Anda di halaman 1dari 11

1.

1 Latar Belakang

Perlindungan sosial masyarakat akan pangan diberikan dalam bentuk bantuan sosial
pangan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah/keluarga miskin dan rentan. Bantuan sosial pangan bertujuan untuk mengurangi beban
pengeluaran keluarga miskin dan rentan tersebut dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Program bantuan sosial pangan sebelumnya merupakan Subsidi Rastra, dan mulai
ditransformasikan menjadi Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) pada 2017 di 44 kota terpilih.
Selanjutnya, pada tahun 2018 program Subsidi Rastra secara menyeluruh ditransformasi menjadi
program Bantuan Sosial Pangan yang disalurkan melalui Skema nontunai dan Bansos Rastra.
Pada akhir tahun 2019, program Bantuan Sosial Pangan di seluruh kabupaten/kota dilaksanakan
dengan skema nontunai atau BPNT, dengan sejumlah kabupaten yang memiliki keterbatasan
kondisi infrastrukur nontunai menjalankan mekanisme program Sembako untuk wilayah khusus.
BPNT merupakan upaya pemerintah untuk mentransformasikan bentuk bantuan menjadi
nontunai (cashless) yakni melalui penggunaan kartu elektronik yang diberikan langsung kepada
KPM. Bantuan sosial tersebut disalurkan kepada KPM dengan menggunakan sistem perbankan,
yang kemudian dapat digunakan untuk memperoleh beras dan/atau telur di e-Warong, sehingga
KPM juga memperoleh gizi yang lebih seimbang.
Pada tahun 2020 dalam rangka mewujudkan penguatan perlindungan sosial dan
meningkatkan efektifitasprogram bantuan sosial pangan, maka program BPNT dikembangkan
menjadi program Sembako. Denganprogram Sembako, indeks bantuan yang semula
Rp.110.000/KPM/bulan naik menjadi Rp.150.000/KPM/bulan. Selain itu, program Sembako
memperluas jenis komoditas yang dapat dibeli sehingga tidak hanyaberupa beras dan telur
seperti pada program BPNT. Hal ini sebagai upaya dari Pemerintah untuk memberikan akses
KPM terhadap bahan pokok dengan kandungan gizi lainnya dan sebagai upaya pencegahan
stunting. Memasuki tahun 2020 seluruh dunia dikejutkan dengan kehadiran virus yaitu Corona
Virus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya yang disebut Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) yang dengan cepat menyebar ke seluruh dunia menjadi pandemi Covid-19. Krisis
kesehatan ini berdampak pada aspek perekonomian dan sosial dan memaksa beberapa negara
untuk melakukan karantina wilayah (lockdown). Upaya penanganan telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mencegah perluasan pandemi dan mengurangi dampak sosial-ekonomi yang
terjadi. Dalam menangani situasi tersebut salah satu kebijakan yang diambil pemerintah dalam
rangka Pemulihan Ekonomi Nasional di antaranya yaitu pemberian stimulus untuk kelompok
usaha kecil dan penduduk terdampak Covid-19 melalui program jarring pengaman sosial (JPS).
Salah satu instrumen JPS yang disiapkan Pemerintah sebagai kebijakan stimulus untuk
mengurangi dampak COVID-19 adalah melalui program Sembako, yang merupakan program
nasional dan telah diperuntukkan untuk menyasar masyarakat miskin dan rentan. Mulai bulan
Maret 2020, indeks bantuan program Sembako kembali dinaikkan menjadi Rp
200.000/KPM/bulan. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat selama masa
tanggap darurat ini. Selain peningkatan indeks bantuan, jumlah penerima manfaat program
Sembako pada tahun 2020 juga diperluas dari 15.6 juta KPM menjadi 20 juta KPM. Masa
pelaksanaan program JPS juga menjadi momentum untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan
pelaksanaan Program Sembako yang sudah berjalan, dimana masih banyak ditemukan tantangan
dalam melaksanakan program bantuan sosial nontunai, secara spesifik di wilayah Provinsi Papua
dan Papua Barat.
Mayoritas wilayah kabupaten di kedua provinsi tersebut merupakan wilayah yang
memerlukan mekanisme khusus dalam melaksanakan BPNT sejak September 2019. Pelaksanaan
program Sembako dengan mekanisme khusus untuk wilayah-wilayah di Provinsi Papua dan
Papua Barat dinilai belum efektif, yang utamanya disebabkan ketidaksiapan kondisi infrastruktur
pendukung untuk pelaksanaan penyaluran bansos secara nontunai. Berdasarkan hasil evaluasi
Tim Pengendali Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Sosial Secara Nontunai, disimpulkan bahwa
beberapa wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat belum dapat melaksanakan penyaluran
bantuan sosial secara nontunai sehingga memerlukan mekanisme alternatif untuk penyaluran
dana bantuan Program Sembako. Pelaksanaan mekanisme alternative pada beberapa kabupaten
di kedua provinsi tersebut perlu diiringi dengan berbagai upaya persiapan menuju pelaksanaan
penyaluran bansos secara nontunai, termasuk upaya perbaikan dan pemutakhiran data pada Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial oleh pemerintah daerah dan penyiapan infrastruktur sinyal
jaringan telekomunikasi. Ketentuan lebih lanjut terkait mekanisme alternatif tersebut diatur
melalui petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial. Mempertimbangkan berbagai
perubahan yang terjadi pada pelaksanaan program Sembako, baik sebagai program JPS selama
masa penanganan Covid-19 maupun sebagai upaya optimalisasi pelaksanaan program Sembako
dari evaluasi yang telah dilakukan, maka perlu dilakukan perubahan pada Pedoman Umum
Program Sembako Tahun 2020 yang sebelumnya telah dikeluarkan pada bulan Desember 2019
oleh Tim Pengendali. Perangkat aturan lebih lanjut yang mengatur hingga teknis pelaksanaan
program Sembako dikeluarkan oleh Kementerian Sosial sebagai penanggung jawab anggaran
progeam dan tidak bertentangan dengan pedoman ini

1.2 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2020.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
PemerintahNomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Serta
Penyelamatan Ekonomi Nasional
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur
dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020
5. Undang-undang republik Indonesia no 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-
undang Nomer 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindakan pidana korupsi.
6. Undang-undang nomer 5 tahun 2014 tentang aparatur siipil Negara
7. Undang Republic Indonesia Nomer 13 Tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin
daerah Sulawesi selatan.
8. Undang-undang nomer 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
menegaskan sebagaimana dalam pasal 28f undng-undang dasar Negara republic
Indonesia tahun 1945 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpn
infoormasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia
9.
1.3 Kajian Masalah
Berdasarkan hasil investigasi dan kajian kawan-kawan aktivis APM (Aliansi pemuda
Menggugat) dan AMPRI (Aliansi Mahasiswa Prihatin) di 24 kabupaten se SUL-SEL
berindikasi tidak mematuhi pedum dalam proses penyaluran BPNT berikut adalah detail
masalah yang diteliti dari hasil investigasi kawan-kawan yang terjun langsung ke 24
kabupaten di SUL-SEL sebagai berikut:
1. System penunjukan E-warong atau agen yang dilakukan oleh bank penyalur baik bank
mandiri ataupun bank BRI di masing-masing daerah/kabupaten kota tidak memenuhi
syarat sebagaimana ketentuan dalam pedum. Salah satu contoh ditemukannya E-Warong
yang tidak memberikan pilihan kepada keluarga penerima manfaat
2. Banyaknya kartu KKS ganda yang ditemukan di beberapa kabupaten diantaranya sebagai
berikut
a. Contohnya ganda keluarga masih tercatata namanya dalam satu NIk keluarga
b. Ganda identik ada perbedaan nama, huruf, atau tanggal lahir
c. Ganda identitasnya sama
3. Keterlambatan kartu keluarga sejahtera penerima dan saldo KPM yang seharusnya masuk
RP.200.000.00/bulan.
4. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang permasalahan program BPNT.
BERDASARKAN PEDUM FAKTA INTEGRITAS
1. Penunjukan E-warong merupakan 1. Berdasarkan fakta dan hasil investigas
wewenang bank penyalur dengan lapangan di temukan, Penunjukan E-
persyaratan sebagai berikut warong di beberapa kabupaten tidak
a. Dapat memiliki pemasok yang dilakukan oleh Bank penyalur (Bank
memilki kriteria sebagai mandiri/Bri) sebagai mana aturan yang
berikut: tercamtum dalam pedum, dalam hal ini
1). Dapat diandalkan untuk terkhususnya E-warong di kabupaten
menyediakan produk bahan wajo itu di tunjuk lansung oleh
pangan yang secara konsisten pendamping PKH sehinggah
berkualitas dengan harga yang menyalahi aturan dalam pedum 2020
kompetitif kepada E-warong. point 3.1.4. yang menjelaskan bahwa
2).Dapat memastikan penunjukan E-warong hanya di
ketersediaan bahan pangan lakukan oleh Bank penyalur (Bank
secara berkelanjutan kepada E- Mandiri/Bri)
warong A. 1. beberapa E-warong di
b. E-warong tidak diperbolehkan kabupaten/kota menyediakan bahan
berbadan usaha milik Negara pangan yang tidak berkualitas
(BUMN), badan usaha milik terkhususnya kabupaten bulukumba,
desa (BUNDES) beserta unit memiliki beras yang kuning, berkutu,
usahanya, tokoh tani, pegawai dan tidak layak konsumsi
bank penyalur dan termasuk B. 1.E-warong di Beberapa
ASN (TNI dan POLRI), kepala kebupaten/kota yang di temukan dari
desa/Lurah, perangkat hasil investigasi terkhusus di kabupaten
desa/aparatur kelurahan, Enrekang itu terikat dalam struktural
anggota badan pemerintahan desa dalam hal ini
permusyarawatan desa (BPD) menjabat sebagai bendahara desa yang
atau badan permusyarawatan menjadi E-warong,sebagaimana
kelurahan (BPK), tenaga mestinya di dalam pedum 2020 point
pelaksana bansos pangan, dan 3.1.4. huruf I
SDM pelaksana program C. 1. Hampir semua E-warong di
keluarga harapan baik kabupaten/kota itu memaketkan bahan
perorangan maupun pangan terkhusus di kabupaten
perkelompok membentuk wajo,sedangkan di kabupaten Enrekang
badan usaha tidak E-warong tidak memberikan
diperbolehkan menjadi E- kesempatan untuk KPM memilih
warong maupun menjadi lansung bahan pangan sebagai mana
pemasok. yang tercantum dalam pedum 2020
c. E-Warong tidak boleh point 3.1.4.
melakukan pemaketan bahan 2. Sedangkan fakta di lapangan
pangan yaitu menjual bhan terkhusus di kabupaten jeneponto itu
pangan dengan jenis dan dalam melakukan pembagian bahan pangan
jumlah yang ditentukan sepihak yang tidak sesuai dengan ketentuan
oleh E-Warong atau pihak lain pedum,dalam hal ini E-
sehingga KPM tidak memiliki warong/suplayer membagikan ikan
pilihan. kaleng sedangkan sangat jelas di
2. bahan pangan yang dapat dibeli oleh ketentuan pedum di point 2.6.
KPM di E-warong menggunakan dana (mengenai bahan pangan) itu tidak di
bantuan program sembako adalah: perbolehkan untuk meberikan produk
a. sumber karbohidrat pabrikan kepada KPM.
b. sumber protein hewani 3. Dari hasil investigasi di lapangan yang
c. sumber protein nabati di temukan,terkhusus di kabupaten
d. sumber vitamin dan mineral wajo ada E-warong yang melakukan
pemilihan komoditi bahan pangan pemotongan hingga Rp.9.000 dalam
dalam program sembako bertujuan sekali pengesekan,dan itu melanggar
untuk menjaga kecukupan gizi KPM. kesesuaian pedum di
Bantuan program sembako tidak boleh ponit3.7.4(penyaluran dana
digunakan untuk pembelian minyak, bantuan)BPNT/sembako

tepung terigu, gula pasir, susu, MP-ASI 4. Sedangkan dari hasil investigasi di
pabrikan, makanan kaleng, mie instant beberapa daerah/kabupaten terkhusus
dan bahan pangan lainnya yang tidak di Bone,ada E-werong yang di tunjuk
temasuk dalam butir-butir point A lansung oleh pendamping PKH,dan
sampai D diatas. beberapa kecamatan yang berada di
3. Tidak seluruh pihak, tidak di kabupaten Bone ada anggota TKSK
perbolehkan melakukan yang menjadi pemasok/suplayer dan
pungutan/pemotongan terhadap itu melanggar ketentuan pedum point
bantuan program sembako yang di 3.1.4(penyiapan E-warong).
terima KPM. Jika ditemukan adanya 5. Dari hasil investigasi lapangan di
pemotongan atau pengutan terhadap beberapa daerah/kabupaten yang kami
program sembako harap segera temukan,adanya indikasi peyalagunaan
melaporkan melalui saluran pengaduan wewenang terkhusus di kabupaten
yang tersedia untuk program sembako. jeneponto dimana sekrertaris daerah
4. Pendamping PKH atau TKSK tidak selaku ketua(tikor) yang menunjuk
boleh menjadi suplayer/pemasok pada lansung pemasok/suplayer dan itu
program BPNT ataaupun menjadi E- telah menyalahi pedum di huruf C
warung angka 4.dimana di jelaskan poksi dan
5. Pemerintah kabuaten/kota tidak tujuan ketua tikor,tetapi faktanya
memiliki kewenangan dalam hal ini mereka tidak melakukan hal tersebut
sekretaris daerah (ketua tikor) dan k mulai dari evaluasi hingga sosialisasi
epala dinas sosial (sekretaris tikor) dan pelaksanaan penyaluran program
kabupaten/kota untuk menunjuk atau BPNT/sembako.
merekomendasikan suplayer/pemasok
pangan pada program bantuan pangan
non tunai/sembako.

