Anda di halaman 1dari 17

Nama : Nadila Zikra Wahyuni

Nim : N1A119228

Kelas : 4D

METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang dapat mengembangkan dan


meningkatkan kemampuan masyarakat untuk terus berperan serta dalam proses pembangunan
yang dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan dapat
mengambil keputusan yang bebas (mandiri) dan mandiri (Oakley, 1991; dan Fatterman, 1996 )
tahun). Proses otorisasi komunitas (community authorization) merupakan suatu karya yang
dirancang untuk membantu masyarakat mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga dapat
dengan leluasa dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan
secara mandiri. Proses pemberdayaan dicapai dengan memberikan izin (kekuasaan), aksesibilitas
terhadap sumber daya dan lingkungan yang sesuai (Zimmerman, 1996: 18; Ress, 1991: 42).

Metode pemberdayaan masyarakat yang ditunjukkan dalam pembangunan partisipatif


mungkin sangat sinkron dan dapat digunakan untuk memprediksi perubahan pada manusia dan
lingkungan strategis mereka. Sebagai konsep dasar pembangunan partisipatif, merupakan upaya
untuk berkembang atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
berkembang dan menyelesaikan masalahnya sendiri secara mandiri, berkelanjutan dan
berkelanjutan.

Selama peneliti menempatkan dirinya dalam status ahli di luar kajian fenomena sosial,
dan memperlakukan mereka sebagai objek yang hanya dapat hidup secara pasif dalam
masyarakat yang ada, maka penelitian sosial apapun tidak dapat mengembalikan kondisi sosial
yang ada. fenomena. Peneliti berkewajiban menempatkan diri sebagai bagian dari peneliti, dan
memperlakukan peneliti sebagai objek yang memiliki hak moral untuk mengatur kehidupannya
sendiri dan memiliki harapan serta kemampuan untuk melakukannya.

Semangat peneliti harus memahami keinginan yang diteliti, dan untuk meneliti secara
ideologis dan intelektual orang-orang yang melakukan penelitian tentang bisnis mereka untuk
mencapai pemulihan yang mereka harapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian semacam ini
kasus penelitian non kasus dapat dipisahkan berdasarkan evaluasi kasus. Selama peneliti
menempatkan dirinya dalam status ahli di luar kajian fenomena sosial, dan memperlakukan
mereka sebagai objek yang hanya dapat hidup secara pasif dalam masyarakat yang ada, maka
penelitian sosial apapun tidak dapat mengembalikan kondisi sosial yang ada. fenomena. Peneliti
berkewajiban menempatkan diri sebagai bagian dari peneliti, dan memperlakukan peneliti
sebagai objek yang memiliki hak moral untuk mengatur kehidupannya sendiri dan memiliki
harapan serta kemampuan untuk melakukannya.

Semangat peneliti harus memahami keinginan yang diteliti, dan untuk meneliti secara
ideologis dan intelektual orang-orang yang melakukan penelitian tentang bisnis mereka untuk
mencapai pemulihan yang mereka harapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian semacam ini
kasus penelitian non kasus dapat dipisahkan berdasarkan evaluasi kasus.

1. RRA (Rapid Rural Appraisal)

RRA (Rapid Rural Assessment) adalah metode untuk menilai kondisi desa secara cepat,
padahal kegiatan RRA sebagian besar dilakukan oleh "pihak luar" dengan sedikit atau tanpa
keterlibatan masyarakat lokal. Meskipun secara umum dianggap sebagai teknik penelitian yang
"cepat, kasar / kotor", RRA masih dianggap lebih unggul daripada teknik kuantitatif klasik.

Ketika keputusan tentang pembangunan pedesaan harus segera dibuat, metode RRA
digunakan untuk mengumpulkan informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas. Saat ini,
sebelum mengumpulkan semua informasi di daerah sasaran, banyak perangkat lunak
pengembangan yang dikembangkan. Oleh karena itu, meskipun perangkat lunak pengembangan
direncanakan dan disiapkan dengan cermat, banyak perangkat lunak pengembangan yang masih
gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran karena masyarakat tidak dilibatkan dalam
menentukan prioritas dan menyelesaikan masalah.

Pada dasarnya metode RRA merupakan proses pembelajaran intensif untuk memahami
kondisi pedesaan secara mendalam, yang perlu diselesaikan secara berulang dan cepat. Oleh
karena itu, diperlukan cara kerja yang unik, seperti tim kerja multidisiplin kecil yang
menggunakan berbagai metode, metode, dan opsi teknologi khusus untuk memperdalam
pemahaman atau pemahaman tentang kondisi pedesaan. Cara kerja ini berfokus pada
pemahaman dalam hubungannya dengan pengetahuan ilmiah di tingkat komunitas lokal.
Dalam rangka memahami permasalahan perdesaan, komunikasi dan kerjasama antara
masyarakat desa dengan sarana perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (modifier) menjadi
sangat penting. Selain itu, metode RRA juga dapat digunakan untuk memantau tren perubahan di
pedesaan untuk mengurangi ketidakpastian tempat kejadian dan mengusulkan solusi untuk
masalah tersebut.

Menurut Beebe James (1995), metode RRA memberikan observasi yang dipercepat dimana
dua atau lebih pengamat atau peneliti biasanya memiliki latar belakang akademis yang berbeda.
Metode ini dirancang untuk memberikan observasi kualitatif kepada pengambil keputusan untuk
menentukan apakah diperlukan penelitian tambahan dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan.

Metode RRA memiliki tiga konsep dasar, yaitu: (a) perspektif sistem, (b) triangulasi
pengumpulan rekaman, dan (c) pengumpulan rekaman dan analisis iteratif.

Sebagai teknologi evaluasi, RRA menggabungkan teknologi berikut:

a. Review / penelitian catatan pendukung, termasuk peta wilayah dan observasi lapangan singkat.

b. Amati / amati langsung di lokasi.

c. Wawancara dan seminar informan kunci.

d. Petakan dan buat bagan / grafik.

e. Studi kasus, sejarah lokal dan biografi.

f. kecenderungan.

g. Buatlah kuesioner singkat yang sederhana.

h. Buat laporan lapangan dengan cepat.

Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan oleh RRA adalah:

a. Dengan memperoleh informasi yang andal yang dapat digunakan alih-alih hanya memperoleh
jumlah, keakuratan, dan relevansi informasi yang diperlukan, efektivitas dan efisiensi dalam hal
biaya dan waktu.
b. Hindari prasangka dengan mawas diri, mendengarkan, bertanya berulang kali, dan bertanya
kepada orang yang paling miskin.

C. Lakukan triangulasi sumber informasi dan bekerja dengan tim multidisiplin untuk
mengajukan pertanyaan dari berbagai perspektif.

d. Belajar dari komunitas dan belajar dengan komunitas.

e. Belajar dengan cepat melalui eksplorasi, pemeriksaan silang, dan jangan bergantung pada
bekuan yang disiapkan.

2. PRA (Participatory Rural Apprasial)

PRA merupakan metode untuk mempelajari masyarakat pedesaan, masyarakat pedesaan,


masyarakat pedesaan, dan kondisi masyarakat pedesaan serta kehidupan pedesaan. Dengan kata
lain, dapat disebut pendekatan kelompok, yang memungkinkan masyarakat pedesaan untuk
berbagi, meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan
pedesaan, membuat rencana dan mengambil tindakan (Chambers, 1996).

Konsep dasar pandangan PRA merupakan metode yang mengedepankan partisipasi


masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metode PRA bertujuan agar anggota komunitas
menjadi peneliti, perencana, dan pelaksana yang mengembangkan perangkat lunak, bukan hanya
pengembang.

Melalui PRA, kegiatan-kegiatan berikut telah dilakukan:

a. Peta area dan aktivitas yang berkaitan dengan subjek penilaian situasi.

b. Bentuk analisis negara adalah:

1) Tren masa lalu, sekarang dan masa depan.

2) Identifikasi perubahan dan alasan atau alasannya.

3) Identifikasi masalah (root) dan alternatif pemecahan masalah.

4) Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, atau kekuatan, kelemahan, peluang dan
perlakuan (SWOT) menganalisis semua alternatif pemecahan masalah.
C. Pilih solusi alternatif yang paling layak atau dapat diandalkan (dicapai, efektif dan diterima
oleh masyarakat).

d. Informasi rinci tentang peran yang diharapkan dari pemangku kepentingan dan pihak, serta
jumlah dan sumber dana yang dapat diharapkan untuk mengimplementasikan perangkat lunak /
kegiatan yang diusulkan / direkomendasikan.

Alat yang digunakan dalam metode PRA sama dengan yang digunakan dalam metode
RRA, namun partisipasi masyarakat desa dalam praktik lapangan berbeda. Tidak seperti RRA,
masyarakat desa yang berpartisipasi dalam PR A memainkan peran yang lebih besar dalam
pengumpulan informasi, analisis catatan, dan pengembangan langkah-langkah intervensi (seperti
pengembangan perangkat lunak oleh masyarakat berdasarkan pemahaman perangkat lunak
secara keseluruhan). Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi mereka
kesempatan untuk melakukan kegiatan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri, yang lebih
baik daripada melalui intervensi eksternal.A

3. FGD

Istilah focus group discussion atau focus group discussion (FGD) saat ini sedang sangat
populer dan banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian sosial.
Keuntungan mengumpulkan data kualitatif melalui sistem desulfurisasi gas buang adalah
memberikan kemudahan bagi peneliti dalam membangun keterbukaan, kepercayaan, dan
pemahaman serta kenyamanan pandangan, sikap, dan pengalaman narasumber / peserta.

Selain teknik wawancara, focus group discussion dikenal dengan istilah FGD (disingkat
FGD) dan merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang paling terkenal. FGD
merupakan diskusi kelompok yang membahas isu-isu tertentu dalam suasana informal dan santai.
Di bawah bimbingan tuan rumah, jumlah peserta bervariasi dari 8 hingga 12.

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai diskusi sistematis tentang isu-isu tertentu.
Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan desulfurisasi gas buang sebagai proses pengumpulan data
dan informasi yang sistematis tentang isu-isu tertentu melalui diskusi kelompok.

Sebagai metode penelitian, desulfurisasi gas buang adalah pekerjaan pengumpulan data dan
informasi yang sistematis. Adapun pengertian FGD ada 3 kata kunci, yaitu:
a. Diskusi-bukan wawancara atau obrolan

b. Kelompok-bukan individu

C. Fokus tidak bebas

Oleh karena itu, FGD adalah proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
tentang isu-isu yang spesifik dan sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Saat mengimplementasikan alat desulfurisasi gas buang dilakukan dengan berdiskusi


dengan nara sumber di satu tempat, dan dibantu oleh orang yang membantu pembahasan masalah
dalam diskusi. Orang ini disebut tuan rumah.

Isu yang dibahas dalam FGD sangat spesifik karena memiliki tujuan yang jelas. Oleh
karena itu, pertanyaan yang diajukan dan diajukan kepada peserta desulfurisasi gas buang jelas
dan spesifik.Banyak orang percaya bahwa desulfurisasi gas buang adalah solusi dari masalah
tersebut. Dengan kata lain, tujuan diskusi adalah untuk mencapai konsensus tertentu atas
permasalahan yang dihadapi peserta. Hasil FGD tidak dapat digunakan untuk generalisasi,
karena FGD tidak dimaksudkan untuk mendeskripsikan (merepresentasikan) suara masyarakat.

Namun, pentingnya desulfurisasi gas buang bukanlah karena keterwakilan penduduk,


tetapi karena kedalaman informasi. Melalui FGD, peneliti dapat mengetahui alasan, motivasi,
argumentasi, atau dasar pendapat individu atau kelompok. Dengan kata lain, hasil desulfurisasi
gas buang tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Harus
ditambah dengan data pendukung lainnya atau investigasi lebih lanjut (kuantitatif).

1. Persiapan dan Desain Rancangan FGD

Untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dari jawaban-jawaban yang
diberikan oleh para peserta FGD, diperlukan persiapan dan desain rancangan FGD yang baik
sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan serta permasalahan yang telah disepakati bersama.
Adapun persiapan tersebut sebagai berikut:

1. Membentuk Tim Tim FGD umumnya mencakup:


 Moderator,
 Asisten Moderator/co-fasilitator,
 Pencatat Proses/Notulen,
 Penghubung Peserta
 Penyedia Logistik
 Dokumentasi
 Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker
(penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang
selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dsb
2. Memilih dan mengatur tempat

Pada prinsipnya, peralatan desulfurisasi gas buang dapat dilakukan di mana saja, tetapi lokasi
peralatan desulfurisasi gas buang yang dipilih harus netral, nyaman, aman, tenang, berventilasi
baik, dan tidak akan menimbulkan gangguan (preman, pengamen, anak-anak, dll. ). . Selain itu,
situs desulfurisasi gas buang harus memiliki cukup ruang dan tempat duduk (yang bisa berupa
lantai atau kursi). Peserta harus duduk di setengah atau tiga perempat lingkaran dengan tuan
rumah sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di pintu masuk ruangan yang ramai dengan orang,
hanya tuan rumah yang bisa menghadap ke pintu, sehingga peserta tidak akan terusik dengan
berbagai “pemandangan” yang bisa dilihat di luar ruangan.

3. Menyiapkan Logistik

Logistik adalah berbagai persyaratan teknis yang diperlukan sebelum, selama, dan setelah
perangkat FGD diselenggarakan. Biasanya berupa alat tulis (alat tulis), dokumen (audio / video)
dan kebutuhan peserta FGD: ciri-ciri istirahat: alat ibadah, alat makan (jajan dan / atau
sembako); motivasi; akomodasi (bila perlu); dll.

Insentif untuk menahan desulfurizer gas buang adalah wajar. Selain sebagai strategi untuk
menarik minat peserta, reward juga merupakan ungkapan terima kasih bagi peneliti, karena
peserta FGD rela meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengutarakan pendapatnya dalam
FGD. Jika perlu, tunjukkan dalam surat undangan dari awal bagaimana mereka akan diperkuat
jika datang ke FGD dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Mengenai bentuk dan kuantitas
tentunya harus disesuaikan dengan sumber daya yang peneliti miliki. Umumnya reward bisa
dalam bentuk uang atau cinderamata (souvenir).
4. Jumlah Peserta

Dalam FGD jumlah peserta menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Menurut
beberapa literatur tentang desulfurisasi gas buang (misalnya, lihat Sawson, Manderson dan Tallo,
1993; Irwanto, 2006; dan Morgan DL, 1998), angka ideal adalah 7-11, tetapi beberapa orang
juga menyarankan peserta dalam desulfurisasi gas buang Jumlahnya kecil. Yaitu 4-7 orang
(Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8 orang (Krueger & Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak akan
memberikan keragaman yang menarik, dan terlalu banyak akan mengurangi kesempatan setiap
peserta untuk mengungkapkan pemikiran yang dalam. Jumlah peserta dapat dikurangi atau
ditambah berdasarkan tujuan penelitian dan fasilitas yang ada.

5.Rekruitment Peserta: Homogen atau Heterogen


Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto (2006: 75-76)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

• Pilihan tingkat homogenitas atau heterogenitas peserta harus memenuhi tujuan awal memiliki
perangkat desulfurisasi gas buang.

• Pertimbangan masalah homogenitas atau heterogenitas melibatkan variabel-variabel tertentu,


yang berusaha untuk mencapai heterogenitas atau homogenitas. Variabel sosial ekonomi atau
gender bisa heterogen, tetapi peserta harus memahami atau mengalami masalah yang
didiskusikan. Ketika mempelajari isu-isu makro seperti krisis ekonomi atau bencana alam besar,
desulfurisasi gas buang dapat dilakukan dengan peserta dengan latar belakang sosial ekonomi
yang berbeda, namun pada isu-isu khusus seperti pemerkosaan atau diskriminasi, peserta harus
lebih homogen.

• Pada dasarnya harus disadari bahwa semakin tunggal maka semakin sedikit kebutuhan untuk
mengadakan FGD, karena hanya satu orang yang akan mendapatkan hasil wawancara yang sama
atau relatif sama.

• Semakin besar selisihnya, semakin sulit menganalisis hasil FGD karena selisihnya terlalu besar.

• Homogenitas-Heterogenitas bergantung pada beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status sosial
ekonomi, dan latar belakang agama homogen, tetapi menjalankan usaha kecil-kecilan lain-lain,
kelompok tersebut masih dapat berfungsi dengan baik, dan desulfurisasi gas buang masih
dianggap perlu.

• Tentukan homogenitas - pertimbangan utama untuk heterogenitas adalah karakteristik mana


yang harus / boleh / tidak boleh heterogen, dan karakteristik mana yang harus / dapat / tidak
boleh homogen.

Menyusun Pertanyaan FGD

Agar implementasi perangkat desulfurisasi gas buang dapat berjalan dengan lancar dan informasi
yang diperoleh memenuhi tujuan penelitian, maka perlu disusun suatu pedoman perangkat
desulfurisasi masalah / asap. Tujuannya agar pembahasan dapat dilakukan secara terstruktur
sehingga hasil FGD dapat merepresentasikan alasan, motivasi, tujuan, dll terkait dengan topik /
pembahasan yang dibahas.

