Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN SGD

BLOK REPRODUKSI I
“LBM 4 Perjuangan Ibu”

oleh :

Nama : Cantikaputri Tresna Wardini


NIM : 020.06.0014
Kelompok/Kelas: 5/A
Dosen LBM 1 : dr. Irsandi Rizki Farmananda,
S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2020/2021

i
DAFTAR ISI

BAB I

Skenario LBM…………………………………………………………1

BAB II

- Pembahasan……………………………………………………… 3

- Referensi………………………………………………………… 25

BAB III

Kesimpulan……………………………………………………………..26

ii
BAB I

SKENARIO

Skenario LBM 4 : Perjuangan Ibu

1
Deskripsi Masalah

 Bagaimana Anatomi dari panggul (4 bidang hoadge, 3 konjugata)


 Bagaimana mekanisme persalinan (tatalaksana)
 Bagaimana tanda tanda persalinan
 Apa faktor terjadinya persalinan
 Apa saja hormon yang mempengaruhi persalinan
 Bagaimana pemeriksaan sebelum dan sesudah melahirkan (Pemeriksaan DJJ &
pemeriksaan leopold)
 Menentukan kehamilan dari TFU

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pembahasan Masalah

 Bagaimana Anatomi dari panggul (4 bidang hoadge, 3 konjugata)

Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang, yakni os coxae (2 buah kiri dan
kanan), os sakrum, dan os coccygeus. Tulang-tulang ini saling berhubungan dengan suatu
persendian panggul. Terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.

Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis yang disebut
juga false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true
pelvis. Bagian akhir ini adalah bagian yang memiliki peranan penting dalam obsetri dan harus
dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat – tidaknya bayi
melewatinya.

Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang memiliki sumbu lengkung ke
depan (Sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan
titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar
dengan sakrum, untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sakrum.
Hal ini penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah
penarikan cunam itu disesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut.

Bagian atas saluran ini berupa bidang-bidang datar, normal berbentuk hampir bulat,
disebut pintu atas panggul. Bagian bawah saluran ini disebut pintu bawah panggul yang terdiri
atas dua bidang. Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul. Ruang panggul memiliki
3
ukuran yang paling luas di bawah pintu atas panggul, kemudian menyempit di panggul tengah,
dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi di bagian bawah.

 Pintu Atas Panggul (PAP)

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus
vertebra sakral 1, linea terminalis, dan pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu
atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter oblikua.
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium kurang lebih 11 cm yang
disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul kurang lebih 12,5
– 13 cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea terminalis,
ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang kurang lebih 13 cm.

Cara mengukur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke
dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium dikenal sebagai konjugara diagonalis. Secara statistik, konjugata vera sama
dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka
konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara ujung jari kita yang merapa
sampai ke batas pinggir simfisis.

Jika promontorium tidak teraba, berarti ukuran konjugata diagonalis lebih panjang dari
jarak antara ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis. Jika jarak anatara ujung jari
kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis adalah 13 cm, maka berarti konjugata vera lebih
dari 11,5 cm (13cm – 1,5 cm).

4
Konjugata obstretika, yaitu jarak dari jari tengah simfisis bagian dalam ke
promontorium. Sebenarnya konjugata obstretika ini yang paling penting, walaupun
perbedaannya dengan konjugata vera sangat sedikit. Dalam obstretika dikenal 4 jenis panggul,
yang memiliki ciri – ciri pintu atas panggul sebagai berikut :

a. Jenis ginekoid, panggul yang paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul
hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira – kira sama dengan diameter
transversa.
b. Jenis android, bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Panjang diameter antero-
posterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh
lebih mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng,
sedangkan bagian depannya menyempit ke depan.
c. Jenis antropoid, bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter
antero-posterior lebih besar daripada diameter transversa.
d. Jenis platipelloid, sebenarnya jenis ini adalah ginekoid yang menyempit pada arah
muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang.