6. Hal-hal yang perlu dipersiapkan Bank 6. Hasil investigasi yang di temukan


penyalur dalam menetapkan agen bebrapa kabupaten/kota.Bank Mandiri
bank,pedagang dan/atau pihak lain selaku bank penyalur tidak pernah
untuk menjadi E-warong yang mempersiapkan dan mengevaluasi E-
melayani program sembako.sedikitnya warong tersebut.
mencakup bebarapa hal;
a. Di beberapa kabupaten/kota
a. Bank penyalur dan tim kordinasi Dimana bank mandiri selaku bank
bansos pangan Kabupaten/kota penyalur tidak pernah memastikan
memastikan kecukupan jumlah dan kecukupan bahan pangan untuk para
sebaran E-warong agar dapat KPM,dimana bahan pangan seperti
dengan mudah dijangkau oleh ikan kaleng biltan dengan HPP nya
KPM,dan untuk menghindari Rp.9.000 dan di jual kepada
antrean serta permainan harga pemasok sebesar Rp15.000 dan di
bahan pangan di atas harga wajar. jual kembali ke E-warong sebesar
b. Memberikan layanan perbankan Rp23.000
kepada E-warong ,termasuk di b. Di beberapa kebupaten/kota,ada E-
antaranya;pembukaan rekening warong yang tak pernah
tabungan,pendaftaran menjadi agen menyiapkan layanan perbankan,dan
laku pandai atau LKD,dan layanan tak pernah mendaftarkan menjadi
usaha lainnya agen laku pandai
c. Melakukan upaya edukasi dan c. Melihat hasil di lapangan beberapa
sosialisasi pemasaran/branding. kabupaten/kota tidak adanya upaya
Perbaikan fasilitas E-warong dan edukasi dan sosialisasi yang di
lainnya untuk melayani KPM. lakukan pihak bank
d. Mencetak dan memasang penanda penyalur,dimana ada E-warong
e-Warong minimal berukuran 50 yang mempunyai fasilitas yang
cm x 50 cm, berikut penanda e- berada di kandang kambing.
Warong yang digunakan d. Ada pula beberapa kabupaten/kota
7. Tim koordinasi bansos pangan yang di temukan E-warong yang
kabupaten/kota mempunyai tugas tak mempunyai penanda dan itu
melakukan koordinasi menyalahi pedum sebagaimana
perancanaan,penganggaran,pemutakhir mestinya.
an data KPM,sosialisasi,pelaksanaan 7. Di mana fakta lapangan yang di
distribusi KKS berasama bank temukan,tim koordinasi bansos
penyalur,pemantauan dan evaluasi pangan kabupaten/kota itu tidak pernah
penanganan pengaduan,serta pelaporan turun sosialisasi,dan tim koordinasi
pelaksanaan program. bersama bank penyalur tidak pernah
8. Penerima manfaat program sembako melakukan distribusi lansung untuk
adalah keluarga dengan kondisi sosial memberikan kartu keluarga
ekonomi terendah di daerah sejahtra(KKS).
pelaksanaan sesuai pagu/jumlah KPM 8. Dimana hasil investigasi lapangan
yang di tentukan untuk daerah yang di temukan di beberapa
tersebut.penerima program sembako kabupaten/kota dimana penerima KPM
sering disebut sebagai keluarga itu bukan dari keluarga dengan kondisi
penerima manfaat(KPM)program sosial rendah,dan itu menyalahi
sembako,yang datanya bersumber dari sebagaimana mestinya dalam pedum.
data terpadu kesejahteraan 9. Hasil yang terlihat di lapangan
sosial(DTKS)dan ditetapkan oleh beberapa kabupaten/kota,tim
kementerian sosial. pengendali dan tim koordinasi bansos
9. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pangan itu tidak pernah turun
oleh tim pengendali dan tim koordinasi melakukan pemantauan apa lagi
bansos pangan pusat dapat dilakukan melakukan evaluasi,sedangkan di
secara berjenjang,sampai ke KPM bila pedum jelas bahwa tim koordinasi dan
diperlukan. tim pengandali harus melakukan
evaluasi.yang berjenjang sampai ke
KPM.

1.4 TERINDIKASI PENYALAH GUNAAN KEWENANGAN DALAM PROGRAM BPNT/SEMBAKO sebagai


berikut:
1. Rahim sila selaku suplayer atau pemasok
Terindikasi penyelahgunaan kewenangan sebagai suplier dimana rahim silah melakukan
pemasokan ikan kaleng tampa dekkes di beberpa kabupaten sulsel terkhusus di kabupaten
bulukumba, bantaeng, jeneponto, takalar, gowa, enrekang, bone, sinjai, barru, dan pangkep yang
tidak sesuai dengan peraturan pedum
2. Irwandi nasir anggota komisi 8 DPR provinsi partai PAN
3. Samsurniang anggota DPR RI partai PDIP
4. Manggara simanjuntak selaku Ketua BPK SulSel
5. Bank penyalur di masing-masing daerah Sul-Sel
 Bank himbara atau bank penyalur dalam hal ini bank mandiri dan bank Bri melakukan
keselahan dalam penunjukan e-Warong di semua kabupaten di sulsel.dimana e-warong
berada di bengkel dan kandang kambing dan itu menunjukan kesalahan oleh bank
penyalur,dimana bank penyalur tak pernah turun untuk menunjuk lansung e-warong.
Berdasarkan hasil investigasi dan monitoring bahwa banyaknya di temukan kartu keluarga
sejahtera (KKS) yang isinya kosong, padahal menurut hemat dan kajian kami, bahwa
persoalan adanya KKS kosong tersebut adalah merupakan akal akalan bank penyalur,
karena tentunya pendistribusian anggaran berdasarkan surat perintah pencairan dana
berdasarkan data dari kemensos ke bank penyalur.

6. e-Warong di masing-masing daerah Sul-Sel


a. Berdasarkan fakta dan hasil investigas lapangan di temukan, Penunjukan E-warong di
beberapa kabupaten tidak dilakukan oleh Bank penyalur (Bank mandiri/Bri) sebagai
mana aturan yang tercamtum dalam pedum, dalam hal ini terkhususnya E-warong di
kabupaten wajo itu di tunjuk lansung oleh pendamping PKH sehinggah menyalahi
aturan dalam pedum 2020 point 3.1.4. yang menjelaskan bahwa penunjukan E-
warong hanya di lakukan oleh Bank penyalur (Bank Mandiri/Bri) Berdasarkan fakta
integritas dilapangan yang kami temukan ada E-warung yang tidak layak menurut
pedum bahwa E-warung itu harus.
1. Usaha mikro kecil
2. Rumah pangan kita
3. Agen layanan keuangan digital
Tetapi fakta yang berada di lapangan itu sangat berbeda dari pedum yang sebagaimana
mestinya di mana dibeberapa Kabupaten/Kota ada E-warung yang berada di kandang
kambing serta bengkel dan ada E-warung yang tak memempunyai tanda bahwasanya
ada E-warung di tempat tersebut.
b. Berdasarkan fakta integritas di lapangan yang kami temukan ada E-warung yang
langsung memaketkan bahan pangan, sehingga KPM (Keluarga Penerima Manfaat)
sebagai kuasa belih tidak mempunyai kesempatan untuk memilih bahan pangan.
c. Berdasarkan fakta integritas di lapangan yang kami temukan, di beberapa
Kabupaten/Kota ada banyak KPM yang mempunyai saldo nol/kosong
d. Berdasarkan fakta integritas di lapangan yang kami temukan E-WARONG yang tidak
mempunyai mesin EDC terkhususnya agen BANK MANDIRI

7. Masing-Masing Korda di setiap daerah Sul-Sel


di mana korda di bebarapa kebupaten/kota terkhusus di kabupaten wajo dan bone itu
menunjuk lansung e-warong dimana itu melanggar di ketentuan pedum.maka dari KORDA
telah melakukan kesalahan dalam program bpnt dan menyalagunakan kewenangan sebagai
korda. Berdasarkan hasil investigasi dan monitoring di masing masing Kabupaten/Kota bahwa
jelas terbukti adanya kejahatan yang terstruktur, sistematis dan massif. Pada program bantuan
pangan non tunai. Di antaranya adalah rekrutmen / penunjukan E-warung yang banyak di
lakukan oleh pendamping PKH dan TKSK serta Kordinator Daerah ( KORDA ).

8. Kandinsos (sekretaris tikor) masing-masing Daerah Sul-Sel


Sekertaris tikor(kadinsos) di seluruh kabupaten/kota di sulsel itu tidak pernah melakukan
evaluasi terhadap TKSK di mana TKSK di kabupaten terkhusus di kabupaten wajo ada TKSK
yang menjadi pemasok dan e-warong,dan dari kelalian sekertaris tikor maka terjadilah sebuah
kesalahan dalam program bpnt. Berdasarkan hasil investigasi dan monitoring bahwa supplier /
pemasok bahan pangan rata rata di tunjuk oleh Kadinsos dan bahkan atas titipan Bupati plus
titipan para anggota dewan pengkhianat rakyat. Baik daerah, provinsi hingga Pusat
9. Sekda ( ketua Tikor ) masing-masing Daerah Sul-Sel
Ketua tikor(sekda) mempunyai tugas untuk mengevaluasi kinerja dari pada program bpnt,tapi
dimana ketua tikor di beberapa kabupaten/kota itu tidak mengevaluasi kenerja dari pada
sekertaris tikor,korda dan tksk,maka terjadilah kesalahan dan kekeliruan yang terjadi dalam
program bpnt.

1.5 KESIMPULAN DAN SOLUSI


A. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai