2020/2021
Jl. Sriwijaya IX NO. 45A, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah,
Kota Cimahi, Jawa Barat
I. Judul Praktikum
Pengaruh Kuantitas Penyiraman terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau.
Biji adalah bagian yang tersusun oleh struktur kompleks terdiri dari embrio, kulit
biji dan persediaan cadangan makanan. Cadangan makanan biasanya disimpan di
bagian biji yaitu lembaga biji atau dalam jaringan di sekelilingnya. Bagian-bagian
dari biji yaitu :
1. Kotiledon yaitu daun lembaga atau embrio (daun pertama tumbuhan),
2. Endosperma yaitu sebagai cadangan makanan,
3. Plumula yaitu calon batang,
4. Radikula atau calon akar,
5. Koleoptil atau pelindung pucuk,
6. Epikotil yaitu ruas batang di atas kotiledon, dan
7. Hipokotil yaitu ruas batang di bawah kotiledon.
Pada tanaman terutama yang tumbuh dari benih, biji, spora, maupun organ reproduksi
lainnya akan mengalami peristiwa yang dinamakan perkecambahan. Perkecambahan
adalah awal dari pertumbuhan benih. Sebutir biji yang merupakan bibit tumbuhan berada
dalam keadaan dorminasi atau tidur. Untuk membangunkan biji, biji harus direhidrasi atau
diberikan air. Ketika dimulainya penyerapan air (imbibisi), laju respirasi akan meningkat
dan proses metabolisme yang terhenti selama dorminasi akan dilanjutkan. Dalam proses
perkecambahan bagian yang pertama muncul adalah bakal daun atau kotiledon. Kotiledon
melekat pada embrio dengan hipokotil. Setelah biji bangun dari masa dorminasi, maka ia
akan mulai berkecambah. Perkecambahan tidak hanya membutuhkan air namun juga
oksigen, dan juga suhu yang sesuai. Inilah mengapa biji tidak bisa berkecambah dalam air.
Tingkat perkecambahan maksismum berada pada suhu 25ºC hingga 30ºC sehingga biji
seringkali tidak berkecambah pada suhu ekstrem. Mereka akan mulai tumbuh dengan
memanfaatkan cadangan nutrisi dalam endosperma atau kotiledon bijinya. Biji yang
bangun akan mengaktifkan hormon giberelin yang akan metabolisme berupa pemecahan
pati menjadi gula. Metabolisme yang aktif membuat munculnya tunas pada permukaan biji,
sehingga biji bisa tumbuh sebagai tumbuhan baru. Berdasarkan pergerakan kotiledonnya
perkecambahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu perkecambahan hipogeal dan
perkecambahan epigeal. Kotiledon adalah daun pertama yang dihasilkan tumbuhan.
Kotiledon merupakan daun biji atau embrio tanaman yang menyimpan cadangan nutrisi.
1. Perkecambahan hypogeal
Kata hipogeal berasal dari Hipo dalam bahasa Yunani berarti bawah, maka
perkecambahan hipogeal adalah pertumbuhan biji di mana kotiledonnya tetap berada
di bawah tanah. Perkecambahan hipogeal terjadi saat epikotil (sumbu embrio atau bakal
batang di atas kotiledon) memanjang dan mendorong plumula (bakal daun) ke atas
keluar dari tanah. Pemanjangan epikotil tersebut membuat tunas plamula naik ke atas
tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di bawah tanah. Perkecambahan hipogeal
biasanya terjadi pada tumbuhan monokotif seperti padi, jagung, gandung, kacang
polong, dan juga kelapa.
2. Perkecambahan epigeal
Epigeal berasal dari kata Epi dalam bahasa Yunani berarti atas, maka perkecambahan
epigeal adalah pertumbuhan biji di mana kotiledonnya naik ke atas atau ke permukaan
tanah. Perkecambahan epigeal terjadi saat hipokotil (sumbu embrio atau bakal batang
di bawah kotiledon) memanjang ke atas. Pemanjangan hipokotil mendorong kotiledon
yang ada di atasnya, sehingga kotiledon keluar dan berada di permukaan tanah.
Perkecambahan epigeal terjadi pada beberapa tumbuhan antara lain pepaya, labu,
kapas, bawang, bunga matahari, kacang, labu, dan jarak.
Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pertumbuhan primer
dan pertumbuhan sekunder.
1. Pertumbuhan primer
Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang terjadi akibat aktivitas jaringan
meristem primer. Titik tumbuh terbnetuk sejak tumbuhan masih berupa embrio.
Jaringan meristem terletak di ujung batang dan ujung akar. Dampak pertumbuhan
primer akar dan batang tumbuhan tambah panjang. Pertumbuhan primer
memungkinkan akar menembus tanah dan ujung batang mencapai matahari. Pada
akhirnya bakal akar dan bakal batang akan membentuk sistem akar dan sistem tajuk.
Daerah pertumbuhan pada akar dan batang berdasarkan aktivitasnya terbagi menjadi
tiga daerah, yaitu:
a. Daerah pembelahan, yaitu sel-sel di daerah ini aktif membelah (meristematik).
b. Daerah pemanjangan, yaitu sel-sel yang berada di belakang daerah pembelahan
dan mengalami pemanjangan ukuran.
c. Daerah diferensiasi, yaitu bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan.
Sel-sel mengalami diferensiasi membentuk akar yang sebenarnya serta daun muda dan
tunas lateral yang akan menjadi cabang.
2. Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder terjadi oleh aktivitas jaringan meristem sekunder. Misalnya,
jaringan meristem sekunder adalah jaringan kambium pada batang tumbuhan dikotil
dan Gymnospermae. Sel-sel jaringan kambium senantiasa membelah. Pembelahan ke
arah dalam membentuk xilem atau kayu sedangkan pembelahan ke luar membentuk
floem atau kulit kayu. Dampaknya aktivitas jaringan meristem pada kambium, diameter
batang dan akar bertambah besar. Pada tumbuhan monokotil tidak mempunyai
kambium, jadi tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder terjadi
pada tumbuhan dikotil dan merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder.
Pertumbuhan sekunder pada batang dan akar tumbuhan dikotil tidak berlangsung
merata sepanjang tahun karena dipengaruhi musim. Pada musim kemarau lapisan yang
terbentuk lebih tipis dibandingkan saat musim hujan.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini
memiliki peran masing-masing dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
1. Faktor internal
a. Gen
Gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi
selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup dimana pada tanaman
mempengaruhi bentuk tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan
kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang memiliki gen tumbuh yang baik
akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan periodenya.
b. Hormon
Hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi di
dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata
dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada beragam jenisnya.
i. Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan
diferensiasi sel.
ii. Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan
perkecambahan embrio.
iii. Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun.
iv. Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau sitokenesis, seperti
merangsang pembentukan akar dan cabang tanaman.
v. Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun.
vi. Kaolin, berperan untuk proses organogenesis tanaman.
vii. Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila mengalami kerusakan
jaringan.
2. Faktor eksternal
a. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme
tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara
yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon dioksida diubah
menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan langsung dalam proses fotosintesis,
namun sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
b. Cahaya Matahari
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun
keberadaan cahaya ternyata dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan karena
cahaya dapat merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung batang.
c. Air dan Kelembaban
Air dan kelembaban merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk
hidup tidak dapat bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-
reaksi kimia di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan air yang
dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan. Kondisi ini sangat
mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembaban juga penting untuk
mempertahankan stabilitas bentuk sel.
d. Suhu
Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Contohnya pada padi yang ditanam pada awal musim kemarau dimana suhu rata-
rata tinggi akan lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim
penghujan dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini disebabkan karena semua
proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis,
penguapan, dan pernapasan pada tanaman dipengaruhi oleh suhu.
e. Tanah
Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman
akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya
sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh
faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan mineral, air, dan derajat
keasaman atau pH.
Bahan
1. Kacang hijau,
2. Air,
3. Tanah.
V. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan untuk menanam kacang hijau yaitu dengan cara memberi lubang
pada bagian bawah gelas plastik dan merendam kecang hijau semalaman,
2. Masukkan tanah ke dalam 6 buah gelas plastik sampai setinggi 3-4 cm,
3. Masukkan kacang hijau pada gelas palastik dengan jumlah yang sama,
4. Timbun kacang hijau dengan tanah kembali,
5. Taruh tanaman kacang hijau di tempat bersinar cahaya matahari,
6. Tuliskan pada label kecil nama-nama sampel yang akan diuji (A₁, A₂, B₁, B₂, C₁, dan
C₂), lalu tempelkan pada masing-masing gelas plastik,
7. Siram tanamankacangan hijau sebanyak 2 sendok makan dengan kuantitas yang
berbeda-beda (1 kali, 2 kali, dan 3 kali) perhari,
8. Catat setiap pertumbuhan tanaman kacang hijau yang diukur.
Sampel Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Rata-rata
ke-0 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 pertumbuhan
A₁ 0 cm 1 cm 1,8 cm 6,3 cm 7,5 cm 8,1 cm 8,5 cm 9,3 cm 6,07 cm
A₂ 0 cm 1,1 cm 1,6 cm 5,5 cm 6,4 cm 7,2 cm 7,8 cm 8,3 cm 5,41 cm
B₁ 0 cm 0,6 cm 1,2 cm 5,8 cm 6,3 cm 7,1 cm 7,4 cm 8,6 cm 5,28 cm
B₂ 0 cm 0,8 cm 1,5 cm 5 cm 6 cm 7 cm 7,3 cm 7,9 cm 5,07 cm
C₁ 0 cm 0,3 cm 1,4 cm 4,2 cm 6,3 cm 7,5 cm 8,3 cm 9,2 cm 5,31 cm
C₂ 0 cm 0,3 cm 1,2 cm 4,2 cm 6 cm 8,5 cm 8,4 cm 9,5 cm 5,44 cm
Dengan :
a. A₁ melambangkan sempel ke-1 tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman satu kali sehari,
b. A₂ melambangkan sempel ke-2 tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman satu kali sehari,
c. B₁ melambangkan sempel ke-1 tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman dua kali sehari,
d. B₂melambangkan sempel ke-2 tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman dua kali sehari,
e. C₁ melambangkan sempel ke-1 tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman tiga kali sehari,
f. C₂ melambangkan sempel ke-2 tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman tiga kali sehari.
Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa tanaman kacang hijau dengan kuantitas penyiraman
satu kali perhari memiliki perubahan tinggi yang cukup signifikan perharinya. Pada
tanaman kacang hijau dengan kuantitas penyiraman dua kali sehari pada awalnya memiliki
perubahan tinggi yang cukup signifikan, namun dari hari ke-4 pertumbuhan tinggi
tumbuhan kacang hijau mulai melambat. Pada tanaman kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman tiga kali sehari memiliki pertumbuhan ang melesa mulai dari hari ke-4.
VII. Pembahasan
Dari hasil praktikum pertumbuhan kacang hijau terhadap kuantitas penyiraman yang telah
dilakukan didapatkan bahwa perubahan tinggi dari tiap sample berbeda-beda walaupun
tidak berbeda jauh. Pada praktikum tersebut didapatkan bahwa rata-rata tinggi tanaman
kacang hijau dengan kuantitas penyiraman satu kali sehari yaitu 5,74 cm. Rata-rata tinggi
tanaman kacang hijau dengan kuantitas penyiraman 2 kali sehari yaitu 5,17 cm. Dan rata-
rata tinggi tanaman kacang hijau dengan kuantitas penyiraman 3 kali sehari yaitu 5,68 cm.
Didasarkan pada pernyataan-pernyataan tersebut diatas maka, tinggi tumbuhan kacang
hijau dengan kuantitas penyiraman satu kali perhari ˃ tinggi tumbuhan kacang hijau dengan
kuantitas penyiraman tiga kali perhari˃ tinggi tumbuhan kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman dua kali perhari.
VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kuantitas penyiraman terhadap
pertumbuhan tinggi batang kacang hijau dapat disimpulkan bahwa kuantitas penyiraman
cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan batang tanaman kacang hijau. Hal tersebut dapat
dilihat dari percobaan makanan seperti yang telah dilakukan. Pada sampel dengan
perlakuan penyiraman satu kali perhari (A₁ dan A₂) memiliki rata-rata tingi batang 5,74 cm
dalam percobaan selama satu minggu. Pada sampel dengan perlakuan penyiraman dua kali
sehari (B₁ dan B₂) memiliki rata-rata tinggi batang 5,17 cm. Pada sampel dengan perlakuan
penyiraman tiga kali sehari (C₁ dan C₂) memiliki rata-rata tinggi batang 5,68 cm. Selain
perbedaan pada pertumbuhan tinggi batang tidak ada perubahan lain yang terlihat.
Perbedaan tinggi batang kacang hijau tersebut diakibatkan oleh air digunakan oleh tanaman
untuk melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang terlihat dari
pertambahan tinggi tanaman, perbanyakan jumlah daun, dan pertumbuhan akar, sehingga
dibutuhkan air yang cukup agar tanaman dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Maka, dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa tinggi tumbuhan kacang hijau dengan
kuantitas penyiraman satu kali perhari ˃ tinggi tumbuhan kacang hijau dengan kuantitas
penyiraman tiga kali perhari˃ tinggi tumbuhan kacang hijau dengan kuantitas penyiraman
dua kali perhari.
IX. Lampiran