Anda di halaman 1dari 13

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Diterbitkan Tanggal 8 Juni 2021

Gd. 50 Kawasan Puspiptek Serpong


Tangerang Selatan
ISSN 0852-2979

PROSIDING
HASIL PENELITIAN DAN KEGIATAN
PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF
TAHUN 2020

Diterbitkan Tanggal 8 Juni 2021


PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020 ISSN 0852-2979

KATA
PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
karunia dan rahmat-NYA telah dapat diterbitkan buku Prosiding Hasil Penelitian dan
Kegiatan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) tahun 2020. Prosiding ini merupakan
kumpulan makalah Hasil Penelitian dan Kegiatan di PTLR pada tahun anggaran 2020 yang
telah dipresentasikan dalam suatu Seminar Hasil Penelitian dan Kegiatan yang
diselenggarakan tanggal 20 – 21 April 2021 di Gedung 50 dan 53 Kawasan Puspiptek
Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Makalah dalam prosiding ini merupakan hasil penelitian dan kegiatan para pejabat
Fungsional yang bekerja di PTLR. Prosiding ini mencerminkan kegiatan penelitian dan
kegiatan rutin dari bidang teknis maupun non-teknis yang ada di PTLR dan semua makalah
dalam prosiding ini telah melalui proses review oleh tim editor.
Semoga Prosiding ini bermanfaat dalam memberikan gambaran kegiatan yang
dilakukan oleh PTLR dan akan mampu menggugah dan menumbuh-kembangkan diskusi
lebih lanjut yang sangat bermanfaat sebagai bahan dan acuan untuk lebih meningkatkan
penelitian dan penerapannya dimasa yang akan datang serta mampu memberikan solusi bagi
berbagai permasalahan yang terkait dengan pengelolaan limbah radioaktif secara nasional.

Tangerang Selatan, 8 Juni 2021


Kepala Pusat Teknologi Limbah Radioaktif,

Ir. R. Sumarbagiono, MT

i
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020 ISSN 0852-2979

SUSUNAN PANITIA PENYELENGGARA PRESENTASI HASIL


PENELITIAN DAN KEGIATAN TAHUN 2020
PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

I. Pengarah : Kepala Pusat Teknologi Limbah Radioaktif


Ir. R. Sumarbagiono, MT

II. Editor
Ketua : Dr. Dadong Iskandar
Anggota : Ir. Aisyah, MT
Dr. Ratiko
Ir. Sucipta, M.Si
Budiyono, ST
Ir. Dyah Sulistyani Rahayu
Ayi Muziyawati, S.T
Sugianto, ST
Bambang Sugito, S.T
Darmawan Aji, S.T
Agoes Soejoedi, S.T

III. Penyelenggara
Ketua : Jonner Sitompul, S.T
Wakil Ketua : Yuli Purwanto, S.T
Sekretaris : Zeni Anggraini, S.Si
Mokhamad Ikhwani
Anggota : Darmawan Aji, S.T
Dejan Ramdhan Pamungkas, A.Md
Andry Setiawan, S.Si
Nazhira Shadrina, S.Si
Dzulfikri Pangestu, A.Md
Moh. Alma Samudro, A.Md
Karlitasari Rusiastuti, A.Md

ii
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

PENGUKURAN LAJU KOROSI PADA KONDISI ASAM


MATERIAL STAINLESS STEEL YANG MENGALAMI
PENGELASAN
Yuli Purwanto, Dwi Luhur Ibnu Saputra
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN
Gedung 50 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan
yuli_p@batan.go.id

ABSTRAK
PENGUKURAN LAJU KOROSI PADA KONDISI ASAM MATERIAL STAINLESS STEEL YANG
MENGALAMI PENGELASAN. Baja tahan karat menjadi pilihan banyak industri karena memiliki ketahanan
fisika yang baik dan umur pakai yang lama. Material utama penyusun Evaporator adalah stainless steel (baja tahan
karat) SS 304L dan SS 316L. Penggunaan material SS dalam sistem evaporator pasti memerlukan proses
pengelasan sehingga dapat tersusun menjadi sistem yang dapat mengolah limbah radioaktif. Bagian SS yang
disambungkan lebih rentan mengalami korosi karena proses pengelasan menyebabkan terjadinya perubahan
struktur mikro yang dapat menyebabkan perubahan kekuatan dan korosi suatu struktur. Penelitin ini dilakukan
untuk mengetahui nilai laju korosi daerah lasan material SS 304L dan SS 316L pada pH rendah untuk dibandingkan
dengan material SS 304L dan SS 316L yang tidak dilas sehingga dapat diketahui perubahannya. Metode yang
digunakan dalam pengukuran laju korosi dengan proses elektrokimia menggunakan peralatan potensiostat. Dari
hasil perhitungan nilai laju korosi SS 304L dan 316L pada daerah lasaan adalah 0,2613 mpy dan 0,118 mpy, nilai
tersebut lebih besar dibandingkan pada material SS 304L dan 316L yang tidak dilas. Meskipun mengalami kenaikan
laju korosi material SS 304L dan 316L masih dalam kategori sangat baik dari segi ketahanan korosinya
.
Kata kunci: laju korosi, stainless steel, pengelasan

ABSTRACT
MEASUREMENT OF CORROSION RATE IN ACID CONDITOON OF STAINLESS STEEL MATERIAL
WELDING. Stainless steel is the choice of many industries because it has good physical resistance and long service
life. The main constituent materials of evaporator are SS 304L and SS 316L. The use of SS materials in the
evaporator system definitely requires welding process so that it can be arranged into a system that can process
radioactive waste. The connected SS parts are more susceptible to corrosion because the welding process causes
changes in microstructures that can cause changes in the strength and corrosion of a structure. This research was
conducted to determine the corrosion rate value of SS 304L and SS 316L material weld areas at low pH to compare
with un welded SS 304L and SS 316L materials so that changes can be known. Methods used in measuring corrosion
rates with electrochemical processes using potentistat equipment. From the calculation of the corrosion rate values
of SS 304L and 316L in the weld area is 0.2613 mpy and 0.118 mpy, the value is greater than in the materialS 304L
and 316L that are not welded. Despite the increase in the corrosion rate of materials SS 304L and 316L are still in
the category of excellent in terms of corrosion resistance.

Keywords: corrosion rate, stainless steel, welding

PENDAHULUAN
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) melaksanakan wewenang dalam mengelola limbah
radioaktif di Indonesia. Limbah radioaktif yang diolah oleh PTLR paling banyak berasal dari
operasional Rektor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG GAS) dan laboratorium pendukung lainnya di
Kawasan Nuklir Serpong (KNS). Limbah radioaktif yang dihasilkan dari operasional RSG GAS dan
laboratorium pendukung berupa limbah radioaktif cair, limbah radioaktif semi cair, dan limbah
radioaktif padat. Semua jenis limbah tersebut akan dikirim ke PTLR untuk dilakukan pengelolaan
lanjutan sehingga dihasilkan paket limbah olahan yang aman untuk masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dalam pengolahan limbah radioaktif cair tingkat rendah dan sedang PTLR menggunakan dua
metode yaitu pemekatan dengan evaporator dan proses pertukaran ion dengan kolom penukar ion.
Kedua proses pengolahan tersebut dilakukan untuk dapat mereduksi jumlah limbah radioaktif cair
sehingga dapat memperkecil limbah radiaoktif yang disimpan di dalam fasilitas penyimpanan sementara
paket limbah hasil olahan.
Evaporator yang ada di PTLR sudah berumur lebih dari 3 dekade semenjak didirikan sehingga
sudah mengalami penuaan. Material utama penyusun sistem evaporator adalah baja tahan karat /
stainless steel (SS). Baja tahan karat menjadi pilihan banyak industri karena memiliki katahanan fisika

89
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

yang baik dan umur pakai yang lama. Material utama penyusun evaporator adalah SS 304L untuk shell
dan SS 316L untuk pipa, water box, dan tubular plat [1]. Penggunaan material SS dalam sistem
evaporator pasti memerlukan proses pengelasan sehingga dapat tersusun menjadi sistem yang dapat
mengolah limbah radioaktif. Proses pengelasan ini akan menyebabkan logam mengalami siklus panas
cepat yang mempengaruhi perubahan sifat, metalurgi, deformasi, dan tegangan termal yang
mengakibatkan meningkatnya laju korosi, fenomena tersebut dinamakan Weld Metal Heat Affected
Zone (HAZ). Bagian SS yang disambungkan lebih rentan mengalami korosi karena proses pengelasan
menyebabkan terjadinya rekristaslisasi yang dapat menyebabkan perubahan kekuatan dan korosi suatu
struktur [2].
Limbah radioaktif cair aktivitas rendah yang diolah dengan evaporator akan dilakukan proses
penetralan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pemekatan sehingga dapat menjaga kualitas dan
ketahanan material SS. Setelah proses pengolahan limbah selesai akan dilakukan proses pencucian
evaporator dengan menggunakan larutan asam nitrat encer dengan konsentrasi 1-3 normalitas [1].
Tujuan proses pencucian adalah untuk menghilangkan kerak yang berada di dalam evaporator.
Ketahanan material SS pada bagian lasan dalam kondisi asam perlu dipertimbangkan untuk diketahui
nilai laju korosinya sehingga dapat diperkirakan kondisi terkini sistem evaporator.
Sudah banyak karya tulis yang membahas tentang ketahanan material baja karena efek panas
atau pengelasan antara lain dari Aisyah menyampaikan bahwa baja tahan karat 304 ketahanan terhadap
korosi batas butir menurun dengan adanya perlakuan panas [3], Rinaldi menyampaikan bahwa pitting
korosi terbesar terjadi pada sempel yang diberikan pengelasan GTAW dibagian weld metal dan HAZ
metal [2], Mudjianto menyampaikan terjadi intergranular corrosion pada batas butir logam SS 304
akibat pengelasan, menyebabkan terbentuknya pengendapan chromium carbide (Cr23C6) dalam bentuk
presipitat halus pada batas butir [4], Adhi Setiawan menyebutkan bahwa proses solution treatment dapat
memperbaiki ketahanan korosi intergranular pada material SS 316L [5], Kukuh menyampaikan bahwa
plat baja karbon dan stainless steel mengalami korosi merata (uniforrm attack) dan korosi sumuran
(pitting corrosion)[6], Iman menyampaikan secara elektrokimia bahwa daerah yang mengandung garis
fusi paling mudah mengalami serangan pitting, kemudian diikuti daerah las [7]. Dalam penelitian
sebelumnya penulis menyampaikan hasil pengukuran laju korosi material SS pada daerah lasan dengan
media air demin untuk mengetahui ketahanan korosi daerah lasan material SS 304L dan 316L pada pH
netral [8]. Beberapa penelitan tersebut ada yang mengunakan metode pengukuran secara elektrokimia
dan perbandingan berat. Metode elektrokimia memerlukan media cair sebagai larutan elektrolit. Banyak
penelitian menggunakan cairan pH rendah sebagai elektrolit dalam proses elektrokimia, begitu juga
dalam penelitian kami menggunakan larutan asam pH rendah. Hal yang akan dilakukan dalam penelitian
ini menghitung laju korosi pada daerah lasan material SS 304L dan 316L dengan metode elektrokimia.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis nilai laju korosi daerah lasan material SS 304L dan SS 316L
pada pH rendah untuk dibandingkan dengan material SS 304L dan SS 316L yang tidak dilas sehingga
dapat diketahui perubahannya. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah material lasan
dengan teknik Tungsten Induce Gas (TIG) dengan bahan isian (filler) yang sama dengan material induk.
Data pengukuran laju korosi ini dapat menjadi data dukung dalam kajian penuaan material evaporator.

TEORI
Baja tahan karat austenic memiliki paduan yang cukup untuk menstabilkan austenite pada
suhu ruang. Baja ini bersifat non ferromagnetic. Baja tahan karat austenitic memiliki sifat mampu
bentuk dan keuletan pada suhu rendah yang sangat baik. Selain itu baja tahan karat austenitic juga
memiliki sifat mampu las dan ketahanan karat yang sangat baik. Baja tahan karat jenis ini sangat cocok
diterapkan pada sistem dengan suhu tinggi. Di sisi lain baja tahan karat austenitic relatif memiliki
kekuatan yield yang rendah dan hanya dapat ditingkatkan kekuatannya dengan pengerjaan dingin (cold
working), precipitation hardening, atau substitutional solid solution strengthening. Menurut standar
AISI-SAE, baja tahan karat austenitic umumnya memiliki nomor 3xx. Material AISI-SAE 3xx
merupakan paduan ferro-karbon-chromium-nickel dengan kandungan chromium sebesar 16%-26% dan
kandungan nickel sebesar 6%-22%. Baja tahan karat austenitic yang populer adalah tipe AISI-SAE 304,
di mana mengandung 18%-20% Cr dan 8%-12% Ni [9].
Baja tahan karat yang digunakan dalam penyusun evaporator adalah SS 316L dan SS 316 L
dengan komposisi penyusun sebagai berikut. SS 304 L terdiri dari Carbon (C) 0,03%, Silikon (Si)
0,75%, Sulfur (S) 0,03%, Fosfor (P) 0,045%, Mangan (Mn) 2%, Nikel (Ni) 10-14%, Krom (Cr) 16-
18%, Molibdenum (Mo) 2-3%, Besi (Fe) setimbang [10]. Sedangkan penyusun SS 304L adalah

90
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

Karbon (C) 0,03%, Silikon (Si) 0,75%, Sulfur (S) 0,03%, Fosfor (P) 0,045%, Mangan (Mn) 2%,
Nikel (Ni) 8-12%, Krom (Cr) 18-20%, Besi (Fe) setimbang [11].
Gas tungsten arc welding (GTAW) adalah jenis las listrik yang menggunakan bahan tungsten
sebagai electrode tidak terkonsumsi. Electrode ini digunakan hanya untuk menghasilkan busur nyala
listrik. Proses ini digunakan dengan perlindungan gas dan tanpa penerapan tekanan. Bahan penambah
berupa batang las (filler metal) yang dicairkan oleh busur nyala listrik untuk mengisi kampuh yang
kosong di logam induk. Untuk mencegah oksidasi digunakan gas mulia seperti Argon, Helium, Freon
dan CO2 sebagai gas pelindung. Jenis las GTAW ini dapat digunakan tanpa menggunakan bahan
penambah. Las GTAW menghasilkan sambungan las yang bermutu tinggi dengan peralatan yang relatif
lebih murah dibandingkan dengan proses pengelasan yang lain [12]. Gambar 1. Menunjukkan detail
dari torch pengelasan dan bagian-bagian dari torch GTAW.

Gambar 1. Detail torch pengelasan GTAW [12]

Korosi adalah sistem termodinamika logam dengan lingkungan yang dapat berupa air, udara,
maupun tanah yang berusaha mencapai kesetimbangannya. Sistem ini dikategorikan setimbang bila
logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang bersifat lebih stabil, yang berenergi paling
rendah [13]. Salah satu teknik yang umum digunakan dalam menentukan laju korosi adalah dengan
menggunakan sel elektrokimia (sel tiga elektroda). Metode ini dilakukan dengan memberikan potensial
pada benda uji sehingga terjadi korosi yang dimulai dari reaksi katodik sampai reaksi anodik [14].
Pengukuran laju korosi dengan metode elektrokimia dapat menggunakan peralatan potensiostat.
Potensiostat digunakan sebagai alat elektronik pengatur perbedaan potensial antara elektroda kerja dan
elektroda acuan. Metode pangukuran laju korosi dengan metode elektrokimia dengan potensiostat
menggunakan dua metode yaitu polarization resistence dan metode tafel. Potensial korosi dan rapat
arus korosi merupakan koordinat titik potong bagian anodik dan katodik dari kurva polarisasi yaitu
kurva hubungan antara potensial dan rapat arus. Arus korosi (Icorr) tidak dapat ditentukan secara
langsung tetapi harganya dapat diketahui dengan melakukan ekstrapolasi terhadap kurva log arus versus
potensial korosi Ecorr. Ecorr didefinisikan sebagai potensial pada saat dimana kecepatan total dari semua
reaksi anodik seimbang dengan kecepatan total dari semua reaksi katodik. Perpotongan kurva hasil
ekstrapolasi akan menghasilkan titik dengan koordinat (Icorr, Ecorr). Dengan demikian dapat diketahui
nilai arus korosi yang akan digunakan untuk menentukan nilai laju korosi dalam satuan mpy (mili-inchi
per year).
Tahanan polarisasi (Rp) didapatkan dari kemiringan garis linier dengan mengambil 2 (dua)
titik yang melewati Icorr=0. Secara persamaan nilai Icorr didapatkan dari hubungan antara tahanan
polarisasi dengan koefisien kurva anodik dan katodik, ditunjukkan melalui persamaan Stern-Geary pada
Persamaan (1).

𝛽𝑎. 𝛽𝑐
𝐼𝑐𝑜𝑟𝑟 = ............. 1
2.3 𝑅𝑝 (𝛽𝑎 + 𝛽𝑐)

dengan 𝐼𝑐𝑜𝑟𝑟 : kerapatan arus korosi, mA


Rp : tahanan polarisasi
𝛽𝑎𝑛𝑜𝑑𝑖𝑘 : koefisien kurva anodik (0.12 mV)
91
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

𝛽𝑘𝑎𝑡𝑜𝑑𝑖𝑘 : koefisien kurva kanodik (0.12 mV)

Dengan mendapatkan nilai Icorr maka dapat dihitung nilai laju korosi (CR) dengan persamaan [15][16]:

𝑘. 𝐼𝑐𝑜𝑟𝑟 . 𝐸𝑊
𝐶𝑅 = ............. 2
𝐷. 𝐴

dengan CR : laju korosi , mpy (milli inch per year)


K : Untuk satuan mpy maka nilai K=0,129
𝐼𝑐𝑜𝑟𝑟 : kerapatan arus korosi, mA
EW : berat ekuivalen
D : massa jenis, gram/cm3
A : luas bahan uji yang terkena korosi, cm2
Dari hasil perhitungan laju korosi menggunakan persamaan diatas akan didapatkan nilai laju
korosi. Standard rating dari ketahanan korosi pada logam bisa dilihat pada Tabel 1 [12].

Tabel 1. Rating ketahanan korosi logam

Laju korosi (mmpy) Laju korosi (mpy) Kategori


<0,02 <1 Sangat baik
0,02-0,1 1-5 Baik
0,1-0,5 5-20 Cukup
0,5-1 20-50 Kurang
1-5 50-200 Buruk

METODOLOGI
Pengukuran laju korosi material logam SS 304L dan SS 316L menggunakan standar ASTM G
102-89 Standard Practice for Calculation of Corrosion Rates and Related Information from
Electrochemical Measurement [17]. Alat yang digunakan adalah Potensiostat Reference 600 dari Gamry
Instruments, polisher Struest, Solder, multimeter. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain material
SS 304L dan SS 316L yang sudah di las dengan bahan penambah berupa batang las (filler metal) berupa
material yang sama dengan material induk, larutan asam pH 2, dan bahan pendukung lainnya seperti
resin epoksi, kabel, tisu, dan aseton.
Langkah kerja
Sampel SS 304L dan SS 316L yang sudah dilas kemudian dilakukan tahap preparasi untuk
penyiapan kabel konektor dan mounting kemudian dilanjutkan hingga tahap pengukuran laju korosinya,
tahapan pelaksanaan digambarkan dengan Gambar 2.

Penyambungan kabel konektor

Mounting sampel

Penghalusan sampel

Preparasi alat potensiostat

Pengukuran laju korosi material

Gambar 2. Skema pengujian laju korosi material SS 304L dan SS 316L [8]

92
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

Hasil dari preparasi sampel uji korosi ditunjukkan pada Gambar 3., koneksi antara bahan uji
dengan kabel penghubung sangat menentukan keberhasilan proses pengukuran laju korosi. Kepastian
koneksi antara bahan uji dan kabel penghubung dilakukan dengan mengetes hubungan arus melalui
multimeter. Jika kualitas solder yang dilakukan baik maka bahan uji dan kabel penghubung dapat
terhubung dengan baik. Setelah koneksi terhubung dengan baik maka dapat dilakukan proses mounting
dengan menggunakan poli ester. Proses mounting dilakukan dengan mennggunakn potongan pipa pvc
yang memiliki diameter ½ inchi. Setelah proses mounting selesai maka akan terbentuk padatan poli
ester dan bahan uji untuk selanjutnya dapat dilanjutkan dengan proses penghalusan bahan uji dengan
menggunakan polisher. Kekerasan amplas yang digunakan adalah 200-1000, dengan tujuan didaparkan
tingkat kehalusan bahan uji yang baik.

Gambar 3. Bahan uji material logam untuk uji laju korosi

Alat uji laju korosi dengan metode elektrokimia terdiri dari tiga elektroda yaitu Saturated
Calomel Electrode (SCE) sebagai elektroda acuan, dua buah elektroda bantu dari grafit, dan yang
terakhir elektroda kerja (Working Electrode). Bahan uji yang telah di-mounting menggunakan poli ester
menjadi elektroda kerja yang di-solder dengan kawat tembaga dan dihubungkan dengan sistem elektrik
[15]. Untuk memastikan tidak terjadinya salah pemasangan elektoda maka dalam pemasangan dapat
memanfaatkan petunjuk pemasangan yang sudah tersedia, pemasangan yang benar ditunjukkan pada
Gambar 4. Kesalahan pemasangan elektroda dapat menyebabkan hasil error atau tidak dapat
membentuk kurva Open Circuit Potensial (OCP). Dalam kegiatan ini media air yang digunakan adalah
aquadest pH 2 dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi asam kuat pada saat pencucian evaporator
dengan larutan asam nitrat 2-3 normalitas. Jumlah air yang digunakan berkisar 600-700 ml.

Gambar 4. Rangkaian alat potensiostat Gamry [18]

Tahap awal sebelum melakukan pengukuran laju korosi adalah dengan pengkondisian steady
state peralatan potensiostat, pengkondisian ini dilakukan dengan proses pengukuran Open Circuit
Potensial (OCP). OCP dilaksanakan dengan metode peletakan bahan uji ke dalam media pengukuran
selama waktu tertentu sampai didapatkan kondisi steady state [19].

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mengetahui kualitas sampel uji yang akan diukur dengan menggunakan potensiostat
maka dilakukan proses Open Circuit Potensial, dengan proses ini akan menentukan kalanjutan dari
proses perhitungan laju korosi. Hasil dari OCP berupa grafik hubungan antara waktu (s) dan arus (mV),
apabila grafik yang dihasilkan tidak stabil (steady state) maka akan dilakukan perbaikan terhadap bahan
uji maupun pemasangan elektroda yang terpasang pada alat potensiostat. Perbaikan material uji dapat
berupa penghalusan kembali dengan polisher untuk mendapatkan bahan uji yang memiliki kehalusan
yang baik. Tiap material memiliki waktu yang berbeda-beda untuk dapat mencapai proses steady state.
Hasil dari proses OCP yang baik untuk material SS dapat ditunjukkan pada Gambar 5. Material SS
93
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

membutuhkan waktu sekitar 10.000 detik untuk dapat mencapai kondisi steady state sehingga material
yang akan diuji laju korosi sudah memiliki kualitas yang bagus dari segi kehalusan dan hubungan
dengan semua elektroda.

Gambar 5. Kurva hasil OCP material SS [20]

Setelah didapatkan grafik OCP yang steady state maka proses pengukuran laju korosi dapat
dilanjutkan. Dalam pengukuran laju korosi metode elektrokimia, alat yang tersedia yaitu potensiostat
dapat menggunakan dua meteode pengukuran yaitu polarization resentence (polres) dan Tafel Fit
(tefel). Perhitungan dengan metode polres dan tafel akan menghasilkan nilai arus korosi (icorr)
kemudian oleh komputer dengan mengunakan software Echem akan dilakukan perhitungan berdasarkan
persamaan (1) dan (2) akan dihasilkan nilai laju korosi dengan satuan mpy. Hasil dari perhitungan nilai
laju korosi SS 304L dan 316L daerah lasan pada pH 2 kemudian dibandingkan dengan nilai laju korosi
SS 304L dan 316L yang tidak dilas pada pH 2. Hasil perbandingan nilai laju korosi antara daerah tidak
dilas dan daerah yang dilas ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengukuran laju korosi SS 304L dan 316L pada media aquades pH 2 antara material tidak dilas dan
material dilas dalam satuan mpy

pH 2 tidak dilas [20] pH 2 daerah las Kenaikan laju korosi


Bahan Uji
Tafel Polres Tafel Polres Tafel Polres
SS 304 L 0,0849 0,0624 0,4182 0,2613 0,3333 0,1989
SS 316 L 0,0907 0,0878 0,1373 0,118 0,0466 0,0302

Dari tabel hasil pengukuran terlihat bahwa nilai laju korosi dengan metode tafel memiliki nilai
yang lebih besar daripada metode polres, hal ini dikarenakan metode tafel menggunakan tegangan yang
lebih besar yaitu 0,25 V, sedangkan metode polres hanya mengunakan tegangan 0,02 V. Dari segi waktu
pengukuran metode tafel juga lebih lama dibandingkan polres sehingga kerusakan bahan uji lebih
terlihat di motode tafel. Laju korosi yang diperoleh material SS 304L pada daerah lasan meningkat
dibandingkan pada SS 304L yang tidak dilas yaitu dari 0,0894 mpy (tafel) dan 0,0624 mpy (polres)
menjadi 0,4182 mpy (tafel) dan 0,2613 mpy (polres) begitu juga dengan SS 316 L dari 0,0907 mpy
(tafel) dan 0,0878 mpy (polres) menjadi 0,1373 mpy (tafel) dan 0,118 mpy (polres).
Secara keseluruhan nilai laju korosi SS 316L lebih kecil dibandingkan dengan SS 304L, hal
ini dikarenakan perbedaan komposisi kedua material. SS 316L memiliki komposisi Cr yang lebih besar
yang berfungsi untuk mencegah korosi pada material stainless steel melalui terbentuknya lapisan pasif
kromium (III) oksida (Cr2O3) ketika bertemu dengan oksigen, kandungan Ni juga dapat meningkatkan
ketahanan material terhadap laju korosi retak tegang [21]. Kenaikan laju korosi SS 304 L dari material
yang tidak di las dibandingkan dengan material di las sekitar 3 kali lipat, sedangkan material SS 316L
mengalami kenaikan sebesar 0,5 kali lipat. Nilai laju korosi yang besar pada SS 304L dan 316L
didapatkan karena dua faktor, yang pertama pH larutan yang asam dan pengaruh pengelasan. Nilai pH
yang rendah dapat meningkatkan laju korosi karena adanya ion H + yang dapat meningkatkan reaksi
oksidasi. Pengelasan material SS 304L dan 316L sangat mempengaruhi peningkatan nilai laju korosi,
dimungkinkan terjadinya efek panas terhadap material SS yang dapat menyebabkan korosi batas butir.

94
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

Perlakuan panas menyebabkan penurunan komposisi unsur karbon (C) dan krom (Cr). Dengan demikian
menyebabkan daerah disekitar batas butir mengalami kekurangan krom bebas karena atom karbon
mengendap membentuk karbida krom (Cr 23C6) dalam berupa presipitat halus. Hal tersebut
menyebabkan lapisan pelindung terhadap korosi yaitu krom oksida (Cr 2O3) tidak terbentuk sehingga
bersifat sangat anodik dan jika logam bertemu dengan elektrolit akan terjadi korosi antar butir
(intergranular corrosion)[22]
Dengan nilai laju korosi dari SS 304L dan 316L 0,2613 mpy dan 0,118 mpy material SS 304L
dan 306L masih dalam kategori sangat baik menurut kategori ketahanan logam terhadap korosi pada
Tabel 1. Dengan nilai laju korosi tersebut menunjukkan katahanan dari daerah lasan material SS 304L
dan 316L dalam kegiatan pencucian kerak di dalam evaporator dengan menggunakan cairan asam kuat
sangat baik.

KESIMPULAN
Laju korosi logam SS 304L dan 316L sebagai material penyusun evaporator sebagai fasilitas
pengolahan limbah radioaktif cair di PTLR akan mengalami kenaikan laju korosi pada saat dimasukkan
larutan asam sebagai media pencucian. Kenaikan laju korosi di bagian lasan dikarenakan dua faktor
yaitu kondisi larutan yang asam dan adanya tindakan pengelasan. Kenaikan laju korosi pada daerah
lasan dimungkinkan karena efek panas yang ditimbulkan dari pengelasan menyebabkan penurunan
komposisi unsur karbon dan krom.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aisyah, MT selaku penanggung jawab dan
pembimbing kegiatan karakterisasi korosi material Struktur,Sistem, dan Komponen (SSK) di KH-
IPSB3. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kuat Heriyanto, Dwi Luhur Ibnu Saputra, dan
Risdiyana Setiawan selaku rekan dalam kegiatan pengukuran laju korosi dan mikrostruktur material.

