Tembakau juga merupakan faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan, dan diabetes. Selain itu,
orang yang hidup dengan kondisi ini lebih rentan terdampak Covid-19 yang parah.
Penggunaan tembakau adalah penyebab utama kematian kedua di dunia (setelah
hipertensi) dan saat ini ber menjadi penyebab kematian 1 dari 10 orang dewasa di
seluruh dunia. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan yang lebih besar bagi para
perokok untuk berhenti merokok dan perlu tindakan pencegahan, khususnya bagi
perokok pemula.
Ada keterkaitan antara pengguna rokok dengan Covid-19, yaitu perokok lebih
rentan terinfeksi Covid-19. Perokok berisiko 2-3 kali lipat lebih tinggi dirawat di
ICU, membutuhkan ventilasi atau bahkan meninggal akibat Covid19.
Berhenti merokok itu sulit, terutama dengan tekanan sosial dan ekonomi tambahan
yang datang sebagai akibat dari pandemi. Dari seluruh perokok yang ingin
berhenti di dunia, sekitar 70% dari mereka tidak memiliki akses untuk berhenti
merokok.
Setiap tahun, pada tanggal 31 Mei, Pemerintah Indonesia dan mitra merayakan
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Penyelenggaraan Hari Tanpa Tembakau
Sedunia (HTTS) Tahun 2021 merupakan momen kepedulian semua pihak terhadap
perlindungan individu, keluarga, masyarakat termasuk kelompok rentan antara lain
anak-anak dan remaja melalui upaya berhenti merokok apapun rokoknya. Tema
HTTS tahun 2021 adalah “Berani Berhenti Merokok: apapun jenisnya”. Tema
global HTTS tahun ini sangat relevan dengan situasi di Indonesia yang memiliki
korelasi dengan konsumsi merokok dan meningkatnya perilaku merokok elektronik
di kalangan remaja. Indonesia memiliki jumlah perokok laki-laki tertinggi di dunia
dan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah India dan China. Selain itu,
prevalensi merokok di kalangan anak-anak usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2%
pada 2013 menjadi 9,1% pada 2018.
“Commit to Quit” akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat yang
kondusif untuk berhenti merokok dengan mengadvokasi kebijakan pengendalian
tembakau yang kuat; meningkatkan akses ke layanan berhenti merokok;
meningkatkan kesadaran akan taktik industri tembakau, dan memberdayakan
perokok agar berhasil dalam upaya berhenti melalui merokok.
Kegiatan peringatan HTTS dilaksanakan mulai 31 Mei dan untuk seterusnya,
kampanye sosial akan berjalan sepanjang tahun 2021. Adapun tujuan kampanye
tahun ini untuk meraih komitmen 5 juta perokok untuk berhenti merokok dan
menandatangani petisi online #beraniberhenti di tautan
https://rebrand.ly/BeraniBerhentipada kurun waktu sampai dengan 31 Desember
2021. Dukung kampanye ini juga dengan
twibbon https://twb.nz/htts2021committoquit, dan Dapatkan kumpulan media
HTTS 2021 di https://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-media-hari-tanpa-
tembakau-sedunia-2021.
Seminar Modernisasi Posyandu dan Launching Logo
Posyandu
03 Mei 2021 | Dilihat 722 Kali
4
Dalam rangka memperingati Hari Posyandu yang jatuh pada tanggal 29 April
setiap tahunnnya, Kementerian Kesehatan menggelar seminar dengan tema
“Modernisasi Posyandu” di Ruang Siwabessy Gedung Sujudi Kementerian
Kesehatan dan daring melalui aplikasi zoom dan live
streaming Youtube Kementerian Kesehatan RI yang dimulai pukul 08.30 WIB.
https://promkes.kemkes.go.id/desain-logo-posyandu-2021-original
Gejala dan tingkat keparahan asma pada anak bisa berbeda dengan asma
pada orang dewasa. Jika tidak ditangani dengan baik, asma bisa sering
kambuh dan semakin sulit diobati. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui gejala dan faktor pemicu asma pada anak serta langkah
penanganannya.
Diagnosis dan penanganan terhadap anak yang menderita asma, terutama anak
usia di bawah 5 tahun, bukanlah perkara mudah. Asma pada anak memiliki gejala
yang beragam dan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Ada anak yang mengalami gejala asma ringan, tetapi ada pula yang mengalami
gejala berat setiap kali asmanya kambuh. Langkah penanganan asma pada anak
umumnya disesuaikan dengan tingkat keparahan asma yang dialami anak dan
seberapa sering gejala asma kambuh.
Pada beberapa anak, gejala asma ini bisa lebih parah. Pada kasus yang parah,
asma pada anak bisa menimbulkan beberapa tanda dan gejala berikut ini:
Kenali dan catat gejala asma yang dialami anak dan ketahui seberapa buruk
gejala tersebut memengaruhi aktivitasnya.
Catatlah seberapa sering serangan asma kambuh.
Kenali faktor pencetus asma pada anak.
Ketahui pertolongan pertama serangan asma pada anak sesuai anjuran
dokter.
Pahami berbagai jenis pengobatan dan cara kerja obat asma.
Berikan obat asma pada anak sesuai dengan petunjuk dokter.
Ketahui efek samping masing-masing obat dan jangan berikan obat melebihi
dosis yang dianjurkan.
Amati apakah pengobatan sudah optimal dalam menangani gejala yang
muncul dan mengurangi frekuensi serangan asma.
Kunjungi dokter dan lakukan tes peak flow meter untuk mengetahui
seberapa baik paru-paru anak bekerja.
Untuk mencegah kambuhnya gejala asma pada anak, Anda juga bisa mengikuti
beberapa tips berikut ini:
Bersihkan rumah dan kamar anak secara menyeluruh dari debu dan kotoran
hewan peliharaan.
Hindari penggunaan produk pembersih atau produk keperluan rumah tangga
yang mungkin menimbulkan iritasi pada anak.
Gunakan obat alergi seperti yang dianjurkan oleh dokter dan jangan
mengubah dosis tanpa sepengetahuan dokter.
Ajarkan anak mengenai kebiasaan hidup sehat. Salah satunya adalah rajin
mencuci tangan untuk meminimalkan risiko terkena pilek.
Ajarkan anak tentang pentingnya menghindari pemicu asma pada dirinya.
Bekali anak dengan inhaler saat di sekolah atau beraktivitas di luar rumah,
serta ajari pula cara penggunaannya.
Asma pada anak tidak bisa dianggap sepele karena dapat membahayakan buah
hati. Jika Si Kecil mengalami asma, Anda perlu mengenali apa saja faktor pemicu
gejala asma yang dialaminya dan sebisa mungkin selalu menghindarinya.
Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar asma pada anak dan cara
menanganinya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan memberi tahu
Anda tentang langkah-langkah mencegah dan mengontrol penyakit asma pada
anak.
Terakhir diperbarui: 30 Desember 2020