Penyusunan pertanyaan / pedoman dalam FGD dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

• Tujuan penelitian FGD

• Tujuan memegang perangkat desulfurisasi gas buang

• Pahami jenis informasi yang Anda inginkan dari desulfurisasi gas buang

• Atur dari masalah umum ke masalah khusus.

• Pertanyaan diterjemahkan ke dalam bahasa yang sederhana dan jelas untuk dipahami peserta
FGD

Pelaksanaan FGD
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dalam proses penerapan alat desulfurisasi gas buang,
rapat diskusi berjalan dengan baik (terkonsentrasi / terpusat, tidak terlalu ramai, karena semua
peserta ingin menyampaikan pendapatnya, yang dapat didasarkan pada harapan dan tujuan dari
cerobong asap tersebut. alat desulfurisasi gas Orang yang dapat membantu peserta lain disebut
moderator.

Peran moderator dalam FGD sangat penting untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari
tujuan FGD. Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan moderator dalam
menjalin komunikasi dengan para peserta. Adapun tugas-tugas moderator adalah :
a. Menjelaskan maksud dan tujuan FGD
b. Menjelaskan topik/isu pokok diskusi
c. Menjelaskan tata cara pelaksanaan dalam FGD
d. Menciptakan suasana kondusif.
e. Mengelola dinamika kelompok
f. Mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka
g. Perhatikan nada suara
i. Menghindari komentar yang menyatakan setuju/tidak setuju
j. Perhatikan gestur tubuh
k. Mampu mengendalikan waktu yang telah ditentukan

4 . PLA (Participatory Learning and Action)

PLA (Participatory Learning and Action) merupakan salah satu bentuk baru dari metode
pemberdayaan masyarakat, yang sebelumnya dikenal dengan istilah "learning by doing" atau
belajar dengan melakukan. Singkatnya, Tentara Pembebasan Rakyat adalah metode
pemberdayaan masyarakat yang mencakup proses pembelajaran tentang topik-topik seperti
pembibitan, pengelolaan lahan, dan perlindungan hama tanaman. Dilanjutkan dengan aksi atau
kegiatan nyata terkait materi pemberdayaan masyarakat.

Desa Sri Tiga di Jalan Sumber Marga Telang merupakan salah satu desa dengan potensi kelapa
yang tinggi. Namun dalam proses pengolahannya, masih banyak masyarakat yang belum mampu
merealisasikan potensinya dengan baik. Padahal, tanaman kelapa disebut juga tanaman serba
guna karena buah kelapa dan buahnya memiliki manfaat mulai dari akar hingga daunnya. Buah
merupakan bagian utama dari tanaman kelapa dan dapat digunakan sebagai bahan baku industri.

Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian yaitu batok kelapa, batok kelapa, daging buah kelapa
dan air kelapa. Pulp merupakan komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk
bernilai ekonomi tinggi. Bersamaan dengan itu, sebagai hasil samping buah kelapa, air, batok
dan batok kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk dengan nilai ekonomis tidak lebih
rendah dari pulp (Lay andasang, 2003; Maurits, 2003; Nur et al., 2003). ). ).

Strategi untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat Desa Tija di Sri Lanka melalui metode
PLA (Pembelajaran dan Tindakan Partisipatif) atau proses pembelajaran dan praktik partisipatif
meliputi:

Memberdayakan dan memberikan ketrampilan serta pengetahuan kepada masyarakat di desa Sri
Tiga untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungan keluarga, salah satunya
adalah olahan kelapa yang dapat dikelola sebagai pengembangan usaha.

Untuk menghemat pengeluaran keluarga dan menciptakan peluang bisnis.

Konsultasi diberikan dengan memberikan materi bagaimana mengembangkan model dan strategi
usaha pengolahan kelapa.Setelah kegiatan promosi dan pelatihan akan diberikan kegiatan berikut
untuk membantu mitra dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Hal ini
untuk membantu mitra mengatasi kurangnya pemahaman dalam penerapan limbah tempurung
kelapa dan pengelolaannya untuk menghasilkan pendapatan.