Ruang panggul bagian bawah pintu atas panggul memiliki ukuran yang paling luas. Di
panggul tengah terdapat penyempitan dalam ukuran melintang setinggi kedua spina iskiadika.
Karena di pintu atas panggul ukuran yang lebih lebar adalah ukuran melintang dan di ruang
panggul ukuran melintang yang sempit, maka janin saat lewat di ruang panggul harus
menyesuaikan diri dengan melakukan putaran paksi dalam. Yang penting dari spina iskiadika
ini bukan tonjolannya, tetapi jarak antara kedua spina iskiadika (distansia interspinarum) dan
apakah spina itu runcing atau tumpul.

5
Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan bentuk os
sakrum. Os sakrum yang kurang melengkung dan kurang cekung akan mempersempit ruang
panggul dan mempersulit putaran paksi dalam, sehingga dapat terjadi malposisi janin.
Selanjutnya dinding samping ruang panggul dinilai dari atas sampai bawah.

 Bidang Hodge

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah
janin turun dalam panggul dalam persalinan, terdiri atas:

a. Bidang Hodge I, ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
b. Bidang Hodge II, ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi
bagian simfisis.
c. Bidang Hodge III, ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini disebut
juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
d. Bidang Hodge IV, ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, III, terletak
setinggi os koksigis.

 Ukuran-ukuran panggul :
a. Distansia Spinarum, ialah jarak antar kedua SIAS yaitu sekitar 24-26 cm.
b. Distansia cristarum, ialah jarak antara kedua krista iliaka dekstra dan sinistra yaitu 28-
30 cm.
c. Konjugata eksterna, ialah jarak antara bagian atas simfisis ke processus spinosus lumbal
5 yaitu sekitar 18 cm.
d. Distansia obliqua eksterna

6
e. Distansia intertrokonterika, ialah jarak antara kedua trokanter mayor.
f. Distansia tuberum sekitar 10,5 cm.

 Pintu Bawah Panggul (PBP)

Dalam keadaan normal besarnya sekitar 900 atau lebih besar sedikit. Bila lebih kecil
dari 900 maka kepala janin akan lebih sulit di lahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak
ke arah dorsal (ke arah anus). Jarak antara tengah-tengah distansia tubernum ke ujung sakrum
harus cukup panjang agar bayi normal dapat di lahirkan.

 Bagian Lunak Jalan Lahir

Pada kala II segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut membentuk jalan lahir.
Pada akhir kehamilan, sekitar 38 minggu serviks lebih pendek dari pada waktu kehamilan 16
minggu. Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan ikat, dan ligamen mempengaruhi
jalan lahir.

Muskulus elevator mempunyai peranan penting dalam mekanisme putaran paksi bayi.
Kemiringan dan kelentingannya membantu mempermudah putaran paksi bayi.

 Bagaimana mekanisme persalinan (tatalaksana)

Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan
berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul pada saat

7
melewati jalan lahir. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain keluar dunia. Persalinan suatu proses
dimana bayi, plasenta, selaput ketuban ke luar dari rahim ibu. Terdapat tiga faktor esensial
yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Faktor-faktor tesebut dikenal dengan 3P:
passage (jalan lahir), passanger (janin), dan power ( kekuatan yang ada pada ibu). Dalam
persalinan terdapat pembagian fase kala persalinan menjadi empat: kala 1( kala pembukaan),
kala 2 (kala pengeluaran), kala 3(kala uri), dan kala 4 (kala observasi).

a. Kala I (kala pembukaan). Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan
sejati yang dimulai sejak berfkontraksinya uterus dan ditandai oleh perubahan serviks
yang progresif (makin melebar) yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada
primipara kala I berlangsung kira kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira kira 7 jam.
Jika bagian tubuh lain janin selain kepala yang menghadap ke serviks, bagian tersebut
biasanya kurang efektif daripada kepala untuk membuka serviks. Kepala memiliki garis
tengah terbesar pada tubuh bayi. Jika bayi mendekati jalan lahir dengan kaki terlebih
dahulu, kaki mungkin tidak akan melebarkan serviks cukup lebar untuk dilalui kepala.
Fisiologi yang terjadi pada uterus dan serviks pada kala satu:

 Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah
abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada
fundus. Selagi uterus berkontrasi dan relaksasi memungkinkan kepala bayi masuk ke
rongga pelviks.
 Sebelum proses persalinan, serviks berubah menjadi lembut. Effacement (penipisan)
serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Dengan

8
mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai menjadi
pendek hingga beberapa mm. Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis
penuh. Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk
mengukur dilatasi/ diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan
menggunakan jari tangan saat pemeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka
lengkap setelah mencapai 10 cm. Blood show ( lendir show) pada umumnya ibu akan
mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks.

Proses membukanya serviks sebagai akibat HIS dibagi menjadi 2 fase, yaitu::
a. Fase laten => Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke
titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya
dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau
permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini
presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
b. Fase aktif => Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada
umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6
jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir
fase aktif dan selama kala dua persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm
b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm
c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap

Pada kala I tugas penolong mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu
bahwa proses persalinan adalah fisiologis, tanamkan rasa percaya diri dan percaya
pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan
ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau
berjalan- jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika
ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring.
Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan

9
akan membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada
kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan
menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah
lengkap sampai 10 cm.
1) Kala II (kala pengeluaran janin). Beberapa tanda dan gejala persalinan kala II
adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu
merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat
menonjol, vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan
pengeluaran lendir darah.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali.
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada
otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena
tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan
diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1
jam. Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk PAP ketuban yang
menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus
dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan.
Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.
Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi
ke dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium. Ada 3
arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis. Tujuan episiotomi adalah
supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada m.
spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan
inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong fundus
uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga ibu untuk melahirkan
kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur uteri, atonia uteri,
trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.
Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian
belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung
jari tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan- pelan ke arah
simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun
kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion, kemudian secara

10
berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu.
Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan
mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik
kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan- pelan ke
arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan
mengait kedua ketiak janin.

Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan
kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat
sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap
dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus,
lalu digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang
atau klem plastik sehingga tidak ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu:
kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung
kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan
kelahiran uri.

2) Kala III (pengeluaran plasenta). Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup


beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus,
tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2
kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan

11
lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera,
pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta
lahir. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam
waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya
tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga,
dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks dan vagina
kemudian perbaiki episiotomi.
3) Kala IV. Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa
fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa
tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Selain itu perawat juga
menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu
diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui
dapat membantu uterus berkontraksi.

 Bagaimana tanda tanda persalinan

Terdapat 2 tanda persalinan, yaitu tanda permulaan persalinan dan tanda inpartu. Tanda
permulaan persalinan terjadi sebelum wanita tersebut memasuki fase persalinan itu. Dan
disebut dnegan kala pendahuluan. Kala pendahuluan tersebut memiliki tanda-tanda mula
sebagai berikut.

1) Lightening atau dropping yang berarti kepala janin sudah turun dan mulai
memasuki PAP, terutama pada primigravida. Pada multigravida, tidak terlalu jelas.
2) Perut terlihat besar dan fundus uteri mulai turun.
3) Sering buang air kcil atau sulit berkemih (polakisuria) yang diakibatkan penekanan
kandung kemih oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
uterus yang biasa dikenal dengan “false labor pain”.

12
His pendahuluan ini bersifat :
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila
dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya betambah, dan mungkin
darah bercampur lendir (bloody show).

Adapun tanda-tanda inpartu, yaitu:

1) Rasa nyeri yang sering akibat adanya HIS yang lebih kuat, sering, dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang semakin banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks.
3) Terkadang terjadi pecahnya ketuban dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks telah mendatar dan telah ada pembukaan.

 Apa faktor terjadinya persalinan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalanya proses persalinan adalah penumpang


(passenger), jalan lahir (passage), kekuatan (power), posisi ibu(positioning), dan respons
psikologis (psychology response)

a. Penumpang (passengger) => Penumpang dalam persalinan adalah janin dan


plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan
pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.
b. Jalan lahir (passage) => Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan
lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan
bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak
adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul,
vagina, dan introitus vagina.
c. Kekuatan (power) => Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua yaitu:

13
- Kekuatan primer (kontraksi involunter). Kontraksi berasal dari segmen atas
uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk
gelombang.
- Kekuatan sekunder (kontraksi volunter). Pada kekuatan ini,otot-otot
diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan
lahir sehingga menimbulkan tekanan intrabdomen.
d. Posisi ibu (positioning). Posisi ini dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan
fisiologi persalinan. Perubahan posisi yan diberikan pada ibu bertujuan untuk
menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
e. Respon psikologi (psychology response). Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi
oleh:
- Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan
- Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan
- Saudara kandung bayi selama persalinan.

