Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KIMIA DASAR

IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK

Oleh:
NAMA: UTARI
NIM: 2021244010004

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2021

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL PRAKTIKUM :IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK


HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 4 OKTOBER 2021
NAMA :UTARI
NIM :2021244010004
KELOMPOK :10

KASIE LAB. SATUAN PROSES & DOSEN PEMBIMBING


KIMIA TERAPAN

ZUHRA AMALIA, S.T, M. Env.Mgmt.Sust Dr. Dra. Adriana, M.Si


NIM. 19800916 200504 2 002 NIP.19590830 198803 2 003
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat:
1. Mengidentifikasi karbohidrat melalui reaksi spesifik
2. Menidentifikasi protein melalui reaksi spesifik
3. Mengidentifikasi lipid melalui reaksi spesifik

1.2. Alat dan Bahan


1.2.1. Alat-alat yang digunakan:
o Tabung reaksi beserta rak tabung reaksi
o Pipet tetes, pipet ukur 5 ml
o Alat pemanas atau penangas air
o Penjepit tabung
o Pengatur waktu (stop watch)
o Porselin tetes
o Cawan porselin
o Kaca objek
1.2.2. Bahan-bahan yang digunakan:
 Amilum, glikogen, dekstrin, sukrosa, fruktosa, glukosa (larutan 1%)
 Pereaksi Molisch, H2SO4 pekat, larutan Iodium, pereaksi Benedict, dan pereaksi
Barfoed
 Minyak kelapa, alcohol 96%, kloroform, akuades, larutan Na2CO3, larutan sabun.
 Albumin, gelatin, larutan NaOH 10%, Larutan Pb-asetat 5%, Kertas lakmus/pH
universal, HCl 10%, NaOH 40%, larutan (NH4)2SO4 jenuh, larutan NaCl 5%, larutan
BaCl2 5%, larutan CaCl2 5%, larutan MgSO4 5%, asam trikloroasetat (TCA), larutan
HgCl2 5%, larutan CuSO4 5%.
1.3. Prosedur Kerja
1.3.1 Uji Pengenalan Karbohidrat
1.3.1.1 Uji Molisch (membuktikan adanya karbohidrat)
1.Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih
2. Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 15 tetes larutan uji (larutan 1%
amilum, sukrosa, glukosa, dan fruktosa) ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Campurlah dengan baik
4. Miringkan tabung reaksi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui
dinding tabung agar tidak bercampur. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
1.3.1.2 Uji Iodium (membuktikan adanya polisakarida)
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih
2. Masukkan 3 tetes larutan uji (larutan 1% amilum, sukrosa, glukosa, dan fruktosa) ke
dalam tabung reaksi atau poselin tetes
3. Tambahkan 2 tetes larutan iodium
4. Amati warna spesifik yang terbentuk
1.3.1.3 Uji Benedict (membuktikan adanya gula reduksi)
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih
2. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 tetes larutan uji (larutan 1% amilum, sukrosa,
glukosa, dan fruktosa) ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 15 tetes pereaksi Benedict, campurkan dengan baik
4. Masukkan semua tabung reaksi tersebut ke dalam air mendidih selama 5 menit
5. Dinginkan perlahan-lahan
6. Amati warna atau endapan yang terbentuk Reaksi positif ditandai dengan timbulnya
endapan warna biru kehijauan, kuning, atau merah bata, tergantung pada kadar gula
pereduksi
1.3.1.4 Uji Barfoed (membedakan antara monosakarida dan disakarida)
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih
2. Masukkan ke dalam tabung reaksi 10 tetes larutan uji (larutan 1% maltose, sukrosa,
glukosa, dan fruktosa)
3. Tambahkan 10 tetes pereaksi Barfoed, campurlah dengan baik
4. Masukkan semua tabung reaksi tersebut ke dalam air mendidih selama 5 menit
5. Perhatikan warna atau endapan yang terbantuk Reaksi positif ditandai terbentuknya
endapan Cu2O berwarna merah bata.

1.3.2 Uji Pengenalan Lipid


1.3.2.1 Uji kelarutan Lipid
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Isilah berturut-turut dengan 1 ml akuades, alcohol 96%, kloroform dan larutan
Na2CO3 0,5%
3. Tambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
4. Kocoklah sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat
5. Amati sifat kelarutannya
1.3.2.2. Uji pembentukan emulsi
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Isi tabung 1 dengan 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa
3. Isi tabung 2 dengan 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes Na2CO3 5% 4. Isi
tabung 3 dengan 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes larutan sabun
5. Isi tabung 4 dengan larutan protein 2% dan 2 tetes minyak kelapa
6. Kocok setiap tabung dengan kuat, biarkan sesaat, amati pembentukan emulsi.

1.3.3 Uji Pengenalan Protein


1.3.3.1 Identifikasi unsure-unsur penyusun protein
A. Uji adanya unsur C, H, dan O
1. Masukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin
2. Taruhlah kaca objek di atasnya, kemudian panaskan cawan porselin tersebut hati-
hati di atas Bunsen
3. Perhatikan adanya pengembunan di atas kaca objek, yang menunjukkan adanya
hidrogen (H) dan oksigen (O)
4. Ambil kaca objek, lalu amati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar,
berarti ada unsur nitrogen (N)
5. Bila terjadi pengarangan, berarti ada atom karbon (C)
6. Ulangi percobaan dengan menggunakan serbuk gelatin
B. Uji adanya atom N
1. Masukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml larutan NaOH 10%, kemudian panaskan hati-hati
3. Perhatikan bau ammonia yang terjadi dan ujilah uapnya dengan kertas lakmus
merah yang telah dibasahi akuades
4. Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adanya nitrogen (N)
5. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin
C. Uji adanya atom S
1. Masukkan albumin telur ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan hati-hati
3. Tambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat 5%
4. Bila larutan menghitam, berarti terbentuk PbS
5. Tambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati-hati
6. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi
7. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin
1.3.3.2. Uji Pengendapan protein dengan larutan garam
1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah dengan 2 ml albumin telur 2. Pada
tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut tambahkan larutan NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2
5%, MgSO4 5% dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes sampai timbul endapan
3. Selanjutnya, tambahkan kembali larutan-larutan garam secara berlebihan 4.
Kocoklah tabung dan amati perubahan yang terjadi
1.3.3.3 Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik
1. Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih, masing-masing isilah dengan 2 ml larutan
albumin telur
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut tambahkan 10 tetes larutan TCA 10%,
asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5%, dan Pb-asetat 5% 3. Kocoklah
setiap tabung dan amati perubahan yang terjadi.

1.4 Keselamatan Kerja


Asam sulfat pekat, HCl pekat adalah larutan yang sangat korosif, hati-hati dalam memipet,
menuangkan dan melarutkannya. Gunakan jas lab, sarung tangan, kaca mata dan masker
pelindung. Hati-hati pula dalam memanaskan tabung reaksi, arahkan tabung ke tempat yang
aman/tidak ada praktikan. Bekerjalah di ruang asam jika perlu (untuk pereaksi yang baunya
sangat tajam, misalnya air brom dan asetat).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Dasar
Senyawa organik adalah senyawa kimia yang umumnya terdapat dalam jasad hidup yang
terdiri dari beberapa unsur yang sama, yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N)
dan kadang-kadang belerang (S), fosfor (P) dan lain-lain. Karbon harus selalu ada sehingga
senyawa organic disebut juga senyawa karbon. Sebenarnya senyawa organic tidak hanya
bersumber dari alam tetapi dapat juga disintesis di laboratorium. Sebagai contoh senyawa
organic yang sangat dekat dengan kehidupan adalah karbohidrat, protein dan lemak/lipid.

2.2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah suatu polimer yang tersusun dari monomer-monomer dengan rumus
empiris (CH2O)n.. Senyawa karbohidrat disebut juga polihidroksi aldehida atau polihidroksi
keton yang mengandung unsur C, H, O. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida,
diantaranya glukosa yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. Berdasarkan monomer yang
menyusunnya karbohidrat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu monosakarida, disakarida,
oligosakarida dan polisakarida.
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat lain. Monosakarida yang terpenting adalah glukosa, galaktosa dan fruktosa.
Disakarida tersusun atas 2 satuan monosakarida, contohnya sukrosa, maltose dan laktosa.
Oligosakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 3-10 satuan monosakarida. Polisakarida
adalah karbohidrat yang tersusun lebih dari 10 satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau
bercabang. Hidrolisis asam atau enzimatis dari polisakarida dapat membentuk oligosakarida,
disakarida maupun monosakarida. Contoh polisakarida: amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa.
Amilum dengan air dingin akan membentuk suspense dan bila dipanaskan akan membentuk
pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid kental semacam gel. Suspensi amilum akan
memberikan warna biru dengan larutan iodium, sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi
amilum dalam suatu bahan, disebut uji Iodium. Dekstrin dengan larutan iodium menghasilkan
warna merah anggur sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan
iodium membentuk warna merah coklat.
Semua jenis karbohidrat (monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida) akan
berwarna merah-ungu bila larutannya dicampur dengan larutan α-naftol dalam alcohol dan
ditambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada
bidang batas antara kedua cairan. Identifikasi ini disebut uji Molisch.
Monosakarida dan disakarida memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula.
Kebanyakan monosakarida dan disakarida (kecuali sukrosa) adalah gula pereduksi. Larutan gula
bereaksi positif dengan pereaksi Fehling, Tollens, Benedict. Sebaliknya kebanyakan polisakarida
adalah gula nonpereduksi.
Uji Barfoed dapat membedakan antara monosakarida dan disakarida. Ion Cu2+ dari pereaksi
barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada
disakarida dengan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Uji Bial membuktikan
adanya pentose (monosakarida dengan 5 atom C). Dehidrasi pentose oleh HCl pekat
menghasilkan furfural dan dengan penambahan orsinol akan berkondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna biru. Uji Seliwanoff membuktikan adanya ketosa (fruktosa). Dehidrasi
fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol
akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye.
Sukrosa oleh HCl dalam keaadaan panas akan terhidrolisis menghasilkan glukosa dan
fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan
hasil negative menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa
hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.

2.2.2 Lipida
Lipida adalah sekelompok senyawa organic yang memegang peranan penting dalam struktur
dan fungsi sel. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu tetapi terdiri atas
beberapa golongan, yaitu Lipid sederhana, Lipid komplek dan Derivat lipid. Lipid sederhana
adalah senyawa ester asam lemak dan berbagai alkohol. Contoh: lemak atau minyak dan lilin
(wax). Lipid kompleks adalah senyawa ester asam lemak yang mempunyai gugus lain disamping
alcohol dan asam lemak, misalnya karbohidrat atau protein. Contoh: fosfolipid, glikolipid, dan
lipoprotein. Derivat lipid adalah senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid. Contoh:
asam lemak, gliserol, aldehid lemak, keton, hidrokarbon, sterol, vitamin larut lemak, dan
beberapa hormone.

Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut sedikit dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut
organic nonpolar seperti eter, kloroform, aseton, dan benzene. Minyak dalam air akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah
menjadi dua lapisan. Sebaliknya minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang
stabil karena asam lemak yang bebas dalam lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun.
Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar
(terdispersi) dalam air. Zat pengemulsi (emulsifier) berfungsi menurunkan tegangan permukaan
antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupa protein, gom, sabun, atau garam
empedu. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat
baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai
akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga
mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat asam.
Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehid, keton dan
asam-asam lemak bebas.

2.2.3 Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsur-unsur Karbon (50- 55%),
Hidrogen (± 7%), Oksigen (± 13%) dan Nitrogen (± 16%). Banyak pula protein yang
mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein
lainnya mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi.
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut
protein berbeda di dalam air, asam dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang
sukar larut, namun semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform.
Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul
protein. Penambahan garam mempengaruhi kelarutan protein, tergantung pada konsentrasi dan
jumlah muatan ionnya. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam
berkonsentrasi tinggi disebut salting out. Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan
penambahan asam-asam organic seperti asam pikrat, asam trikloroasetat dan asam sulfosalisilat.
Penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut.
Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logam
berat seperti Cu2+, Hg2+, Pb2+, sehingga mudah mengendap.
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam- asam
amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sam lain melalui ikatan peptide,
yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2)
dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air. Peptida yang terbentuk dari dua
asam amino disebut dipeptida. Peptida yang terdiri atas tiga atau empat asam amino disebut
tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya. Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira
100 sampai 1800 atau lebih residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino.
Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino penyusunnya sangat spesifik.
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1. Uji Pengenalan Karbohidrat
 Tabel 3.1 Uji Molisch
No Larutan Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat (+/-)
1 Amilum 1% Ada cincin ungu +
2 Sukrosa 1% Ada cincin ungu +
3 Glukosa 1% Ada cincin ungu +
4 Fruktosa 1% Ada cincin ungu +

 Tabel 3.2 Uji Iodium


No Larutan Uji Hasil Uji Iodium Polisakarida (+/-)
1 Amilum 1% Merah coklat keunguan +
2 Sukrosa 1% Orange muda -
3 Glukosa 1% Bata -
4 Fruktosa 1% Orange tua -

 Tabel 3.3 Uji Benedict


No Larutan Uji Hasil Uji Benedict Gula Reduksi (+/-)
Tidak ada endapan, biru
1 Amilum 1% -
kehijauan
2 Sukrosa 1% Tidak ada endapan, biru -
3 Glukosa 1% Ada endapan, biru +
4 Fruktosa 1% Ada endapan, merah bata +

 Tabel 3.4 Uji Barfoed


No Larutan Uji Hasil Uji Barfoed Monosakarida (+/-)
1 Maltosa 1% Tidak ada endapan, biru -
2 Sukrosa 1% Tidak ada endapan, biru -
Ada sedikit endapan, merah
3 Glukosa 1% +
bata
4 Fruktosa 1% Ada endapan, merah bata +

3.2. Uji Pengenalan Lipid


 Tabel 3.5 Uji Kelarutan Lipid
Bahan Uji Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Akuades 1 ml - - -
Alkohol 96% - 1 ml - -
Kloroform - - 1 ml -
Na2CO3 - - - 1 ml
Minyak Kelapa 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Kocok sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil:
Larut/tidak Larut (ada
Tidak larut Larut Emulsi
larut/terbentuk endapan)
emulsi

 Tabel 3.6 Uji Pembentukan Emulsi


Bahan Uji Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Akuades 2 ml 2 ml 2 ml -
Minyak Kelapa 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Na2CO3 0,5% - 2 tetes - -
Larutan Sabun - - 2 tetes -
Larutan Protein - - - 2 ml
Kocok sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil:
Terbentuk
Emulsi tidak
emulsi Emulsi stabil Emulsi stabil Emulsi stabil
stabil
stabil/tidak
stabil
3.3. Uji Pengenalan Protein

 Tabel 3.7 Identifikasi Unsur Penyusun Protein (C, N, H & O)


Hasil Pengamatan
Bahan
No Bau Rambut Pengembunan
Uji Pengarangan (C)
Terbakar (N) (H & O)
1 Albumin + + +
2 Gelatin + + +

 Tabel 3.8 Identifikasi Unsur Penyusun Protein (N)


Hasil Pengamatan
Bahan
No Bau Amoniak
Uji Kertas Lakmus (N) pH
(N)
1 Albumin + Biru tua 10
2 Gelatin + Biru kehijauan 13

 Tabel 3.9 Identifikasi Unsur Penyusun Protein (S)


Hasil Pengamatan
No Bahan Uji
PbS Belerang (S)
1 Albumin + +
2 Gelatin - +
 Tabel 3.10 Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Bahan Uji Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml

NaCl 5% berlebih - - - -
BaCl 5% - berlebih - - -
CaCl 5% - - berlebih - -
MgSO4 5% - - - berlebih -
(NH4)2SO4 jenuh - - - - berlebih
Kocok sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil: Endapan
Banyak Sedikit Sedikit Banyak Banyak
banyak/sedikit

 Tabel 3.10 Uji Pengendapan Protein dengan Garam


Bahan Uji Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
Albumin telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml

TCA 10% 10 tetes - - - -


Asam Asetat - 10 tetes - - -
CuSO4 5% - - 10 tetes - -
Pb-asetat 5% - - - - 10 tetes
Kocok sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil: Endapan
Ada Ada Ada Tidak ada Ada
ada/tidak ada

Anda mungkin juga menyukai