Anda di halaman 1dari 9

KETABAHAN HATI PADA PEKERJA REMAJA PERANTAU

Flendyna Adhi Nastalia

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat

Abstrak

Pada tahapan remaja mulai dimiliki beberapa minat seperti, minat rekreasi, bersantai, bepergian
ketika liburan, menonton film dan berpesta. Hal itu dapat dilakukan apabila orang tua kaya. Lain
halnya dengan remaja yang status ekonomi rendah dan harus bekerja demi melangsungkan
kehidupan mereka. Banyak remaja dari pedesaan merantau ke kota untuk bekerja. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai ketabahan pekerja remaja perantau, serta
mengetahui faktor-faktor yang dapat membuat remaja perantau memiliki ketabahan Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan wawancara
tidak terstruktur karena pertanyaan yang diajukan dapat bersifat fleksibel dan tidak menyimpang
dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Digunakan juga teknik observasi yaitu teknik
observasi bukan partisipan karena hanya mengamati fenomena yang ada. Subjek penelitian
berjumlah dua (2) orang dengan karakteristik remaja wanita berusia 12-20 tahun. Hasil
menunjukkan bahwa ketabahan yang dimiliki oleh subjek pertama dan subjek kedua tinggi.
Ketabahan terlihat dari kemampuan kedua subjek mengontrol kondisi saat mereka menghadapi
masalah saat bekerja. Mereka juga memiliki komitmen pada saat menyelesaikan pekerjaan serta
menganggap kondisi saat ini sebagai tantangan yang harus dilewati. Terdapat perbedaan antara
subjek pertama dan subjek kedua pada komponen kontrol mengenai kebosanan yang sering
dirasakan subjek. Faktor yang memengaruhi ketabahan adalahi keluarga yang mendukung, pola
asuh, masalah keluarga, tugas subjek di rumah, kesulitan di sekolah, orang tua telah meninggal,
orang tua tiri, subjek diasuh oleh kedua orang tua, pengalaman kerja, keberhasilan bagi subjek,
mengikuti perlombaan, subjek mendapat kekerasan, dan berkomunikasi dengan teman-teman.

Kata Kunci: ketabahan, remaja, perantau, keluarga

RURAL ADOLESCENT WORKER HARDINESS

Abstract

Generally, people at the stage of adolescence began to have some interests, such as,
interest in recreation, leisure, watching movies and partying. Those activities are
possible with children from rich family. Reversely happen with those kids from poor
family. They have to work to support their lives. Many adolescents from rural areas
migrate to cities in order to ge a job. This study aimed to get a picture of teenage workers
nomads hardiness, and to know the factors influence it. The study used a qualitative
approach. To obtain the data, researchers used unstructured interviews because the
questions raised can be flexible and do not deviate from the established purpose of the
interview. Observation technique that is used is also not a participant observation
technique because we only observed phenomena. Research subjects are two (2) persons
with characteristics such as adolescent women aged 12-20 years. Results showed that
hardiness which is owned by both the first and the subjects is high. Hardiness is shown
by the ability of the two subjects to control the condition when they are facing problem on
work. They also have a commitment in completing the work and consider the current
situation as a challenge that must be passed. There is a difference between the first
subject and second subject in the control component of the boredom that often felt by
subject. Factors that influence the hardiness are family support, parenting, family
problems, the task of the subject at home, difficulties at school, absently parents, the

Nastalia, Ketabahan Hati … 81


stepparent, the subject was raised by both parents, work experience, the success for the
subject, following a race, violent experience, and communication with friends.

Key Words: hardiness, teenagers, foreigners, families

PENDAHULUAN untuk mengembangkan minat pada pesta


dan dansa dibandingkan dengan remaja
Dalam kehidupannya, manusia me- dengan latar belakang keluarga yang
lalui berbagai tahapan perkembangan lebih baik.
dimulai dari masa kanak-kanak hingga Bagi para remaja yang memiliki
masa dewasa. Dalam tiap tahap perkem- status ekonomi rendah tidak akan mela-
bangannya terdapat tugas perkembangan kukan aktivitas yang sesuai dengan minat
masing-masing yang harus diselesaikan remaja pada umumnya, seperti minat
untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya rekreasi dan minat sosial. Mereka akan
(Mappiare, 1983) Salah satu tahap cenderung memilih kegiatan yang dapat
dimana individu memulai suatu babak menjadikan kehidupan mereka beserta
baru dalam kehidupan adalah tahap re- keluarga menjadi lebih baik dengan cara
maja atau pubertas (masa peralihan). Pada bekerja. Saat ini berkembang pula stigma
tahapan ini remaja mulai memiliki di masyarakat bahwa dengan pergi ke
beberapa minat pada kehidupannya. Salah kota besar atau merantau akan membawa
satunya adalah minat rekreasi, seperti kehidupan dan ekonomi yang lebih baik
bersantai dan mengobrol dengan teman- pula. Seperti yang dikemukakan oleh
teman sambil membicarakan orang lain Sunarto (2004) bahwa terdapat faktor pe-
dan bergurau; bepergian selama liburan. narik yang menarik orang untuk ber-
Hal ini dimungkinkan jika orang tua yang migrasi ke daerah lain. Penarik ini terdiri
kaya; menonton film merupakan kegiatan dari berbagai faktor seperti sistem politik
yang kerap digemari para remaja; ber- yang lebih menjamin kebebasan dari tiap
usaha menjadi pedansa yang baik karena kewarganegaraan bagi tiap individu, si-
dansa merupakan bagian yang cukup tuasi keamanan yang lebih baik, dan
penting dari kencan. Di samping itu, para perekonomian yang lebih berkembang
remaja juga memiliki minat lain yakni yang menawarkan lebih banyak kesem-
minat sosial seperti berpesta (Hurlock, patan belajar dan kesempatan kerja serta
1994) penghasilan yang lebih tinggi dari pada di
Akan tetapi minat tersebut tidak daerah asal. Merantau atau migrasi adalah
dapat dirasakan sepenuhnya bagi remaja perginya sejumlah penduduk dari daerah
yang memiliki status ekonomi rendah. pedesaan ke daerah perkotaan (Djunaedi,
Mereka bahkan mungkin harus bekerja 1997).
demi melangsungkan kehidupan mereka Hal ini dapat dibuktikan dengan ba-
dan keluarga. Seperti yang diungkapkan nyaknya jumlah perantau asal Kuningan
oleh Papalia, Old dan Feldman (2004) yang pergi ke Jakarta dengan jumlah
yang mengatakan bahwa status sosio- perantau sekitar 505,865 orang. Peng-
ekonomi dapat menjadi faktor kuat yang hasilan yang di dapat dari para perantau
menentukan jalan hidup atau keinginan tersebut pun cukup besar yakni hingga
para remaja dalam menindaklanjuti kehi- mencapai 8 juta rupiah dalam waktu 2-3
dupan mereka kelak. Hal senada juga bulan dengan bekerja di sektor tidak
diungkapkan oleh Hurlock (1994) yang formal, seperti menjadi pedagang rokok,
mengatakan seorang remaja yamg memi- pedagang di pasar, pedagang bubur dan
liki status sosioekonomis keluarganya pedagang lainnya (http:// www.kompas.
rendah, mempunyai sedikit kesempatan com/read/xml/2007/08/22/15094838/ber

82 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007


pacu.menjangkau.suara.perantau). Selain terhadap hal-hal yang menyebabkan stres
itu pula terdapat hal yang perlu di- (http://sabarlannarimo.blogspot.co
waspadai ketika memutuskan untuk me- m/2007/01/ketabahanhati_06.html).
rantau di kota lain, seperti halnya yang Sedangkan individu yang memiliki karak-
dialami oleh seorang remaja berusia 15 teristik kepribadian ini disebut sebagai
tahun asal Indramayu yang merantau ke hardy person.
Jakarta, akan tetapi sesampainya di Ketabahan memiliki tiga karakte-
Jakarta remaja itu menjadi korban tra- ristik kepribadian, yaitu komitmen, kon-
fficking yang menjadi pekerja seks trol dan tantangan (Kobasa, Maddi dan
komersial (http://www.prakarsarakyat.org Kahn, 1982). Komitmen merupakan ke-
/arti kel/gender/artikel .php?aid=20806). cenderungan untuk melibatkan diri dalam
Seperti yang dialami pula oleh seorang berbagai aktivitas hidup (Kobasa, Maddi
perantau asal Yogyakarta bahwa terdapat dan Kahn, 1982). Kontrol merupakan ke-
perasaan sedih ketika meninggalkan tanah cenderungan merasa dan bertindak untuk
kelahiran, jauh dari keluarga, saudara, memengaruhi saat menghadapi situasi
teman dan sesampainya di kota rantauan tertentu dalam hidup (Kobasa, Maddi dan
harus beradaptasi dengan lingkungan Kahn, 1982). Tantangan digunakan seba-
yang serba baru (http://penamerah.blog gai keyakinan bahwa perubahan adalah
spot.com/200 8/03/coba_28.html). suatu hal yang normal terjadi pada
Adanya perasaan sedih dan tindak kehidupan dan antisipasi terhadap peru-
penipuan seperti di atas, maka dibutuhkan bahan dapat menjadi motivator yang baik
keadaan mental dan psikis yang kuat agar bagi pertumbuhan dari pada ancaman
para remaja perantau tersebut tetap dapat terhadap rasa aman (Kobasa, Maddi dan
selamat hidup di kota lain tanpa keluarga Kahn, 1982).
yang menemani. Ada individu yang tidak Individu yang memiliki tingkat ke-
dapat bertahan secara psikologis dan fisik tabahan yang tinggi menunjukkan komit-
dalam menghadapi stres ketika mengha- men dalam keterlibatannya pada aktivitas
dapi situasi yang menekan, namun ada sehari-hari, memiliki kontrol atas hal
pula individu yang begitu tegar, optimis- yang akan terjadi dan kecenderungan
tis dan memandang tekanan hidup se- untuk melihat perubahan sebagai tan-
bagai tantangan yang dapat dihadapi. tangan yang positif dari pada sebagai
Individu yang dapat bertahan itu peristiwa yang tidak menyenangkan
disebut kepribadian tahan banting atau (Allred dan Smith, 1989). Pendapat demi-
ketabahan hati atau dalam bahasa Psi- kian dikemukakan pula oleh Foster dan
kologi biasa disebut ketabahan, yang Dion (2004) yang mengatakan bahwa
secara literatur dapat diartikan sebagai orang yang memiliki ketabahan hati
“ketahanan, ketabahan hati atau daya memiliki keberanian berkonfrontasi ter-
tahan” (Echols dan Shadily, 1987). De- hadap perubahan atau perbedaan dan
ngan kata lain, individu yang mempunyai menarik hikmah dari keadaan tersebut
kepribadian tahan banting tidak akan (http://sabarlannarimo.blogspot.co/2007/0
mudah melarikan diri dan menarik diri 1/ketabahanhati_06.html). Sedangkan
dari kondisi yang mengancam dirinya pada kepribadian rentan atau tidak tahan
(Hadjam, Martaniah, Prawitasari dan Masrun, banting (non-ketabahan) dalam meng-
2004). Pendapat Hadjam, Martaniah, hadapi kejadian-kejadian hidup yang
Prawitasari dan Masrun tersebut terdapat mencekam akan mengalami ketegangan
kemiripan dengan pendapat Quick (2007) dan pada akhirnya muncul keluhan fisik
yang menyatakan ketabahan sebagai dan psikis (Hadjam, Martaniah, Prawitasari
konstruksi kepribadian yang merefleksi- dan Masrun, 2004).
kan sebuah orientasi yang lebih optimistis