 Apa saja hormon yang mempengaruhi persalinan

1. Oksitosin

Hormon cinta atau oksitosin merupakan salah satu hormon utama yang sangat aktif saat
proses persalinan. Hormon ini juga akan keluar ketika wanita merasakan cinta,
berhubungan seksual, orgasme, dan menyusui. Namun hormon oksitosin akan berada di
puncaknya ketika ibu dalam proses persalinan.

Di proses persalinan, hormon ini berfungsi untuk menstimulasi kontraksi, menipiskan


dan membuka serviks; menurunkan kepala bayi ke jalan lahir, mengeluarkan plasenta, dan
meminimalisir terjadinya pendarahan.

2. Beta-Endorphins

Hormon ini merupakan salah satu bentuk dari hormon endorphin yang dikeluarkan otak
saat ibu merasakan sakit atau stres. Beta-endorphins merupakan hormon penghilang rasa
sakit alami dalam tubuh, jadi ia membantu ibu untuk mengatasi rasa sakit pada persalinan.

Beta-endorphins bersifat 18-33 kali lebih kuat daripada morphin. Selain itu, hormon
tersebut juga merupakan penyebab dari ingatan ibu yang luar biasa mendetail mengenai
proses persalinan sebelumnya. Namun sayangnya, penggunaan induksi, obat penghilang
rasa sakit dan intervensi yang lain bisa menurunkan hormon ini secara drastis.

14
3. Prolaktin

Hormon ini sering kali disebut dengan hormon ibu. Hormon yang dihasilkan oleh
pituitari ketika masa hamil dan menyusui ini, berfungsi untuk menyiapkan payudara ibu
untuk menyusui. Beberapa peneliti percaya bahwa hormon ini bersama dengan oksitosin
bertanggung jawab untuk menaikkan mood ibu dan membuat merasa lebih tenang saat
menyusui.

Selain itu, prolaktin juga dipercaya berperan penting dalam tingkah laku keibuan.
Hormon inilah yang membuat seorang ibu selalu memprioritaskan kebutuhan anaknya
sebelum memenuhi kebutuhannya sendiri.

4. Catecholamines (CAs)

Hormon yang dikenal dengan hormon flight-or-fight ini terdiri atas hormon adrenaline
dan noradrenaline (epinephrine dan norepinephrine). Catecholamines merupakan hormon
yang keluar dari kelenjar adrenal di atas ginjal ibu yang merupakan reaksi tubuh terhadap
rasa takut, cemas, lapar, atau kedinginan.

Saat hormon ini aktif, aliran darah ibu akan dialihkan ke otot-otot utama tubuh ibu dan
organ-organ utama. Namun bila hormon keluar dalam jumlah besar dan di waktu yang tepat
dikarenakan perasaan takut dan cemas, kemungkinan ia akan menyebabkan persalinan
lebih lama dan fetal distress.

5. Hormon progesterone

Hormon progesteron meningkat seiring usia kehamilan dan menggantikan fungsi


hormon HCG. Fungsinya memberikan suasana yang kondusif untuk kehamilan, mencegah
kontraksi pada otot rahim yang dapat menyebabkan persalinan dini. Efek samping hormon
ini memengaruhi suasana hati yang membuat ibu hamil menjadi senang atau sedih secara
tiba-tiba. Hormon ini juga memengaruhi pencernaan yang membuat ibu hamil mengalami
sembelit.

6. Hormon estrogen

Hormon estrogen diproduksi oleh ovarium dan plasenta yang terbentuk setelah terjadi
pembuahan. Fungsinya untuk memperkuat dinding rahim yang mengatasi kontraksi saat
bersalin, merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan puting payudara. Efek sampingnya
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, sehingga beberapa ibu hamil mengalami

15
pembekakan di kaki. Melunakkan dan memperlebar persendian terutama di daerah
panggul, inilah yang menyebabkan ibu hamil mengalami sakit punggung.

Hormon HPL (human placental lactogen) yang dihasilkan oleh plasenta yang berfungsi
menghancurkan lemak cadangan pada ibu sehingga mencegah penggunaan glukosa ibu
untuk keperluan penyediaan energi bagi janin. Merangsang sekresi insulin dan membantu
transfer asam amino ke janin.

 Bagaimana pemeriksaan sebelum dan sesudah melahirkan (Pemeriksaan DJJ &


pemeriksaan leopold)

Pemeriksaan sebelum melahirkan :

 Pemeriksaan DJJ dan Interpretasi

Fisiologi DJJ, menunjukkan bahwa rata-rata DJJ pada saat aterm adalah 140
kali permenit. Rentang normalnya adalah 110 sampai 160 kali permenit. Pada usia
kehamilan yang lebih muda 20 minggu DJJ agak lebih tinggi, dengan rata-rata hampir
mencapai 160 kali permenit. Denyut tersebut akan cenderung menurun seiring janin
mencapai masa cukup bulan. Kendali pengaturan DJJ bergantung pada beragam faktor,
yaitu korteks serebral, hipothalamus dan medulla oblongata merupakan komponen
susunan saraf pusat yang mempengaruhi DJJ.

Sistem saraf otonom memiliki 2 bagian utama; sistem saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Nervus vagus yang mempersarafi nodus sinoatrial (SA) dan nodus
atrioventrikuler (AV) dari jantung janin, merupakan komponen utama sistem saraf
parasimpatis. Stimulasi sistem saraf pusat menghasilkan akselerasi jantung.
Baroreseptor merupakan reseptor regangan atau presoreseptor dalam arkus aorta dan
sinus karotis.

Baroreseptor ini berespon terhadap perubahan-perubahan dalam tekanan darah


dan menimbulkan perubahan dalam DJJ. Kemoreseptor perifer yang berada pada badan
aortik dan karotis dapat mengakibatkan bradikardi dan pusat kemoreseptor yang berada
di medulla oblongata dapat menyebabkan takhikardi. Bradikardi adalah frekuensi DJJ
kurang dari 110 kali permenit, sedangkan takhikardi adalah bila frekuensi DJJ lebih
dari 160 kali permenit.

16
Pemeriksaan DJJ sesuai lingkup kewenangan bidan, dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu pemeriksaan DJJ secara sederhana menggunakan monoskop atau
stetoskop laenec dan pemeriksaan DJJ menggunakan doppler.

Gambar : Pemeriksaan DJJ menggunakan Doppler

Gambar : Pemeriksaan DJJ menggunakan stetoskop laenec

Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini
dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta membandingkan
dengan rentang normal selama satu menit. Dihitung 3x5 detik secara beraturan dengan
cara ini dapat diketahui teratur tidaknya.

Contoh :

5 5 5 Kesimpulan
detik detik detik

17
11 12 11 4 x (11+12+11) =
136/menit.

Teratur dan janin baik

10 14 9 4 x (10+14+9) =
132/menit.

Tak teratur dan janin


asphyxia

8 7 8 4 x (8+7+8) = 92/menit.

Tak teratur dan janin


asphyxia

 Pemeriksaan Leopold

Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil
dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil
menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-
bagian tersebut dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori
ini dikembangkan oleh Christian Gerhard Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik
pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan letak janin pada
uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan
berat janin.

Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk
(dinding perut tebal) dan yang mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga
kadang-kadang dapat menjadi tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam
keadaan santai dan diposisikan secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan
pemeriksaan, maka persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan
adalah:

1) Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya.


2) Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil
di bawah kepala untuk kenyamanan.

18
3) Menjaga privasi.
4) Menjelaskan prosedur pemeriksaan.
5) Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan dingin dapat
merangsang kontraksi rahim).
6) Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.

Gambar : Pemeriksaan Palpasi Leopold 1- 4

1. Pemeriksaan Leopold I

Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa
yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).

19
Gambar : Palpasi Leopold 1

Teknik:

 Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam
diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu.
 Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping
umbilical.
Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU.
Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan
bagian janin.

Hasil:

 Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar
dan melenting (seperti mudah digerakkan).
 Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting.
 Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.

2. Pemeriksaan Leopold II

Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak
lintang tentukan di mana kepala janin.

20
Gambar : Palpasi Leopold 2

Teknik:

 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu.
 Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
 Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil
(ekstremitas).

Hasil:

 Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.
 Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas
dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

3. Pemeriksaan Leopold III

Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di
bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas
panggul (PAP).

21
Gambar : Palpasi Leopold 3

Teknik:

 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu.
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan bawah perut ibu.
 Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian
terbawah bayi.
 Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang
bagian terbawah janin.

Hasil:

 Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang
lunak dan kurang simetris adalah bokong.
 Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah
digoyang, sudah tidak bias (seperti ada tahanan).

4. Pemeriksaan Leopold IV

Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah
perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu
atas panggul.

22
Gambar : Palpasi Leopold 4

Teknik:

 Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus.
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
 Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan
yang meraba dinding bawah uterus.
 Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak
bertemu (divergen).
 Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan
bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
 Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-
jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

Hasil:

 Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian


terendah janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua
tangan pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian
terendah janin sudah memasuki Pintu Atas Panggul (PAP).
 Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala,
kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala

23
yang sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah
masuk PAP).

Pemeriksaan setelah melahirkan :

 Pemeriksaan tanda-tanda vital


 Pemeriksaa hemoglobin dan suhu tubuh
 Pemeriksaan Rahim dan TFU
 Pemeriksaan laboraturium
 Pemeriksaan vulva (luka bekas jahitan, adakah edema apa tidak, pendarahan)
 Pemeriksaan saluran kemih
 Pemeriksaan payudara

 Menentukan kehamilan dari TFU

Usia kehamilan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap fundus uteri.
Dimana usia kehamilan dan ukuran dari TFU bisa dilihat di bagan dibawah ini :

24
REFERENSI

Fatimah, dan Nuryaningsih. 2017. ‘Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan’. Cetakan
I. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Guyton & Hall. 2012. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi 13. Jakarta:
EGC.

Jannah, M. 2017. ‘Asuhan Kebidanan Komprehensif dari Kehamilan, Persalinan,


Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan Keluarga Berencana (KB) Suntik 3 Bulan pada Ny. D Umur
19 Tahun G1P0A0 Di Puskesmas Sokaraja II’, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto

Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Tortora, Gerard J. 2016. Dasar Anatomi dan Fisiologi pemeliharaan dan Kontinuitas
Tubuh Manusia. Edisi 13. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Yulizawati, dkk. 2019. ‘Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan’, Edisi I.
Sidoarjo : Indonesia Pustaka

25
BAB III

KESIMPULAN

Persalinan merupakan rangkaian kejadian atau proses pengeluaran bayi dari tubuh ibu
apabila sudah cukup bulan, diikuti dengan pengeluaran plasenta beserta selaput janin dari tubuh
ibu melalui jalan lahir, yang dimana berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
ibu sendiri). Adapun disebutkan pentingnya 3P pada persalinan yakni jalan lahir (passage),
janin (passanger), kekuatan (power), psikis ibu dan penolong. Secara anatomi, proses
persalinan dipengaruhi oleh keadaan panggul seorang wanita, secara fungsional panggul
terbagi menjadi Pelvis Mayor (diatas linea terminalis) dan Pelvis Minor (dibawah linea
terminalis), terdapat pula sumbu yang berupa lengkungan kedepan disebut sumbu carus.
Panggul dibedakan menjadi pelvis mayor dan pelvis minor. Panggul atau pelvis terbagi menjadi
2 bagian yaitu bagian keras atau tulang yang terdiri dari tulang panggul dan persendiannya,
serta bagian lunak yang terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamen.

Tanda-tanda permulaan waktu persalinan meliputi lightening atau dropping, perut


tampak melebar fundus uteri, polakisuria, false labor pains dan bloody show. Kemudian tanda-
tanda infartu yaitu HIS yang lebih kuat, sering dan teratur, fundal dominan, keluar lendir
bercampur darah dan vagina troche (serviks mendatar dan membuka). Persalinan sendiri dibagi
menjadi empat fase atau disebut kala, yaitu Kala I pembukaan dan pematangan serviks sampai
lengkap, Kala II pengeluaran bayi oleh karena kekuatan HIS (kekuatan mengedan)
menyebabkan terdorongnya janin keluar sampai akhir, Kala III disebut juga kala uri atau
pengeluaran plasenta, dan terdapat Kala IV.

26

Anda mungkin juga menyukai