Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA TIMUR

ada Zaman Rasulullah


Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah melalui 3 tahap
yakni tahap sembunyi-sembunyi, terang terangan dan tahap untuk
umum. Tahap sembunyi sembunyi dilaksanakan oleh rosul Setelah
Rosul menerima wahyu pertama ( surat al alaq 1-5). Tahap ke-2
dilaksanakan setelah turun wahyu yang diperintahkan oleh Allah
untuk melaksanakan dakwah secara terang terangan (Q.S Al Hijr :94-
95) pada masa ini islam menyebar dari Mekkah sampai Madinah.

Di Mekkah Rasul hanya mengajarkan tentang ketauhidan dan


materi tentang pengajaran Islam. Sedangkan di Madinah Rasul
mengembangkan ajaranya tentang persaudaraan, hukum, dan
kesejahteraan masyarakat.  Sarana yang digunakan Rasul saat di
Makah ada 2 yakni Arqam dan Kuttab. Selain itu Masjid juga
digunakan untuk membina masyarakat.

B.     Pada Masa Khulafaur Rasyidin


1.      Abu Bakar
Adalah khalifah pertama Islam setelah kematian Muhammad. Ia
adalah salah seorang petinggi Mekkahdari suku Quraisy. Selama dua
tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah
Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan
penegakan hukum, memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia,
sebagian Jariaah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah
kekaisaran Bizantium.  Serta menyelesaikan persoalan dalam negeri
terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab
yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal
Rasulullah.
2.      Umar bin Khattab (634 - 644 M)
Adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. Umar memerintah
selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.
Sikap Umar untuk mengatur administrasi Negara,
Mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di
Persiayakni dengan :
a.       mengaatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
b.      Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif
dengan lembaga eksekutif.
c.       Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian
dibentuk.
d.      Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan
Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.
3.      Usman bin Affan
Utsman bin Affan adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam
Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia,
Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania,
dan Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai
di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh
terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya Salah satu faktor yang
menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan
Utsman adalah  :
a.       Kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
b.      Tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap
keluarganya.

c.       Tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.


d.Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Utsman sendiri.

4.      Ali bin Abi Thalib


Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai
pergolakan.Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan
para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada
penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara,
dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-
orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar. Ali bin Abi Thalib
menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Perang ini
dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam
pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan
lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan
dan dikirim kembali ke Madinah.

C.     Setelah Khulafaur Rasyidin


Setelah masa Khulafa'ur Rasyidin berakhir, dimulailah kekuasaan
Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
1.      Pada Zaman Bani Ummayah
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu
dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu
setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Kajian ilmunya berpusat di
Damaskus , ilmu yang berkembang adalah ilmu kedokteran, filsafat,
astronomi, dsb. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pendidikan
islam berkembang pesat.
Bentuk pendidikanya pada masa ini diantaranya aadalah pendidikan
istana tujuanya bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan namun
kecerdasan hati serta jasmani. Munculah ilmu Qawaid karena bahasa
arab telah menyebar sampai Lebanon, Tunisia,  aljazair, dan Maroko.
Yang terakhir adalah perpustakaan. Perpustakaan ini yang paling
besar didirikan oleh Al Bentuk pendidikanya pada masa ini
diantaranya aadalah pendidikan istana tujuanya bukan hanya
mengajarkan ilmu pengetahuan namun kecerdasan hati serta jasmani.
Munculah ilmu Qawaid karena bahasa arab telah menyebar sampai
Lebanon, Tunisia,  aljazair, dan Maroko. Yang terakhir adalah
perpustakaan. Perpustakaan ini yang paling besar didirikan oleh Al
Hakim Ibnu Nasir.
2.      Pada Zaman Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaankekhalifahan selama
tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan
menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur
Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut
ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian
diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahanabad ke-13), mulai
mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan

3.      Menuju puncak keemasan


Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima
periode:
a.       Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode
pengaruh Arab dan Persiapertama. (mencapai titik keemasan)
b.      Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode
pengaruh Turki pertama.
c.       Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan
dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode
ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d.      Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan
daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah
kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).

e. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa


khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya
hanya efektif di sekitar kotaBaghdad dan diakhiri oleh invasi
dari bangsa Mongol.

D.    Lembaga pendidikan islam


Pendidikan Islam secara kelembagaan tampak dalam berbagai bentuk
dan variasi. Di samping lembaga yang bersifat umum, seperti masjid,
terdapat lembaga- lembaga lain yang mencerminkan kekhasan
orientasinya. Adapun lembaga- lembaga tersebut menurut Ahmad
Syalabi adalah: al-Kuttab, al-Qushur, Hawanit, Manzil al-Ulama, al-
Salun al-Adabiyah, al-Badiyah, al-Majlis dan Madrasah. Madrasah
secara etimologi merupakan isim makan dari kata “darasa” yang
berarti belajar. Jadi, madrasah berarti tempat belajar bagi peserta didik
(umat Islam) atau bangunan tempat pendidikan atau proses belajar
mengajar secara formal dan klasikal. Penjelmaan istilah madrasah
merupakan transformasi dari masjid ke madrasah yang melalui tiga
tahapan yaitu: tahap masjid, tahap masjid khan, dan tahap madrasah.
Sedangkan fenomena madrasah mulai menonjol sejak awal abad 11
-12 M, atau abad 5 H, tepatnya ketika wazir Bani Saljuk, Nizam al-
Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah di Baghdad.

1.      Madrasah Nizamiyah, Sekolah Islam Pertama


Institusi pendidikan Islam ideal lainnya yang lahir dari masa kejayaan
Islam adalah Perguruan (Madrasah) Nizamiyah. Perguruan ini
didirikan oleh Nizam al-Mulk, perdana menteri pada kesultanan
Seljuk pada masa Malik Syah, pada tahun 1066/1067 M. Ketika itu,
lembaga pendidikan ini hanya ada di Kota Baghdad, ibu kota dan
pusat pemerintahan Islam pada waktu itu. Kemudian, berkembang ke
berbagai kota dan wilayah lain. Di antaranya di Kota Balkh, Nisabur,
Isfahan, Mowsul, Basra, dan Tibristan. Dan, kota-kota ini menjadi
pusat studi ilmu pengetahuan dan menjadi terkenal di dunia Islam
pada masa itu.
Philip K Hitti dalam Sejarah Bangsa Arab menulis, Madrasah
Nizamiyah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang
menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu.
Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem yang mendekati sistem
pendidikan yang dikenal sekarang. Madrasah Nizamiyah merupakan
perguruan pertama Islam yang menggunakan sistem sekolah. Artinya,
dalam Madrasah Nizamiyah telah ditentukan waktu penerimaan siswa,
kenaikan tingkat, dan juga ujian akhir kelulusan.
Selain itu, Madrasah Nizamiyah telah memiliki manajemen tersendiri
dalam pengelolaan dana, punya fasilitas perpustakaan yang berisi
lebih dari 6.000 judul buku, laboratorium, dan beasiswa untuk pelajar
yang berprestasi. Bidang yang diajarkan meliputi disiplin ilmu
keagamaan (tafsir, hadis, fikih, kalam, dan lainnya) dan disiplin ilmu
akliah (filsafat, logika, matematika, kedokteran, dan lainnya).
Kurikulum Nizamiyah menjadi kurikulum rujukan bagi institusi
pendidikan lainnya. Namun, keberadaan Madrasah Nizamiyah ini
hanya bertahan hingga abad ke-14, sebelum Kota Baghdad
dihancurkan oleh tentara Mongol di bawah pimpinan Ti mur Lenk
pada tahun 1401 M.

2.      Universitas Al-Qarawiyyin, Obor Renaisans dari Kota Fez


Setelah Nizamiyah, lembaga pendidikan yang terbilang sangat modern
dan tertua di dunia adalah Universitas al-Qarawiyyin, di Fez, Maroko.
Guiness Book of Record (Museum Rekor Dunia) mencatat, lembaga
ini merupakan perguruan tinggi pertama di dunia yang memberikan
gelar kesarjanaan. Gelar itu baru diberikan pada tahun 1998. Menurut
Majalah Time edisi 24 Oktober 1960, lembaga ini didirikan pada
tahun 859 M. Dalam tulisannya, Majalah Time menjuluki universitas
ini sebagai Renaissance in Fez. Awalnya, Universitas Al-Qarawiyyin
adalah sebuah komunitas Qairawaniyyin, masyarakat pendatang dari
airawan, Tunisia di Kota Fez (Maroko). Komunitas membuat diskusi-
diskusi kecil di sebuah masjid.
Dalam perkembangannya, masjid yang berfungsi sebagai tempat
ibadah di halakah, banyak diikuti para penduduk sekitar. Akhirnya,
semakin meluas hingga menjadi lembaga pendidikan. Dan materi
yang dibahas semakin meluas, baik bidang agama maupun umum.
Beragam bidang yang disajikan mampu mendapat perhatian para
pelajar dari berbagai belahan dunia.
Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah
menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi. Jumlah
pendaftar yang berminat untuk menimba ilmu di universitas itu
bertambah banyak. Lembaga pendidikan ini pernah melahirkan
sejumlah tokoh Muslim kenamaan. Di antaranya, Abu Abullah Al-
Sati, Abu Al-Abbas al-Zwawi, Ibnu Rashid Al-Sabti, Ibnu Al-Haj Al-
Fasi, serta Abu Mazhab Al-Fasi, yang memimpin generasinya dalam
mempelajari mazhab Maliki. Tak heran bila kemudian, Universitas al-
Qarawiyyin ini menjadi perguruan tinggi paling prestisius di abad
pertengahan.
Peradaban Barat turut berutang budi kepada Universitas Al-
Qarawiyyin. Lembaga ini memiliki peran penting dalam proses
pengembangan ilmu pengetahuan di Barat pada abad ke-15 M.
Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II, turut menjadi
saksi keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin. Sebelum menjadi Paus,
ia sempat menimba ilmu di universitas favorit dan terkemuka ini.
3.      Universitas Al-Azhar, Institusi Pendidikan Islam Modern
Salah satu lembaga pendidikan tinggi yang dikenal modern adalah
Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Lembaga ini menggunakan sistem
pendidkan pada akhir ke-10 M oleh Jenderal Jauhar al-Sigli, seorang
panglima perang dari Daulah Bani Fatimiyyah pada 972 M. Sebutan
al-Azhar merujuk pada nama putri Rasulullah SAW, Fatimah az-
Zahra.
Universitas ini terhubung dengan masjid al-Azhar. Masjid al-Azhar
didirikan pada 969 M. Sementara itu, universitas ini baru mulai dibuka
pada bulan Ramadhan atau Oktober 975 M, ketika Ketua Mahkamah
Agung, Abdul Hasan Ali bin al-Nu’man, mulai mengajar
yurisprudensi yang diambil dari buku Al-Iktishar.
Al-Azhar dikenal sebagai lembaga pendidikan yang menerapkan
sistem pengajaran modern. Dalam kurikulumnya, terdapat berbagai
materi disiplin ilmu. Antara lain, ilmu agama, hukum Islam, tata
bahasa Arab, filsafat, dan logika. Kemudian, berkembang dan mulai
mengajarkan bidang ilmu pengetahuan modern dan eksakta.
Sejak pusat kebudayaan dan pengetahuan Islam di Kota Baghdad dan
Andalusia hancur setelah invasi bangsa Mongol, Universitas Al-Azhar
menjadi satu-satunya tempat tujuan para sarjana di seluruh penjuru
dunia yang ingin mempelajari Islam dan bahasa Arab. Untuk
mendukung peran tersebut, sejak awal universitas ini sudah dilengkapi
dengan perpustakaan dan laboratorium.
Keberadaan Universitas Al-Azhar sebagai sebuah institusi pendidikan
Islam terbesar dan modern, juga mendapat pengakuan dari Napoleon
Bonaparte. Dalam pengasingan di Pulau Saint Helena, Napoleon
menuliskan sebuah catatan harian yang isinya mengungkapkan
kekagumannya terhadap Universitas Al-Azhar saat tentaranya
melakukan penyerangan ke Mesir. Dalam catatan hariannya, ia
menyebut Al-Azhar merupakan tandingan Universitas Sorbonne di
Paris. Sorbonne merupakan universitas tertua di Prancis.
Kemudian, di masa Pemerintahan Ottoman, Al-Azhar tumbuh menjadi
sebuah lembaga pendidikan yang mandiri secara finansial dengan
sumber pendanaan berasal dari dana wakaf.

4.      Universitas Al-Mustansiriyah, Cahaya Peradaban di Akhir


Kejayaan Abbasiyah
Al-Mustansiriyah merupakan salah satu lembaga yang sangat penting
di Irak. Nama universitas tertua yang berdiri di Kota Baghdad ini
memang tak setenar Al-Azhar di Kairo, Mesir, atau Al-Qarawiyyin di
Fez, Maroko. Meski begitu, perguruan tinggi yang dibangun Khalifah
Al-Mustansir Billah (1226 M-1242 M) ini turut memainkan peranan
penting dalam sejarah peradaban Islam.
Perguruan tinggi yang namanya masih tetap dijadikan universitas di
era modern itu, tercatat sebagai universitas pertama yang secara
konsisten mengajarkan ilmu Alquran, seni berpidato, serta
matematika. Universitas al-Mustansiriyah pun mencatatkan dirinya
sebagai perguruan tinggi perintis di Baghdad, yang mampu
menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat.
Pada awalnya, madrasah-madrasah di Baghdad kerap mengajarkan
ilmu tertentu secara khusus. Namun, Khalifah Al-Mustansir Billah
menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu
perguruan tinggi. Keempat bidang studi itu, antara lain, ilmu Alquran,
biografi Nabi Muhammad, ilmu kedokteran, serta matematika.
Kendati lembaga ini baru dibangun pada 1227 M dan diresmikan pada
1234 M, Universitas al-Mustansiriyah termasuk salah satu perguruan
tinggi tertua dalam sejarah. Pamor dan populatas universitas ini
mampu membetot perhatian para pelajar dari seluruh dunia untuk
menimba ilmu di Kota Baghdad. Para pelajar berbondong-bondong
datang ke Mustansiriyah untuk mempelajari beragam ilmu
pengetahuan. Gedung universitas yang dibangun Khalifah Al-
Mustansir ini juga dilengkapi dengan beragam fasilitas kebutuhan
pelajar, seperti dapur, tempat shalat, kamar tidur, dan tempat mandi.
Bangunan universitas ini juga sempat dipugar oleh Sultan Abdul
Aziz–Khalifah Turki Usmani–ketika kerajaan Islam yang berpusat di
Turki itu menguasai Baghdad.
Gedung dan bangunan Universitas Al-Mustansiriyah yang terletak di
tepi kiri Sungai Tigris ini terkenal dengan keindahannya. Namun,
kejayaannya tak berlangsung lama. Setelah Khalifah Al-Mustansir
wafat dan digantikan Al-Mu’tasim (1242 M-1258 M), kekuasaan
Dinasti Abbasiyah pun ambruk.
Kemudian lembaga ini didirikan pada tahun 1963. Perguruan tinggi ini
memiliki 10 fakultas, dua institut, dan empat pusat studi dan kajian,
baik bidang agama maupun pengetahuan umum.

Anda mungkin juga menyukai