Anda di halaman 1dari 10

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal.

82-91

Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis dengan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa

Rezi Ariawan1, Hayatun Nufus2


1Dosen Pendidikan Matematika FKIP UIR
2Dosen Pendidikan Matematika FTK UIN Suska Riau
email reziariawan@edu.uir.ac.id

Abstrak—Penelitian ini mengkaji hubungan antara kemampuan


pemecahan masalah matematis dengan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Penelitian ini dilaksanakan di Pekanbaru pada
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh siswa SMPN 25 Pekanbaru kelas VIII dengan jumlah
sampel sebanyak 81 orang siswa. Instrumen penelitian yang
digunakan berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kemampuan komunikasi matematis. Analisis data
menggunakan uji prasyarat model regresi linier, uji koefisien korelasi
rumus Pearson/Product Moment, uji t koefisien korelasi, dan koefisien
determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan kemampuan komunikasi matematis siswa secara
keseluruhan. Artinya, semakin tinggi kemampuan pemecahan
masalah matematis, maka semakin tinggi pula kemampuan
komunikasi matematis siswa tersebut. Namun sebaliknya pada level
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, hubungan yang terjadi
adalah hubungan yang negatif. artinya semakin tinggi kemampuan
pemecahan masalah matematis, maka semakin rendah kemampuan
komunikasi matematisnya.

Kata Kunci : Komunikasi Matematis, Korelasi, Pemecahan Masalah,

82
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

1. PENDAHULUAN berguna untuk menghadapi


Pendidikan dipandang memiliki tantangan global. Hal ini sejalan
peranan yang sangat penting. dengan apa yang dikemukan oleh
Peranan pendidikan tersebut Sabandar (2008), dimana
diantaranya adalah dapat pembelajaran matematika di
menciptakan manusia-manusia sekolah tidak hanya bertujuan agar
yang berkualitas, cerdas, kreatif, siswa memahami materi
terampil, produktif, bertanggung matematika yang diajarkan, tetapi
jawab dan berbudi luhur yang tujuan-tujuan utama lainnya, yaitu
sangat berguna bagi pembangunan agar siswa memiliki kemampuan
demi kemajuan bangsa dan negara. penalaran matematika, komunikasi
Pendidikan matematika adalah matematika, koneksi matematika,
salah satu bagian dari pendidikan representasi matematika dan
Nasional yang memiliki peranan pemecahan masalah matematika,
yang sangat penting. Kemajuan serta perilaku tertentu yang harus
ilmu pengetahuan dan teknologi siswa peroleh setelah ia
yang kita rasakan saat ini adalah mempelajari matematika.
salah satu bentuk dari kontribusi Diantara kemampuan-
matematika. Matematika juga telah kemampuan yang dikemukakan
banyak mengajarkan manusia oleh Sabandar di atas, kemampuan
mengenal dan menjelaskan pemecahan masalah dan
fenomena-fenomena yang terjadi di komunikasi matematis merupakan
sekeliling kita. Dengan matematika dua kemampuan yang sangat
juga, manusia dapat mempelajari diperlukan oleh setiap orang dalam
dan sekaligus mendapatkan menghadapi kehidupan, terutama
pemodelan atas fenomena yang dalam era globalisasi dan informasi
terjadi atau yang diamatinya. Oleh seperti saat ini. Kemampuan
karena itu, secara sadar maupun pemecahan masalah dan
tidak, kita telah banyak komunikasi matematis merupakan
menggunakan dan memanfaatkan dua kemampuan yang telah
matematika dalam kehidupan dinyatakan secara tertulis di dalam
sehari-hari. tujuan mata pembelajaran
Mengingat betapa pentingnya matematika pada pendidikan dasar
matematika, maka di dalam dan menengah yang tercantum di
kurikulum pendidikan Nasional, dalam Kurikulum Tingkat Satuan
matematika merupakan salah satu Pendidikan (KTSP) 2006. Depdiknas
mata pelajaran yang wajib diberikan (2006) mengemukakan agar peserta
kepada peserta didik. Setelah didik memiliki kemampuan sebagai
mempelajari matematika di sekolah, berikut:
maka siswa tidak hanya diharapkan 1. Memahami konsep matematika,
dapat memahami materi menjelaskan keterkaitan
matematika yang diajarkan, tetapi antarkonsep dan
siswa diharapkan dapat memiliki mengaplikasikan konsep atau
kemampuan matematis yang logaritma, secara luwes, akurat,
83
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

efisien, dan tepat dalam dikembangkan dalam proses


pemecahan masalah. pembelajaran matematika.
2. Menggunakan penalaran pada Berdasarkan uraian di atas,
pola dan sifat, melakukan maka kemampuan pemecahan
manipulasi matematika dalam masalah dan komunikasi matematis
membuat generalisasi, menyusun merupakan dua kemampuan yang
bukti, atau menjelaskan gagasan sangat penting dan menjadi fokus
dan pernyataan matematika. utama untuk dikembangkan dan
3. Memecahkan masalah yang dimiliki oleh siswa melalui
meliputi kemampuan memahami pembelajaran matematika di
masalah, merancang model sekolah. Kemampuan pemecahan
matematika, menyelesaikan masalah diperlukan dalam
model dan menafsirkan solusi memahami dan menyelesaikan
yang diperoleh. masalah. Cooney et. al. (Hudojo,
4. Mengkomunikasikan gagasan 2003: 152) menyatakan bahwa
dengan simbol, tabel, diagram, mengajarkan siswa untuk
atau media untuk memperjelas menyelesaikan masalah-masalah
keadaan atau masalah. memungkinkan siswa menjadi lebih
5. Memiliki sikap menghargai analitis di dalam mengambil
kegunaan matematika dalam keputusan di dalam kehidupan.
kehidupan, yaitu memiliki rasa Selanjutnya Selanjutnya, Hudojo
ingin tahu, perhatian, dan minat juga menyatakan bahwa bila
dalam mempelajari matematika, seorang siswa dilatih untuk
serta sikap ulet dan percaya diri menyelesaikan masalah, maka siswa
dalam pemecahan masalah. itu akan mampu mengambil
Sejalan dengan hal itu, National keputusan sebab siswa itu menjadi
Council of Teachers of Mathematics mempunyai keterampilan tentang
(NCTM) menyatakan bahwa bagaimana mengumpulkan
kemampuan pemecahan masalah informasi yang relevan,
dan komunikasi matematis menganalisis informasi dan
merupakan dua kemampuan yang menyadari betapa perlunya meneliti
harus dimiliki oleh siswa melalui kembali hasil yang telah
pembelajaran matematika. Adapun diperolehnya.
keterampilan-keterampilan yang Pemecahan masalah adalah
perlu dimiliki oleh siswa melalui bagian yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika yang pembelajaran matematika.
ditetapkan oleh NCTM (2000: 29) Wahyudin (2008: 520) menyatakan
adalah: (1) pemecahan bahwa pemecahan masalah adalah
masalah; (2) penalaran dan bagian integral dari semua belajar
pembuktian; (3) komunikasi; (4) matematika. Oleh sebab itu,
koneksi; (5) representasi. pemecahan tidak bisa diberikan
Keterampilan-keterampilan tersebut secara terpisah dalam pembelajaran
termasuk pada berpikir matematis matematika. Pentingnya
tingkat tinggi yang harus kemampuan pemecahan masalah
84
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

matematis untuk dimiliki oleh siswa kegagalan-kegagalan dalam


juga dinyatakan oleh Sumarmo pemecahan masalah, melainkan
(1993), yaitu pemilikan kemampuan tidak efektif dalam memanfaatkan
pemecahan masalah pada siswa pengetahuan yang telah dimiliki
adalah penting, karena kemampuan oleh siswa sebelumnya. Dalam hal
pemecahan masalah merupakan ini, siswa memiliki pengetahuan
tujuan pengajaran matematika, matematis, hanya saja tidak cermat
bahkan sebagai jantungnya dan terampil dalam memanfaatkan
matematika. pengetahuan tersebut. Paparan hasil
Berkaitan dengan pentingnya penelitian di atas mengisyaratkan
kemampuan pemecahan masalah, bahwa kemampuan pemecahan
Sumarmo (2010) menyatakan bahwa masalah adalah kemampuan yang
kemampuan pemecahan masalah sangat penting untuk
penting, karena memalui dikembangkan.
pemecahan masalah siswa dapat (1) Selain kemampuan pemecahan
mengidentifikasi kecukupan data masalah matematis, kemampuan
untuk pemecahan masalah; (2) komunikasi matematis dalam
membuat model matematik dari pembelajaran matematika juga
suatu situasi atau masalah sehari- penting untuk ditingkatkan.
hari dan menyelesaikannya; (3) Menurut Lindquist and Elliott (1996:
memilih dan menerapkan strategi 3) komunikasi merupakan esensi
untuk menyelesaikan masalah dari mengajar, belajar, dan
matematika dan atau di luar mengakses matematika. Sejalan
matematika; (4) menjelaskan dan dengan itu, Wahyudin (2008: 534)
menginterpretasikan hasil sesuai juga menyatakan bahwa
permasalahan asal, serta memeriksa komunikasi adalah bagian esensial
kebenaran hasil atau jawaban; dari matematika dan pendidikan
(5) menerapkan matematika secara matematika. Turmudi (Dahlan,
bermakna. 2011) menyatakan bahwa
Uraian di atas mengindikasikan komunikasi merupakan bagian
bahwa betapa pentingnya pemilikan esensial dari matematika dan
kemampuan pemecahan masalah pendidikan matematika. Hal ini
oleh siswa melalui pembelajaran di merupakan cara untuk sharing
sekolah. Penelitian Sumarmo (1993) gagasan dan mengklasifikasi
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman. Proses komunikasi
berpikir formal siswa masih belum membantu membangun makna dan
berkembang secara optimal, dan kelengkapan gagasan dan membuat
kemampuan pemecahan hal ini menjadi milik publik. Ketika
masalahnya masih rendah. seorang siswa ditantang untuk
Selanjutnya penelitian yang diminta berargumentasi untuk
dilakukan oleh Garofalo dan Lester mengkomunikasikan hasil
(Wahyudin, 2008) menyatakan pemikiran mereka kepada orang
bahwa kurangnya pengetahuan lain secara lisan dan tertulis, maka
matematis bukan disebabkan oleh mereka belajar untuk menjelaskan
85
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

dan menyakinkan orang lain, (TAI) berbasis masalah masih


mendengarkan gagasan atau tergolong rendah. Hal ini terlihat
penjelasan orang lain, serta dari perolehan skor kemampuan
memberikan kepada siswa untuk komunikasi matematis siswa ± 60%
mengembangkan pengalaman dari skor ideal.
mereka. Beberapa pendapat yang telah
Kusumah (2008) menyatakan dikemukan di atas memperlihatkan
bahwa komunikasi merupakan bahwa kemampuan komunikasi
bagian yang sangat penting dalam matematis siswa masih rendah.
pembelajaran matematika, karena Salah satu penyebab dari rendahnya
melalui komunikasi (1) ide kemampuan komunikasi matematis
matematis dapat dieksploitasi siswa adalah dikarenakan siswa
dalam berbagai perspektif; (2) cara kurang bisa mengkomunikasikan
berfikir siswa dapat dipertajam; (3) ide-ide matematis dalam
pertumbuhan pemahaman dapat pembelajaran matematika. Oleh
diukur; (4) pemikiran siswa dapat karena itu, kemampuan komunikasi
dikonsolidasi dan diorganisir; (5) matematis siswa harus
pengetahuan matematis dan dikembangkan.
pengembangan masalah siswa Selanjutnya Barody (1993)
dikontruksi; (6) penalaran siswa menyatakan bahwa terdapat paling
dapat ditingkatkan; dan (7) tidak ada dua alasan penting
komunikasi siswa dapat dibentuk. mengapa kemampuan komunikasi
Beberapa pendapat di atas matematis dalam pembelajaran
mengindikasikan bahwa matematika perlu
kemampuan komunikasi matematis ditumbuhkembangkan di kalangan
merupakan hal yang sangat penting. siswa. Pertama, mathematics is
Mengingat pentingnya kemampuan language, artinya matematika tidak
komunikasi matematis dalam hanya sekedar alat bantu berpikir,
pembelajaran matematika, maka alat untuk menemukan pola,
kemampuan komunikasi matematis menyelesaikan masalah atau
harus ditingkatkan. Kenyataan mengambil keputusan, namun
dilapangan menunjukkan bahwa matematika jugam merupakan alat
kemampuan komunikasi matematis yang tidak terhingga nilainya untuk
siswa masih rendah. Rohaeti (2003) mengkomunikasikan berbagai ide
menyatakan bahwa rata-rata KKM dengan jelas, tepat dan cermat.
siswa berada pada kualifikasi Kedua, mathematics learning as social
kurang dalam mengkomunikasikan activity, artinya sebagai aktivitas
ide-ide matematika termasuk dalam sosial dalam pembelajaran
kategori kurang sekali. Selanjutnya matematika, juga sebagai wahana
Firdaus (2005) menyatakan bahwa interaksi antar siswa, dan juga
kemampuan komunikasi matematis komunikasi antara guru dan siswa.
siswa yang memperoleh
pembelajaran dalam kelompok kecil
tipe Team-Assited-Individualization
86
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

2. METODE PENELITIAN 2. Indikator kemampuan komunikasi


Desain Penelitian matematis (berdasarkan NCTM
Penelitian ini merupakan penelitian dalam Sumarmo (2013):
korelasional. Peneliti bertujuan mencari a. Memodelkan situasi-situasi
hubungan antara kemampuan dengan menggunakan tulisan,
pemecahan masalah dan komunikasi baik secara konkret, gambar,
matematis peserta didik tanpa terlebih grafik, atau metode-metode
dahulu memberikan perlakuan apapun. aljabar.
Waktu, Tempat, dan Subjek Penelitian b. Menjelaskan ide atau situasi
Penelitian ini dilaksanakan di matematis secara tertulis.
Pekanbaru, Riau. Populasi dalam c. Mengungkapkan kembali suatu
penelitian ini adalah seluruh siswa uraian matematika dalam bahasa
kelas VIII di salah satu SMP di sendiri.
Pekanbaru pada tahun ajaran
2013/2014. Dari seluruh siswa kelas Teknik Analisis Data
VIII, maka dipilih dua kelas dengan Penelitian ini merupakan penelitian
jumlah sebanyak 81 orang siswa. korelasional. Pengolahan data
Instrumen Penelitian dan Teknik dilakukan secara manual dengan
Pengumpulan Data menggunakan microsoft excel tanpa
Instrumen penelitian yang bantuan software statistik tertentu.
digunakan adalah berupa instrumen Sebelum data diolah, peserta didik
tes pemecahan masalah dan dikelompokkan dalam tiga level
komunikasi matematis. Adapun data kemampuan, yaitu level tinggi, sedang,
yang digunakan diperoleh melalui dan rendah. Pengelompokkan
kegiatan tes, yaitu dengan melakukan didasarkan pada nilai rata-rata total
tes yang terdiri atas enam soal (tiga soal yang diperoleh masing-masing peserta
kemampuan pemecahan masalah didik dengan memperhatikan juga nilai
matematis dan tiga soal kemampuan standar deviasi yang dihasilkan.
komunikasi matematis), dengan rincian Adapun rinciannya dapat dilihat pada
indikator yang digunakan pada Tabel 1 berikut:
penelitian ini untuk kedua kemampuan Tabel 1. Sebaran Sampel Penelitian
sebagai berikut: Level
Rentang Nilai Jumlah
1. Indikator kemampuan pemecahan Kemampuan
masalah matematis (Berdasarkan Tinggi x > 1,48 22
Polya dalam Sumarmo (2013): Sedang 0,28 ≤ x ≤ 1,48 79
Dalam penelitian ini kemampuan Rendah x < 0,28 17
pemecahan masalah matematis akan Keseluruhan 118
diukur dengan menggunakan Ket: x = rata total
indikator diantaranya yaitu: Setelah dihitung rata-rata yang
a. Mengidentifikasi kecukupan data diperoleh setiap peserta didik untuk
untuk pemecahan masalah. masing-masing kemampuan, data
b. Memiilih dan menerapkan diolah menggunakan uji prasyarat
strategi untuk menyelesaikan pada analisis data model regresi
masalah matematika dan atau di linier. Dengan rumus (Riduwan dan
luar matematika.
Sunarto, 2013):
c. Menjelaskan dan
menginterpretasikan hasil.
y’ = a + bx
dengan

87
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

b=
.∑ ∑ .∑
dan a =
∑ .∑ Tabel 3. Persamaan Regresi Linier
.∑ (∑ ) Sederhana
Pengolahan data selanjutnya Kategori Persamaan
adalah uji koefisien korelasi n
Kemampuan Regresi
menggunakan rumus Rendah 16 y = 1,94 – 0,76x
Pearson/Product Moment : Sedang 46 y = 6,95 – 0,12x
xy Tinggi 19 y = 7,89 – 0,04x
r =
Keseluruhan 81 y = 6,71 + 0,134x
(x )(y ) Berdasarkan data di atas, terlihat
Untuk melihat koefisien korelasi bahwa nilai b pada masing-masing
yang dihasilkan signifikan atau level kemampuan bernilai negatif,
tidak, maka dilanjutkan dengan artinya peningkatan yang terjadi
adalah berbanding terbalik. Semakin
menggunakan uji t.
tinggi nilai X (dalam hal ini
√ −2 kemampuan komunikasi matematis),
=
√1 − maka akan semakin rendah nilai Y
Jika thitung  ttabel , maka H0 (dalam hal ini kemampuan pemecahan
artinya signifikan, dan sebaliknya. masalah matematis). Namun
Jika koefisien korelasi signifikan, sebaliknya untuk data secara
besarnya pengaruh antar variabel keseluruhan. Peningkatan yang terjadi
dapat dicari dengan koefisien adalah berbanding lurus.
determinasi, dengan rumus : Rangkuman perhitungan koefisien
korelasi rumus product moment baik
D =(rxy)2 x 100%
secara keseluruhan maupun per-level
Adapun pedoman untuk
kemampuan dapat dilihat pada Tabel 4
memberikan interpretasi terhadap berikut:
koefisien korelasi yang diperoleh Tabel 4. Hasil Koefisien Korelasi rumus
dari hasil perhitungan dapat dilihat Product Moment
pada tabel 2 berikut: Level
Koefisien Korelasi
Tabel 2. Pedoman Interpretasi Kemampuan
terhadap Koefisien Korelasi Rendah 0,74
Interval Koefisien Tingkat Hubungan Sedang 0,31
0,00 – 0,199 Sangat rendah Tinggi 0,11
0,20 – 0,399 Rendah Keseluruhan 0,32
0,40 – 0,599 Sedang Dari Tabel 4 di atas, diketahui
0,60 – 0,799 Kuat bahwa kemampuan pemecahan
0,80 – 1,000 Sangat kuat masalah dan komunikasi matematis
Sumber: Sugiyono (2011) peserta didik dengan kemampuan
rendah, memiliki r = 0,74 yang berarti
3. HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa kemampuan pemecahan
Rangkuman perhitungan masalah matematis peserta didik
persamaan regresi baik secara berkemampuan rendah memiliki
keseluruhan maupun per-level hubungan yang kuat dengan
kemampuan dapat dilihat pada Tabel 3 kemampuan komunikasinya. Hal ini
berikut: berarti bahwa semakin tinggi
kemampuan pecmecahan masalah
pada kategori ini, maka akan semakin

88
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

rendah kemampuan komunikasinya.


Begitu juga sebaliknya.
Hubungan yang tidak searah juga Tabel 6. Hasil Koefisien Determinasi
terjadi pada peserta didik dengan
Level Kemampuan Koef. Determinasi
kemampuan sedang dan tinggi. Namun
hubungan yang terjadi bersifat rendah Rendah 1,24%
(lemah). Namun untuk data secara Sedang 9,88%
keseluruhan, hubungan yang terjadi Tinggi 55,21%
bersifat positif dan cenderung rendah. Keseluruhan 10,31%
Rangkuman perhitungan uji t baik Koefisien determinasi sebesar 1,24
secara keseluruhan maupun per-level %, mengungkapkan bahwa besarnya
kemampuan dapat dilihat pada Tabel 5 sumbangan kemampuan pemecahan
berikut: masalah matematis terhadap turunnya
Tabel 5. Hasil Uji t kemampuan komunikasi matematis
Nilai t peserta didik adalah sebesar 1,24 %.
Kategori
t t Keterangan Sedangkan 98,76% merupakan
Kemampuan
hitung tabel sumbangan dari faktor lainnya. Begitu
Rendah -4,29 2,074 H0 juga untuk level kemampuan sedang
diterima
dan tinggi. Secara keseluruhan,
Sedang -2,16 1,990 H0
koefisien determinasi sebesar 10,31 %,
diterima
Tinggi -1,15 2,109 H0
mengungkapkan bahwa besarnya
diterima sumbangan kemampuan pemecahan
4,084 1,980 masalah matematis terhadap naiknya
Keseluruhan H0 ditolak
kemampuan komunikasi matematis
H0: Tidak terdapat hubungan yang
peserta didik adalah sebesar 10,31 %.
signifikan antara kemampuan
Sedangkan 89,69% merupakan
pemecahan masalah dan komunikasi
sumbangan dari faktor lainnya.
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan
antara kemampuan pemecahan
Pembahasan
masalah dan komunikasi
Terjadinya perbedaan penerimaan
Setelah data secara keseluruhan di
hipotesis pada uji t antara level
uji t, maka tak ada alasan untuk
kemampuan dengan data secara
menerima H0 yang berarti bahwa
keseluruhan sangat dipengaruhi oleh
terdapat hubungan yang signifikan
kepositifan nilai b pada persamaan
antara kemampuan pemecahan
regresi linier sederhana dan koefisien
masalah dan komunikasi matematis
korelasi yang terbentuk. Pada level
peserta didik. Namun sebaliknya untuk
kemampuan hubungan yang terjadi
level kemampuan tinggi, sedang, dan
bersifat negatif namun cenderung kuat
rendah. Dapat disimpulkan bahwa
(level kemampuan tinggi) dan lemah
tidak terdapat hubungan yang
(level kemampuan sedang dan rendah).
signifikan antara kemampuan
Sementara untuk data keseluruhan
pemecahan masalah dan komunikasi
bersifat positif namun lemah (rendah).
matematis peserta didik
Jadi, pada dasarnya kedua menyatakan
Rangkuman perhitungan koefisien
bahwa tidak ada hubungan yang
determinasi baik secara keseluruhan
signifikan antara kedua kemampuan.
maupun per-level kemampuan dapat
Selain itu, berdasarkan koefisien
dilihat pada Tabel 6 berikut:
determinasi, terlihat jelas bahwa tinggi
rendahnya kemampuan pemecahan
89
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

masalah matematis peserta didik lebih Firdaus. (2005). Meningkatkan


dipengaruhi oleh faktor lain Kemampuan Komunikasi
dibandingkan kemampuan komunikasi Matematika Siswa Melalui
matematis mereka. Pembelajaran dalam Kelompok
Perbedaan ini perlu dicermati lebih Kecil Tipe Team Assisted
lanjut. Hal ini karena hasil perhitungan Individualization (TAI) dengan
statistik fenomena yang terjadi di Pendekatan Berbasis Masalah.
lapangan menunjukkan hal yang Tesis pada PPs UPI Bandung:
berlawanan dengan konsep secara tidak diterbitkan.
teoritis. Oleh karena itu, sebaiknya Hudojo, H. (2003). Common Texk Book:
perlu ada kajian lebih mendalam yang Pengembangan Kurikulum dan
bersifat kualitatif untuk mengkaji Pembelajaran Matematika.
fenomena ini. Jurusan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu
4. KESIMPULAN Pengetahuan Alam:
Berdasarkan hasil penelitian dan Universitas Negeri Malang.
pembahasan, maka dapat disimpulkan: Lindquist, M. M & Elliott, P.S. (1996).
1. Terdapat hubungan yang Communication an Inperactive
signifikan antara kemampuan for Change: A conversation with
pemecahan masalah dengan Many Lindquist”.
komunikasi matematis peserta Communication in Mathematics
didik secara keseluruhan (tanpa K-12 and Beyond. Virginia:
memandang level kemampuan). NCTM.
2. Tidak terdapat hubungan yang Kusumah, Y. (2008). Konsep
signifikan antara kemampuan Pengembangan dan Implementasi
pemecahan masalah dengan Computer Based Learning dalam
Meningkatkan Kemampuan High
komunikasi matematis peserta
Order Mathematical Thinking.
didik untuk level kemampuan
Pidato pada pengukuhan
tinggi, sedang, dan rendah
Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Pendidikan
5. REFERENSI Matematika pada FPMIPA
Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, UPI, Bandung.
Reasoning, and Communicating, K- National Council of Teachers of
8. Helping Children think Mathematics. (2000). Principles
Mathematically. New York: and Standards for School
Macmillan Publishing Company. Mathematics. Reston, VA:
Dahlan, J. A. (2011). Analisis Kurikulum NCTM.
Matematika Edisi 1. Buku Materi Riduwan dan Sunarto, H. (2013).
Pokok: Universitas Terbuka. Pengantar Statistika untuk
Penelitian Pendidikan, Sosial,
Departemen Pendidikan Nasional. Ekonomi, Komunikasi, dan
(2006). Panduan Penyusunan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Kurikulum Tingkat Satuan Rohaeti, E. E. (2003). Pembelajaran
Pendidikan Jenjang Pendidikan dengan Metode IMPROVE untuk
Dasar dan Menengah. Jakarta: Meningkatkan Pemahaman dan
BSNP. Kemampuan komunikasi
Matematik Siswa SLTP. Tesis

90
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 82-91

SPs UPI Bandung: tidak


diterbitkan.
Sabandar, J. (2008). Berpikir Reflektif.
Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Sehari:
Permasalahan Matematika dan
Pendidikan Matematika
Terkini tanggal 8 Desember
2007, UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, U. (1993). Peranan
Kemampuan Logik dan Kegiatan
Belajar terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
pada Siswa SMA di Kodya
Bandung. Laporan Penelitian,
Bandung: Lembaga Penelitian.
Sumarmo,U. (2010). Berpikir dan
Disposisi Matematik: Apa,
Mengapa, dan Bagaimana
dikembangkan pada Peserta
Didik. [Online]. Tersedia:
http://math.sps.upi.edu/wp-
content/upload/2010/02/
BERPIKIR-DAN-DISPOSISI-
MATEMATIK-SPS-2010.pdf.
[10 Mei 2011].
Sumarmo, U. (2013). Kumpulan
Makalah Berpikir dan
Disposisi Matematis serta
Pembelajarannya. Bandung:
Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan
Model-model Pembelajaran.
Bandung: UPI Press.

91
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
c-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321

Anda mungkin juga menyukai