FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” YOGYAKARTA 2021 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman legum terpenting yang memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati. Sebagai bahan pangan dan makanan yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak 40 – 50%, protein 27%, karbohidrat dan vitamin (Suprapto, 2012). Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri pakan dan makanan di Indonesia. Kebutuhan nasional kacang tanah mencapai 856,1 ribu ton pertahun, dan rata-rata konsumsi kacang tanah kupas sebesar 0,32 kg perkapita setiap tahun. Produksi nasional kacang tanah di Indonesia. Pada tahun 2013 produksi kacang tanah sebesar 701.680 ton, kemudian terjadi penurunan produksi pada tahun 2014 menjadi 638.896 ton, dan terus berlanjut hingga tahun 2015 menjadi 605.449 ton, sehingga menunjukkan 13.7 % penurunan yang terjadi dari tahun 2013 sampai 2015. Penurunan produksi kacang tanah dapat disebabkan oleh ketidak mampuan ginofor sampai ke dalam tanah sehingga menyebabkan ginofor gagal membentuk polong (Pitojo, 2005). Peningkatan hasil kacang tanah dapat diusahakan melalui penyediaan unsur hara untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan, sehingga akan memberikan hasil produksi yang optimal. Ketersediaan unsur hara kacang tanah dapat dipenuhi melalui kegiatan pemupukan dan penyiraman. Air merupakan komponen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air sangat berperan dalam proses metabolisme tanaman. Kondisi kekurangan air dapat mempengaruhi aspek pertumbuhan tanaman baik secara anatomi, morfologi, fisiologi, dan biokimia (Wiroatmojo dkk, 1995). Pada proses pengamatan tanaman kacang tanah ini, tanaman kacang tanah diperlakukan dengan dua cara. Perlakuan pertama tanaman dikontrol serta dirawat dan perlakuan kedua dengan stress air (tidak dilakukan penyiraman). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana morfologi tanaman kacang tanah? 2. Apa pengertian stress air? 3. Bagaimana hasil pengamatan kedua perlakuan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui morofologi tanaman kacang tanah. 2. Untuk mengetahui pengertian stress air. 3. Untuk mengetahui hasil pengamatan kedua perlakuan. BAB II PEMBAHASAN A. Morofologi Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah merupakan tanaman herba semusim dengan akar tunggang dan akarakar lateral yang berkembang baik. Akar tunggang biasanya dapat masuk ke dalam tanah hingga kedalaman 50–55 cm, sistem perakarannya terpusat pada kedalaman 5–25 cm dengan radius 12–14 cm, tergantung tipe varietasnya. Sedangkan akar-akar lateral panjangnya sekitar 15–20 cm, dan terletak tegak lurus pada akar tunggangnya (Rao, 1988). Terdapat empat pola percabangan pada kacang tanah, yaitu berseling (alternate), sequensial, tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, dan tidak beraturan tanpa bunga pada batang utama (IBPGR, 1985). Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin pada batang kacang tanah, warna batang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu warna merah atau ungu, dan hijau. Batang utama ada yang memiliki sedikit bulu dan ada yang berbulu banyak. Kacang tanah memiliki empat helaian daun yang disebut tetrafoliate yang muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis 2/5. Daun mempunyai beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip, dengan ukuran bervariasi (2,4 x 0,8 cm sampai 8,6 x 4,1 cm) tergantung varietas dan letaknya. Warna daun hijau dan hijau tua. Daun-daun pada bagian atas biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang di bawah. Daun yang terletak pada batang utama umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang muncul pada cabang. Ukuran dan bentuk daun tercermin dari panjang daun, lebar daun, serta rasio panjang dan lebar daun. Perbandingan panjang dan lebar daun ini menentukan bentuk daun, di mana untuk tipe-tipe Spanish bentuk daun umumnya lebih mendekati bulat-oval, sedangkan pada tipe Valencia umumnya lebih lancip. Semakin besar nilai perbandingan menunjukkan semakin lancip (lanceolate) bentuk daunnya (Trustinah, 2009). Setelah terjadi persarian dan pembuahan, bakal buah akan tumbuh memanjang yang pertumbuhannya bersifat geotropik disebut ginofor. Ginofor terus tumbuh hingga masuk menembus tanah sedalam 2–7 cm, kemudian terbentuk rambut-rambut halus pada permukaan lentisel, di mana pertumbuhannya mengambil posisi horizontal. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah ditentukan oleh jarak dari permukaan tanah. Polong kacang tanah bervariasi dalam ukuran, bentuk, paruh, dan kontriksinya. Berdasarkan ukuran polong, kacang tanah dibedakan ke dalam (1) polong sangat kecil (panjang 3,0 cm, ukuran >155 g/100 polong). Karakter kualitatif polong meliputi: pinggang polong/konstriksi (tanpa pinggang, agak berpinggang, berpinggang agak dalam, dan berpinggang sangat dalam), paruh/pelatuk polong (tanpa paruh, paruh sangat kecil, paruh menonjol, paruh sangat menonjol) dengan bentuk paruh (lurus dan lengkung), kulit polong/retikulasi (halus, agak kasar, kasar) (Rao dan Murty, 1994). Biji kacang tanah beragam warna, bentuk, dan ukurannya. Berdasarkan ukuran biji, kacang tanah dibedakan ke dalam: kacang tanah biji kecil (55 g/100 biji) (Rao dan Murty, 1994). Karakter kualitatif biji meliputi: kulit ari biji (putih, rose, merah, coklat), dan bentuk biji (bulat, lonjong, pipih) (Rao dan Murty, 1994). Secara umum, suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah berkisar antara 25-35C. Curah hujan optimum selama 3-3,5 bulan atau sepanjang periode pertumbuhan sampai panen adalah 300 mm. Kacang tanah masih mampu tumbuh dengan cukup baik pada tanah asam. Keasaman (pH) tanah yang ideal bagi kacang tanah berkisar antara 6,0-7,0. B. Pengertian Stress Air Stress air adalah kondisi dimana tanaman dibiarkan tidak diairi dalam waktu tertentu yang mengakibatkan tanaman layu semi permanen. Kondisinya daun layu tetapi tidak sampai jatuh berguguran. Kekurangan pasokan air baik sementara atau secara permanen mempengaruhi morfologi dan fisiologis dan bahkan proses biokimia dalam tanaman dapat terganggu (Alahdadi, 2011). Stres air juga dapat mempengaruhi seluruh anatomi atau semua organ pada tanaman (Sabetfar, 2013). Stress air terjadi ketika air tidak tersedia untuk menggantikan kehilangan akibat transpirasi sehingga terjadi kelayuan, gangguan pertumbuhan bahkan kematian (FAO, 2007). Stress air menurunkan perkecambahan (Gupta dan O'tooel, 1986), jumlah anakan (Chang dan Vergara, 1975), laju pelebaran daun (Lubis, 2000), dan panjang batang (Fisher dan Fukai, 2003). C. Hasil Pengamatan Kedua Perlakuan Benih kacang tanah ditanam dengan cara disebar dalam polybag. Pada minggu pertama setelah ditanam, kacang tanah mulai tumbuh kecambah. Kedua tanaman dirawat dan disiram setiap hari. Setelah memasuki 14 hari, tanaman dengan perlakuan stress air berhenti disiram. Sedangkan tanaman dengan kontrol tetap disiram secara teratur. Setelah memasuki minggu kelima, tanaman dengan perlakuan stress air mulai layu serta daun dan batang tanaman kacang tanah berubah menjadi kecoklatan. Tanaman dengan perlakuan kontrol tumbuh subur, daunnya semakin banyak serta tanaman semakin tinggi. Kekurangan air pada tanaman dengan perlakuan stress air menyebabkan tanaman kacang tanah tidak tumbuh dan menadi layu. Kekurangan air yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mati. Stress air dapat mempengaruhi seluruh anatomi atau semua organ pada tanaman. Tanaman yang memiliki cukup air, memudahkan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat dan tanaman akan lebih subur. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pada tanaman dengan perlakuan stress air menyebabkan tanaman kacang tanah tidak tumbuh dan menadi layu. Tanaman dengan perlakuan kontrol tumbuh subur, daunnya semakin banyak serta tanaman semakin tinggi. Air merupakan komponen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air sangat berperan dalam proses metabolisme tanaman. Kondisi kekurangan air dapat mempengaruhi aspek pertumbuhan tanaman baik secara anatomi, morfologi, fisiologi, dan biokimia. DAFTAR PUSTAKA Alahdadi, I., H. Oraki, and F. P. Khajani. 2011. Effect of Water Stress on Yield and Yield Components of Sunflower Hybrids. African Jo of Bio 10 (34): 6504- 6509. Chang TT and Vergara. 1975. Varietal diversity and morphoagronomic characteristics of upland rice. Prociding of Major Research in Upland Rice. Los Banos; International Rice Research Institute, p. 72-100. Gupta PC and JC O'toole. 1986. Upland Rice, A Global Perspective. International Rice Research Institute. Manila. 360 p IBPGR/ICRISAT. 1985. Descriptors of Groundnut (revised). IBPGR-ICRISAT, Rome, Italy.20p. Rao, V.R. 1988. Botany, p.24–64. In PS. Reddy (ed.). Groundnut. Indian Council of Agric. Res. New Delhi. Rao, V.R and U.R. Murthy. 1994. Botany-morphology and anatomy of groundnut., p.43–95. In Smart, J. (Ed). The Groundnut Crop. Chapman & Hall, London. Sabetfar, S. Majid, A. Ebrahim, A and Shahriyar, B. 2013. Effect of Drought Stress at Different Growth Stages on Yield and Yield Component of Rice Plant. Persian Gulf Crop Protection 2(2): 14-18. Suprapto. 2012. Bertanam kacang tanah. Jakarta. Penebar Swadaya. Syafi'i. R. F. 2010. Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Fraksi Polar Ekstrak Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Trustinah, E. Guhardja, dan W. Gunarso. 1987a. Perkembangan polong kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.). Penelitian Palawija, 2(1): 56–60 Wiroatmojo, J E. Sulistiyono, D E Puspita. 1995. Pengaruh stress air pada fase pemindahan bibit jambu mente yang telah mendapat perlakuan pupuk kandang. Kusting dan TSP. Bulletin PERAGI. 3 (1-2). LAMPIRAN
Kacang tanah dengan perlakuan kontrol Kacang tanah dengan perlakuan stress air