Anda di halaman 1dari 9

Pandemi Covid-19 memberi tantangan besar dalam upaya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat Indonesia dan berdampak terhadap sistem kesehatan.


Pemerintah telah menetapkan pandemi Corona Virus Disease 2019  (Covid-19)
sebagai bencana non-alam sejak Maret 2020. Sejak diumumkannya kasus
konfirmasi pertama sampai dengan tanggal 27 Mei 2021, sebanyak 1.797.499 kasus
konfirmasi Covid-19 telah dilaporkan di Indonesia dan tercatat sejumlah 49.907
orang meninggal dan 1.649.187 orang telah sembuh.

Tembakau juga merupakan faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan, dan diabetes. Selain itu,
orang yang hidup dengan kondisi ini lebih rentan terdampak Covid-19 yang parah.
Penggunaan tembakau adalah penyebab utama kematian kedua di dunia (setelah
hipertensi) dan saat ini ber menjadi penyebab kematian 1 dari 10 orang dewasa di
seluruh dunia. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan yang lebih besar bagi para
perokok untuk berhenti merokok dan perlu tindakan pencegahan, khususnya bagi
perokok pemula.

Ada keterkaitan antara pengguna rokok dengan Covid-19, yaitu perokok lebih
rentan terinfeksi Covid-19. Perokok berisiko 2-3 kali lipat lebih tinggi dirawat di
ICU, membutuhkan ventilasi atau bahkan meninggal akibat Covid19.

Berhenti merokok itu sulit, terutama dengan tekanan sosial dan ekonomi tambahan
yang datang sebagai akibat dari pandemi. Dari seluruh perokok yang ingin
berhenti di dunia, sekitar 70% dari mereka tidak memiliki akses untuk berhenti
merokok.

Setiap tahun, pada tanggal 31 Mei, Pemerintah Indonesia dan mitra merayakan
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Penyelenggaraan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia (HTTS) Tahun 2021 merupakan momen kepedulian semua pihak terhadap
perlindungan individu, keluarga, masyarakat termasuk kelompok rentan antara lain
anak-anak dan remaja melalui upaya berhenti merokok apapun rokoknya. Tema
HTTS tahun 2021 adalah “Berani Berhenti Merokok: apapun jenisnya”. Tema
global HTTS tahun ini sangat relevan dengan situasi di Indonesia yang memiliki
korelasi dengan konsumsi merokok dan meningkatnya perilaku merokok elektronik
di kalangan remaja. Indonesia memiliki jumlah perokok laki-laki tertinggi di dunia
dan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Selain itu,
prevalensi merokok di kalangan anak-anak usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2%
pada 2013 menjadi 9,1% pada 2018.

“Commit to Quit” akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat yang
kondusif untuk berhenti merokok dengan mengadvokasi kebijakan pengendalian
tembakau yang kuat; meningkatkan akses ke layanan berhenti merokok;
meningkatkan kesadaran akan taktik industri tembakau, dan memberdayakan
perokok agar berhasil dalam upaya berhenti melalui merokok.
Kegiatan peringatan HTTS dilaksanakan mulai 31 Mei dan untuk seterusnya,
kampanye sosial akan berjalan sepanjang tahun 2021. Adapun tujuan kampanye
tahun ini untuk meraih komitmen 5 juta perokok untuk berhenti merokok dan
menandatangani petisi online #beraniberhenti di tautan
https://rebrand.ly/BeraniBerhentipada kurun waktu sampai dengan 31 Desember
2021. Dukung kampanye ini juga dengan
twibbon https://twb.nz/htts2021committoquit, dan Dapatkan kumpulan media
HTTS 2021 di https://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-media-hari-tanpa-
tembakau-sedunia-2021.

Kegiatan kampanyeini tidak hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan,


tetapi juga oleh pemerintah daerah, lembaga negara, Lembaga Swadaya
Masyarakat, organisasi profesi, dunia usaha, swasta dan kelompok perempuan,
pelajar, dan mahasiswa.

Pemerintah memastikan seluruh masyarakat untuk memiliki akses berhenti


merokok melalui layanan konseling berhenti merokok “Quitline.INA” dan klinik
berhenti merokok di setiap puskesmas. Layanan berhenti merokok yang kuat
meningkatkan kesehatan, menyelamatkan nyawa dan menghemat beban negara
akibat Covid-19 dan penyakit akibat rokok.

Upaya sinergis dalam mengendalikan masalah konsumsi produk tembakau dan


Covid-19 yang didukung oleh seluruh masyarakat akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, agar terwujudnya generasi sehat Indonesia unggul.

 
Seminar Modernisasi Posyandu dan Launching Logo
Posyandu
03 Mei 2021 | Dilihat 722 Kali
4

Seminar Modernisasi Posyandu dan Launching Logo Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya


Masyarakat (UKBM) yang saat ini telah menjadi Lembaga Kemasyarakatan
Desa/Kelurahan yang diprakarsai oleh masyarakat dan dikelola oleh masyarakat
bersama pemerintah desa/kelurahan guna memberikan kemudahan memperoleh
pelayanan kesehatan masyarakat.

Keberadaan Posyandu sangat diperlukan dalam mendekatkan upaya promotif -


preventif kepada masyarakat dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, perlu
digaungkan kembali. Pelaksanaan dan pembinaannya menjadi tanggung jawab
bersama lintas sektor di setiap jenjang, utamanya dalam mendukung upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak, percepatan penanggulangan stunting dan
pencegahan Covid-19.

Mengingat eksistensi posyandu saat ini masih dianggap tidak kekinian,


kurang update,  produk masa lampau/kuno dan lain lagi, yang dibuktikan dengan
makin menurunnya jumlah sasaran yang hadir di Posyandu terlebih lagi dengan
terjadinya pandemi, maka perlu digaungkan kembali eksistensi Posyandu di tengah
masyarakat. Bahwa Posyandu juga dapat menjadi Posyandu yang modern dan
tidak tergerus oleh perkembangan jaman. Mengingatkan kembali bahwa kegiatan
di Posyandu seperti KIA, KB, gizi, imunisasi, dan pencegahan dan penanggulangan
diare.

Partisipasi masyarakat dalam mendukung terlaksananya Posyandu sangat penting,


karena tanpa keikutsertaan mereka ke Posyandu maka program ini tidak akan
dapat berjalan dengan baik. Dengan keaktifan mereka untuk datang dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu dapat mencegah dan mendeteksi
sedini mungkin gangguan dan hambatan pertumbuhan pada bayi dan balita.

Dalam rangka memperingati Hari Posyandu yang jatuh pada tanggal 29 April
setiap tahunnnya, Kementerian Kesehatan menggelar seminar dengan tema
“Modernisasi Posyandu” di Ruang Siwabessy Gedung Sujudi Kementerian
Kesehatan dan daring melalui aplikasi zoom dan live
streaming Youtube Kementerian Kesehatan RI yang dimulai pukul 08.30 WIB.

Logo Posyandu Terbaru

Pada acara tersebut juga bersamaan dengan peluncuran/launching logo Posyandu.


Berbagai pembicara dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, serta perwakilan dari Kepala
Desa hadir untuk berbagi informasi dalam pelaksanaan dan pembinaan Posyandu
dengan dipandu oleh Shahnaz Haque sebagai moderator. Kegiatan tersebut dapat
kembali disimak di https://www.youtube.com/c/KementerianKesehatanRI/videos.

Diharapkan dengan adanya seminar dan launching logo Posyandu ini, dapat


menggaungkan kembali keberadaan Posyandu di tengah masyarakat serta
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam memanfaatkan layanan Posyandu
untuk menjaga kesehatan dan meningkatan kesejahteraan keluarga dengan
dukungan serta pembinaan semua pihak yang terkait, menjadikan Posyandu
Sahabat Masyarakat.

Link Unduh Materi Desain Logo Posyandu Terbaru:


https://promkes.kemkes.go.id/desain-logo-posyandu-2021

https://promkes.kemkes.go.id/desain-logo-posyandu-2021-original

Asma pada Anak, Kenali Gejala dan Cara


Menanganinya

Gejala dan tingkat keparahan asma pada anak bisa berbeda dengan asma
pada orang dewasa. Jika tidak ditangani dengan baik, asma bisa sering
kambuh dan semakin sulit diobati. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui gejala dan faktor pemicu asma pada anak serta langkah
penanganannya.
Diagnosis dan penanganan terhadap anak yang menderita asma, terutama anak
usia di bawah 5 tahun, bukanlah perkara mudah. Asma pada anak memiliki gejala
yang beragam dan tingkat keparahan yang berbeda-beda.

Ada anak yang mengalami gejala asma ringan, tetapi ada pula yang mengalami
gejala berat setiap kali asmanya kambuh. Langkah penanganan asma pada anak
umumnya disesuaikan dengan tingkat keparahan asma yang dialami anak dan
seberapa sering gejala asma kambuh.

Penyebab dan Faktor Pemicu Asma


Penyebab penyakit asma, baik pada orang dewasa dan anak-anak, belum
diketahui secara pasti. Meski demikian, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena asma, di antaranya:

 Faktor genetik atau bawaan lahir


 Paparan polusi udara, misalnya asap rokok atau menjadi perokok pasif
 Paparan pemicu alergi (alergen), misalnya debu, bulu hewan, serbuk sari,
dan tungau
 Kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah
 Cuaca ekstrem, misalnya suhu udara terlalu dingin
 Infeksi saluran pernapasan berulang dan parah,
seperti pneumonia dan bronkitis
 Riwayat penyakit alergi, misalnya eksim dan alergi makanan
 Riwayat anggota keluarga dengan penyakit asma, eksim, alergi, atau rhinitis

Tanda dan Gejala Asma pada Anak


Gejala asma yang muncul pada setiap anak bisa berbeda-beda. Hal tersebut
membuat asma pada anak sulit terdeteksi. Meski demikian, ada beberapa gejala
utama yang umumnya muncul ketika anak mengalami serangan asma, yaitu napas
berbunyi atau mengi, sesak napas, dan batuk.
Selain itu, ada pula gejala lain yang bisa muncul ketika asma pada anak sedang
kambuh, antara lain:

 Sulit bernapas atau napas tampak berat dan cepat


 Anak tidak mau makan atau menyusu
 Kulit pucat disertai kuku dan bibir kebiruan
 Tampak lemas dan kurang aktif
 Terlihat kurang bertenaga, mudah lemas atau capek, dan sering batuk saat
beraktivitas
 Otot dada dan leher tampak tertarik ketika anak bernapas atau hidung
kembang kempis ketika bernapas
 Anak tampak rewel karena merasa sesak atau tidak nyaman di dada

Pada beberapa anak, gejala asma ini bisa lebih parah. Pada kasus yang parah,
asma pada anak bisa menimbulkan beberapa tanda dan gejala berikut ini:

 Napas terengah-engah dan cepat, sehingga cara bicaranya gagap atau


bahkan anak tidak bisa berbicara sama sekali
 Kesulitan saat menarik napas
 Perut terlihat mengempis ke bawah tulang rusuk saat anak bernapas
 Anak masih merasa sesak napas meski telah mendapatkan obat asma
 Penurunan kesadaran atau pingsan karena kekurangan oksigen
Jika hal ini terjadi, segera bawa anak Anda ke rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.

Cara Menangani Asma pada Anak


Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya bisa dicegah dan
dikendalikan. Untuk menangani asma pada anak dan mencegahnya kambuh
kembali, Anda dapat mengikuti beberapa tips berikut ini:

1. Kenali dan hindari faktor pencetus kambuhnya gejala asma


Faktor pencetus asma pada setiap anak berbeda-beda. Namun, gejala asma
umumnya muncul saat anak terpapar asap rokok, udara dingin, debu, dan polusi
udara, atau saat melakukan aktivitas fisik berat.
Oleh karena itu, Anda perlu mengenali dan mencatat apa saja faktor pemicu asma
pada anak, kemudian sebisa mungkin jauhi anak dari faktor pencetus tersebut.
Terkadang, stres dan gangguan cemas juga bisa membuat gejala asma pada anak
mudah kambuh.

2. Berikan obat-obatan asma


Secara umum, ada dua jenis obat asma yang dapat diberikan dokter untuk
menangani dan mencegah kambuhnya gejala asma pada anak, yaitu:
Obat asma controller
Obat asma jenis ini berfungsi untuk mencegah kambuhnya gejala asma. Obat
asma yang tergolong sebagai obat asma controller adalah obat golongan beta
agonis kerja lama (long-acting beta agonist/LABA), kortikosteroid hirup, leukotriene
modifiers, dan teofilin
Obat asma reliever
Obat asma reliever berfungsi untuk meredakan gejala asma dalam waktu cepat
saat kambuh. Beberapa jenis obat pereda asma reaksi cepat
meliputi bronkodilator atau obat golongan beta agonis kerja cepat (short-acting
beta agonists/SABA), kortikosteroid, dan ipratropium.
Obat-obatan asma pada anak umumnya tersedia dalam bentuk obat hirup yang
digunakan dengan alat bantu, seperti inhaler dan nebulizer.
Selain pemberian obat asma, terkadang dokter juga akan meresepkan obat
antibiotik. Namun, obat ini hanya diberikan ketika anak penderita asma mengalami
infeksi bakteri, misalnya pneumonia.

3. Berikan terapi oksigen


Anak yang menderita asma bisa mengalami penurunan jumlah oksigen ketika
gejala asmanya kambuh. Jika anak mengalami hal tersebut, pengobatan asma
sebaiknya disertai dengan terapi oksigen.
Terapi oksigen sangat penting untuk mencegah dan mengatasi
kondisi hipoksia atau rendahnya kadar oksigen dalam darah. Jika tidak diobati
dengan tepat, hipoksia berpotensi menyebabkan anak mengalami kerusakan
organ dan bahkan kematian.

Tips Menjaga dan Merawat Anak dengan Asma


Jika Anda memiliki anak yang menderita penyakit asma, ada beberapa tips yang
bisa dilakukan untuk menjaga dan merawat anak dengan asma, di antaranya:

 Kenali dan catat gejala asma yang dialami anak dan ketahui seberapa buruk
gejala tersebut memengaruhi aktivitasnya.
 Catatlah seberapa sering serangan asma kambuh.
 Kenali faktor pencetus asma pada anak.
 Ketahui pertolongan pertama serangan asma pada anak sesuai anjuran
dokter.
 Pahami berbagai jenis pengobatan dan cara kerja obat asma.
 Berikan obat asma pada anak sesuai dengan petunjuk dokter.
 Ketahui efek samping masing-masing obat dan jangan berikan obat melebihi
dosis yang dianjurkan.
 Amati apakah pengobatan sudah optimal dalam menangani gejala yang
muncul dan mengurangi frekuensi serangan asma.
 Kunjungi dokter dan lakukan tes peak flow meter untuk mengetahui
seberapa baik paru-paru anak bekerja.

Untuk mencegah kambuhnya gejala asma pada anak, Anda juga bisa mengikuti
beberapa tips berikut ini:

 Bersihkan rumah dan kamar anak secara menyeluruh dari debu dan kotoran
hewan peliharaan.
 Hindari penggunaan produk pembersih atau produk keperluan rumah tangga
yang mungkin menimbulkan iritasi pada anak.
 Gunakan obat alergi seperti yang dianjurkan oleh dokter dan jangan
mengubah dosis tanpa sepengetahuan dokter.
 Ajarkan anak mengenai kebiasaan hidup sehat. Salah satunya adalah rajin
mencuci tangan untuk meminimalkan risiko terkena pilek.
 Ajarkan anak tentang pentingnya menghindari pemicu asma pada dirinya.
 Bekali anak dengan inhaler saat di sekolah atau beraktivitas di luar rumah,
serta ajari pula cara penggunaannya.

Asma pada anak tidak bisa dianggap sepele karena dapat membahayakan buah
hati. Jika Si Kecil mengalami asma, Anda perlu mengenali apa saja faktor pemicu
gejala asma yang dialaminya dan sebisa mungkin selalu menghindarinya.
Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar asma pada anak dan cara
menanganinya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan memberi tahu
Anda tentang langkah-langkah mencegah dan mengontrol penyakit asma pada
anak.
Terakhir diperbarui: 30 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai