usaha dan strategi
Cost (Gross B/C), dan Payback Period pengembangan agribisnis cabe jamu sudah
(PP). Nilai Net Present Value (NPV) teridentifikasi dan memberikan hasil yang
sebesar Rp. 120.922.470,00 (nilai NPV sangat baik, maka diperlukan perhatian
lebih besar dari 0, berarti total penerimaan dari pihak terkait agar agribisnis cabe jamu
lebih besar daripada total pengeluaran mampu meningkatkan pendapatan
sehingga usahatani cabe jamu tersebut petani sehingga kesejahteraan petani
layak untuk diteruskan), nilai Internal Rate bertambah baik.
of Return (IRR) sebesar 22,0% (dinyatakan 2. Agribisnis cabe jamu mempunyai peluang
layak, karena mampu mengembalikan untuk dikembangkan karena mampu
pengeluaran biaya investasi yang meningkatkan pendapatan petani, oleh
digunakan sampai pada tingkat suku bunga kerena itu diperlukan penelitian lanjutan
22%), nilai Net Benefit Cost Ratio (Net tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
B/C Ratio) sebesar 6,71 (layak produksi dan pendapatan cabe jamu
dikembangkan karena setiap Rp. 1,- biaya
DAFTAR PUSTAKA
produksi yang dikeluarkan akan mampu
memberikan manfaat masing-masing Anonymous. 2009. Tingkat Penjualan Cabe
sebesar Rp. 6,71), nilai Gross Benefit Cost Jawa Pedas Meningkat. Surabaya Post.
(Gross B/C) sebesar 1,72 (artinya setiap Danurwenda, H.R. 2007. Efisiensi Biaya dan
Rp.1,- biaya usaha tani cabe jamu yang Prospek Pengembangan Agroindustri
dikeluarkan akan menghasilkan Jamu di Desa Curoh Nongko, Kecamatan
pendapatan sebesar Rp. 1,72,-), dan nilai Tempurejo. Universitas Jember. Jember.
Payback Period (PP) sebesar 2,1 tahun Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik
atau 2 tahun 1 bulan. Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi
2. Agribisnis cabe jamu berada dalam posisi Konsep Perencanaan Strategis Untuk
White Area (Bidang Kuat-Berpeluang), Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT.
artinya agribisnis cabe jamu tersebut Gramedia Pustaka Utama.
memiliki peluang pasar yang prospektif Soeratno dan L. Arsyad. 2003. Metodologi
dan memiliki kompetensi untuk Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis.
mengerjakannya Posisi usaha agribisnis UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
cabe jamu di Kecamatan Bluto berada pada Winarso, B. dan Muchijidin R.. 1997.
daerah V (lima), yaitu pertumbuhan atau Peluang Pengembangan Agribisnis
stabilitas. Strategi yang digunakan oleh Perikanan Laut di Pantai Selatan Jawa.
58
CEMARA VOLUME 8 NOMOR 1 NOPEMBER 2011 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894
59