Anda di halaman 1dari 14

HAKIKAT DAKWAH

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu : Zumrotul Choiriyah, M.Ag

Disusun oleh:

1. Varya Puspitasari (3620045)


2. Fatikhatus Sania (3620050)
3. Fikri Haikhal (3620054)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan
akhirat. Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama yang paling banyak
mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan suku dengan kawasan yang luas,
yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan budaya.1 Dakwah Islam tidak dapat
memutuskan hubungan dengan Nabi Muhammad SAW sebagai rujukan untuk melakukan
dakwah. Sejarah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW merupakan contoh terbaik
bagi kehidupan bermasyarakat.

Dakwah merupakan senjatanya para Nabi dan Rasul Allah dalam


mengembangkan Islam kepada umat manusia sejak zaman dahulu kala sampai akhir
zaman. Dakwah islam yang baik adalah bagaimana mengetahui secara persis kepada siapa
dakwah ditujukan? Merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat islam yang beriman
kepada Allah SWT, baik sekelompok orang, maupun bagi setiap individu yang mengerti,
memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran islam.
2

2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian Dakwah?


2) Bagaimana Istilah-istilah Teknis dalam Dakwah?
3) Bagaimana Tujuan dsn Fungsi Dakwah?
4) Bagaimana Prinsip-Prinsip Dakwah Islam?
5) Bagaimana Dakwah Sistematik?

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab
yaitu da’a, yad’u, da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Dakwah juga dapat

1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 21 .
2
Diambil dari http://digilib.uinsgd.ac.id/5644/3/3_daftarisi.pdf pada 9 Oktober 2021
diartikan proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau
seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Jadi pengertian dakwah dari
segi bahasa itu bermakna luas, karena ia bisa berarti mengajak, memanggil, atau mengundang
orang untuk hal-hal yang benar atau yang tidak benar.

Dakwah menurut Syekh Ali Mahfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,


mengatakan bahwa dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan
mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan, dan mencegah mereka dari
perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.3

Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya untuk mengajak seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam kedalam
kehidupan yang nyata. Sedangkan dalam pengertian keagamaan dakwah memasukkan
pengertian tabligh (penyiaran), tatbiq (penerapan/pengamalan) dan tandhim (pengelolaan).
Untuk pengertian ini dakwah tidak akan selesai jika dilakukan hanya secara individual, karna
dakwah bukan hanya untuk mad’u non-muslim semata, tetapi untuk yang muslim juga. Untuk
muslim dakwah berfungsi sebagai proses penimgkatan kualitas penerapan ajaran agama islam
sedangkan untuk non-muslim fungsi dakwah adalah memperkenalkan dan mengajak mereka
secara sukarela.

B. Istilah-istilah Teknis dalam Dakwah


a) Tablig

Arti asal Tablig adalah menyampaikan, dalam aktivitas dakwah tablig artinya
menyampaikan ajaran islam kepada orang lain. Tablig lebih bersifat pengenalan dasar
tentang islam. Pelakunya disebut mubalig, yaitu orang yang melakukan tablig. Tablig
merupakan tahapan awal dakwah, tahap berikutnya adalah pengajaran dan pendalaman
ajaran islam. Setelah itu penerapan ajaran islam dalam islam dalam kehidupan. Sebagai
tahapan awal tablig sangat strategis, keberhasilan tablig adalah keberhasilan dakwah,
kegagalan tablig juga kegagalan dakwah.

3
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surbaya: Al-Ikhlas), hlm.19
Seorang mubalig akan menghadapi orang-orang yang beraneka pemahamannya,
khususnya orang yang awam tentang islam. Karena awamnya ini oleh menjadi rintangan
dan ancaman terhadap mubalig sangat besar. Tablig sebenarnya dapat disampaikan secara
lisan maupun tulisan, akan tetapi istilah mubalig sekarang cenderung diartikan sempit
oleh masyarakat umum sebagai orang yang menyampaikan ajaran islam melalui lisan,
serti penceramah agama, pembaca khotbah, dan sebaginya.

b) Nasihat

Kata nashihah terdiri dari tiga huruf asal yaitu nun, shad, dan ha. Dari ketiga
huruf ini terentuk tiga arti: memberi nasihat, menjahit, dan membersihkan. Syekh Ahmad
bin Syekh Hijazi al-Fasyani memberi komentar atas arti tersebut, “pemberi nasihat
diserupakan dengan penjahit pakaian. Ia berusaha menjaga kualitas dan memperbaiki
barang yang diterimanya. Ia menjahit baju yang sobek. Pemberi nasihat juga berupaya
meluruskan dan memperbaiki keagamaan seseorang, seperti membersihkan madu dari
lumuran lilin’.

Nasihat adalah menyampaikan suatu ucapan kepada orang lain untuk


memperbaiki kekurangan atau keliruan tingkah lakunya. Nasihat lebih banyak bersifat
kuratif dan korektif terhadap kondisi keagamaan seseorang atau masyarskat yang kurang
baik, nasihat juga bisa dilakukan melalui lisan maupun tulisan. Dalam konteks dakwah
nasihat lebih bersifat personal, pribadi, dan empat mata. Pemberi nasihat atau naasih
harus bisa merasakan apa yang dirasakan kliennya, inilah yang disebut dengan ilmu
hudluri, yaitu melibatkan keseluruhan dirinya dalam pengalaman orang lain.

c) Tabsyir dan Tandzir

Kedua kata ini saling terkait dan keduanya mempunyai arti hampir sama dengan
dakwah. Tabsyir adalah memberikan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya
berupa berita-berita yang menggembirakan orang yang menerimanya, seperti berita
tentang janji Allah SWT bagi orang yang selalu beriman dan bberamal saleh. Orang yang
memberikan tabsyir disebut mubasyir atau basyir.

Kebalikan dari Tabsyir adalah Tandzir, yaitu menyampaikan uraian keagamaan


kepada orang lain yang isinya peringatan atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar
syariat Allah SWT. Tandzir diberikan dengan harapan orang yang menerimannya tidak
melakukan atau menghentikan perbuatan dosa. Orang yang memberikan Tandzir disebut
mundzir atau nadzir. Dalam Al-Quran Taabsyir dan Tandzir selalu disebut dalam bentuk
beriringan dalam bentuk kata sifat (isim fa’il) yakni basyir dan nadzir. Jika keduanya
disebut, kata basyir selalu didahulukan dari kata nadzir. Ini dapat diartikan bahwa basyir
harus diutamakan dari nadzir. Islam harus dihadirkan dengan berita gembira dan bukan
diwujudkan senagai ancaman.

d) Khutbah

Kata khutbah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu kha’, tha’, dan ba’, yang dapat
berarti pidato atau meminang. Arti asal khutbah adalah bercakap-cakap tentang masalah
yang penting. Berdasarkan pengertian ini maka khutbah adalah pidato yang disampaikan
untuk menunjukan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan. Pidato
diistilahkan dengan khithabah. Dalam bahasa indonesia sering ditulis dengan khutbah
atau khotbah. Pidato Nabi SAW yang disampaikan pada haji yang terakhir sebelum wafat
beliau disebuat oleh para ahli sejarah dengan khutbah wada’ (pidato perpisahan), orang
yang berkhotbah disebut khatib.

Aboe bakar atjeh mendefinisikan khotbah sebagai dakwah atau tablig yang
diucapkan pada lisan pada upacara-upacara agama, seperti khotbah jumat, khotbah hari
raya, khotbah nikah, dan lain-lain yang memiliki corak, rukun, dan syarat tertentu. Yang
embedakan khotbah dengan pidato pada umumnya terletak pada aturan yang ketat tentang
aturan waktu, isi, dan cara penyampaian pada khotbah.

e) Washiyah atau Taushiyah

Istilah ini juga hampir sama dengan dakwah. Washiyah berarti pesan atau perintah
tentang sesuatu. Kegiatan menyampaikan washiyah disebut taushiyah. Kata ini kemudian
dalam indosesia disebut wasiat. Wasiat diahami secara sempit dalam fikih sebagai
pemberian harta atau pembebasan budak oleh seseorang kepada orang lain atau beberapa
orang sebelum kematiannya, baik dengan ungkapan kata wasiat yang jelas maupun tidak
jelas. Wasiat wajib dilaksanakan oleh penerima wasiat selama tidak bertentangan dengan
agama.

Dalam konteks dakwah, pesan moral yang harus dilakukan oleh penerima wasiat.
Pesan moral wasiat merupakan pesan yang sangat penting dibanding pesan yang lain,
pesan ini tidak disampaikan dengan cara lain kecuali wasiat, ia bukan hanya sebuah
perintah namun juga sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan, pengabaian terhadap
penyampain wasiat dapat dijatuhi sanksi moral yang berat.

f) Tarbiyah dan Ta’lim

Kedua istilah ini memiliki arti yang tidak jauh berbeda dengan dakwah, keduanya
umum diartikan dengan pendidikan dan pengajaran. Pendidikan merupakan transformasi
nilai-nilai, ilmu pengetahuan, maupun keterampilan yang membentuk wawasan, sikap,
dan tingkah laku individu atau masyarakat. Proses pendidikan adalah proses perubahan
sosial yang berangkat dari ide, gagasan, pendapat, dan pemikiran. Kata tarbiyah dalam
kamus dapat berarti mengasuh, mendidik, memelihara, tumbuh, tambah besar, dan
membuat. Tarbiyah tidak sekedar pendidikan tetapi juga menyangkut kepengasuhan,
dalam tarbiyah anak diberi makan, pakaian, tempat tinggal, pelajaran, nasihat,
keterampilan, dan keteladanan.

Ta’lim dalam kamus juga berarti pengajaran, pendidikan, dan pemberian tanda.
Pada umumnya ta’lim diartikan dengan pengajaran tentang suatu ilmu. Ta’lim berasal dari
kata ‘alima (mengetahui) atau ‘ilmun (ilmu atau pengetahuan). Ilmu adalah makananya
hati yang akan mati bila tidak dikasih makan selama tiga hari, hati adalah tempat bagi
akal. Akal dapat berfungsi bila diberi ilmu, ilmu disampaikan dengan cara ta’lim, oleh
karena itu ta’lim hanya memenuhi kebutuhan rohani manusia bukan jasmaninya, ini yang
membedakan ta’lim dengan tarbiyah. Orang tua kita telah memberikan tarbiyah,
sementara guru kita memberikan ta’lim. Tarbiyah dapat melangdungkan kehidupan
manusia, sedangkan ta’lim meningkatkan kualitasnya.

g) Amar Makruf Nahi Munkar

Amar makuf (memerintahkan kebaikan) tidak dapat dipisahkan dari nahi munkar
(mencegah kemungkaran atau perbuatan terlarang). Makruf adalah lawan dari munkar
(sesuatu yang bertentangan dengan Al-Quran dan akal). Secara bahasa ma’ruf berasal dari
kata ‘arafa yang berarti mengetahui, mengenal, maka makruf adalah sesuatu yang
dikenal, dimengerti, dipahami, diterima, dan pantas. Sebaliknya munkar adalah sesuatu
yang dibenci, ditolak dan tidak pantas, dengan demikian makruf dan mungkar lebih
mengarah pada norma dan tradisi masyarakat. Apa yang dianggap makruf oleh suatu
masyarakat belum tentu makruf bagi masyarakat lain, namum demikian ukuran utama
penilain tradisi adalah syariah (al-‘adah al-syahihah).
Amar makruf nahi munkar merupakan kewajiban bagi setiap Muslim sekaligus
sebagai identitas orang Mukmin. Pelaksanannya diutamakan kepada orang-orang terdekat
sesuai dengan kemampuannya. Orang yang mennggalkan perintah ini dipandang berdosa
bahkan diancam dengan laknat dan siksa didunia dan akhirat. Sebaliknya identitas non-
Mukmin adalah amar mungkar dahi makruf (memerintahkan kemungkaran dan mencegah
kebajikan).

C. Tujuan dan Fungsi Dakwah


1. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah tidak lain adalah membawa masyarakat pada keadaan yang
lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Tujuan utama
dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan
dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan
tindakan dakwah harus ditunjukkan dan diarahkan. Tujuan utama dakwah adalah
Terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang
diridloi oleh Allah SWT. M. Natsir memberikan beberapa ulasan tentang dakwah,
terutama tujuannya yaitu:
a) Memanggil kita kepada syari’at, untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan
hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah- bermasyarakat,
berbangsa-bersuku bangsa, bernegara, berantarnegara.
b) Memanggil kita kepada fungsi hidup kita sebagai hamba Allah di atas dunia yang
terbentang luas ini, berisikan manusia berbagai jenis, bermacam pola pendirian dan
kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas
bagi umat manusia.
c) Memanggil kita kepada tujuan hidup kita yang hakiki, yakni menyembah Allah.
Demikianlah, kita hidup mempunyai fungsi tujuan yang tertentu.
Menurut Muriah melalui dakwah diharapkan mampu berperan dalam dua arah:
Pertama, mampu memberikan out put terhadap masyarakat dalam arti memberikan
dasar fi losofi , arah dan dorongan untuk membentuk realitas baru yang lebih baik.
Kedua, dakwah Islam harus dapat mengubah visi kehidupan social kultural yang ada
tidak hanya dipandang sebagai suatu kedzaliman saja, tetapi juga dijadikan kondisi
yang kondusif bagi terciptanya baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.4
2. Fungsi Dakwah
Berdakwah memiliki beberapa fungsi, antara lain :   
1. Untuk menyebarkan agama Islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat
sehingga meratalah Islam sebagai Rahmatan lil’alamin.
2. Melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya,
sehingga keberlangsungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari generasi berikutnya  
tidak terputus.
3. Meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran, dan mengeluarkan
manusia dari kegelapan rohani.
4. Menyerukan kepada orang non-muslim untuk masuk Islam.
5. Menyerukan agar orang Islam menegakkan hukum Islam secara total.
6. Menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran yang meliputi segala
kemaksiatan baik yang dilakukan oleh pribadi maupun kelompok.
7. Membentuk individu dan masyarakat yang menjadikan Islam sebagai pegangan dan
pandangan hidup di dalam kehidupannya.

D. Prinsip-Prinsip Dakwah Islam

Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Quran Prinsip metode dakwahartinya


ruh atau sifat yang menyemangati atau melandasi berbagai cara atau pendekatan dalam
kegiatan dakwah. Untuk lebih jelas diantaranya mengacu kepada petunjuk al-Quran surat al-
Nahl ayat 125 terdiri dari tiga prinsip yaitu al-hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan
mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Ayat tersebut berbunyi:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu ialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nyadan Dialah yang lebihmengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. Al-Nahl :125)
Adapun prinsip dakwah yaitu :

4
Irzun Farihah. 2014 “Pengembangan Karier Pustakawan Melalui Jabatan Fungsional Perpustakaan Sebagai
Media Dakwah”. LIBRARIA: Jurnal Perpustakaan, Vol. 2, No. 1, 123-124
1. Bi al-Hikmah
Kata Alhikmah Mempunyai banyak pengertian. Dalam beberapa kamus, kata
al-hikmah diartikan: al-adl (keadilan), al-hilm (kesabaran dan ketabahan), alNubuwah
(kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), alQuran, falsafah, kebijakan, pemikiran atau
pendapat yang baik, al-haqq(kebenaran), meletakan sesuatu pada tempatnya,
kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatuyang paling utama dengan ilmu yang paling
utama. Dalam kitab-kitab tafsir, al-hikmahdikemukakan sebagai berikut: Tafsir Al-
Quran Al-adzim karya Jalalain memberi makna bi al-hikmah dengan Al-Quran, Syekh
Muhammad Nawawi Al-Jawi memberi makna bialhikmah dengan hujjah
(argumentasi), akurat, dan berpaedah untuk penetapan akidahatau keyakinan.
AlZamakhsari memberikan makna bi al-hikmah sebagai perkataan yangsudah pasti
benar, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan
atau kesamaran. Ia juga mengartikannya dengan alQuran, yakni “ serulah
mereka untuk mengikuti kitab yang memuat al-hikmah”. Wahbah al-Juhaili dalam
karyanya tafsir al-Munir memberi makna bi al-hikmah sebagai perkataan jelas dengan
dalil yang terang,yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap
keraguan. Al-Maragimemberi makna bi al-hikmah secara lebih luas, yaitu wahyu
Allah yang telah diberikankepadamu. Dari beberapa pemaknaan al-hikmah tersebut,
diambil kesimpulan bahwadakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan penyeruan
atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil,
penuh kesabaran dan ketabahan,sesuai dengan risalah al-nubuwwah dan ajaran al-
Quran atau wahyu Illahi.
Dengan demikian terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq
(benar)terposisikannya sesuatu secara proporsional. Menurut Ibnu Rusyd, dakwah
denganhikmah artinya dakwah dengan pendekatan substansi yang mengarah pada
falsafahdengan nasihat yang baik, yang berarti retorika yang efektif dan populer,
sertaargumentatif atau dialektis yang unggul. Dakwah bi al-hikmah, yang berarti
dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi
mad’u.
(muqtadha al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan
realistissebagaimana tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan kadar
pemikiran dan intelektual,suasana psikologis, serta situasi sosial kultural mad’u.
Prinsip-prinsip metodedakwah bi al-hikmh ditujukan terhadap mad’u yang kapasitas
intelektual pemikirannyaterkategorisasikan khawas, cendikiawan, atau ilmuwan.
Menurut Sayid Qutub (1997: 22), dakwah dengan metode hikmah akan terwujud
apabila memperhatikan tiga faktor.Pertama, keadaan dan situasi orang-orang yang
didakwahi. Kedua, kadar atau ukuranmateri dakwah yang disampaikan agar mereka
merasa tidak keberatan dengan bebanmateri tersebut. Ketiga, metode penyampaian
materi dakwah dengan membuat variasisedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi
pada saat itu.

2. Al-Mauidzah al-Hasanah
Menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir, memiliki pengertian sebagai
berikut:a) Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan jelek melalui
tarhib dantarghib (dorongan dan motivasi); penjelasan, keterangan, gaya bahasa,
peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan pencegahan dengan cara
halus. b) Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan, dengan gaya
bahasayang mengesankan, atau menyentuh dan terpatri dalam naluri) Simbol, alamat,
tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang memuaskan melalui al-qaul
alrafiq (ucapan lembut dengan penuh kasih saying, Kelembutan hati menyentuh jiwa
dan memperbaiki peningkatan amal) Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk
kemaslahatan. Dilakukan dengan baik dan tanggung jawab, akrab, komunikatif,
mudah dicerna, dan terkesan di hati sanubari mad’u. Suatu ungkapan dengan penuh
kasih sayang yang terpatri dalam kalbu, penuhkelembutan sehingga terkesan dalam
jiwa, tidak melalui cara pelarangan dan pencegahan, sikap mengejek, melecehkan,
menyudutkan atau menyalahkan,meluluhkan hati yang keras, menjinakan kalbu yang
liar. Tutur kata yang lemah lembut, perlahan-lahan, bertahap dan sikap kasih saying
dalam konteks dakwah, dapat membuat seseorang merasa dihargai
rasakemanusiaannya dan mendapat respon positif dari mad’u. Prinsip-prinsip metode
ini dapat diarahkan kepada mad’u yang kapasitas intelektual dan pemikiran serta
pengalamanspiritualnya tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan juru
dakwah adalahsebagai pembimbing, teman dekat yang setia, yang menyayangi dan
memberikannya segala hal yang bermanfaat serta membahagiakan mad’unya.

3. Al-mujadalah al-ahsan
Merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi, atau berdebat dengan
cara yang terbaik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak arogan. Dalam
pandanganMuhammad Husain Yusuf, cara dakwah ini diperuntukan bagi manusia
jenis ketiga.Mereka adalah orang-orang yang hatinya dikungkung secara kuat oleh
tradisi jahiliyah,yang dengan sombong dan angkuh melakukan kebatilan, serta
mengambil posisi arogandalam menghadapi dakwah. Kesombongannya yang
transparan mendorongnya untuk berkata: “Mengapakah al-Quran ini tidak diturunkan
kepada orang-orang yang besar dari salah satu dari dua negeri (Mekah dan Thaif) ini”.
Mereka mengucapkan perkataan yangserupa dengan orang-orang terdahulu,
sebagaimana direkam dalam al-Quran yang terjemahnya: ”Mereka berkata, “Apakah
betul, apabila kami telah mati dan menjadi tanah serta tulang belulang akan
dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman
(dengan) ini dahulu kala”. Bagi manusia semacam itu, keindahan balaghah al-Quran
dan nasihat yang baik tidak berarti apa-apa. Mereka harus dihadapkan pada
perdebatan yang baik dengan cara menegakan berbagai argumentasi yang dapat
mematahkan mereka, dengan tetap menjaga sikap arif dan lembut kepada mereka.
Sebab,cara demikian sangat kondusif untuk memadamkan api jahiliyah. Sikap keras
dan kasarkepada mereka hanya membuat mereka menjadi semakin sombong.5

E. Dakwah Sistematik
Dakwah memiliki arti seseorang yang menyampaikan pesan pesan dakwah dihadapan
banyak orang sedangkan sistemik memiliki arti keseluruhan, dapat kita simpulkan bahwa
dakwah sistemik merupakan dakwah yang menyeluruh/keseluruhan. Secara umum, tujuan
dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar dan diridhai Allah agar
dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Sedangkan secara khusus,
tujuan dakwah tergantung pada objek atau sasaran dakwah. Misalnya pada level individu,
5
STUDI ISLAM jilid I :AKIDAH Prof.Drs. H. Masjfuk Zuhdi, citra niaga RAJAWALI PERS,Jakarta 979-421-164-8
tujuan dakwah yang pertama adalah mengubah paradigma berpikir seseorang tentang arti
pening dan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Dakwah yang sistemik merupakan dakwah yang terorganisir, termanajemen dan
terencana dengan baik. Perencanaan dakwah yang baik tentunya bertitik tolak dari data
empiris yang berkembang di masyarakat (objek dakwah). Perencanaan berisi tentang
kebutuhan, problem dan harapan objek dakwah. Melalui perencanaan yang baik, didukung
dengan media dakwah yang baik, serta potensi da’I yang professional, dakwah akan mampu
mengajak banyak orang. Oleh karena itu, dakwah yang sistemik dan terstruktur dapat
meningkatkan peran dakwah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.6

BAB III
Kesimpulan

6
Filsafat Dakwah Oleh Dr. Abdul Basith, M.Ag
Dakwah merupakan tugas yang sangat mulia sehingga harus dicapai dengan cara-cara yang
mulia sesuai dengan tuntunan Islam. Dakwah hakikatnya sangat dibutuhkan manusia ketika
kebutuhan fundamental manusia tidak terpenuhi atau dunia diambang kehancuran baik aqidah
maupun ahlak. Kewajiban dakwah merupakan tugas bagi setiap muslim baik individu
maupun kelompok namun dakwah harus dimanaj secara profesional. Dengan demikian
dakwah secara umum adalah Makrifat Allah, Tauhid Allah dan Islam secara luas dakwah
bertujuan membangun sistem Islam baik di masyarakat maupun di pemerintahan (Islam
Kafah) sebagai upaya menebarkan kedamaian Islam sebagai Rahmatan lil alamin.
kemudian Istilah-istilah Teknis dalam Dakwah terbagi menjadi 7 bagian yaitu Tablig,
Nasihat, Tabsyir dan Tandzir, Khutbah, Washiyah atau Taushiyah, Tarbiyah dan Ta’lim, dan
Amar Makruf Nahi Mungkar. Adapun prinsip-prinsip dakwah islam terbagi menjadi 3 yaitu
Bi al-Hikmah, Al-Mauidzah al-Hasanah, dan Al-mujadalah al-ahsan. Dakwah memiliki arti
seseorang yang menyampaikan pesan pesan dakwah dihadapan banyak orang sedangkan
sistemik memiliki arti keseluruhan. Dakwah yang sistemik merupakan dakwah yang
terorganisir, termanajemen dan terencana dengan baik.

Daftar Pustaka

Moh. Ali Azi. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. hlm. 21 .


Diambil dari http://digilib.uinsgd.ac.id/5644/3/3_daftarisi.pdf pada 9 Oktober 2021
Asmuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surbaya: Al-Ikhla. , hlm.19
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Kencana. hlm.17-36
Irzun Farihah. 2014. Pengembangan Karier Pustakawan Melalui Jabatan Fungsional
Perpustakaan Sebagai Media Dakwah. LIBRARIA: Jurnal Perpustakaan. Vol. 2, No. 1, 123-
124
Filsafat Dakwah Oleh Dr. Abdul Basith, M.Ag
STUDI ISLAM jilid I :AKIDAH Prof.Drs. H. Masjfuk Zuhdi, citra niaga RAJAWALI
PERS,Jakarta 979-421-164-8

Anda mungkin juga menyukai