Mineral Pada Bahan Makanan
Mineral Pada Bahan Makanan
I.PENDAHULUAN
Mineral merupakan komponen utama dalam makanan. Semua makanan mengandung mineral yang
jumlahnya bermacam-macam. Bahan mineral dapat berupa garam anorganik/bahan organik atau dapat
digabung dengan bahan organik, seperti fosfor yang digabung dengan fosfoprotein dan logam digabung
dengan enzim. Biasanya mineral dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu komponen garam utama dan
unsur sepora.
Komponen garam utama mencakup Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium, Klorida, Sulfat, Fosfat, dan
Bikarbonat. Unsur sepora dapat dipilih menjadi 3 golongan, yaitu:
1.Unsur gizi esensial (Fe, Cu, I, Co, Mn, dan Zn)
2.Unsur non gizi, tidak toksik (Al, B, Ni, Sn, dan Cr)
3.Unsur non gizi, toksik (Hg, Pb, As, Cd, dan Sb).1
II.PEMBAHASAN
A.Mineral
Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makhluk
hidup. Di alam, mineral merupakan unsur penting dalam tanah, bebatuan, air dan udara. Sekitar 50%
mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain.
Perilaku mineral sering dipengaruhi oleh adanya kandungan makanan lain. Penyerapan mineral
diturunkan oleh serat dan perilaku besi, seng, dan kalsium menunjukkan bahwa antaraksi terjadi
dengan fitat. Fitat dapat membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dengan besi dan seng yang
dapat mengganggu penyerapan kalsium dengan menimbulkan pengikisan pada protein pengikat kalsium
dan usus.
Mineral dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, antara lain:
a.Makromineral (Kalsium, Fosfor, Magnesium, Natrium, Kalium, Klorida dan Sulfur).
b.Mikromineral (Zat besi, Seng, Tembaga dan Florida).
c.Ultrace mineral diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil (Yodium, Selenium, Mangan, Kronium,
Molibdenim, Baron dan Kobalt).
Mineral terdapat dalam makanan maupun dalam tubuh terutama dalam bentuk ion yang dapat
bermuatan positif/negative. Selain itu juga dapat merupakan bagian dari senyawa organik yang
berperan dalam metabolisme tubuh.
Selain dari makanan alami, mineral juga dapat diperoleh dalam suplemen atau pil. Suplementasi
mineral dapat dikonsumsi bila kebutuhan dari makanan tidak dapat terpenuhi. Di daerah pegunungan
dengan kandungan yodium yang rendah pada tanah dan airnya, sementara bahan makanan sumber
seperti ikan laut sulit didapat, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beryodium untuk
menghindari efek yang tidak diinginkan dari kekurangan yodium jangka panjang.
Sedangkan pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi bahan makanan sumber kalsium di atas
kebutuhan normal, selain untuk pertumbuhan bayi yang dikandungnya, juga untuk menghindari
berkurangnya kepadatan massa tulang dan gigi. Pada tubuh yang mengalami infeksi sering dibutuhkan
mineral seng yang lebih tinggi dari normal untuk mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh serta mineral
selenium untuk membantu menetralkan radikal bebas yang terbentuk lebih banyak pada infeksi.
Masing-masing interaksi dapat bersifat positif (sinergis), negative (antagonis) dan kombinasi diantara
keduanya. Interaksi disebut positif jika membawa keuntungan. Sebaliknya disebut negatif jika
merugikan.
Zat-zat pengikat mineral itu umumnya banyak ditemukan dalam bahan makanan nabati. Meskipun zat-
zat non gizi itu dapat mengganggu beberapa penyerapan mineral, bukan berarti tidak berguna sama
sekali.
Dalam bahan makanan, suatu zat gizi, misalnya mineral dapat berinteraksi negatif dengan zat non gizi.
Asam fitat dalam sayuran, serealia/umbi-umbian dapat mengikat mineral besi (Fe), seng (Zn), atau
magnesium (Mg). Akibatnya, mineral-mineral itu tidak dapat diserap oleh tubuh. Begitu juga dengan
serat, tanin dan oksalat yang juga dapat mengganggu penyerapan kalsium (Ca).
Kebutuhan zat gizi esensial sehari-hari tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan
serta aktivitas fisik dan metabolisme. Yang termasuk dalam zat gizi (mineral) esensial adalah besi,
seng, mangan, molibdenum, tembaga, selenium dan flourida. Kecuali flourida, semua jenis mineral
tersebut berfungsi mengaktifasi enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme.
Untuk flourida dan kalsium membentuk suatu perenyawaan yang membantu menstabilkan mineral
dalam tulang dan gigi serta mencegah kerusakan pada gigi. Mineral lainnya, seperti arsen, krom,
kobalt, nikel, silicon dan vanadium, yang mungkin sangat diperlukan oleh hewan, dan tidak dibutuhkan
oleh manusia. Seluruh mineral ini beracun apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan beberapa
mineral (arsen, nikel dan krom) telah diidentifikasi sebagai penyebab kanker.
III.KESIMPULAN
Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makhluk
hidup. Di alam, mineral merupakan unsur penting dalam tanah, bebatuan, air dan udara. Sekitar 50%
mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain.
Mineral dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, antara lain:
a.Makromineral (Kalsium, Fosfor, Magnesium, Natrium, Kalium, Klorida dan Sulfur).
b.Mikromineral (Zat besi, Seng, Tembaga dan Florida).
c.Ultrace mineral diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil (Yodium, Selenium, Mangan, Kronium,
Molibdenim, Baron dan Kobalt).
Mengkonsumsi suplemen gizi / non gizi dalam beberapa hal dapat memberi keuntungan. Misalnya
minuman suplemen, selain mengandung gula sebagai sumber energi, juga mengandung vitamin B yang
akan digunakan sebagai pemacu metabolisme energi.
Sumber mineral penting lainnya yaitu air minum, karena mineral merupakan suatu zat organic yang
terdapat dalam kehidupan alam maupun dalam makhluk hidup.
IV.PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat. Tentunya masih banyak kekurangan baik dalam penulisan kata maupun
makna. Saran dan kritik yang konstruktif (membangun) sangat diharapkan guna tercapainya
kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.
DAFTAR PUSTAKA