Oleh:
KADEK TRISNA DAMAYANTI
NIM: 2017.02.067
Oleh:
KADEK TRISNA DAMAYANTI
NIM: 2017.02.067
Setres merupakan faktor yang paling mempengaruhi tekanan darah ,hal tersebut
terjadi karena mengalami perubahan yang bersifat normal ,fisik dan
mental.Penurunan fungsi biologis dari aspek saling berhubungan seperti perubahan
fisik,perubahan psikologis dan sosial apabila tidak dapat dilalui dengan baik akan
menghambat aktivitas yang akan menyebabkan setressor hingga mengakibatkan
setres (Moradi et al,2015).Menurut American Institute of Stress,tidak ada hubungan
yang pasti ditemukan antara setres dengan hipertensi ,tetapi tingkat setres jangka
panjang telah ditemukan menjadi prediktor kuat dari hipertensi.Stres diduga
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah serta merupakan faktor terjadinya
hipertensi. Stres yaitu suatu reaksi tubuh dan psikis terhadap tuntutan-tuntutan
lingkungan kepada seseorang. Reaksi tubuh terhadap stres misalnya berkeringat
dingin, napas sesak, dan jantung berdebar-debar,reaksi psikis terhadap stres yaitu
frustasi, tegang, marah, dan agresi (Saam dan Wahyuni, 2013). Hubungan antara
stress dengan terjadinya hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hipertensi akan muncul pada
orang yang sering stres dan mengalami ketegangan pikiran yang berlarut-larut
(Muawanah, 2012)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan
Tingkat Setres Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020”.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Tekanan darah adalah daya dorong darah keseluruh dinding pembuluh darah
pada permukaan yang tertutup.Tekanan darah timbul dari adanya tekanan arteri
yaitu tekanan yang terjadi pada dinding arteri.Tekanan arteri terdiri dari tekanan
sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi, dan tekanan arteri rata-rata. Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), sementara angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) (Tarwoto, dkk, 2009).
Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada
arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-
140 mmHg.Tekanan diastolik yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada saat
tenang.
2. Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35cm, ukurannya lebih kecil
pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan).
3. Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antara iga IV).
5. Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) diatas tekanan sistoik
diatas brakhialis.
8. Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri untuk
mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes
Untuk mengatur aliran darah yang datang dari jantung, arteri dilapisi otot
halus yang memungkinkan arteri mengembang dan mengerut pada saat darah
mengalir, makin lentur arteri semakin sedikit tahanannya terhadap aliran darah
sehingga sedikit tenaga dibebankan pada dindingnya, jika arteri kehilangan
meningkat dan diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah
keseluruh tubuh. Peningkatan tenaga ini dapat berperan pada kenaikan tekanan
Ginjal mengatur jumlah natrium dan volume air yang beredar dalam
tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam
tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini
2.2.1 Pengertian
jantung, stroke, gagal ginjal kronik, kematian premature, dan kecacatan (WHO,
atau lebih dari 140 mmHg, atau tekanan darah diastoliknya sama dengan atau
besarnya tenaga yang dihasilkan oleh darah saat bergerak melawan dinding
darah meningkat secara kronis, hal tersebut dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target
seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah
jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung) (Bustan, 2007).
Pressure (JNC7, 2009) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
2.
Table 2.1 klasifikasi tekanan darah menurutThe Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7, 2009).
Klasifikasi Tekanan Tekanan
tekanan darah darah sistolik darah diastolic
(mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
a. Umur
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian
pada umumnya adalah yang berusia 40 tahun keatas namun pada saat ini
hipertensi juga dapat terjadi pada usia subur (15-49 tahun). Persentase
b. Jenis kelamin
rasio sekitar 2,29untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk
kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
c. Keturunan (genetik)
a. Konsumsi garam
sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak
b. Kebiasaan merokok
darah, tidak perlu diragukan bahwa bobot bukti klinis dan laboratorium
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah
c. Aktivitas fisik
d. Tingkat pendidikan
aktivitas fisik seperti olah raha. Hasil Rikesdas tahun 2013 dalam Badan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Anggara dan
Prayitno, 2013).
f. Setress
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
Hipertensi dapat membunuh secara diam- diam (silentkiller) dan sangat penting
tinggi, kelebihan berat badan atau obesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO,
1. Penyakit jantung
jawab terhadap proporsi ESRD (endstage renal disease) yang paling besar
Gangguan penyakit yang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara
4. Diabetes mellitus
(Bustan, 2008).
1. Pencegagan primordial
merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat
2. Penegahan primer
kebutuhan lemak sangat kecil, disarankan kurang dari 30% dari konsumsi
Buah-buahan dan sayuran mengandung serat, zat-zat gizi, bebas lemak dan
dan makan beras tumbuh atau beras merah merupakan salah satu langkah
d. Tingkatkan aktivitas
darahsebab membuat jantung lebih kuat. Aktivitas fisik yang teratur dapat
tekanan darah kita untuk sementara akan menjadi rendah. Latihan aerobik
yang lazim dilakukan antara lain joging, berjalan kaki, bersepeda, dan
lagi yaitu sebesar kira-kira 10 mmHg untuk tekanan sistolik dan 7 mmHg
3. Pencegahan sekunder
Indonesia yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko
tidak menular diharapkan status awal prevalensi hipertensi pada tahun 2013
sebesar 25,8% mengalami penurunan dengan target 23,4% pada tahun 2019
4. Pencegahan tersier
2015).
individu terhadap setiap tuntutan yang datang kepadanya. Stress berkaitan dengan
kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau situasi yang menekan. Kondisi ini
individu dalam menanggapi suatu tekanan atau masalah sehingga menimbulkan respon
1. Faktor Usia
Semakin bertambahnya usia khususnya pada usia lebih dari 40 tahun kinerja otak
kita mulai menurun. Ini berkaitan dengan selubung mielin (myelin sheath), salah
satu bagian yang penting dari sel saraf otak. Perubahan fase-fase tersebut di atas,
2015.)
2. Jenis Kelamin
Stress umumnya lebih sering menyerang pada perempuan. Perempuan lebih sering
terpajan dengan stressor lingkungan dan batas ambangnya lebih rendah jika
resiko yang lebih besar gangguan stress dan kecemasan pada usia lebih awal dari
3. Pekerjaan
Bekerja merupakan bentuk perilaku hidup aktif yang dapat mencegah terjadinya
stress. Pekerjaan yang dimiliki individu perlu disesuaikan dengan kemampuan fisik
dan psikisnya. Pekerjaan yang terlalu berat dapat memberikan beban tersendiri pada
4. Pendidikan
Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin luas wawasan yang dimiliki.
2015).
Kesetabilan pada koordinasi organ-organ pada tubuh manusia atau mahluk hidup
suatu penyakit maka akan dapat menimbulkan suatu komplikasi dan berdampak
Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stress dapat berupa
1 Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab, merasa
panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih tidak beralasan, sakit
2 Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, gelisah, salah paham, tidak berdaya,
3 Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas panik,
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sembelit, adanya
2. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
3. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya pada orang lain, sering mengingkari janji,
suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri, mudah menyalahkan orang lain.
1. Lingkungan
panas atau terlalu dingin), terlalu ramai atau terlalu banyak orang, kemacetan lalu
lintas, terlalu sempit, aturan yang berlaku (sekolah, tempat kerja, masyarakat dan
rumah), sikap orang lain (suami, istri, anak, tetangga, sekolah dan pekerjaan),
2. Fisiologis Tubuh
Tubuh berubah fisik menurut situasi atau proses yang dialami tubuh, misalkan
: pertumbuhan yang cepat pada masa remaja, menopause pada wanita, proses
hormonal.
3 Pikiran
Otak mengartikan perubahan yang kompleks pada lingkungan dan tubuh akan
menetapkan hasil berupa respon, misalnya : ketakutan pada hal-hal tertentu, frustasi
pada masalah yang dihadapi, perasaan negatif (rasa bersalah dan tidak tahu cara
4 Kejadian Sehari-hari
menimbulkan stress yang berdampak pada tubuh seperti : menikah atau mempunyai
anak, putus cinta atau jatuh cinta, kehilangan sahabat, kehilangan orang yang
dicintai, tempat kerja atau pindah rumah, emigrasi atau evakuasi, masalah-masalah
Dengan perubahan atau pengalaman dan kondisi pada diri sendiri juga dapat
suku atau bangsa, kepribadian (sifat, karakter, watak), genetik atau keturunan,
Tingkatan stress dapat dibagi menjadi empat (Potter Perry, 2005; Psychology
1. Stress Normal
merasakan detak jantung yang lebih keras setelah beraktivitas, kelelahan setelah
2. Stress Ringan
Stress ringan adalah stresor yang dihadapi seseorang secara teratur, seperti
terlalu banyak tidur, kemacetan lalulintas, kritikan dari atasan. Situasi ini hanya
bertahap beberapa menit atau jam. Bagi mereka sendiri, stressor ini bukan resiko
signifikan untuk timbul gejala. Namun demikian, stressor ringan yang banyak
dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko penyakit. Gejala dari stress
ringan adalah : kulit dingin dan berkeringat, tekanan darah normal, jantung
3. Stress Sedang
Situasi stress ini berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja,
anak yang sakit. Biasanya stress ringan ditandai dengan : perubahan pola makan,
4. Stress Berat
Situasi stress ini bisa berlangsung beberapa minggu samapi beberapa
yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan makin
lama situasi stress, makin tinggi resiko stress yang ditimbulkan. Stress ini sangat
berbahaya bila tidak ditangani karena dapat merusak dan membahayakan fisik
serta bisa menyebabkan kram otot, diare kronis dan kelemahan fisik.
Situasi stress ini lebih mengarahkan ke depresi. Hal ini bisa dikatakan
sudah sangat parah. Apabila situasi ini berjalan terus-menerus tanpa adanya proses
klien untuk menghadapi stress yang dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang
ini secara efektif. Penatalaksanaan stress ini menekankan partisipasi aktif klien guna
yang ada dan mengembangkan mekanisme koping yang lebih efektif (Keliat, 2014).
mengatasinya. Koping adalah usaha untuk menguasai suatu kondisi yang dianggap
yang tersedia, situasi, dan pola koping klien yang dikembangkan. Karakteristik
personal yang mempengaruhi koping meliputi tahap perkembangan, nilai dan tujuan
personal, kepercayaan mengenai diri, peran, dan tanggung jawab. Persepsi klien
Pada koping terdiri dari pola koping langsung dan tidak langsung. Pola koping
disebabkan oleh situasi tertentu, tanpa adanya perubahan situasi. Pola koping langsung
tersebut sama-sama bermanfaat, akan tetapi pola koping tidak langsung lebih bersifat
Contoh pola koping tidak langsung dan ola koping langsung (Keliat,2014)
adalah :
1) Berjalan
2) Berenang
3) Teknik relaksasi
4) Meditasi
7) Berdoa
yang sangat efektif adalah dengan tekhnik terapi. Ada beberapa teknik terapi yang
1. Terapi kognitif
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek, berorientasi pada masalah saat ini, dan
membantu klien agar dapat mempelajari cara yang efektif untuk mengatasi masalah
2. Terapi musik
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik dimana
kognitif, dan sosial bagi individu. Jenis musik yang digunakan adalah disesuaikan
dengan keinginan tiap individu, seperti musik klasik, keroncong, orchestra, atau
musik-musik modern.
3. Terapi spiritual
Terapi spiritual adalah terapi pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh
klien yang bertujuan untuk memperkuat mentalitas dan konsep diri klien,
menurunkan stress.
perlahan, berirama, dan yang nyaman dengan memejamkan mata. Teknik relaksasi
Tingkat stress adalah penilaian dari berat ringannya stress yang dialami
Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond (2008). Psychometric Properties of The
Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri dari 42 item. DASS adalah
seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif
dari depresi, kecemasan dan stress. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur
secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untu proses lebih lanjut untuk
digunakan baik itu oleh kelompok atau individu dengan tujuan penelitian.
Tingkatan stress pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, dan
1. Skala depresi terdapat pada pertanyaan nomor : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31,
2. Skala kecemasan terdapat pada pertanyaan nomor : 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28,
33, 35, 39
Penelitian ini hanya memilih kuesioner yang mengukur tentang stress yaitu
9) Cemas berlebihan dalam mengatasi masalah, namun bisa lega jika hal/masalah itu
berakhir
10) Pesimis
15) Kelelahan
16) Kehilangan minat dalam banyak hal, misal: makan ambulasi, sosialisasi dll.
19) Berkeringat, misal: yangan berkeringat tanpa stimulasi oleh cuaca maupun latihan
fisik
25) Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi lebih cepat tanpa stimulasi oleh
latihan fisik.
30) Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan
35) Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untuk menyelesaikan
Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi yang dapat berujung pada terjadinya morbiditas dan mortalitas diduga
menjadi salah satu mekanisme dari buruknya dimensi kesehatan fisik dengan hipertensi. Pada
beberapa studi lain menyebutkan, individu dengan hipertensi dilaporkan mengalami gejala-
gejala seperti jantung berdebar-debar lebih cepat sakit kepala, depresi, cemas, merasa tertekan
dan mudah lelah. Gejala-gejala ini dilaporkan dapat mempengaruhi tingkat stress seseorang
pada berbagai dimensi terutama dimensi mental .Pasien dengan hipertensi juga harus
mengkonsumsi obat seumur hidupnya untuk mencegah berbagai macam komplikasi yang dapat
timbul.Hal ini memberikan dampak psikologisyang kurang baik terhadap pasien.
(Theodorou,Mamas et al, 2011). Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas (Triyanto,2014).
Gejala yang timbul dari fisik antara lain : jantung berdebar-debar lebih cepat, tidak
teratur, pernafasan lebih cepat dan pendek, berkeringat, muka merah, sulit tidur,
sakit kepala, gangguan pencernaan dan lain sebagainya, sedangkan gejala yang
timbul dari mental antara lain menarik diri, depresi, merasa tertekan, kehilangan
kesadaran, kecemasan, tak bisa rileks, bingung, kemarahan, kekecewaan, overaktif
dan agresif (Saputri, 2010).
BAB 3
Bagan 3.1 : Hubungan Tingkat Stres Dengan Tekanan Darah Pada Penderita
dikomunikasikan agar membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel
peneliti (Nursalam,2013).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Hubungan Tingkat Stres Dengan Tekanan
2020.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Bangun. (2008). Enslikopedia Keperawatan. Jakarta: EKG
Bustan, M.N., 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta,. Jakarta
Damayanti, Deni.2013. Panduan Lengkap Menyusun Proposal, Skripsi, Disertasi. Yogyakarta;
Alaska
Depkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Data Riskesdas.
http://www.depkes.go.id/resources//download/info- diakses 22 Desember 2018
Elsanti S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolestrol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung.
Yogyakarta: Araska
Garnadi, Y (2012). Hidup Nyaman Dengan Hipertensi. Jakarta: Agromedia
Joewono, S.2003. Ilmu Penyakit Jantung.Airlangga Universitas Press. Surabaya
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakata: Balitang Kemenkes Ri.
http://www.depkes.go.id/download. diakses 22 Desember 2018
Larasati, T.A. (2012). Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RS Abdul moeloek
Provinsi Lampung. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Lampung, Vol. 2,
No.2, 17-20
Marliani L, dkk. 2007. 100 Question & Answers Hipertens. Jakarta: PT Elex Media
Martha, Karina (2012), Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi, Yogyakarta; Araska
Masriadi. (2016). Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans info Media
Muljad Budisetio. (2011). Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi pada Penderita Usia Dewasa.
Nofitri. (2009). Kualitas Hidup Penduduk Dewasa di Jakarta. http://www.lontar.ui.ac.id diakses
22 Dsember 2018
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. 162-181
Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public health crises
(World HealthDay 2013). Geneva: WHO.2013.
http://scholar.unand.ac.id/22316/3/2.%2520.pdf diaskses 22 Desember 2018
Organization WH. Global physical activity questionnaire (GPAQ) analysis guide. Geneva:
World Health Organization. 2014. http://scholar.unand.ac.id/22316/3/2.%2520.pdf
diaskses 22 Desember 2018