Sindikat Materi NDP
Sindikat Materi NDP
A. TujuanUmum :
1. Peserta bisa memahami ajaran Islam yang sesungguhnya.
2. Peserta dapat memahami garisbesar NDP.
B. TujuanKhusus :
1. Peserta dapat memahami keyakinan diatas dan dibawah keraguan, serta meyakini
kebenaran berdasar argumen ilmiah.
2. Peserta dapat menjelaskan tentang hakikat Islam sebagai sebuah ajaran
3. Peserta dapat memahami hakikat penciptaan Manusia
4. Peserta memahami prinsip dinamika alam semesta (sunatullah) dan prinsip ikhtiar
manusia berikut hubungan keduanya.
5. Peserta dapat memahami tentang berbagai pandangan kemanusiaan, pola interaksi
individu dan masyarakat dan tanggung jawab kekhalifahan.
6. Peserta mampu mengagas tentang konsep kadilan dan ekonomi serta hubungan
kekuasaan dengan agaman, ketertindasan, keterpurukan, kemiskinan dan
keterbelakangan.
7. Peserta dapat menjelaskan posisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Perspektif Islam.
I DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realitas. Kesesuain adalah adanya
relasi antara dalam diri (ide) dan diluar diri diluar diri (realitas) secara Identik. Ini
sederhana, contoh dalam ide api panas dan diluar pemahaman api juga panas, tapi
panasnya api tidak membakar ide.
Teori Kemunculan Agama
1. Teori Alienasi (Ludwig Fuerbach)
2. Teori Kebodohan (Spencer, Taylor dan Comte)
3. Teori ketakutan dan kelemahan (Russle dan Nietsczse)
4. Teori Marxisme (Karl Marx)
Pembedahan keyakinan
Perbandingan Teologi
Tuhan itu tunggal, tuhan iu tidak tersusun dan tidak terbatas. Tidak bersebab
tapi merupakan sebab dari semua sebab (prima causa). Tidak berakhir, tapi akhir dari
segala yang akhir (causa finalis), sederhana. Maha meliputi, maha kaya, dst.
Prinsip Ketuhanan
Secara logis kita sudah membuktikan bahwa Allah adalah penyebab yang
tidak tersebabkan dan segala sesuatu berasal dari dia. Selain itu bahwa rantai
kausalitas akan berkhir pada satu titik, yakni tujuan dari segala sesuatu. Dalam logika
hal ini di kenal dengan istilah causa finalis.
Penyebab yang tidak tersebabkan dab tujuan akhir dalam Islam dikenal
dengan Istilah “innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Dari titik ini kita bisa menarik
konklusi bahwa alam materi ini akan pasti berakhir.
Macam-macam Tauhid
Tentu manusia bukanlah makhluk unik dan sulit untuk dipahami bila yang
ingin dibicarakan berkenaan dengan aspek basyariah (fisiologis) nya. Karena cukup
dengan menpelajari anatomi tubuhnya kita dapat mengetahui bentuk atau struktur
terdalamnya. Tetapi manusia selain merupakan makhluk basyariah (dimensi
fisiologis) dan Annaas (dimensi sosiologis) ia juga memiliki aspek insan (dimensi
psikologis) sebuah dimensi lain dari diri manusia yang paling sublim serta memiliki
kecenderungan yang paling kompleks. Dimensi yang disebut terakhir ini bersifat
spritual dan intelektual dan tidak bersifat material sebagaimana merupakan
kecenderungan aspek basyarnya.
Dari aspek inilah nilai dan derajat manusia ditentukan dengan kata lain
manusia dinilai dan dipandang mulia atau hina tidak berdasarkan aspek basyar
(fisiologis). Sebagai contoh cacat fisik tidaklah dapat dijadikan tolak ukur apakah
manusia itu hina dan tidak mulia tetapi dari aspek insanlah seperti pengetahuan,
moral dan mentallah manusia dinilai dan dipahami sebagai makhluk mulia atau hina.
Dalam beberapa kebudayaan dan agama manusia dipandang sebagai makhluk mulia
dengan tolak ukurnya bahwa manusia merupakan pusat tata surya. Pandangan ini
didasarkan pada pandangan Plotimius bahwa bumi merupakan pusat seluruh tata
surya. Seluruh benda-benda langit ‘berhikmat’ bergerak mengitari bumi. Mengapa
demikian? Karena di situ makhluk mulia bernama manusia bercokol. Jadi pandangan
ini menjadikan kitaran benda-benda langit mengelilingi bumi sebagai tolak ukur
kemulian manusia. Namun seiring dengan kemajuan sains pandangan ini kemudian
ditinggalkan dengan tidak menyisakan nilai mulia pada manusia. Para ahli astronomi
justru membuktikan hal sebaliknya bahwa bumi bukanlah pusat tata surya tetapi
matahari.
Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk mulia bahkan dianggap tak
ada bedanya dengan binatang adapun geraknya tak ada bedanya dengan mesin yang
bergerak secara mekanistis. Bahkan lebih dari itu dianggap tak ada bedanya dengan
materi, ada pun jiwa bagaikan energi yang di keluarkan oleh batu bara. Karena itu
wajar bila manusia dan nilai-nilai kemanusiaan tak lagi dihargai. Maka datanglah
kaum humanisme berupaya mengangkat harkat manusia, dengan memandang bahwa
kekuatan, kekuasaan, kekayaan, pengetahuan ilmiah dan kebebasan merupakan hal
esensial yang membedakan manusia dengan selainnya.
Tetapi bila itu tolak ukurnya, lantas haruskah orang seperti Fira’un atau Jengis
Khan yang dapat melakukan apa saja terhadap bangsa-bangsa yang dijajahnya
dipandang mulia? Jika berilmu pengetahuan merupakan tolak ukurnya. Lantas,
apakah dengan demikian orang-orang seperti Einstein yang paling berilmu tinggi
abad 20 atau para sarjana-sarjana itu lebih mulia dari seorang Paulus Yohanes paus II,
ibu Tereisa atau Mahadma Ghandi bagi ummatnya masing-masing? Sungguh semua
itu termasuk ilmu pengetahuan – sepanjang peradaban kemanusiaan manusia – tidak
mampu mengubah dan memperbaiki watak jahat manusia untuk kemudian
mengangkatnya menjadi mulia. Lantas, apa sesunguhnya tolak ukur kemanusian itu?
Sungguh dari seluruh bentuk-bentuk konsepsi tentang manusia yang ada di muka
bumi tak satu pun yang dapat menandingi paradigma (tolak ukur)nya serta tidak ada
yang lebih representatif dalam memupuk psikologisnya kearah yang lebih mulia dari
apa yang ditawarkan Islam. Dalam konsepsi Islam Tuhan (Allah) dipandang sebagai
sumber segala kesempurnaan dan kemulian. Tempat bergantung (tolak ukur) segala
sesuatu. Karena itu pula sebagaimana diketahui dalam konsepsi Islam, manusia ideal
(insan kamil) dipandang merupakan manifestasi Tuhan termulia di muka bumi dan
karenanya ditugaskan sebagai wakil Tuhan yang dikenal sebagai khalifah/nabi atau
rosul (QS.2:30). Karena itu, ciri-ciri kemulian Tuhan tergambar/ termanifestasikan
pada dirinya (QS.33:21) sebagai contoh real yang terbaik (uswatun hasanah) dari
“gambaran/cerminan” Tuhan di muka bumi (QS.68:4). Dengan kata lain bahwa
karena Nabi merupakan representasi (contoh) Tuhan di muka bumi bagi manusia
dengan demikian nabi/rosul/khalifah sekaligus merupakan representasi yakni insan
kamil (manusia sempurna) dari seluruh kualitas kemanusiaan manusia. Tetapi
walaupun manusia dipandang sedemikian rupa dengan nabi sebagai contohnya, pada
saat yang sama, dalam konsepsi Islam manusia dapat saja jatuh wujud kemulian
menjadi sama bahkan lebih rendah dari binatang.
Dengan demikian keidentikan kepadanya (khalifah/nabi/rasul) merupakan
tolak ukur kemulian kemanusiaan manusia dan sebaliknya berkontradiksi dengannya
merupakan ukuran kebejatan dan dianggap sebagai syaitan (QS.6:112).
Oleh karena itu, subtansi materi ini adalah keadilan tuhan. Materi ini membahas
tentang beberapa konsep argumentasi tentang keadilan Tuhan.
Bagi kita umat Islam, alam adalah ciptaan Tuhan. Sehingga Tuhanlah yang
menjadi factor penentu alam dan manusia. Cuma persoalannya adalah sejauh mana
interfensi Tuhan.
Jika dalam pandangan Islam, Tuhan sebagai factor yang menentukan, maka
yang selaras dengan Determinisme adalah Jabariah dan Asyariyah.
Untuk mengkaji landasan berpikir kedua mazhab ini maka kita perlu
memahami konsep ketuhanannya. Dari mana sebelunya dibahas tentang Tauhid Zati,
Sifati dan a’fali. Dalam hal tauhid Zati kedua Mazhab sepakat Mu’tazilah kemudian
terlalu cenderung pada Tauhid Sifati, dimana pahaman tentang kemahaadilan Tuhan
kemudian justru mengurangi bahkan mungkin menghilangkan pahaman tentang
kekuasaan Tuhan untuk berkehndak.
Jika mengikuti pendapat pertama bahwa tanpa ada yang mengatur berarti
sama saja kita mengatakan bahwa tidak ada pencipta, dan ini tentunya mustahil.
Jika mengikuti pendapat kedua bahwa ada yang mengatur mutlak dimana
diptaan dalam hal ini manusia tidak memiliki kebebasan untuk berikhtiar dan
memilih, berarti sama saja kita katakana bahwa Tuhan tidak adil.
Perlu dibedakan antara hukum penciptaan dengan hukum syar’i. dalam hal
hukum penciptaan, tidak ada hak manusia. Sebagai contoh, binatang diberi Insting
dan manusia diberi insting dan akal. Karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling sempurna dimana manusia dibekali akal untuk mengelola alam semesta, amaka
tuhan kemudian menurunkan aturan abagi manusia dalam hal ini syariat. Jadi syariat
berlaku pada manusia, itupun yang memenuhi syarat agar terjaga keseimbangan
sesuai denga peran dan fungsi penciptaan manusia.
Individu berasal dari kata In yang berarti tidak dan devide yang berarti
terbagi. Individu sendiri berarti satu subjek otonom, dalam hal ini Manusia. Atau
biasa dipahami sebagai seorang person.
Masyarakat berarti kumpulan Individu yang berinteraksi atas pola tertentu dan
kepentingan tertentu.
Konsep kemasyarakatan
c. Masyarakat adalah senyawa riil yang merupakan perpaduan pikiran, emosi, hasrat,
kehendak dan juga budaya.
Teori Negara
Baik sosiologi maupun ilmu politik memahami bahwa Negara adalah asosiasi dan
system pengadilan social. Sebelum membahas lebih jauh tentang Negara, berikut ini
dipaparkan tentang konsepsi Negara, yang tertuang dalam diskusi politik dan
pembangunan karya Ishomuddin.
b. Harold J. Laski dalam the state in theory and practice menyatakan bahwa Negara
merupakan suatu masyarakat yang di integrasikan karena mempunyai wewenang
yang bersifat memaksa dn secara sah lebih agung dari pada individu tau kelompok
yang merupakan bagian masyrakat itu.
c. Max Webber dalam From Max Webber : Essay in Sociology, memahami bahwa
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam satu wilayayh.
d. Dari buku The Modern State karya Robert M. Mc Iver menyatakan bahwa Negara
adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban didalam suatu masyarakat dalam
satu wilayang dengan berdasarkan system hokum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
Prinsip dasar Negara
b. Tujuan moral itu merupakan Common Good yang diarahkan kepada politics
community.
c. Common good merupakan prinsip yang berlaku dalam mengontrol setiap kepentingan
yang ada
d. Negara memiliki sifat kuat dan interfensionos. Negara memiliki peran yang otonom
dalam proses-proses politik.
e. Walaupun Negara merupakan kekuatan yang paling utama dalam kekuatan politik,
tetapi komponen dari Negara seperti Individu, keluarga, asosiasi-asosiasi pribadi,
mempunyai funsi sendiri dalam organisasi.
Model negara
a. Minimal State, yaitu fungsi dan intervensi Negara terhadap individu dan kelompok
dalam masyarakat dibatasi sehingga terpelihara kebebasan yang maksimal.
f. Integralistic State, yaitu Negara dan masyarakat yang menyatu. Pemimpin dan rakyat
menyatu
Pandangan Islam tentang Individu, prinsip interaksi social dan masyarakat madani
a. Individu
Islam memandang manusia sebagai mahluk mono-dualistis, satu tapi dua. Manusia
memiliki unsure material-jasadiah dan unsur non material-rohaniah.
Seorang ulama menterjemahkan ayat penciptaan manusia dari air sebagai H2O.
sedang ayat yang membahas manusia dari lempung dan tanah terbakar masing –
masing sebagai N (nitrogen) dan C (carbon).CHON inilah yang membentuk asam
amino, asam amino pembentuk protein, protein pembentuk sel.
Pertemuan sel sperma dan sel ovum menyebabkan terjadinnya zigot, zigot
berkembang menjadi bakal janin dalam benuki segumpal darah dan seterusnya
merkembang menjadi manusia.
Dalam al-Quran kemudian di katakana bahwa saat sajin berusia tiga bulan, Allah
SWT meniupkan ruh-nya. Jelas bahwa manusia adalah mahluk mono dualistik. Hal
ini kemudian menyebabkan manusia berada di antara lempung roh illahi, di mana jika
manusia mampu menaklukan pengaruh lempungnya maka ia akan lebih mulia dari
pada malaikat. Sebaliknya jika manusia di kalahkan pengaruh lempunganya maka ia
lebih hina daripada binatang.
Atas dasar itu maka manusia memiliki dimensi ganda, pertma sebagai hamaba dan
yang kedua sebagai wakil tuhan atau khalifah fil ardhi. Manusia diberi kekuatan dan
tanggung jawab untuk mengelola bumi sekaligus wujud kehambaannya.
Sebuah system social yang berkeadlan adalah system social yang menganut prinsip-
prinsip tersebut diatas dan dalam pelaksaanaanya terdapat orang yang adil.
Madani diterjemahkan secara umum menjadi dua. Pertama madani adalah nama lain
dari kota madinah. Masyrakat madani adalah penggambaran dari masrakat kota
Madinah pada jaman kerasulan. Pandangan kedua, madani berasal dari kata dien,
yang kurang lebih masyarakat yang berdien. Medinah adalah Negara Kota (Polis)
yang multi etnis.
Untuk membangun system yang diperuntukan untuk mengabdikan pada Allah SWT,
maka membentuk tatanan social yan Islami adalah suatu kemestian. Sementara
masyrakat Medinah adalah masyarakat yang majemuk yang tentu kepentingan
berbeda-beda. Rasul bertindak sebagai pemimpin yang adil yang mewadahi,
menengahi, memutuskan persoalan umat yang muncul.
Syarat terbentuknya masyarakat madani adlah pemimpin yang adil, kontrak social
yang melibatkan segenap lapis masyarakat, sitem yang berkeadilan, untuk membngun
kembali masyarakat madani setidaknya kita mencoba memenuhi beberapa syarat
hingga syaratnya sempurna.
Ada beberapa pendapat tentang adil antara lain : setara, seimbang, sama rata,
sesuai tempatnya, proporsional, tidak berat sebelah dan menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Keadilan berarti bersifat adil atau penerapan gagasan tentang adil.
berasal daribahasa Yunani : Socius, yang berarti masyarakat. Social berarti
kumpulan Individu yang bersenyawa dan terikat oleh geografis (ruang), waktu,
norma-norma, nilai, ras, ideology, dsb.
Ekonomi berasal dari penggabunbgan dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu
oikos dan nomos yang artinya pengaturan dan pengelolaan rumah tangga.
Ideology Dunia
Kapitalisme
Sosialisme
a. Merkantilisme
Berasal dari kata Merchant yang berarti pedagang. Sebagian Ekonom beranggapan
bahwa Merkantilisme beranggapan bahwa bukanlah sebuah aliran ekonomi, tapi
sebuah kebijakan ekonomi menyangkut system perdagangan yang dipraktekkan
sekitar tahun 1500-1750.
Perkembangan eropa sejak pernag salib sangat pesat sangat pesaqt sehingga masuk
pada jaman renaissance dan jaman pencerahan. Kaum bangsawan dan raja
menginginkan harta (gold) dan kejayaan (glory) dilain pihak, gereja menginkan agar
kristenisasi disebarkan pada mereka yang tidak beradab (gospelt).
e. Evelopmentalisme
Adalah Antonio Gramsci yang pertama yang mencetus teori ini. Berangkat dari
perenungannya akan bahaya reduksionisme dikalangan pemikir Marxis dan non
Marxis. Gramsci menjadikan hegemoni dan dominasi sebagai dua hal yang selaras,
dimana diantara keduanya tercipta penindasan. Sementara penindasan terjadi adanya
penindasan dan tertyindas. Dominasi adalah penindasan pada wilayah ekonomi,
dimana sistim , masyarakat dan sebagainya telah merancang adanya penindas dan
tertindas. Hegemoni adalah penindasan pada level pemikiran, dimana struktur
kesadaran masyarakat dipoles sedemikian rupa oleh pihak penguasa, sehingga
penindasan dijadikan hal yang lumrah, atau dengan kata lain hegemoni berarti
merasuki berpikir masyarakat sehingga tidak terjadi penindasan atau perlawanan
terhadap penindasan.
- Konteks Kekinian
Ummat islam secara umum telah terpisahkan oleh batas-batas Negara,sehingga tidak
begitu sulit di jajah oleh pihak luar. Keterbelakangn,kemiskinan, dan kebodohan
menjadikan umat islam mengalami kemunduran.
Di sisi lain, penguatan ekonomi umat islam belum menemukan titik keseimbangan.
Beberapa Negara isllam hidup dengan kekayaan melimpah, tapi di Negara lain
banyak umat islam kelaparan. Upaya kongkrit dalam menyelamatkan umat islam dari
jurang kemiskinan belum ada atau mengkin belum Nampak.
Dari beberapa hal di atas, umat islam yang dalam beberapa abad lalu umumnya
terjajah, sekarangpun mengalami hal sama, namun caranya saja yang berbeda. Secara
social ekonomi, budaya, militer, dan keagamaan umat islam di jadikan objek
penderita. Saying nya islam masih tterkurung dalam perdebatan bid’ah dan ritualitas.
Umat islam Indonesia berda dalam empat sisi penting. Pertama, islam yang beragan
warna. Kedua, persoalan kebangsaan yang multikompleks. Dan ketiga adalah
intervensi asing.
Pada zaman kolonial, islam menjadi spirit perlawanan. Namun setelah kemerdekaan,
kekuatan umat islam perlahan di kurangi. Akibatnya adalah adalah proses
resekularisasi. Islam semakin tersudut di tembok mesjid. Sementara sistim social
yang menindas dan tak berpihak pada rakyat kecil yang umumnya umat islam. Dan
tentunya ini adalah PR yang lain bagi umat islam.
- Gagasan Keadilan Dalam Islam
Dalam islam, perbedaan gender, ras, bangsa, bukanlah sesuatu yang berarti, namun
ketakwaan lah ukuranya. Egaliter merupakan prinsip keadilan yang dalam islam jauh
sebelum HAM di cetuskan. Islam melindungi hak-hak minoritas yang non muslim,
dan pernah di contohkan oleh rasul.