DAFTAR PUSTAKA
[1] PTLR-BATAN, “Sistem Note Evaporasi.”
[2] R. Oktoriansyah, B. Hartono, and E. Sutoyo, “Analisa Laju Korosi Akibat Pengelasan Duplex
UNS32205 Dengan 2 Metode Pengelasan yang Berbeda Pada Media FeCl3,” AME (Aplikasi
Mek. dan Energi) J. Ilm. Tek. Mesin, vol. 3, no. 2, p. 77, 2017.
[3] Aisyah, “Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Ketahanan Korosi Baja AISI304L Sebagai Calon
Wadah Limbah Nuklir,” in Journal of Chemical Information and Modeling, vol. 53, no. 9, pp.
92–99, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[4] M. Ramadhan Cahya, Wawan, and A. Abdulah, “Analisis Terjadinya Korosi Batas Butir Akibat
Proses Pengelasan Gtaw Pada Material Austenitic Stainless Steel Aisi a304,” Teknologika, vol.
9, no. 1, 2019, [Online]. Available: https://jurnal.stt-
wastukancana.ac.id/index.php/teknologika/article/view/7.
[5] A. Setiawan, P. Pribadhi, and M. Ari, “Analisis Pengaruh Heat Treatment Terhadap Sifat
Mekanik dan Ketahanan Korosi Intergranular SA-240 TP316L,” JST (Jurnal Sains Ter., vol. 6,
no. 1, pp. 53–59, 2020, doi: 10.32487/jst.v6i1.803.
[6] K. A. Santoso, “Analisa Pengaruh Laju Korosi Plat Baja ST 40 Dan Stainless Steel 304
Terhadap Larutan Asam Sulfat,” Majamecha Univ. Islam Majapahhit, vol. 1, no. 1, pp. 24–35,
2019, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[7] I. AghaAli, M. Farzam, M. A. Golozar, and I. Danaee, “The effect of repeated repair welding
on mechanical and corrosion properties of stainless steel 316L,” Mater. Des., vol. 54, no.
February 2020, pp. 331–341, 2014, doi: 10.1016/j.matdes.2013.08.052.
[8] P. Yuli and D. L. Ibnu, “Pengukuran Pengaruh Pengelasan Terhadap Laju Korosi Material
Stainless Stell Dengan Metode Elektrokimia,” in Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan
PTLR Tahun 2019, 2020, vol., no., pp. 225–232.
[9] “Baja Tahan Karat,” 2019. http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/02/baja-tahan-
karat-stainless-steel.html.
[10] “Tipe 316 / 316L Stainless Steel,” 2020. https://ind.routestofinance.com/type-316-and-316l-
stainless-steel.

95
Prosiding Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2020

[11] Abi NetWork, “Memahami komposisi dan spesifikasi stainless steel tipe 304 dan 304l.”
https://abi-blog.com/memahami-komposisi-dan-spesifikasi-stainless-steel-tipe- 304-dan-304l.
[12] Y. Kharis et al., “Pengaruh Perlakuan Permukaan Pada Hasil Pengelasan GTAW Stainless Steel
316L,” Politeknik Perkapalan Negri Surabaya, 2019.
[13] S. R, Korosi Edisi Pertama. Bandung: Tarsito, 1977.
[14] P. R. Roberge, Handbook of Corrosion and Engineering. Mc Graw Hill, 1999.
[15] M. K. Ajiriyanto, D. Anggraini, and R. Kriswarini, “Analisis Korosi Paduan ZIRLO-Mo Dalam
Media NaCl Menggunakan Metode Polarisasi,” Urania J. Ilm. Daur Bahan Bakar Nukl., vol.
23, no. 3, 2017.
[16] A. Dian, M. Kartaman, and Y. Rosika, K., “ANALISIS KOROSI PADUAN AlMg2 DAN
AlMgSi,” Urania, vol. 20, pp. 139–146, 2014.
[17] ASTM International, “Standard Practice for Preparing , Cleaning , and Evaluating Corrosion
Test,” Significance, vol. 90, no. Reapproved 2011, pp. 1–9, 1999, doi: 10.1520/G0001-03R11.2.
[18] Y. Purwanto, “Pengukuran Laju Korosi Stainless Steel dan Baja Karbon dengan Metode Tafel
dan Polarization Resintance,” in Prosiding Hasil Kegiatan dan Penelitian PTLR 2018, 2018,
pp. 15–22.
[19] “Corrosion techniques polarization resistance.” https://www.gamry.com/application-
notes/corrosion-coatings/corrosion-techniques-polarization-resistance/ (accessed Mar. 05,
2019).
[20] P. Yuli, “Pengukuran Laju Korosi Material Evaporator Sebagai Alat Pengolah Limbah
Radioaktif,” Bul. Limbah, vol. 16, no. 2, pp. 37–46, 2019.
[21] Sumarji, “Studi Perbandingan Ketahanan Korosi Stainless Steel Tipe Ss 304 Dan Ss 201
Menggunakan Metode U-Bend Test Secara Siklik Dengan Variasi Suhu Dan Ph,” J. ROTOR,
vol. 4, no. 1, pp. 1–8, 2011.
[22] A. N. B. Udianto, K. R. P. Urwantini, and Ujitno, “Pengamatan Struktur Mikro pada Korosi
Antar Butir dari Material Baja Tahan Karat Austenitik Setelah Mengalami Proses Pemanasan,”
JFN, vol. 3, no. 2, pp. 107–130, 2009.

96

Anda mungkin juga menyukai