Anda di halaman 1dari 2

Sejak 2 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul bintil-bintil kemerahan, beberapa

buah seukuran biji kacang hijau pada tangan dan kaki. Bintil kemudian berkembang
menjadi lepuh berisi air, sebagian berisi nanah. Bintil terasa gatal sehingga pasien
menggaruknya. Bintil yang pecah menjadi lecet dan timbul keropeng hitam diatasnya
yang terasa nyeri. Pasien berobat ke bidan dan diberi obat salep, pasien lupa nama obat,
namun tidak ada perbaikan. Berdasarkan hasil anamnesis, keluhan yang dialami oleh
pasien berupa penyakit kulit Pioderma akibat infeksi bakteri staphylococcus,
streptococcus, atau keduanya. Gambaran klinis dari penyakit pioderma sangat
bervariasi. Umumnya lebih banyak menginfeksi pada anak-anak dan penyakit ini sangat
mudah menular.
1 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul bengkak pada mata hingga seluruh
wajah, perut dan kaki. Bengkak terlihat jelas terutama pada saat bangun tidur pagi hari
dan berkurang saat siang hari. Nyeri kepala tidak ada, demam tidak ada, batuk tidak
ada, nyeri perut tidak ada, mual ada, muntah tidak ada, jantung berdebar-debar tidak
ada. BAK berwarna kuning kemerahan seperti teh dan BAB dalam batas normal. Tidak
ada nyeri saat BAK. Pada kasus ini ditemukan edema, hematuria makroskopik, dan
proteinuria sehingga dapat dicurigai anak mengalami GNAPS. Pada GNAPS yang khas
harus ada periode laten yaitu periode antara infeksi streptococcus dan timbulnya gejala
klinik. Periode laten GNAPS yang didahului oleh pioderma berkisar 1-3 minggu. Hal
ini sejalan dengan teori, pasien mengalami pyoderma 2 bulan yang lalu kemudia 1
bulan setelahnya pasien mengalami gejala klinik berupa edema, hematuria, dan
proteinuria. Edema paling sering timbul di daerah periorbital disusul tungkai. Distribusi
edema bergantung pada 2 hal yaitu gaya gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Oleh
sebab itu, edema palpebral pada pagi hari lebih menonjol dikarenakan adanya jaringan
ikat longgar di daerah tersebut. Menghilang atau berkurang pada siang/sore hari akibat
gaya gravitasi. Edema pada GNAPS bersifat pitting edema, sebagai akibat cairan
jaringan yang tertekan masuk ke jaringan interstisial yang dalam waktu singkat akan
kembali. Pada sindroma nefrotik, edema yang dialami berupa edema anasarkha
(generalisata) sehingga pada kasus diagnosis sindroma nefrotik dapat disingkirkan.
Hematuria pada GNAPS bersifat lebih massif dibandingkan sindroma nefrotik karena
sel yang diserang adalah sel mesangial, yaitu sel yang berfungsi untuk menyokong
kapiler pembuluh darah. Pasien tidak mengeluhkan BAK menjadi lebih sedikit dari
biasanya menunjukkan tidak adanya gejala oliguria sehingga prognosis lebih baik.
Tidak ada nyeri BAK menyingkirkan diagnosis banding infeksi saluran kemih.
1 minggu SMRS pasien mengeluh timbul sesak terutama saat beraktivitas, sesak
tidak dipengaruhi cuaca dan emosi, sesak tidak memberat ataupun membaik dengan
perubahan posisi tubuh. Ibu pasien mengatakan pasien terlihat lemah dan pucat.
Bengkak masih ada. Keropeng dan bintil pada kulit masih ada. Pasien kemudian
berobat ke puskesmas di Lahat dan dirujuk ke RSUD Lahat. Pihak RSUD Lahat
merujuk pasien ke RSMH untuk pengobatan penyakit kulit dan bengkak pada pasien.
Pada pasien gejala sesak napas menunjukkan adanya edema paru yang diakibatkan
bendungan sirkulasi. Bendungan sirkulasi terjadi akibat adanya retensi Na dan air
sehingga terjadi hipervolemia. Sesak napas tidak dipengaruhi cuaca dan emosi dapat
menyingkirkan diagnosis banding asma. Sedangkan sesak napas tidak memberat
ataupun membaik dengan perubahan posisi tubuh dapat menyingkirkan sesak akibat
efusi pleura akibat akumulasi cairan pada paru-paru. Pada pemeriksaan fisik
generalisata didapatkan tekanan darah pasien 130/80 mmHg. Hal ini digolongkan
hipertensi stage 2, pada penderita GNAPS, hipertensi dikaitkan dengan retensi cairan.

Anda mungkin juga menyukai