Nastalia, Ketabahan Hati … 83


Dari penjelasan di atas maka dapat tur. Wawancara tidak terstruktur dipilih
disimpulkan bahwa individu yang memi- karena pertanyaan yang diajukan dapat
liki ketabahan dapat terhindar dari stres, bersifat fleksibel dan tidak menyimpang
frustasi ataupun hambatan-hambatan yang dari tujuan wawancara yang telah dite-
mereka temui pada saat hidup di kota lain tapkan. Data juga dikumpulkan meng-
dan terpisah dengan keluarga karena ada- gunakan teknik observasi. Tipe teknik
nya pandangan positif terhadap berbagai observasi yang digunakan adalah teknik
macam kendala yang mereka hadapi. observasi bukan partisipan karena hanya
Individu yang memiliki kepribadian keta- mengamati fenomena yang ada. Wawan-
bahan dapat mengurangi pengaruh keja- cara dan observasi dilakuakn untuk
dian hidup yang mencekam dengan mengumpulkan data ketabahan dan faktor
menggunakan sumber sosial yang ada di yagn memengaruhinya.
lingkungannya untuk dijadikan motivasi Ketabahan diartikan sebagai “keta-
dan dukungan dalam mengatasi masalah hanan, ketabahan hati atau daya tahan”
ketegangan yang dihadapinya dan mem- (Echols dan Shadily, 1987), yaitu indivi-
berikan kesuksesan (Hadjam, Martaniah, du yang mempunyai kepribadian tahan
Prawitasari dan Masrun, 2004). banting tidak akan mudah melarikan diri
Terdapat penelitian mengenai keta- dan menarik diri dari kondisi-kondisi
bahan yang dilakukan oleh Rahardjo yang mengancam dirinya (Hadjam,
(2005) menunjukkan bahwa perawat Martaniah, Prawitasari, dan Masrun,
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki 2004). Individu yang memiliki tingkat
tingkat ketabahan dan keampuhan diri ketabahan yang tinggi akan menunjukkan
yang tinggi dan memberikan kontribusi komitmen dalam keterlibatannya pada
terhadap stress kerja yang dirasakan aktifitas sehari-hari, memiliki kontrol atas
sehingga tingkatannya menjadi sedang. hal yang akan terjadi dan kecenderungan
Penelitian lain mengenai ketabahan yang untuk melihat perubahan sebagai tan-
dilakukan oleh Hadjam (2004) menunjuk- tangan yang positif dari pada sebagai
kan temuan bahwa kepribadian tahan peristiwa yang tidak menyenangkan
banting menjadi mediator dan moderator (Allred dan Smith, 1989).
stressor kehidupan yang memunculkan Subjek penelitian adalah remaja
gejala patologis berupa gangguan soma- perantau. Hanya dua (2) subjek yang di-
tisasi, stressor dapat memunculkan gang- wawancarai dan diobservasi dalam
guan somatisasi karena didukung oleh penelitian ini. Karakteristik subjek pene-
petahanan individu berupa kepribadian litian adalah berumur 12-20 tahun dan
yang rentan. Dari kedua penelitian bekerja sebagai pengasuh anak.
tersebut dapat diketahui bahwa ketabahan
dapat membantu individu untuk dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
bertahan dari berbagai macam ancaman
yang dirasakan mendera individu ter- Gambaran Umum Subjek
sebut. Berdasarkan penelusuran yang SN adalah seorang gadis remaja
dilakukan peneliti, belum ada penelitian yang berperawakan sedang dengan tinggi
yang mengkaji ketabahan pada pekerja badan kira-kira 160 cm dan berat 50 kg.
remaja perantau. Wajahnya cantik dengan kulit sawo
matang dan rambut panjang sebahu. Pada
METODE PENELITIAN saat wawancara subjek mengenakan baju
seragam pengasuh anak berwarna merah
Penelitian ini menggunakan pen- jambu serta rambut dikuncir ke belakang
dekatan kualitatif. Data dikumpulkan atau ekor kuda dengan mengenakan
menggunakan wawancara tidak terstruk- sandal jepit berwarna hijau. Sikap SN

84 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007


yang kooperatif dan bersahabat membuat dengan tidak memikirkan masalah ter-
peneliti menjadi lebih berani dalam sebut, menenangkan diri, dan sholat.
mengajukan pertanyan-pertanyaan yang Subjek kedua mengatasi masalah dengan
bersifat lebih mendalam dan pribadi. Dari mengaji atau bermain dengan bayi yang
sikapnya, subjek terlihat tidak keberatan diasuh atau bermaindengan teman subjek.
untuk menjawab pertanyaan yang di- Kedua subjek mempunyao kecende-
ajukan secara jujur. Terlihat beberapa kali rungan merasa dan bertindak untuk
subjek hampir menangis ketika mence- memengaruhi saat menghadapi situasi
ritakan kisah hidupnya di kota tanpa bayi menangis (Kobasa, Maddi, dan
keluarga atau orang terdekat yang mene- Kahn, 1982).
mani. Tetapi subjek dapat mengendalikan Terdapat kesamaan antara subjek
rasa sedihnya hingga wawancara tetap pertama dengan subjek kedua dalam hal
dapat berjalan dengan baik. berkomitmen, yakni mereka sama-sama
Subjek kedua (B) merupakan se- memiliki keinginan untukpulang ke kam-
orang gadis dengan remaja berpera- pung dan kembali menetap di kampung.
wakan sedang dengan tinggi badan kira- Halitu tidak pernah mereka lakukan,
kira 155 cm dan berat badan 50kg. Subjek karena subjek telah berkeyakinan sejak
kedua memiliki kulit yang tidak hitam, awal untuk terus bekerja maka subjek
mata yang cukup besar dan rambut sangat harus terus bekerja dan tidak ragu-ragu.
panjang. Subjek B mengenakan pakaian Komitmen merupakan kecenderungan
berwarna merah dan celana tanggung untuk melibatkan diri dalam berbagai
warna hitam. Pada saat penelitian ber- aktivitas hidup (Kobasa, Maddi dan
langsung, subjek terlihat tidak sungkan Kahn, 1982).
atau ragu untuk menjawab berbagai Sedangkanperbedaan yang ada pada
pertanyaan dengan sesekali bercanda dan kedua subjek adalah dalam hal kebo-
tertawa. sanan. Subjek pertama sering merasakan
kebosanan saat bekerja di kota tanpa
Karakteristik Ketabahan keluarga yang mendampingi. Subjek
Membicarakan ketabahan berarti kedua di sisi lain tidak pernah merasakan
membahasa karakteristiknya. Ketabahan kebosanan saat bekerja di kota tanpa
memiliki tiga karakteristik kepribadian, keluarga yang mendampingi.
yaitu komitmen, kontrol dan tantangan Dari sisi tantangan, kedua subjek
(Kobasa, dkk, 1982). Dalam hal kontrol, memiliki persamaan dalam sudut pandang
terdapat persamaan dalam usaha kedua keberhasilan yaitu ketika keluarga mereka
subjek untuk menenangkan bayi yang telah bangga terhadap subjek.Terdapat
sedang menangis hingga pada akhirnya pula perbedaan yaitu subjek pertama ja-
bayi tersebut mengikuti apa yang subjek rang meminta pertolongan kepada siapa-
inginkan. pun saat subjek memiliki masalah. Subjek
Subjek pertama mencoba mene- kedua akan berusaha untuk menyelesai-
nangkan dan menidurkan bayi dengan kannya sendiri terlebih dahulu namun
menggendong dan memberi susu hingga pada akhirnya akan memint apertolongan
akhirnya bayi tertidur. Subjek kedua pada kakaksubjek. Tantangan digunakan
mencoba menenangkan bayi dengan cara sebagai keyakinan bahwa perubahan ada-
mengajak bicara, mengajak bermain dan lah suatu hal yang normal terjadi pada
memberikan makanan yang disukai bayi. kehidupan dan antisipasi terhadap peru-
Terdapat pula perbedaan dalam penyele- bahan dapat menjadi motivator yang baik
saian masalah yang dihadapi oleh subjek bagi pertumbuhan dari pada ancaman
pertama dengan subjek kedua. Subjek terhadap rasa aman (Kobasa, Maddi dan
pertama mencoba mengatasi masalah Kahn, 1982).

Nastalia, Ketabahan Hati … 85


Faktor yang Memengaruhi Ketabahan dung, Subjek kedua memiliki bapak tiri
Ada beberapa faktor yang meme- yang kini telah menikah lagi.
ngaruhi ketabahan kedua subjek. Faktor Pertama memiliki orang tua maka
yang memengaruhi ketabahan pada dari itu subjek diasuh oleh kedua orang
subjek pertama di antaranya adalah (1) tuanya. Subjek kedua sejak kecil telah
keinginan sekolah di si sekolah Islam; (2) diasuh oleh neneknya meskipun ibu
pernah berpikir tentang tempat kerjanya kandungnya masih hidup karena harus
suatu saat di masa depan; (3) memiliki bekerja. Kedua subjek memilikiperbedaan
hubungan yang baik dengan keluarga, dan dalam hal pengalaman kerja. Subjek
mendapat izin dari keluarga untuk pertama tidak memilikipengalaman kerja
merantau ke kota mencari pekerjaan; (4) karena pekerjaan ini merupakan peker-
pola asuh yang menanamkan selalu jaan pertama. Bagi subjek kedua peker-
mengingat Allah. jaan inimerupakan pekerjaan ketiga
Faktor yang memengaruhi keta- setelah sebelumnya bekerja menjadi
bahan pada subjek kedua tidak selalu pengasuh bayi dan bekerja di warung
sama dengan subjek pertama. Faktor yang kopi. Subjek kedua pernah dimarahi oleh
memengaruhi ketabahan pada subjek pembeli. Alasan pembeli marah karena
kedua adalah (1) sewaktu sekolah hasil merasa dilayani terlambat. Dalam kondisi
pekerjannya pernah dicontek oleh te- seperti itu subjek kedua hanya mencoba
mannya; (2) pernah dimarahi oleh guru, bersabar.
karena nilai merah dan sering terlambat Kedua subjek memiliki pandangan
sampai di kelas; (3) memiliki hubungan yang sama mengenai suatu keberhasilan
yang baik dengan keluarga, dan mendapat yaitu ketika melihat keluarga subjek
izin dari keluarga untuk merantau ke kota bangga terhadap subjek. Hal itu dapat
mencari pekerjaan; (4) pola asuh yang memacu subjek untuk bekerja dengan
menanamkan selalu mengingat Allah. baik. Terdapat perbedaan pada kedua
Masalah keluarga yang sering subjek dalam mengekspresikan keme-
dihadapi oleh kedua subjek cenderung nangan dan kekalahan dalam suatu
sama yaitu (1) masalah keuangan yang perlombaan.Subjek pertama pernah kalah
menyebabkan keluarga subjek menjadi dalam mengikuti perlombaan bola voli
sering memiliki hutang atau tidak ada dan PMR namun subjek tetapmerasa
makanan di rumah; (2) Kedua subjek senang telah mengikuti perlombaan itu.
memiliki tugas yang sama yang harus Subjek kedua pernah mengikuti perlom-
dilakukan saat di rumah yaitu seperti baan pramuka dan mendapat kemenangan
mencuci pakaian, memasak,dan lain-lain. juara 1 kemenangan ini sangat meng-
Kedua subjek pernah mengalami gembirakan bagi subjek pertama.
kesulitan di sekolah tetapi mereka tetap Subjek pertama pernah mengikuti
berusaha untuk mengatasi kesulitan ter- kegiatan ekstrakurikuler pramuka sewak-
sebut. Subjek pertama mengalami kesu- tu bersekolah. Subjek pernah dimarahi
litan dalam membagi waktu untuk serta diperintahkan untukberguling-guling
menyelesaikan tugas di sekolah. Subjek hingga subjek merasa kesal namun tetap
kedua mengalami kesulitan berpikir senang. Berbedadengan subjek kedua
dalam pelajaran. yang tidak merasakan hal tersebut
Hingga saat ini orang tua subjek Subjek pertama pernah mendapat
pertama masih hidup. Lain hal dengan kekerasan secara verbal dari senior
subjek kedua yang telah menjadi anak sewaktu subjek masih sekolah tetapi hal
yatim piatu. Subjek pertama dengan tersebut tidak membuat subjek menjadi
demikian tidak memiliki orang tua tiri marah ataupun kesal. Subjek tetap
karena masih mempunyaiorang tua kan- berusaha untuk menegur sapa senior-

