Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PASIEN DENGAN


HYDROCEPHALUS

Tanggal 1 – 14 November 2021

Oleh :

Miftakhul Jannah, S.Kep


NIM. 2030913320054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PASIEN DENGAN HYDROCEPHALUS

Tanggal 1 – 14 Oktober 2021

Oleh :

Miftakhul Jannah, S.Kep


NIM. 2030913320054

Banjarmasin, November 2021


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,

Tina Handayani N, Ns., M.Kep Lukmannul Hakim, Ns., M.Kep


NIP. NIP. 197601161996031002
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HYDROCEPHALUS

A. DEFINISI
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural. Hidrocefalus merupakan penumpukan cairan
serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak,
walaupun pada kasus Hidrosefalus pada anak – anak cairan akan berakumulasi di
dalam rongga araknoid. Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani, hidroartinya air.
Sefalus artinya kepala. Maka Hidrosefalus adalah penimbunan cairan diruang yang
secara normal terdapat dalam otak (Nurhayati. 2009).
B. ETIOLOGI
Penyebab hidrosefalus tabagi menjadi dua, yaitu :
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim, atau
infeksi intrauterine (stenosis aquaductus sylvi, spina bifida dan kranum bifida,
syndrom dandy walker, kista araknoid dan anomali pembuluh darah)
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, perdarahan

C. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hydrocephalus secara keseluruhan di dunia mencapai 84,7 per 100.000.
Insidensi hydrocephalus kongenital mencapai 3-4 per 1.000 kelahiran hidup. Terdapat
sekitar 100.000 implantasi shunting dilakukan setiap tahunnya pada negara-negara
berkembang. Insidensi normal pressure hydrocephalus (NPH) adalah 0,2-5,5 per 100.000
orang per tahun dengan prevalensi 0,003% pada usia <65 tahun dan 0,2% sampai 2,9%
pada usia >65 tahun. Di Indonesia, data epidemiologi mengenai hydrocephalus masih
jarang ditemukan. Namun, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rahmayani et al. di
RSUD dr. Soetomo, dari 80 pasien yang menderita hydrocephalus, 41,25% mengalami
hydrocephalus komunikans dan 58,75% mengalami hydrocephalus non komunikans.
Insidens hydrocephalus di Indonesia mencapai 10 permil. Bayi merupakan kelompok usia
terbanyak yang mengalami hydrocephalus (46,25%), sedangkan neonatus hanya
mencapai 5%. Jenis kelamin yang lebih banyak mengalami hydrocephalus adalah laki-
laki dengan rasio 2,1:1. Hal ini karena adanya faktor genetik (gen resesif terkait-X).

D. PATOFISIOLOGI DAN NURSING PATHWAY


Gangguan absorbsi aliran CSS kedalam ruang subaraknoid sering kali disebabkan
oleh kelainan konginetal atau dapatan ( infeksi, neoplasma, perdarahan ).
Gangguan keseimbangan antara produksi dan absorbsi CSS dapat mengakibatkan
peningkatan akumulasi CSS dalam ventrikel yang kemudian terus menumpuk
didalam subaraknoid dan mengalami peningkatan CSS yang ditandai dengan
pembesaran diameter kepala. Saat CSS memenuhi lapisan kepala mengakibatkan
dilatasi ventrikel dan menekan organ yang terdapat dalam otak yang menimbulkan
peningkatan TIK. Bayi akan sulit menggerakan kepala dikarenakan pembesaran
diameter kepala yang terus meningkat sehingga kulit kepala terus tertekan kuat
sehingga jaringan kulit kepala mengalami injuri. Peningkatan TIK dapat
menyebabkan reflek hisap berkurang sehingga asupan ke oral berkurang.

Pada bayi

Penurunan Oksigen

Hambatan
Ventilasi Spontan
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejalan yang nampak berupa gejala akibat tekanan intra kranial yang meninggi
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun
Ukuran rata – rata lingkar kepala
Umur Lahir Ukuran
Lahir 35 cm
3 bulan 41 cm
6 bulan 44 cm
9 bulan 46 cm
12 bulan 47 cm
18 bulan 48,5 cm

2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehinggal frontanela menjadi


tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak
3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial
a. Muntah
b. Gelisah
c. Menangis dengan suara tinggi
d. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penirunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, letargi
4. Peningkatan tonus otot ekstermitas
5. Tanda –tanda fisik lainnya
a. Dahi menojol bersinal atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat
jelas
b. Alis mata dan bulu mata keatas, sehingga sclera terlihat diatas iris
c. Tidak dapat melihat keatas ( sunset eyes )
d. Strabismus, nystagmus, atropi optik
e. Sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas

F.PEMERIKSAAN FISIK
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ATAU PENUNJANG
1. CT Scan, cara yang paling baik untuk mendiagnosis hidrosefalus
2. Magnetic Resonance Imanging ( MRI ), dapat dilakukan untuk menentukan
lesi kompleks
3. Lingkar kepala pada masa bayi
4. EEG mengetahui status neurologi pasien, misalnya gangguan kesadaran,
motorik/kejang

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrosefalus, menangani
komplikasi, mengatasi efek hidrosefalus atau gangguan perkembangan.
Penatalaksanaan terdiri dari :
1. Non pembedahan : pemberian actazolamide dan isosorbide atau furosemid
yang berfungsi untuk mengurangi cairan serebrospinal
2. Pembedahan : pengangkatan penyebab obstruksi misal neoplasma, kista atau
hematom ( pemasangan shunt bertujuan mengalirkan cairan cerebrospinal
yang berlebihan dari ventrikel ke ruang dekstra kranial, misalnya ke rongga
peritonium, atrium kanan dan rongga pleura.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Identitas Diagnosis Keperawatan
2. Keluhan Utama 1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
3. Riwayat Penyakit Serebral
5. Pemeriksaan Fisik 2. Nyeri Akut
6. Pengkajian persistem 3. Risiko Infeksi
7. Hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang NIC dan NOC

Nyeri akut (000132)


NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam masalah
risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat teratasi dengan kriteria NOC: Kontrol nyeri (1605)
hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit nyeri klien akan
berkurang dengan kriteria hasil:
Status sirkulasi (0401): 1. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan hal yang memperberat
1. Saturasi oksigen dari skala (3-4) sedang menjadi ringan nyeri) (3-4)
2. Capilalary refill dari skala (3-4) sedang menjadi ringan 2. Mampu mengontrol nyeri (3-4)
3. Penurunan suhu kulit dari skala (3-4) sedang menjadi ringan suara 3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang (3-4)
nafas tambahan dari skala (3-4) sedang menjadi ringan
NIC: NIC: Manajemen nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
Monitor tekanan intra kranial (TIK) (2590): durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan factor pencetus
1. Rekam pembacaan tekanan intra kranial (TIK) 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan Kaji tingkat
2. Monitor tekanan aliran darah di otak nyeri pada pasien dengan menggunakan alat self-report pasien yang valid dan
3. monitor jumlah, nilai, karakteristik pengeluaran cairan reliable, seperti skala tingkat nyeri numerik 0-10.
serebrospinal (CSF) 3. Berikan informasi terkait nyeri
4. Monitor intake dan output 4. Kurangi atau eliminasi faktor yang memperberat nyeri
5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Manajemen edema serebral (2540):
6. Ajarkan klien untuk menggunakan metode nonfarmakologi untuk membantu
1. Monitor TTV
2. monitor karakteristik cairan serebrospinal: warna, kejernihan, mengontrol nyeri, seperti distraksi, imagery, relaksasi.
konsistensi 7. Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien untuk menurunkan
3. monitor TIK dan CPP pasien nyeri
berikan sedasi sesuai kebutuhan 8. Ajarkan penggunaan metode farmakologi
NIC dan NOC

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


masalah pasien teratasi, dengan kriteria hasil:

Kontrol risiko: proses infeksi (1924):


1. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi dari skala (2-3) jarang
menunjukkan menjadi kadang menunjukkan

2. Memonitor faktor lingkungan yang berhubungan dengan risiko


infeksi dari skala (2-3) jarang menunjukkan menjadi
kadang menunjukkan

NIC:

Perlindungan Infeksi (6550) :


1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. pertahankan asepsis untuk pasien beresiko
periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan kehangatan
ekstrin atau drainase
DAFTAR PUSTAKA

Madsen, J.R. Egnor, M. & Zou, R., 2006. Cerebrospinalfluid pulsatility and
hydrocephalus: the fourth circulation. Di dalam: Clinical neurosurgery. Proceeding of
the
congress of neurological surgery, 53, USA: Lippincott William & ilkins, hal.48-52.

Silva, M.C., 2004. Pathophysiology of hydro-cephalus.Di dalam: G. Cinalli, W.J.,


Maixner, C., SainteRose eds. Pediatric Hydrocephalus. Italia: Springer Verlag.

Price. Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta: EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai