Lampiran: Lampiran 1. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat
Lampiran: Lampiran 1. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Aryawan, M. S., Zain, A., Arianingsih, I. dkk. 2014. Analisis Penyebaran Pohon
Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kelompok Hutan Produksi
Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba Issn: 2406-8373 Volume 2,
Nomor 1 Hal: 62-72 Juni 2014.
Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2013. Kota Medan Dalam Angka. Medan
Stalin, dkk. 2013. Analisis Kerusakan Pohn di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak.
Jurnal Unta. Universitas Tanjung Pura.
Sunu, P. 2001. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara.
Jakarta
Letak Geografis
Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki
kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kota Medan terletak antara 3o30’-3o43’
Lintang Utara dan 98o35’-98o44’ Bujur Timur. Topografi Kota Medan cenderung
miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter di atas permukaan
denganSelat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota atau
negara maju seperti Pulau Penang, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian
Iklim
Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.000-
2.500 mm per tahun. Suhu udara kota Medan menurut stasiun Sampali pada tahun
dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,81 m/detik, sedangkan rata-rata total laju
penguapan tiap bulannya 123,89 mm. Hari hujan di kota Medan pada tahun 2012
rata-rata per bulan 15,25 hari dengan curah hujan rata-rata perbulannya 133,75
Letak Administratif
151 kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Posisi Kota Medan ada di
bagian Utara Provinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan
berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi
Demografi
berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Kota Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki
sedangkan jumlah penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000
METODE PENELITIAN
Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal di Kota Medan, Provinsi Sumatera
Datapenelitian berupa data peta Kota Medan, peta batasadministrasi Kota Medan,
1. Data Primer
antara lain: jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan
koordinat pohon.
2. Data Sekunder
tambahanberupa keadaan umum lokasi penelitian, nama jalan dan panjang jalan
yangg didapatkan dari Dinas Tata Ruang Kota Medan dan data pendukung
Prosedur Penelitian
sepanjang jalan
pertumbuhannya. Pohon yang sehat dan mati tidak dihitung karena tidak
seluruh sisi dimulai dari akar sampai ke daun dan pucuk/tunas pohon.
kerusakan. Ketika ada kerusakan yang berganda terjadi di tempat yang sama
maka hanya kerusakan paling parah yang ditulis. Data kerusakan pohon yang
3. Tiap pohon yang diamati diambil titiknya menggunakan GPS. Dan akan
Analisis Data
Health Monitoring (FHM). Data yang dididapatkan melalui rumus dari penilaian
kerusakan yang dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai
nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK).
Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas
Keterangan:
NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon
Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan
Yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan
Zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan
kerusakan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Bobot indeks
Dedaunan
(09)
Pucuk dan tunas
(08)
Cabang
(07)
Batang tajuk
(06)
Batang bagian
bawah (03)
Bagian
bawah &
Akar & batang bagian atas
bagian bawah (02) batang
Akar & batang bagian
bawah (02)
(04)
Gambar 2. Kode lokasi untuk indikator kerusakan (USDA Forest Service, 2001)
yang ada di Kota Medan. Jalur Hijau sendiri dapat diartikan sebagai sejumlah
pohon yang ditanam pada pinggir jalan yang berguna sebagai peneduh, penyerap
polusi, pengarah dan pembentuk pandangan pada jalan. Pada penelitian ini
terdapat beberapa jenis-jenis pohon yang ada di jalur hijau seperti Pterocarpus
Tabel 6. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau Medan Bagian Barat
No Jenis Nama Latin Jumlah Persentase
1 Angsana Pterocarpus indiscus 1232 53,29%
2 Mahoni Swietenia mahagoni 439 18,99%
3 Mahoni daun lebar Swietenia macrophylla 478 20,67%
4 Mangga Mangivera indica 9 0,39%
5 Tanjung Mimusops elengi 9 0,39%
6 Glodokan Polyalthia longifolia 60 2,60%
7 Sengon Paraserianthes falcataria 1 0,04%
8 Melur Podocarpus elongatus 1 0,04%
9 Petai cina Leucaena leucocephala 8 0,35%
10 Saga Adenathera pavonina 14 0,61%
11 Asam jawa Tamarindus indica 55 2,38%
12 Beringin Ficus benjamina 3 0,13%
13 Waru Hibiscus tiliaceus 3 0,13%
Total 2312 100,00%
Dari 11 jalur hijau yang diteliti pada 5 kecamatan yang ada di Kota
Medan, 46 pohon digolongkan pada kriteria sangat sehat, 975 pohon sehat, 1114
pohon yang mengalami kerusakan ringan, 168 pohon yang mengalami kerusakan
Berat
0% Mati
1%
Sedang Sangat sehat
7% 2%
Sehat
42%
Ringan
48%
dibawah ini:
Jalur hijau pada Medan Bagian Barat didominasi oleh jenis angsana
pada kelas ringan dengan 655 kerusakan. Mahoni (Swietenia mahagoni) dan
Pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan
Mangold (1997). Dari 10 tipe kerusakan itu, tipe kerusakan yang paling banyak
dijumpai adalah tipe kerusakan vandalisme yaitu sebesar 34%, sedangkan yang
paling sedikit dijumpai adalah cabng patah, eksudasi, daun berubah warna dan
malformasi yaitu sebesar 1%. Persentase tipe kerusakan pohon dapat dilihat pada
Gambar 4.
Cabang Patah Kanker
1% 18% Daun Berubah
Warna
Vandalisme 1%
34%
lapuk lanjut
12%
Eksudasi
1%
Luka Terbuka
4% Brum Pada
Kerusakan daun
cabang Malformasi 16%
12% 1%
Gambar 4. Persentase Tipe Kerusakan
Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe
(2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan yang paling
banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada penelitian ini
dilakukakan pada hutan kota dan banyak kegiatan advertising atau periklanan
Sebanyak 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5
kecamatan yang ada di Kota Medan bagian pohon yang paling banyak mengalami
kerusakan adalah pada batang bagian bawah yaitu sebesar 48%, sedangkan yang
paling sedikit mengalami kerusakan adalah pada bagian akar dan tunggak yaitu
sebesar 0%.
Batang tajuk
6%
Batang bagian
bawah
Bagian atas 40%
Bagian bawah &
batang
bagian atas
3%
batang
15%
batang bagian bawah. Ini dikarenakan mudah dijangkau manusia berbeda dengan
penelitian Miardini (2006) dan penelitian Stalin (2013). Penelitian Miardini (2006)
yang menemukan bagian pohon yang paling banyak dijumpai adalah bagian akar
dan tunggak. Itu disebabkan karena pada penelitian Miardini banyak pohon yang
berumur ratusan tahun dan mudah tumbang ketika angin datang. Sedangkan
penelitian Stalin (2013) lokasi kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah
di 5 kecamatan yang ada di Medan Bagian Barat, terdapat 4369 kerusakan dengan
10 tipe keruskan. Tipe kerusakan yang paling besar dijumpai adalah tipe
kerusakan vandalisme pada lokasi 3 (batang bagian bawah) yaitu sebanyak 1079
pohon, demikian secara keseluruhan tipe kerusakan terbanyak terjadi pada lokasi
3 (batang bagian bawah) sebanyak 1775 kerusakan. Tipe kerusakan yang paling
sedikit dijumpai adalah tipe kerusakan malformasi pada lokasi 2 (akar terbuka dan
Sebanyak 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5
kecamatan yang ada di Kota Medan, tipe kerusakan kanker yang dijumpai
sebanyak 18%. Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering
kanker ini paling banyak dijumpai pada lokasi batang bagian bawah yaitu
sebanyak 457 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi akar terbuka dan
tunggak yaitu sebanyak 7 pohon. Peta sebarang penyakit kanker ini dapat dilihat
pada Gambar 6.
Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut
Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut dijumpai
sebanyak 12% dari total pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5
meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan
Kulit tanaman yang telah terserang akan menjadi busuk sehingga pohon mudah
rubuh oleh angin. Tipe kerusakan lapuk lanjut paling banyak di jumpai pada
lokasi akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 177 pohon dan paling sedikit
dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak yaitu sebanyak 2 pohon.
Gambar 8. Peta sebaran tipe kerusakan lapuk lanjut Medan Bagian Barat
(a) (b)
Gambar 9. Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut pada
(a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia macrophylla.
Tipe kerusakan luka terbuka dijumpai sebanyak 4% dari 2312 pohon yang
diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
Pohon-pohon ini berada di jalur kota, sehingga banyak manusia yang lewat dan
sengaja maupun tidak sengaja melukai pohon yang ada di pinggiran jalan kota
Medan ini. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka
yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar,
kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.Tipe kerusakan luka
terbuka paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah batang sebanyak 96
pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak
dan bagian tajuk yaitu sebanyak 3 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut
Gambar 10. Peta sebaran tipe kerusakan luka terbuka Medan Bagian Barat
(a) (b)
Gambar 11. Tipe kerusakan luka terbuka pada (a) Swietenia mahagoni
dan (b) Swietenia macropylla
Gambar 12. Peta sebaran tipe kerusakan malformasi Medan Bagian Barat
diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan..
normal simetris menjadi tidak simetris. Tipe kerusakan ini paling banyak dijumpai
pada lokasi bagian atas batang sebanyak 22 pohon dan paling sedikit dijumpai
pada akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 1 pohon. Peta sebaran
(a) (b)
Gambar 13. Tipe kerusakan malformasi pada pohon (a) angsana dan (b) mahoni
Gambar 14. Peta sebaran tipe kerusakan eksudasi Medan Bagian Barat
diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
Eksudasi yang dijumpai disebabkan karena luka akibat benda tajam yang
eksudasi ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas
batang sebanyak 8 pohon dan paling sedikit dijumpai pada bagian atas batang
sebanyak 2 pohon. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat dilihat pada Gambar
14.
Gambar 16. Peta sebaran tipe kerusakan cabang patah Medan Bagian Barat
Tipe kerusakan cabang patah atau mati dijumpai sebanyak 1% dari total
pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di
Kota Medan. Cabang patah ini terjadi kibat lapuk dan gejala yang terlihat adalah
daun yang berguguran. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 62 pohon pada
lokasi bagian cabang. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 16.
(a) (b)
Gambar 17. Tipe kerusakan cabang patah pada (a) pohon angsana, (b)pohon saga
Gambar 18. Peta sebaran kerusakan brum cabang Medan Bagian Barat
Tipe kerusakan brum dijumpai sebanyak 12% dari total pohon yang diteliti
pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Brum
berlebihan ini terjadi akibat dari pemangkasan pemeliharaan. Cabang yang telah di
kerusakan brum paling banyak dan hanya dijumpai pada lokasi bagian cabang
sebanyak 508 pohon. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 18.
(a) (b)
Gambar 19. Tipe kerusakan brum cabang pada (a) pohon angsana, (b) pohon mahoni
Gambar 20. Peta sebaran tipe kerusakan daun Medan Bagain Barat
Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 16% dari total pohon yang diteliti
pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Gejala
yang terlihat adalah adanya bercak daun dan gejala gosong. Kerusakan daun ini
juga disebabkan oleh polutan udara yang dihasil dari kendaraan bermotor. Hampir
sebanyak 669 pohon pada lokasi bagian daun. Peta sebaran kerusakan daun dapat
(a) (b)
Gambar 21. Tipe kerusakan daun pada pohon (a) angsana dan (b) mahoni
Gambar 22. Peta sebaran tipe daun berubah warna Medan Bagian Barat
Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai sebanyak 1% dari total
pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di
Kota Medan. Gejala yang terlihat adalah gejala klorosis, yaitu dimana daun tidak
lagi berwarna hijau atau berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ini
dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil (zat hijau daun) atau akibat
terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu, hitam, kelabu, keputih-
ini dijumpai sebanyak 50 pohon pada lokasi daun. Peta sebaran kerusakan daun
Gambar 23. Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon angsana
dari 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan
yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini juga disebabkan oleh manusia yang
jalan kota Medan. Manusia menempelkan spanduk dan poster pada pohon ini
banyak dijumpai pada lokasi banyak bagian bawah batang yaitu sebanyak 1079
pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi batang tajuk bagian cabang
sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan vandalisme dapat dilihat pada Gambar
24.
Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe
(2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan yang paling
banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada penelitian ini
dilakukakan pada hutan kota dan banyak kegiatan advertising atau periklanan
Tindakan Pemeliharaan
atau fungi, sedangkan bakterisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
2. Tindakan Penyiraman
Jalur hijau terdapat pada sisi kanan dan kiri serta pertengahan jalan arteri
membuat ruang tumbuh sempit dan perolehan unsur hara dari tanah juga terbatas.
Penyiraman dilakukan bila hujan tidak turun selama beberapa hari dan harus lebih
3. Tindakan Pemangkasan
cabang yang terserang brum dan melakukan perawatan luka pada batang
yangdilakukan dengan cara menyayat daerah tepi luka dengan bentuk elif dan
diberifungisida atau ditutup dengan lilin danmalam atau paraffin cair. Hal
4. Pemupukan
kurangnya nutrisi tanaman. gejala defisiensi unsur hara nitrogen dicirikan dengan
helaian dan tulang daun yang berwarna kuning disertai dengan nekrosis dari basal
Rivai, 2015).
5. Tindakan Pembersihan
organik dan anorganik. Karena sampah sampah yang ada di sekitar jalan arteri
pencabutan benda-benda asing seperti paku dan kawat untuk mengurangi kerugian
Kesimpulan
1. Jenis pohon yang berada di 11 jalur hijau pada 5 kecamatan Medan Bagian
kedua adalah Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), dan yang paling
elongatus.
2. Kelas kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Barat terdapat, 46 pohon
sangat sehat, 975 pohon sehat, 1114 pohon yang mengalami kerusakan
ringan, 168 pohon sedang, dan 9 pohon yang telah mati. Tipe kerusakan
pada jalur hijau Medan Bagian Barat dijumpai sebanyak 10 tipe. Tipe
kemudian adalah kanker dengan 18% dan paling sedikit adalah malformasi,
yang terparah adalah bagian bawah batang dengan 1775 kerusakan dan
paling sedikit terjadi pada akar terbuka dan tunggak dengan 12 kerusakan
saja.
3. Persebaran pohon terbanyak terdapat pada jalan Gatot Subroto dengan 292
Saran
mengurangi vandalis (pemakuan pohon). Penelitian ini dapat menjadi acuan utuk
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan
perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
Hutan Kota oleh pejabat yang berwewenang dengan tujuan untuk kelestarian,
sebagai Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, antara lain disebutkan
bahwa luas minimal hutan kota adalah 0,25 ha dalam satu kesatuan hamparan
1. Jalur Hijau
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman
pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang
penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada
bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi
bermotor.
2. Taman Kota
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis
keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang
4. Kebun Raya,
Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain,
5. Hutan Lindung
Mintakat kota ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus
daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan
lindung.
manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak
ditanam sehingga terbangun hutan kota berlapis-lapis dan berstrata baik secara
vertikal maupun horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu
terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit,
ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak
(Zoer’aini, 2007)
udara dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti ketersediaan air dan unsur
hara, perubahan suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya. Selain itu ada
2. Penyakit yang disebabkan oleh jasad mikro seperti jamur, bakteri dan
virus
area pertanian
nilai yang spesifik pula. Kanker pada bagian batang memberikan risiko kerusakan
pokok dan pada bagian tajuk. Batang pokok merupakan lokasi yang mempunyai
nilai kerusakan lebih tinggi dibanding bagian tanaman yang lain, makin dekat
faktor lain yang menentukan nilai penting suatu kerusakan dan batas minimalnya
ditentukan berdasarkan atas proporsi bagian tanaman yang rusak. Kanker batang
yang lebar luka terbesarnya lebih dari 20% lingkar batang tempat kanker terjadi
Tanamanakantumbuhdenganbaikbilatanaman yang
benarakanmenyiapkantempat yang
menjamindenganbaikpertumbuhanakardantajuk. Pemeliharaan
terhindardarigangguanhamapenyakitdanvandalisme. Sebaliknyajikafaktor-faktor
yang menentukanpertumbuhantersebuttidaktepat,
proses metabolisme, penyerapan dan trasnlokasi zat hara, serta penyerapan air.
1. Kanker
jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall
yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.
2. Busuk Hati
Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut Tubuh buah pada batang
utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk
kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang
besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. Kayu
(rongga) di dalam batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk.
Busuk ada dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk
basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang, kuncup dan buah
(Pracaya, 2003).
3. Luka Terbuka
mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.
galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu
jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada
daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih
hidup).
6. Malformasi
8. Mati ujung
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau
atau tunas.
terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau.
Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka
seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis
yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan
GIS dengan sistem informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna untuk
memprediksi apa yang terjadi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia
pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Develompment (Aini, 2007).
dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut
suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri
atas data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan
data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para
berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial,
dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih
padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional
waktu, biaya dan dapat memudahkan dalam pengambilan dan pengolahan data
Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah
integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang
memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data
aplikasi SIG untuk memperoleh tematik data spasial (peta) baru beserta data
atributnya. Terdapat empat jenis metode overlay yang paling penting, yaitu;
intersect, union, clip dan merge. Metode intersect adalah metode yang paling luas
mengkombinasikan secara silang data spasial dan non spasial dalam satu tema
informasi baru. Metode union digunakan ketika dua atau lebih data digabungkan
tanpa memperhatikan aspek data basenya. Metode clip adalah tumpang tindih dua
data spasial yang akan menghasilkan potongan sesuai poligon yang dikehendaki
(area of interest). Metode merge adalah penggabungan dua atau lebih data secara
spasial dan non spasial dengan syarat adanya dasar (field) kunci yang sama dalam
PENDAHULUAN
Latar Belakang
(Pranoto, 2009).
tumbuhan ditanam sebagai paru-paru kota maka kualitas udara akan semakin
perkotaan. Tanaman dapat menciptakan iklim makro yaitu adanya penurunan suhu
sekitar, kelembaban yang cukup dan kadar O2 yang bertambah. Hal ini karena ada
proses asimilasi dan evapotranspirasi dari tanaman disamping itu, tanaman juga
nyaman, sehat dan estetis berbentuk hutan kota yang memenuhi kaidah lensekap
Penghijauan merupakan salah satu upaya yang saat ini perlu dilakukan
hijau,yaitu penanaman pohon di ruas jalan baik itu di sebelah kiri jalan, sebelah
jalan.Kondisi pepohonan harus dalam keadaan baik dan sehat agar memberi
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pohon pada jalur hijau Kota Medan Bagian
Barat.
2. Untuk mengetahuijenis kerusakan pohon pada jalur hijau Kota Medan Bagian
Barat.
3. Untuk memetakan sebaran kesehatan pohon pada jalur hijau Kota Medan
Manfaat Penelitian
pemerintah untuk pengembangan jalur hijau dan agar dapat diketahui pohon
yang mana yang tidak layak tumbuh lagi di jalur hijau, agar tidak
2. Sebagai bahan acuan bagi pihak akademis dalam bahan kajian selanjutnya
Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),
Forest Health Monitoring (FHM).
Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest
Health Monitoring (FHM).
ii
SKRIPSI
DisetujuiOleh
KomisiPembimbing
Mengetahui
Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),
Forest Health Monitoring (FHM).
Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest
Health Monitoring (FHM).
ii
Penulis dilahirkan di Porsea pada tanggal 22 April 1994 dari ayah Jakup
Sembiring dan ibu Rusmani br. Manurung. Penulis merupakan putra ketiga dari
empat bersaudara.
Indorayon pada tahun 2000, dan pendidikan tingkat Sekolah Dasar Swasta
Menengah Atas dari SMA Negeri 1 Balige 2012 dan pada tahun yang sama masuk
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada semester VII
Pecinta Alam (RIMBAPALA) USU dan menjabat sebagai Wakil Ketua Badan
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPT. KPHL Model Unit
iii
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan
Skripsi ini berjudu l “Analisis Kesehatan Pohon Di Jalur Hijau Kota Medan
Bagian Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pohon dan
Medan
kepada:
1. Orang tua tercinta (Jakup Sembiring dan Rusmani br. Manurung) yang telah
dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi
ini.
2. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ridwanti Batubara S.Hut., M.P selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan dan
3. Kakanda Sri Nasriati Sembiring, abangda Denni Putra Roli Sembiring dan
adinda Daniel Pranata Sembiring atas dukungan dan doanya kepada penulis.
4. Teman-teman satu tim penelitian (Ely Hanna Sembiring, Poltak Panjaitan dan
6. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah
iv
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai
Penulis
Halaman
ABSTRAK .....................................................................................................i
ABSTRACT................................................................................................. ii
PENDAHULUAN .........................................................................................1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
vi
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 43
LAMPIRAN............................................................................................... 45
vii
Halaman
1. Lokasi Penelitian Medan Bagian Barat ................................................ 17
8. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Lapuk Lanjut Medan Bagian Barat ........ 29
10. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Luka Terbuka Medan Bagian Barat........ 30
11. Tipe Kerusakan Luka Terbuka pada (a) Swietenia mahagonidan (b)
Swietenia macropylla ..................................................................... 30
12. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Malformasi Medan Bagian Barat ........... 31
13. Tipe Kerusakan Malformasi pada Pohon (a) Angsana dan (b)
Mahoni .......................................................................................... 31
14. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Eksudasi Medan Bagian Barat ............... 32
16. Peta Sebaran Tipe Kerusakan Cabang Patah Medan Bagian Barat ........ 33
17. Tipe Kerusakan Cabang Patah pada Pohon (a) Angsana, (b) Saga ........ 33
19. Tipe Kerusakan Brum Cabang pada Pohon (a) Angsana, (b) Mahoni.... 34
viii
22. Peta Sebaran Tipe Daun Berubah Warna Medan Bagian Barat ............. 36
23. Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna pada Pohon Angsana ................ 37
ix
Halaman
1. Nama Jalan Arteri di 5 Kecamatan Medan Bagian Barat............................ 17
6.Jenis Tanaman yang Diperoleh pada Jalur Hijau Medan Bagian Barat ........ 23
Halaman
1. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat................................................ 45
xi