SINDROMA NEFRITIK
AKUT ET CAUSA GNAPS
Disusun oleh:
Muhammad Daffa Alfarid 04054822022094
Rofaqo Haqiqi 04084822023003
Pembimbing:
Dr. Hertanti Indah Lestari, Sp.A(K)
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
SINDROMA NEFROTIK
Oleh:
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Sindroma Nefritik Akut et causa GNAPS”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak di RSUP Mohammad Hoesin
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada dr. Hertanti Indah Lestari, Sp.A(K) atas bimbingan yang telah diberikan.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, serta mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTIFIKASI
a. Nama : An. KAS
b. Umur : 13 tahun 2 bulan/ 18 Agustus 2008
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. BB : 35 kg
e. TB : 150 cm
f. Bangsa : Indonesia
g. Alamat : Kota Lahat
h. Dikirim oleh : RSUD Lahat
i. MRS tanggal : 21 Oktober 2021 pukul 20.00 WIB
II. ANAMNESIS
Tanggal : 1 November 2021 pukul 15.00 WIB
Diberikan oleh : Anak dan ibu kandung (alloautoanamnesis)
2. Riwayat Makanan
Jumlah Kalori
Menu
Umur Frekuensi Per Porsi Per
Cara Penyajian URT gram
Hari
Selama 20 100 g 70 kkal
0–6 840
ASI eksklusif menit setiap 2
bulan kkal
jam
6 – 12 716
bulan Nasi Tim 2 kali sehari 1 mangkuk kecil 100 g 173 kkal kkal
Menu Wortel 2 kali sehari 1 potong sedang 15 g 4 kkal
utama Kentang 2 kali sehari 1 buah kecil 75 g 50 kkal
Ikan kuah 2 kali sehari 1 potong bag. badan 80 g 80 kkal
Bubur Promina 2 kali sehari 1 mangkuk kecil 150 g 80 kkal
Snack ASI Setiap 4 jam 100 g 70 kkal
Susu
12 – 24
bulan Nasi 2 kali sehari 1 centong plastik 60 gr 80 kkal
Menu Tahu goreng 2 kali sehari 1 potong kecil 20 gr 70 kkal
utama Tempe goreng 2 kali sehari 1 potong 50 gr 100 kkal
Wortel, kentang, 2 kali sehari 1 sendok sayur 30 gr 9 kkal
kuah (sayur sop)
Sayur Bayam 2 kali sehari 1 sendok sayur 15 g 6 kkal 1.064
Bening 1 kali sehari 4 buah besar 40 g 140 kkal kkal
Snack Biskuit 1 kali sehari 1 buah sedang 50 g 44 kkal
Pisang 1 kali sehari 5 buah 10 bh =
Anggur 120 g 40 kkal
1 kali sehari 1 buah sedang 5 bh = 60 30 kkal
Jeruk Setiap 6 jam g 70 kkal
Susu ASI 60 g
24 bulan
Menu Nasi 2 kali sehari 1 centong plastik 60 g 80 kkal
utama Tahu goreng 2 kali sehari 1 potong kecil 20 g 70 kkal
Tempe goreng 2 kali sehari 1 potong 50 g 100 kkal
Ikan kuah 2 kali sehari 1 potong badan 80 g 80 kkal
1.438
Roti 2 kali sehari 1 buah roti manis 75 g 225 kkal
kkal
Snack Pisang 2 kali sehari 1 buah sedang 50 g 44 kkal
Susu Formula 2 kali sehari 3 sendok takar susu 1 sendok
Susu Botol 240 ml = 5,4 g 120 kkal
3 sendok
= 16,2 g
3–9
tahun Nasi 2 kali sehari 2 centong plastik 120 g 160 kkal
Menu Telur dadar goreng 2 kali sehari 1 butir 60 g 128 kkal
utama Ikan mujair goreng 2 kali sehari 1 ekor kecil 25 g 40 kkal
Sayur sop (wortel, 2 kali sehari 1 sendok sayur 30 g 9 kkal
kentang) 3 kali sehari 1 bungkus 1 80 kkal
Ciki 1 kali sehari 3 buah bungkus
Snack Pisang rebus = 15 g 210 kkal 1.166
1 kali sebulan 1 kotak kecil 1 bh = 60 42 kkal kkal
Susu cair kotak 6 kali sehari 6 gelas sedang g 0 kkal
Susu / Air putih 3 bh =
Minum 180 g
125 cc
1 gelas =
195 ml
6 gelas =
1170 ml
3. Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Hepatitis B 0 √ (setelah anak lahir)
BCG √ (1 bulan)
DPT 1 √ (2 bulan) DPT 2 √ (3 bulan) DPT 3 √ (4 bulan)
Hep B 1 √ (2 bulan) Hep B 2 √ (3 bulan) Hep B 3 √ (4 bulan)
Hib 1 √ (2 bulan) Hib 2 √ (3 bulan) Hib 3 √ (4 bulan)
Polio 1 √ (1 bulan) Polio 2 √ (2 bulan) Polio 3 √ (3 bulan)
Campak √ (9 bulan) Polio 4 √ (4 bulan)
5. Riwayat Perkembangan
Berbalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Merangkak : 5 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 14 bulan
Berbicara : 12 bulan
Kesan : Perkembangan sesuai usia
6. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : HR: 90 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal,
Murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : Cembung
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (+)
- Lipat paha : Pembesaran KGB (-)
- Genitalia dan anus : Tidak diperiksa
- Ekstremitas superior : Akral hangat, palmar pucat (-), CRT <2 detik
- Ekstremitas inferior : Akral hangat, edema pretibial (+)
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik :
Tungkai Lengan
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus N N N N
Klonus - -
Refleks fisiologis N N N N
Refleks patologis - - - -
Fungsi sensorik : Normal
Fungsi nervi kraniales : Normal
Gejala rangsang meningeal : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II,III,IV (-), Kernig sign (-)
2.8 TATALAKSANA
-
- DIET
Perbaikan nutrisi: Asuhan Nutrisi Pediatrik
Status Antropometri
BB (kg) : 35 kg
TB (cm) : 150 cm
IMT (kg/m2) : 35 / (1,5 x 1,5) = 15,5
Usia Tinggi : 12 tahun
BB ideal : 47 kg
BB/U : 35/47 x 100% = 74,5% (berat badan kurang)
TB/U : 150/158 x 100% = 95% (tinggi badan baik)
BB/TB : 35/41 x 100% = 85,5% (gizi kurang)
IMT/U : 15,5/18,5 x 100% = 83,8%% (gizi kurang)
Status Gizi : gizi kurang perawakan normal
Perawakan : Astenikus
Kebutuhan Nutrisi
Kalori RDA (sesuai usia tinggi)
= 70 kkal/kgBB x 43
= 3010 kkal/hari
• Karbohidrat
220 gram (PMK No. 28 tahun 2019)
60% total kalori = 1806 kkal
• Protein
25 gram (PMK No. 28 tahun 2019)
15% total kalori = 451,5 kkal
• Lemak
50 gram (PMK No. 28 tahun 2019)
45% total kalori = 1354,4 kkal
BMR
= 19,49w + 1.303H + 414,9
= 19,49 (43) + 1303 (150) + 414,9
= 838,07 + 195,45 + 414,9
= 1448,42 kkal/hari
2.10 EDUKASI
2.11 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam/malam
2.12 FOLLOW UP
Selasa, 2 November 2021
P:
Non-Farmakologi
- Edukasi mengenai penyakit
- Asuhan Nutrisi Pediatrik
- Minum 1500 ml
Farmakologi
- Methyl predinisolon 16 mg – 16 mg – 8 mg
- Furosemid 2 x 20mg
- Albumin 25% 100 ml
- Callos 2 x 500 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Kuman streptokokus
5. Patofisiologi
Klasifikasi Glomerulonefritis5
2. Didapat
Primer/idiopatik
c. Obat
e. Lain-lain
6. Manifestasi Klinis
Anamnesis
1. Periode laten
4. Gejala nonspesifik
Pemeriksaan Fisik
Adanya gross hematuri (urin yang berwarna seperti teh), dengan atau
tanpa edema (paling mudah terlihat edema periorbital atau mata tampak
sembab), pada kasus yang agak berat dapat timbul gangguan fungsi ginjal
biasanya berupa retensi natrium dan urin. Gejala lain yang muncul tidak
spesifik. Bila disertai dengan hipertensi, dapat timbul nyeri kepala.
Demam tidak selalu ada. Pada kasus berat (GN destruktif) dapat timbul
proteinuria masif (sindrom nefrotik), edema anasarka atau asites, dan
berbagai gangguan fungsi ginjal yang berat.
a. Edema tampak pada 80-90% kasus dan 60% menjadi keluhan saat ke
dokter.
a. Hipertensi muncul dalam 60-80% kasus dan biasanya pada orang yang
lebih besar.
b. Pada 50% kasus, hipertensi bisa menjadi berat.
5. Hematuria
a) Laboratorium
Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan
tenggorok dan kulit. Biakan mungkin negatif apabila telah diberikan
antimikroba. Beberapa uji serologis terhadap antigen streptokokus dapat
dipakai untuk membuktikan adanya infeksi streptokokus, antara lain
antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B. Skrining
antistreptozim cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur antibodi
terhadap beberapa antigen streptokokus. Titer anti streptolosin O
meningkat pada 75-80% pasien dengan glomerulonefritis akut pasca
streptokokus dengan faringitis, meskipun beberapa strain streptokokus
tidak memproduksi
streptolisin O. Bila semua uji dilakukan uji serologis dilakukan, lebih daro
90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus.5
Titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus glomerulonefritis akut
pascastreptokokus atau pascaimpetigo, tetapi antihialuronidase atau
antibodi yang lain terhadap antigen streptokokus biasanya positif. Pada
awal penyakit titer antibodi streptokokus belum meningkat, hingga
sebaiknya uji titer dilakukan secara seri. Kenaikan titer 2-3 kali lipat
berarti adanya infeksi. Tetapi , meskipun terdapat bukti adanya infeksi
streptokokus, hal tersebut belum bdapat memastikan bahwa
glomerulonefritis tersebut benar-benar disebabka karena infeksi
streptokokus. Gejala klinis dan perjalanan penyakit pasien penting untuk
menentukan apakah biopsi ginjal memang diperlukan.2
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasein faringitis, dan 80%
pada pasien dengan infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid
dinucleotidase (anti-NAD), antihyaluronidase (Ahase) dan anti-DNAse B
positif setelah faringitis. Titer antibodi meningkat dalam 1 minggu
puncaknya pada satu bulan dan akan menurun setelah beberapa bulan.1
Pada pemeriksaan serologi didapatkan penurunan komponen serum CH50
dan konsentrasi serum C3. Penurunan C3 terjadi ada >90% anak dengan
GNA PS. Pada pemeriksaan kadar komplemen, C3 akan kembali normal
dalam 3 hari atau paling lama 30 hari setelah onset 8,11
Peningkatan BUN dan kreatinin. Peningkatannya biasanya transien. Bila
peningkatan ini menetap beberapa minggu atau bulan menunjukkan pasien
bukan GNA PS sebenarnya. Pasien yang mengalami bentuk kresentik
b. Anuria
Indikasi Absolut1 :
7. Diagnosis
9. Penatalaksanaan
1. Pada fase akut batasi garam dan air, jika hipertensi dapat diberikan
diuretik.
10. Prognosis
Hanya sedikit pasien dengan GNA yang memerlukan perawatan di rumah
sakit. Dan sebagian besar akan pulang dalam waktu 2-4 hari. Semakin
cepat tekanan darah berada dalam nilai normal dan diuresis telah kembali,
sebagian besar anak dapat dirawat jalan.5
Sebagian besar pasien akan sembuh, tetapi 5% di antaranya mengalami
perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat dengan pembentukan
kresen pada epitel glomerulus. Diuresis akan menjadi normal kembali
pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit, dengan menghilangnya senbab
dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali. Fungsi ginjal
membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4 minggu.
Komplemen serum menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi
kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selam berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun pada sebagian besar pasien.2
BAB IV
ANALISIS KASUS
1. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta:
IDAI; 2002.
2. Arsita, E. Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana SIndroma Nefrotik. Jurnal
Kedokteran Meditek. 2017.
3. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infection. Dalam: Avner ED,
Harmon WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology,
edisi ke-6, SpringerVerlag, Berlin Heidelberg; 2009. h.1229-310.
4. Down SM. Technical report: Urinary tract infection in febrile infants and
young children. Pediatrics; 1999. 103:e 54(p1-22, electronic article).
5. Eddy AA, Symons JM. Nephrotic Syndrome in Childhood. The Lancet;
2003;362(9384). P. 629-639.
6. Elizabeth R. Sindrom Nefrotik Kasus Baru Pada Anak Usia 2 Tahun. Jurnal
Agromedicine; 2015;2(3). P. 217-221.
7. Garin EH, Olavarria F, Araya C, Broussain M, Barrera C, Young L. Diagnostic
significance of clinical and laboratory findings to localize site of urinary
infection. Pediatr Nephrol;2007. 22:1002-6.
8. Hannson S, Jodal U: Urinary tract infection. Dalam: Barrat TM, Avner ED,
penyunting, Pediatric Nephrology, edisi ke-4. Baltimore: Lippincott Williams
& Wilkins; 1999. h.835-50
9. Indonesia, UNIDA. Tatalaksana Sindrom Nefrotik idiopatik pada Anak. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
10. Jones KV, Asscher AW. Urinary tract infection and vesico-ureteral reflux.
Dalam: Edelmann CM, Bernstein J, Meadow SR, Spitzer A, Travis LB,
penyunting. Pediatric Kidney Disease vol. II edisi ke-2. Boston: Little Brown;
1992. h.1943-91
11. Juliantika R, Lestari HI, Kadir MR. Korelasi antara hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia pada anak dengan sindorom nefrotik. Maj Kedokt Sriwij.
2017;49(2).
12. Kharisma, Y. Tinjauan Penyakit Sindroma Nefrotik. 2017
13. Kher KK, Leichter HE. Urinary tract infection. Dalam: Kher KK, Makker SP,
penyunting. Clinical Pediatric Nephrology. New York; McGraw-Hill;1992.
h.277- 321.
14. Lambert H, Coultard M. The child with urinary tract infection. Dalam: Webb
NJA, Postlethwaite RJ, penyunting, Clinical Paediatric Nephrology, edisi ke-3,
Oxford, Oxford University Press; 2003. h.197-225.
15. National Institute for Health and Clinical Excellence. (2007): Urinary tract
infection in children. http://guidance.nice.org.uk..CG054.
16. Nilawati G. Profil Sindrom Nefrotik pada Ruang Perawatan Anak RSUP Sanglah
Denpasar. Sari Pediatri. 2016;14(4).
17. Pardede SO, Taralan T, Husein A, Partini PT, Eka LH. Konsensus infeksi
saluran kemih pada anak. UKK Nefrologi IDAI: Jakarta 2011.
18. Pramana PD, Mayetti M, Kadri H. Hubungan antara Proteinuria dan Hipoalbuminemia
pada Anak dengan Sindrom Nefrotik yang Dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang
periode 2009-2012. Jurnal Kesehatan Andalas; 2013;2(2). P. 90-93.
19. Rusdidjas, Ramayati R, Tambunan T, dkk. Infeksi Saluran Kemih. Dalam:
Noer MS, Soemyarso NA. Kompendium Nefrologi Anak. Edisi pertama.
Jakarta; 2011 h. 131-138.
20. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Pardede SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2002. h. 142-63.
21. Smolkin V, Koren A, Raz R, Colodner R, Sakran W, Halevy R. Procalcitonin
as a marker of acute pyelonephritis in infants and children. Pediatr Nephrol;
2002. 17:409-12.
22. Stamm WE. Urinary tract infection. Dalam: Greenberg A, Cheny AK, Cofman
TM, Falk RJ, Jennette JC, penyunting, Primer on kidney diseases: San Diego:
National Kidney Foundation, Academic Press; 1994. h.243-6
23. Trihono PP, Alatas H, Tambunan T, Pardede SO. Konsensus Tata Laksana Sindrom
Nefrotik Idiopatik Pada Anak. Vol. 2, Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia KONSENSUS. 2012.