M dengan Osteosarkoma
Di Ruang Anak
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Komprehensif RS Kanker Dharmais
Disusun Oleh :
Kelompok VI
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat yang berlimpah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan pada An. M dengan
Osteosarkoma di Ruang Anak RS Kanker Dharmais”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas Mata Kuliah
Keperawatan Komprehensif. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan tugas ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Terima kasih kepada seluruh dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga, pikirannya serta pengarahan dalam penyempurnaan makalah ini.
2. Kepala ruangan dan CI ruangan selaku pembimbing di ruangan anak yang telah
meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya dalam penyempurnaan makalah ini.
3. Kedua orang tua kami yang telah memberi dukungan materil maupun immaterial.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dan mengarahkan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik
dan saran yang membangun, sebagai bahan pertimbangan kami untuk membuat
makalah selanjutnya.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya tidak
pernah menjadi dewasa. Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas
(malignant) atau jinak (benigna). Terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma), yaitu
primer dan metastasis.()
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini
tumbuh di bagian metafisis tulang, tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah
bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Tempat-tempat yang paling sering terkena
adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal dan lebih sering menyerang
kelompok usia 15-25 tahun. ()
Menurut WHO setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6,25 juta orang. Di Indonesia
diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun.
Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita
kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,
diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. (www.mail-
archive.com).
Di Indonesia kanker pada anak usia (0-17 tahun) Leukimia 33,7% Neuroblastoma 7%
Retinoblastoma 5,3% Lymphoma Non Hodgkin 4,8% Osteosarkoma 4,8 % dari semua
usia, kanker pada naka disjumpai sekitasr 4,9%. Kanker pada anak laki-laki lebih banyak
(53,3%) dibandingkan dengan anak-anak perempuan (46,5%). (Menkes, 2005).
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar Ilmu Bedah Orthopedy UI,
dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri
dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di
RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati
yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31% dari seluruh tumor tulang ganas. Dari
jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
(www.kompas.com)
Dari hasil Rekam Medik di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2014 penderita
kanker osteosarkoma sebanyak 11, diantaranya 8 dewasa dan 4 anak- anak.
Osteosarkoma sering menyerang anak usia remaja antara 15-20 tahun, ini dapat
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan. Dampak penyakit kronis bergantung
pada pandangan anak terhadap organ tubuhnya, penyakitnya, pengobatan yang
diterimanya, dan pandangan terhadap kematian. Dampak jangka panjang kondisi
kesehatan kondisi kesehatan kronis dapat mengenai penderita maupun keluarganya.
Dampak pada anak tercermin pada perkembangan psikososialnya, keterlibatannya
dengan teman sebaya serta prestasi di sekolah. Sedangkan dampak terhadap keluarganya
antara lain terhadap status psikososial orang tua, aktifitas dan status ekonomi keluarga
serta peran keluarga di masyarakat. (idai.or.id diakses pada tanggal 21 Januari 2015).
Perawatan anak meliputi setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan anak serta
keluarganya. Fungsi perawat bervariasi tergantung pada cara kerjanya, pendidikan serta
tujuan karirnya. (Hockenberry dan Wilson, 2009).
Penderita penyakit kanker sering dihadapkan pada kondisi terminal akibat progresi
dari penyakit yang dialaminya, oleh karenanya masalah keperawatan yang jadi prioritas
adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan diri pasien agar dapat kembali
kepercayaan dan harga dirinya. Seorang perawat tidak hanya melihat dari aspek
psikologisnya saja tapi juga mempertimbangkan aspek biologisnya untuk tindakan
keperawatanya, perawat dapat bertindak sebagai pemberi asuhan langsung kepada pasien
dengan kanker, untuk menunjang perannya maka perawat harus memiliki kompetensi
pada bidang kognitif, interpersonal, dan psikomotor. Pada bidang kognitif seorang
perawat harus menguasi beberapa konsep seperti patofisiologi penyakit kanker,
kebutuhan manusia, dan metodelogi asuhan keperawatan. Pada bidang interpersonal
melibatkan pasien kanker dalam menyembuhkan kepercayaannya dalam hal ini perawat
harus antentif, terbuka, percaya diri, mandiri, kolaboratif etik, dan memperhatikan aspek
legal. Pada bidang psikomotor harus memiliki keterampilan, kecermatan dan standar
praktek dan didukung oleh lingkungan yang kondisif, kematangan individu. Selain itu
perawat juga dapat berperan sebagai advokator. (Ankurniawan.com diakses pada tanggal
21 Januari 2015).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar penyakit osteosarkoma pada anak?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang dilakukan untuk osteosarkoma pada anak?
C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Pembaca dapat mengetahui konsep sarkoma pada anak
2. Pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
osteosarkoma pada anak
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998:
1213 ).
Osteosarkoma merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling
fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan
mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga pendapat para ahli, bahwa osteosarkoma
merupakan maligna primer pada tulang yang sering tumbuh dibagian ujung tulang
panjang terutama lutut. Serta dapat fatal, jika sudah menyebar ke paru-paru. Tempat-
tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus
proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula,
klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus
terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 ).
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer
yang paling lazim dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase
sekunder dari ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi
bekas radiasi atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit paget. Osteosarkoma
sering terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25 tahun dan pada orang tua yang
mengalami penyakit paget.
Osteosarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung. Mereka
secara umum dibagi kedalam dua kelompok yaitu tulang dan jaringan lunak. Sarkoma
tulang tidak begitu umum yang hanya sekitar 0,2% dari semua jenis tumor malignansi
di Amerika Serikat. Kira-kira ada sekitar 2-100 kasus terdiagnosa setiap tahunnya.
Insiden tersebut lebih tinggi terjadi pada orang kulit putih dan diantara pria.
B. EPIDEMIOLOGI
Osteosarkoma merupakan 20% dari seluruh tumor ganas tulang. Penyakit ini
umumnya mengenai usia remaja pada dekade kedua selama pertumbuhan maksimal.
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal,
dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna vertebra,
mandibula, klavikula, skapula atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari
50% kasus terjadi pada daerah lutut (Otto, Shirley E.2003 : 72)
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer sangat sedikit faktor risiko yang tampaknya berhubungan
dengan tumor tulang primer. Penyakit paget, displapsia fibrosa, enkondromatosis,
infark tulang, atau pajanan radiasi merupakan keadaan yang diketahui memiliki
hubungan dengan tumor-tumor tulang.
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat
pajanan radiasi).
4. Virus onkogenik
D. PENCEGAHAN
Pencegahan kanker tulang bisa dilakukan dengan memahami proses terjadinya
kanker itu sendiri. Kanker biasanya terjadi akibat adanya zat karsinogen dan radikal
bebas dalam tubuh. Oleh karena itu kita dapat melakukan pencegahan dengan
menerapkan pola hidup sehat seperti menghindari kebiasaan merokok, mengkonsumsi
alkohol, serta makanan yang mengandung banyak lemak dan zat karsinogen. Biasakan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung antioksidan dan nutrisi
penting lainnya, serta lakukan cara teratur pemeriksaan kesehatan.
E. PATOFISIOLOGI
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Penyebab
osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu
predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Dikatakan beberapa virus onkogenik
dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan
menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor
suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada
osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada
jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara
hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-
20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert :
2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa
tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan
masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor
ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah
femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari
massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan
elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa
yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah
melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada tulang
menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang
normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan
respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal..
Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
PaparanF. PATOFLOW Herediterr Virus
radiasi onkogenik
Risti. infeksi
Kerusakan gen
Kompresi
Kecacatan Amputasi Nyeri
jaringan saraf
Poliferasi sel
secara abnormal
Menghambat
pengeluaran ADH
Risti. Kekurangan
volume cairan
G. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Gale,1999 :245) tanda dan gejala pada osteosarkoma yaitu:
1. Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).
2. Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas.
3. Fraktur patologik
H. PROGNOSIS
Terapi primer kondrosarkoma adalah pembedahan. Baik kemoterapi maupun
radioterapi terbukti kurang epektif sabagai terpi tumor ini.
Tumor sdatium I jarang mengalami metastasis atau kekambuhan lokal,
diperkirakan harapan hidup 10 tahun mencapai 87%. Dalam waktu 10 tahun, t7umor
stadium Iidiperkirakan memiliki sebesar 41%, sedangkan satium III mencapai 20%
(Otto,Sherly.2003:73-74).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan
insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad.
2003).
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi
a. Pembedahan
Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan
tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi
yang memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control
lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini
memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan
menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali
penempatan tulang-tulang.
b. Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan
dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.
c. Radioterapi, atau terapi kombinasi
Terapi radiasi menggunakan energi pancaran atau partikel-partikel yang
terionisasi tinggi untuk mengobati kanker. Terapi ini merupakan terapi
lokal yang digunakan sendiri maupun secara kombinasi dengan terapi
lainnya seperti pembedahan, kemoterapi, dan keduanya.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi
dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
2. Tindakan keperawatan
Menurut Smeltzer, 2001 : 2350
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
e) Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
1) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan
punggung) dan aktivitas terapeutik.
2) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
3) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
4) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi,
gunakan teknik aseptic dengan tepat.
5) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
6) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
7) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
8) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
9) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh:
edema, eritema.
K. KOMPLIKASI
Menurut (Gale,1999) komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi
metastase pada paru-paru dan nodus limfa dan perlu dilakukan amputasi. Komlikasi
pembedahan meliptui alograf yang tidak bersatu, kondisi tipe artritis, fraktur
iatrogenik, dislokasi sendi, dan infeksi. Jika dilakukan radiasi mungkin terjadi
perlambatan penyebuhan luka dan nekrosis jaringan setelahnya. Kompilkasi dari
kemoterapi meliputi, mual, muntah, stomatitis, myopati ginjal, sistisis, hemoragik,
neuropatik perifer dan kerusakan hepatitik.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMA
A. PENGKAJIAN
1. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan klien
mengatasi masalahnya dan bagaimana klien mengatasi nyeri yang dideritanya.
Berikan perhatian khusus pada keluhan, misalnya: keletihan, nyeri pada
ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, dan malaise.
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan
lain-lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena.
b. Pembengkakkan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakkan
yang terbatas.
c. Nyeri tekan atau nyeri lokal pada sisi yang sakit.
1) Mungkin hebat atau dangkal
2) Sering hilang dengan posisi fleksi
3) Anak berjalan pintar, keterbatasan dalam melakukan aktivitas, tidak
mampu menahan objek berat.
d. Kaji status fungsional [pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus
limfe regional
3. Pemeriksaan diagnostik
Radografi, tomografi, pemindaian tulang, radisoto, atau biopsi tulang bedah,
tomografi paru, test lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tualng (sarkoma
ewing).
(Wong, 2003:616)
4. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
5. Pengkajian fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak
6. Hasil laboratorium/radiologi
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek
tulang.
c. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
2. Gangguan
Mobilitas fisik
3 Resiko
kekurangan
volume cairan
4 Resiko
ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
i. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien
tentang immobilisasi tersebut.
R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak
proporsional).
ii. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll).
R / : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan
perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam
mengurangi isolasi sosial.
iii. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.
R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan
reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
iv. Bantu pasien dalam perawatan diri.
R / : Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam
mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
v. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada
immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
vi. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
R / : Untuk menentukan program latihan.
3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah
tertentu dalam waktu yang lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
kerusakan integritas kulit / jaringan taratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit
tidak berlanjut.
Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan warna kulit.
R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.
b. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih
lanjut.
c. Ubah posisi dengan sesering mungkin.
R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit.
d. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.
R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.
R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.
a. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor,
kalor, dolor, fungsi laesa.
R/ : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
b. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
c. Rawat luka dengan menggunakan tehnik aseptik
R/ : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
d. Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema
lokal, eritema pada daerah luka.
R/ : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
e. Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit
R/ : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada An. M dengan Osteosarkoma
Di Ruang Anak RS Kanker Dharmais Jakarta Barat
I. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama : An. M
Tanggal Lahir : 6 September 2001
Umur : 13 Tahun 3 Bulan 8 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : 2 SMP
Alamat : Jl. Pahlawan RT 007 LK VII, Kel. Jua-Jua,
Kayu Agung.
No RM : 16-46-20
Diagnosa Medik : Osteosarkoma
Tanggal Masuk : 11 Januari 2015
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2015
Penanggung Jawab
Nama Ayah : Tn. I
Umur : 48 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Pahlawan RT 007 LK VII, Kel. Jua-Jua,
Kayu Agung.
E. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan klien diimunisasi dengan lengkap dan sesuai waktunya.
F. Riwayat Pertumbuhan
Ibu klien mengatakan klien tumbuh gigi pada usia 7 bulan.
BB Lahir: 2800 gr
Lila: Tidak Terkaji Ibu klien tidak ingat
TB lahir: 49 cm
G. Riwayat Perkembangan
Ibu klien mengatakan klien mulai bisa duduk pada usia 6 bulan, dan
mulai bisa berjalan pada usia 10 bulan
Mulai bicara usia 8 bulan dengan menyebut nama ma..ma
GENOGRAM
I. Riwayat Kehamilan
Ibu klien mengatakan pada saat mengandung tidak ada kelainan dan
mengandung selama 38 minggu
J. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan melahirkan secara spontan.
K. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran
a. Kualitatif : Composmentis
b. Kuantitatif
1) Respon Motorik :6
2) Respon Verbal :5
3) Respon Membuka Mata : 4 +
15
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Suhu : 35,4 0 C
d. Respirasi : 24 x/menit
3. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut dan Kulit Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, alopecia
2) Mata
kedua mata simetris, konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil
isokhor, fungsi penglihatan baik.
3) Hidung
tidak ada penumpukan secret, fungsi penciuman baik, bentuk
hidung simetris, tidak ada sinus
4) Telinga
bentuk telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada
penumpukan serumen.
5) Mulut dan Gigi
mukosa bibir lembab, gigi putih dan bersih, tidak ada lesi, sejajar
dengan mata.
6) Leher
tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan.
7) Thorax dan Funsi Pernafasan
bentuk dada simetris, tidak ada lesi, irama pernafasan regular, tidak
ada retraksi dada, alat bantu napas spontan.
8) Pemeriksaan Jantung
Tidak terlihat iktus cordis, bunti jantung regular, tidak terdapat
suara tambahan.
9) Pemeriksaan Abdomen
Bentuk perut datar, terdengar bising usus 4 x/menit, terdengar
hipertimpani, tidak ada nyeri tekan, adanya distensi.
10) Muskuloskeletal
Kelainan tulang ada yaitu osteosarkoma bagian humerus lengan
kanan dan gerakan terbatas.
11) Kulit dan kuku
Ada bekas luka operasi di tangan kanan bagian pundak, kulit klien
berwarna sawo matang, turgor kulit baik, akral hangat, CRT <3
detik, kuku bersih.
12) Ekstremitas
ekstremitas atas : tangan kiri terpasang infuse 2 jalur : 2A 500mg
dan holoxan 380 mg dalam 500 ml NS drip, Mesna 300mg dalam
30 ml Sp. Tangan kanan
ekstremitas bawah: kaki kanan dan kaki kiri klien dapat
digerakkan, tidak terdapat lesi dan edema.
M. Data Psikologis
1. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga baik, Klien banyak berinteraksi dengan
teman-temannya yang dirawat di ruang anak RS kanker Dharmais.
2. Data Mental
Orientasi baik, tidak ada masalah perilaku, tidak ada perilaku kekerasan
yang dialami pasien sebelumnya.
3. Kebutuhan privasi khusus
Tidak ada
4. Kepercayaan atau Budaya
Tidak ada
O. Data Spiritual
klien beragama islam, klien tampak berdoa.
P. Data Penunjang
1. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12-01-2015
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 11.3L 12.0 - 16.0 g/dL
Leukosit 5.71 5.0 - 10.0 103/µL
Trombosit 332 150 - 440 103/µL
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3 %
Batang 1 2-6 %
Segmen 56 50 - 70 %
Limfosit 29 20 - 40 %
Monosit 13H 2-8 %
Blast
0 %
promielosit
Prolimfosit 0 %
Promonosit 0 %
Mielosit 1 %
Metamielosit 0 %
Eritrosit berinti 0 /100 WBC
Eritrosit 2.34L 4.00 - 5.00 106/µL
Hematokrit 31.7L 37 - 43 %
MCV 82.6 80 - 100 fL
MCH 29.4 26 - 34 pg
MCHC 35.6 32 - 36 g/dL
RDW-CV 11.2L 11.7 - 14.4 %
Absolut Neotrophil
3.10 2.50 - 7.00 106/µL
Count
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
Protein total 6.5 6.6 - 8.7 g/dL
Albumin 4.1 3.2 - 5.2 g/dL
Globulin 2.4 1.5 - 3.0 g/dL
SGOT 15 0 - 32 U/L
SGPT 20 0 - 31 U/L
ENZIM
LDH 282 240 - 480 U/L
KARBOHIDRAT
Glukosa sewaktu 91 < 180 mg/dL
FUNGSI GINJAL
Ureum darah 11L 15 - 36 mg/dL
Kreatinin darah 0.41 < 0.95 mg/dL
eGFR
ELEKTROLIT & GAS
DARAH
Na 142 137 - 150 mmol/L
K 4.2 3.5 - 5.3 mmol/L
Cl 105 99 - 111 mmol/L
Ca 8.3 8.1 - 10.4 mg/dL
Mg 2.1 1.9 - 2.5 mg/dL
Q. Program Therapy
1. 2A 500 mg
2. Holoxan 280 mg dalam 500 ml NS drip
3. Mesna 300 mg dalam 30 ml SP
4. Microlax supp
5. Fleet enema 133 ml
6. Ondancetron 3x8 mg
Do :
- Terdengar bunyi Mual
bising usus
4x/menit
- Palpasi perut terasa Muntah
keras
- terdengar
hipertimpani Asupan cairan
kurang
Konstipasi
2 Ds : Osteosarcoma pada Defisit perawatan
- klien mengatakan humerus lengan diri
mandi dibantu oleh kanan
mamahnya
Do : Dilakukan
- Tampak tangan pembedahan
kanan klien tidak (Reseksi humerus)
dapat digerakkan
Gerakan lengan
terbatas
Defisit perawatan
diri
3 Ds : Osteosarcoma Resiko kekurangan
- Klien mengatakan volume cairan
muntah sudah 4x
- Ibu klien Kemoterapi
mengatakan klien
kurang minum
Mual
Do :
- Mukosa bibir
kering Muntah
- intake
Resiko Kekurangan
volume cairan
4 Ds : Osteosarcoma Resiko mual dan
Klien mengatakan muntah
setiap setelah
kemoterapi biasanya Kemoterapi
klien mual dan muntah
Do : Mual
Klien sedang menjalani
kemoterapi
Muntah
4. Motivasi untuk
meningkatkan
asupan cairan
5. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
laxative (microlax
supp)
Defisit perawatan diri Kebutuhan Setelah dilakukan
berhubungan dengan dengan perawatan diri tindakan diharapkan:
gangguan muskuloskeletal dengan minimal 1. Mampu 1. Kaji tingkat
melakukan kemampuan klien
Ds : perawatan diri untuk melakukan
- klien mengatakan mandi 2. Menunjukkan perawatan diri
dibantu oleh mamahnya penampilan rapih
dan bersih 2. Bantu atau
Do : 3. Mampu tingkatkan
Tampak tangan kanan klien memenuhi kemampuan klien
tidak dapat digerakkan kebutuhan makan untuk melakukan
secara mandiri perawatan diri
atau dengan alat
bantu
4. Mampu
melakukan
aktivitas eliminasi
secara mandiri
atau dibantu
5. Mampu
mempertahankan
kebersihan secara
mandiri atau
dibantu
Resiko kekurangan volume Kebutuhan cairan Setelah dilakukan
cairan berhubungan dengan terpenuhi tindakan diharapkan:
efeksamping kemoterapi (mual 1. Status cairan dan
dan muntah) elektrolit 1. Pantau status hidrasi
seimbang meliputi : turgor
Ds : 2. Hidrasi asekuat : kulit, kelembaban
- Klien mengatakan muntah turgor kulit baik membrane mukosa,
sudah 4x 3. fontanel baik, keadekuatan nadi,
- Ibu klien mengatakan klien mukosa lembab suhu dan tekanan
kurang minum 4. hemodinamika darah
normal 2. Pantau intake output
Do : 5. Produksi urin 0,5
Mukosa bibir kering – 1 cc/kgBB/jam
(dewasa), 1 – 3 3. pantau hasil
cc/kg BB/jam laboratorium
(anak) (hematokrit, BUN,
albumin, j urin)
4. Tingkatkan asupan
oral sesuai kebutuhan
5. kolaborasi terapi
cairan
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
14 Januari 2015 09.00 1 1. Mengkaji pola kebiasaan defekasi klien S : Klien mengatakan Klien
mengatakan belum BAB ± 3 hari
2. Mengidentifikasi faktor penyebab
yang lalu
masalah defekasi O:
- Terdengar bunyi bising usus
3. Mengkaji adanya distensi abdomen
4x/menit
4. Memotivasi untuk meningkatkan asupan
- Palpasi perut terasa keras
cairan
- terdengar hipertimpani
5. Mengkolaborasi dalam pemberian terapi
A : Masalah belum teratasi
laxative (microlax supp)
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengkaji pola kebiasaan
defekasi klien
2. Mengidentifikasi faktor
penyebab masalah defekasi
3. Mengkaji adanya distensi
abdomen
09.30 2 1. Mengkaji tingkat kemampuan klien S : klien mengatakan mandi dibantu
untuk melakukan perawatan dirI oleh mamahnya
2. Membantu atau tingkatkan O :
kemampuan klien untuk melakukan Tampak tangan kanan klien tidak
perawatan diri dapat digerakkan Klien mengatakan
mandi
A : Masalah belum teratasi
P:
1. Mengkaji tingkat kemampuan
klien untuk melakukan
perawatan dirI
2. Membantu atau tingkatkan
kemampuan klien untuk
melakukan perawatan diri
Do : Kemoterapi
- Jenis obat ( holoxan dan
kemotherapy mesna)
(holoxan dan
mesna)
Efek samping
pemberian
kemoterapi
Mual
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal No Dx Perkembangan Paraf
15 Januari 2015 1 S: klien mengatakan mual, muntah tadi malam 4 kali
O: Jenis obat kemotherapy (holoxan dan mesna), mukosa bibir
kering, klien tampak lemas
TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/menit
P : 24 x/menit
S : 35,1 oC
O:
- Mukosa bibir kering
- BAK 3x (600 cc)
- Minum 200 cc 07-13.00
O:
- Mukosa bibir kering
- BAK 3x (600 cc)
- Minum 200 cc 07-13.00
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
I:
1. memantau status hidrasi meliputi : turgor kulit, kelembaban
membrane mukosa, keadekuatan nadi, suhu dan tekanan
darah
2. memantau intake output
3. meningkatkan asupan oral sesuai kebutuhan
4. berkolaborasi terapi cairan
E: Klien tampak lemas, mukosa bibir kering
VII. PERSIAPAN PASIEN PULANG
i. Uraian
Aktivitas
1. Jenis aktivitas yang boleh dilakukan Tidak ada pembatasan gerak
2. Alat bantu yang digunakan
Edukasi Kesehatan
1. jadwal kontrol
2. pemeriksaan laboratorium
lanjutan
3. pengertian dan pemahaman akan
efek samping obat
4. penggunaan obat-obatan
alternatif
5. pencegahan terhadap
kekambuhan
6. lainnya
Perawatan di Rumah
1. kenali tanda dan gejala yang Demam, nyeri dada, nafsu makan
perlu dilaporkan kurang/tidak mau makan, berat badan
2. pengobatan/ tindakan yang dapat menurun, malaise
dilakukan di rumah sebelum ke
rumah sakit Berikan obat penurun panas
3. rencana tindakan/pengobatan (paracetamol 500mg), kompres hangat
yang dianjurkan dirumah
Diet Pola diit tidak ada pantangan
1. Pola makan Nutrisi tinggi kalori tinggi protein
2. Pola Diet
Kebutuhan spiritual & Psikologis
1. Komunikasi spiritual
2. Komunikasi Psikologis
3. Kegiatan keagamaan
4. Lainnya
Rincian Pemulangan
1. Tanggal pemulangan Tanggal pemulangan 16 Januari 2015
2. Pendamping / Care Giver Keadaan umum saat pemulangan baik,
3. Tempat pemulangan/ rujukan kesadaran compos mentis, tanda-tanda
4. Transportasi yang digunakan vital normal
5. Keadaan umum saat pemulangan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor merupakan pertumbuhan sel abnormal, tumor dibagi dua tumor jinak dan
tumor ganas. osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
tempat-tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal (Otto.2003 : 72).
Kesimpulan dari kasus An.M dengan osetosarkoma
B. SARAN