86 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007


seniornya tersebut. Subjek kedua tidak Apabila remaja perantau tidak
pernah mendapat kekerasan. memiliki ketabahan maka ketika mene-
Subjek pertama tidak memiliki ke- mui kejadian-kejadian hidup yang
sulitan dalam bersosialisasi dan sampai mencekam akan mengalami ketegangan
saat ini subjek masih sering berkomu- dan pada akhirnya muncul keluhan fisik
nikasi dengan teman-teman lamanya. dan psikis. Karakteristik ketabahan pada
Subjek kedua sudah tidak pernah berko- perantau memegang peranan penting
munikasi dengan teman-teman lama. karena dapat membuat perantau tersebut
Subjek kedua pernah merasakan kehi- menjadi lebih bertahan dan selamat
langan seorang teman dekat tetapi subjek meskipun dengan berbagai macam kesu-
tetap menghubungi temannya tersebut. litan sehingga dapat terhindar dari stres
Pada umumnya remaja memiliki atau frustasi karena menemukan kendala-
minat atau keinginan untuk berekreasi, li- kendala yang mereka temui saat bekerja
buran, menonton film atau berpesta di kota dan terpisah dari keluarga
(Hurlock, 1994), namun tidak semua re-
maja dapat merasakan minat-minat Tugas Perkembangan Remaja
tersebut Tugas perkembangan adalah ta-
menjadi terealisasi karena memiliki hapan usia dimana individu mempunyai
status sosial ekonomi yang rendah dan tujuan untuk mencapai suatu kepandaian,
menyebabkan remaja tersebut harus keterampilan, pengetahuan, sikap dan
bekerja hingga bekerja di kota agar dapat fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan
memberikan kehidupan yang lebih baik pribadi (Pratiwi, 2005).
bagi mereka dan keluarga mereka. Selain Menurut Hurlock (1994), tugas per-
itu, terdapat pula stigma pada masyarakat kembangan remaja yaitu mampu me-
umumnya bahwa dengan pergi ke kota nerima keadaan fisiknya, mampu mene-
atau merantau dapat memberikan kehi- rima dan memahami peran seks usia
dupan dan ekonomi yang baik pula serta dewasa, mampu membina hubungan baik
di kota juga memiliki faktor-faktor dengan anggota kelompok yang ber-
penarik yang dapat menjadi alasan remaja lawanan jenis, mencapai kemandirian
untuk pergi ke kota, seperti perekonomian emosional, mencapai kemandiran eko-
yang lebih berkembang dan menawarkan nomi, mengembangkan konsep dan kete-
kesempatan belajar dan bekerja yang rampilan intelektual yang sangat diper-
lebih banyak serta penghasilan yang lebih lukan untuk melakukan peran sebagai
tinggi dari pada di kota asal (Sunarto, anggota masyarakat, memahami dan
2004). menginternalisasikan nilainilai orang
Terdapat penelitian mengenai keta- dewasa dan orang tua, mengembangkan
bahan yang dilakukan oleh Hadjam perilaku tanggung jawab sosial yang
(2004) menunjukkan temuan bahwa sangat diperlukan untuk memasuki dunia
kepribadian tahan banting menjadi me- dewasa, mempersiapkan diri untuk me-
diator dan moderator stressor kehidupan masuki perkawinan, memahami dan
yang memunculkan gejala patologis mempersiapkan berbagai tanggung jawab
berupa gangguan somatisasi, stressor kehidupan keluarga
dapat memunculkan gangguan somatisasi Menurut Pratiwi (2005) tugas
karena didukung oleh pertahanan individu perkembangan remaja yaitu mencapai
berupa kepribadian yang rentan. Maka hubungan dan lebih matang dengan
dapat disimpulkan bahwa ketabahan teman sebaya baik pria maupun wanita,
diperlukan bagi siapapun dan begitu pula mencapai peran sosial, menerima keadaan
bagi remaja yang akan merantau. fisiknya, mencapai perilaki sosial yang
bertanggung jawab, mencapai kemandi-

Nastalia, Ketabahan Hati … 87


rian emosional memiliki nilai-nilai dan di rumah, kesulitan yang dihadapi sewaktu
system etika sebagai pedoman dalam sekolah, orang tua yang telah meninggal
bertingkah laku, mengembangkan keah- dan orang tua tiri (pada subjek kedua),
lian intelektual, memilih dan menyiapkan pengalaman kerja (subjek kedua), per-
bidang pekerjaan, mempersiapkan karir lombaan yang pernah diikuti, kekerasan
ekonomi, mempersiapkan diri untuk yang pernah dialami, dan komunikasi
menikah dan menghadapi kehidupan ber- dengan teman-teman.
keluarga
Soesilowindradini (1998) menge- Saran
mukakan beberapa tugas perkembangan Sebaiknya dilakukan penelitian
yaitu menerima keadaan jasmaninya, lanjutan dengan menggali informasi juga
mendapatkan hubungan yang baru dan dari significant other yang memiliki
lebih matang dengan teman-teman sebaya pengetahuan mengenai subjek lebih
dari kedua jenis kelamin, menerima mendalam. Jumlah subjek juga perlu
keadaannya sebagai pria atau wanita dan ditambah untuk meningkatkan keakuratan
belajar hidup sesuai dengan keadaannya data penelitian. Penelitian lanjutan untuk
itu, mendapatkan kebebasan emosional generalisasi selanjutnya dapat dilakukan
dari orang tua dan orang dewasa lainnya, dengan membangun instrumen penelitian
mendapatkan kemampuan untuk berdiri yang valid dan reliabel dalam mengukur
sendiri dalam hal-hal yang berhubungan ketabahan dan faktor-faktor yang me-
dengan ekonomi atau keuangan, men- mengaruhinya.
dapatkan nilai hidup dan falsafah hidup
Tugas-tugas perkembangan pada masa DAFTAR PUSTAKA
remaja sangat berkaitan dengan perkem-
bangan kognitif, sosial dan biologis se- Ali, M. dan Asrori, M. 2006 Psikologi
bagai seorang anak yang beralih ke masa remaja Bumi Aksara Jakarta.
dewasa. Kematangan dalam kognitif, Allred, K.D. and Smith, T.W. 1989 “The
sosial dan biologis akan sangat meme- hardy personality: Cognitive and
ngaruhi remaja dalam melaksanakan physiological responses to evaluative
tugas-tugas perkembangannya tersebut. threat” Journal of Personality and
Social Psychology vol 2 56 pp 257-
SIMPULAN DAN SARAN 266.
Atkinson, R.L dan Atkinson, R.C. 1994
Simpulan Introduction to psychology Alih
Ketabahan ditemukan pada kedua Bahasa: Taufik dan Rukmini Erlangga
subjek, terlihat dari adanya karakteristik Jakarta.
ketabahan berupa kontrol, komitmen, dan Djunaedi, E. 1997 Pola merantau
tantangan pada kedua subjek. Kedua subjek masyarakat dusun Cisayong, desa
memiliki masalah berat dalam pekerjaan, Cisayong kecamatan Cisayong
rindu keluarga, dan masalah lainnya, tetapi Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat
mereka mencoba mengatasinya dengan Tesis (tidak iterbitkan) Universitas
baik. Kedua subjek juga mampu mengatasi Indonesia Jakarta.
dan mengendalikan kondisi yang tidak Echols, J. M dan Shadily, H. 1987 Kamus
menyenangkan saat bekerja. Karakteristik Inggris-Indonesia PT Gramedia
tantangan pada kedua subjek dapat dilihat Jakarta.
dari cara pandang mereka terhadap suatu Ford-Gilboe, M. dan Cohen, J. A. 2000
keberhasilan. Ketabahan: a model of commitment,
Faktor yang memengaruhi ketabahan challenge, and control. Dalam Rice,
pada kedua subjek adalah dukungan ke- V. H. (ed) Handbook of stress, coping,
luarga, pola asuh, masalah keluarga, tugas and health: implication for nursing

88 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007


research, theory, and practice pp 425- Pratiwi, N. 2005 Karena tabu harus tahu
437 Sage Publications Inc California. seputar seksualitas remaja Pustaka
Hadjam, N.R., Martaniah, S.M., Anggrek Yogyakarta.
Prawitasari, J.E., dan Masrun. 2004 Project, W2N. 2007 Suka duka anak
Peran kepribadian tahan banting pada rantau http://penamerah.blogspot.
gangguan somatisasi” Anima vol 2 no com/200 8/03/ coba_28.html diunduh
19 pp 122-135. tanggal 3 Mei 2007
Haksoro, A. 2007 http://www.prakar Rahardjo, W. 2005 Kontribusi Ketabahan
sarakyat.org/arti kel/gender/artikel dan Self-Efficacy terhadap stress
.php?aid=20806 diunduh 16 Juni kerja (Studi pada perawat RSUP dr.
2006. Soeradji Tirtonegoro Klaten) Seminar
Hurlock, E.B. 1994 Psikologi Nasional PESAT (Psikologi, Sastra,
perkembangan: suatu pendekatan Arsitektur dan Sipil) Human Capacity
sepanjang rentang kehidupan Alih Development and The Nations
bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo Competitiveness. (1). 47-57
Penerbit Erlangga Jakarta. Universitas Gunadarma Jakarta.
Kobasa, S.C., Maddi, S.R., and Kahn, S. Rhodewalt, F., and Zone, J.B. 1989
1982 “Ketabahan and Health: A “Appraisal of life change, depression,
Prospective Study” Journal of and illness in hardy and nonhardy
Personality and Social Psychology women” Journal of Personality and
vol 1 no 42 pp 168-177. Social Psychology vol 1 no 56 pp 81-
Mappiare, A. 1983 Psikologi orang 88.
dewasa Usaha Nasional Surabaya. Rumini, S. dan Sundari, S. 2004
Masykur, A. 2007 Ketabahan hati Perkembangan anak dan remaja PT
http://sabarlannarimo.blogspot.com/2 Rineka Cipta Jakarta.
007/01/ketabahan-hati_06.html Santrock, J. 2003 Adolescence
diunduh 6 Juli 2007 perkembangan remaja Alih Bahasa:
Moleong, L. J. 2005 Metodologi Adelar dan Saragih Penerbit Erlangga
Penelitian Kualitatif PT Remaja Jakarta.
Rosdakarya Bandung. Soesilowindradini. 1998 Psikologi
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan perkembangan (masa remaja) Usaha
Haditono, S. 1988 Psikologi Nasional Surabaya.
perkembangan: pengantar dalam Sugono, D. 2006 Kamus Besar Bahasa
berbagai bagiannya Gadjah Mada Indonesia pusat bahasa (KBBI) PT
University Press Yogyakarta. Gramedia Jakarta.
Papalia,D.E., Old, S.W., and Feldman,R. Sugiyono. 2006 Metode penelitian bisnis
D. 2004 Human development (pendekatan kuantitatif, kualitatif
(psikologi perkembangan) Alih Penerbit Alfabeta Bandung.
bahasa: A. K. Anwar Kencana Sunarto, K. 2004 Pengantar sosiologi
Prenada Media Group Jakarta. Lembaga Penerbit FEUI Jakarta.
Poerwandari, E. K. 1998 Pendekatan Timbuktu, H. 2007 http:// www.kompas.
kualitatif dalam penelitian psikologi com/read/ xml/2007/08/22/ 15094838
Lembaga Pengembangan Sarana /berpacu menjangkau suara perantau
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi diunduh tanggal16 Juni 2007.
(LPSP3) Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia Jakarta.

Nastalia, Ketabahan Hati … 89

Anda mungkin juga menyukai