5. Pelatihan Partisipatif

Sudjana dalam bukunya "Strategi" Definisi Pembelajaran (2005: 155)Pembelajaran partisipatif


adalah upaya Pendidik termasuk siswa Dalam kegiatan belajar. Aktivitas Pembelajaran
partisipatif sangat berarti Rencana partisipasi siswa Pembelajaran, ini tercermin dalam tiga aspek
Tahapan kegiatan pembelajaran yaitu Rencana rencana (plan plan), Eksekusi program (program
Implementasi) dan evaluasi (perencanaan Assessment) kegiatan pembelajaran. Definisi Di atas
mencerminkan keberadaan Upaya peserta Pada setiap tahap pembelajaran yaitu Partisipasi
pelajar dari awal tahap Perencanaan (mengidentifikasi kebutuhan dan Tetapkan tujuan), tetapkan
prosedur Kegiatan belajar, pelaksanaan rencana Evaluasi kegiatan dan rencana
pembelajaranBelajar. Partisipasi peserta didik ini Sebagai bentuk partisipasi siswa .

Sudjana berikutnya (2000: 155-157)menjelaskan :

1.Berpartisipasi dalam tahap perencanaan,

Apakah warga negara terlibat dalam pembelajaran Dalam aktivitas pengenalan

Kebutuhan belajar, masalah dan Masalah prioritas, sumber atau Potensi dan kemungkinan yang
tersedia Ketidakmampuan belajar. Permintaan Pembelajaran diungkapkan oleh warga belajar
Apakah keinginan untuk dianggap Tentang pengetahuan, keterampilan dan

Nilai apa yang diinginkannya Kegiatan Pembelajaran.

2.Berpartisipasi dalam perumusan tujuan pembelajaran, Apakah partisipasi warga dalam belajar
Tetapkan tujuan pembelajaran. Tujuan Belajar sebagai pernyataan Hasil pembelajaran yang ingin
dicapai Peserta didik melalui kegiatan belajar. Capai tujuan pembelajaran ini Sebuah program
harus dirancang dan ditetapkan Kegiatan Pembelajaran. rencana kegiatan Merumuskan
pembelajaran meliputi Komponen materi pembelajaran Metode dan teknik pembelajaran dan
penilaian Proses dan hasil, alat dan fasilitas, dan Waktu yang digunakan.

3. Berpartisipasilah dalam fase implementasiBentuk rencana kegiatan pembelajaranPartisipasi


warga belajar yang mendalamCiptakan iklim yang menguntungkan secara internal

belajar. Iklim yang mendukungini berarti:

a. Pelajari disiplin sipilDengan keteraturan yang melekatBerpartisipasilah dalam setiap


aktivitasBelajar.

b. Mempromosikan hubungan antar orangPembelajaran kewarganegaraanDengan guru


(pendidik) seperti iniBangun hubungan yang terbuka dan dekat Bimbingan, saling menghormati,
timbal balikMembantu dan belajar dari satu sama lain.

C. Interaksi antar kegiatan belajarWarga belajar dengan mentorPenyelesaian levelJelaskan


terjadinya komunikasiSangat mirip dalam belajar kewarganegaraanDengan guru dan warga
belajar.

d. Kegiatan yang berpusat pada pembelajaranWarga negara tidak belajar dari guru,Artinya
menekankan pada peran wargaGiat belajarKegiatan belajar, bukan berbohongBerikan prioritas
kepada guruKegiatan mengajar.

6. Prinsip pemilihan metode pemberdayaan

Metode pemilihan metode pemberdayaan masyarakat bisa memilih metode pemberdayaan


masyarakat dengan mengambil metode berikut:
1) Metode pemberdayaan masyarakat dan proses komunikasi
Untuk memilih cara komunikasi yang efektif, mardikanto perkenalkan 3 metode, metode ini juga
dapat diterapkan pilih metode pemberdayaan masyarakat yang berbasis
Di:
A) metode pemberdayaan masyarakat berdasarkan media yang digunakan berdasarkan media
yang digunakan, metode pemberdayaan masyarakat tersebut terbagi menjadi 3, yaitu:
1) media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (melalui tatap muka atau melalui
telepon), dan online secara langsung (melalui radio, televisi, kaset cd, dll.).
2) media cetak, dapat berupa gambar (foto, poster) dan / atau teks (majalah, pamflet, spanduk,
dll.) Distribusi, atau instal penerima manfaat (di jalan, pasar, dll.).
3) media proyeksi, ditulis dalam gambar dan / atau melalui metode berikut: slide, tayangkan
film, kaset film, vcd / dvd, dll.
B) metode pemberdayaan masyarakat berdasarkan hubungan antara fasilitator dan fasilitator
Penerima
1) melalui percakapan tatap muka atau melalui beberapa media yang memungkinkan (telepon,
faks)
Tuan rumah bisa langsung dari penerima manfaat dalam waktu yang relatif singkat.
2) komunikasi tidak langsung, baik melalui orang lain, melalui surat atau media lain, ini tidak
mungkin koordinator dapat menerima tanggapan dari penerima manfaat dari lembaga berikut
waktunya relatif singkat.
C) metode pemberdayaan masyarakat berdasarkan kondisi psikososial penerima
1) cara yang populer, jika mode komunikasi tuan rumah tidak berhasil penerima manfaat
langsung misalnya, bahkan mungkin tempat tinggal yang tersebar berdayakan komunitas melalui
tv dan bagikan brosur.
2) pendekatan personal, artinya moderator berkomunikasi dengan setiap penerima (misalnya
kunjungan) pulanglah dan kunjungi kegiatan penerima.
3) mode grup, ketika tuan rumah dan sekelompok penerima manfaat pada saat yang sama atur
latihan dan pertemuan di lapangan.
2) pemberdayaan masyarakat sebagai metode kegiatan pendidikan masyarakat dewasa terkait
dengan berbagai metode pemberdayaan masyaraka kata freire, kegiatan pendidikan orang
dewasa ini adalah proses kognitif yang mengarah pada pembebasan. Karena dengan kata lain,
proses pemberdayaan harus dibebaskan dari usaha ketergantungan atau bentuk penindasan baru.
Itu artinya lewat pemberdayaan harus memberikan kesempatan terbesar bagi penerima manfaat
menyampaikan pengalaman dan mengembangkan keterampilan penalaran, dengan cara ini,
posisi mediator dalam proses pemberdayaan (sebagai pendidik) dan penerima manfaat (terdidik)
di posisi yang sama.

Pilih metode pemberdayaan masyarakat sebagai kegiatan pendidikan orang dewasa harus selalu
mempertimbangkan:
A) tidak akan terlalu mengganggu waktu pelaksanaan kegiatan /pekerjaan utama.
B) waktu sesingkat mungkin.
C) gunakan lebih banyak alat peraga.

Hal lain yang harus diperhatikan saat memilih metode otorisasi komunitas adalah proses otorisasi
Masyarakat harus mengacu pada lebih banyak cara untuk memecahkan masalah dibandingkan
dengan upaya yang meningkat, sekarang dan di masa depan pengalaman belajar, apakah itu
pengetahuan, sikap atau keterampilan baru.
Dalam hal ini, smith menekankan kampanye elektoral metode pemberdayaan masyarakat harus
selalu mengacu pada tujuan apa yang pada dasarnya ingin dicapai oleh rencana otorisasi
Dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
A) atur pengalaman masa lalunya "baru"
B) memberikan pengalaman baru (pengetahuan, sikap, keterampilan).
DAFTAR PUSTAKA

Beebe, James. 1995 “Basic Concepts and Techniques of Rapid Appraisal”. Human Organization,
vol. 54, No. 1, Spring.

Chambers, R. 1996. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Oxfam –


Kanisius. Yogyakarta.

Gitosaputro, S. 2006. Implementasi Participatory Rural Appraisal (Pra) Dalam Pemberdayaan


Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Lampung.

http://fkmannassri.blogspot.sg/2014/03/materi-metode-pemberdayaan masyarakat.html

http://malut.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=179:mengenal-participatory-rural-appraisal-
pra&catid=28:buku&Itemid=30

http://munabarakati.blogspot.sg/2014/02/makalah-pemberdayaan-masyarakat-pesisir.html

http://widyaastuti-agrittude.blogspot.sg/2011/10/prinsip-prinsip-metode-dan-teknik.html

http://repository.uin-suska.ac.id/19927/7/7.%20BAB%20II.pdfhttp://repository.uin-
suska.ac.id/19927/7/7.%20BAB%20II.pdf

Kartasasmita, G. 1997. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada


Masyarakat . Disampaikan pada Sarasehan DPD GOLKAR Tk. I. Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai