Antimalaria Anting2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

Molekul, Vol. 7. No. 1.

Mei, 2012: 20 - 32

IDENTIFIKASI SENYAWA DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA IN VIVO


EKSTRAK ETIL ASETAT TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica L.)

Elok Kamilah Hayati, Akyunul Jannah, Rachmawati Ningsih


Jurusan Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50 Malang
email: eloksunardji@yahoo.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian identifikasi ekstrak etil asetat dari tanama Anting-anting
(Acalypha indica Linn.) sebagai senyawa antimalaria dan aktivitasnya secara in vivo pada
sel parasit malaria P. berghei.
Penelitian ini meliputi ekstraksi tanaman anting-anting menggunakan metode
ekstraksi maserasi selama 24 jam dengan variasi pelarut yaitu etil asetat, diklorometana,
dan petroleum eter. Pengadukkan dibantu dengan shaker selama 3 jam. Ekstrak pekat diuji
fitokimia didukung Kromatografi Lapis Tipis, Ekstrak pekat etil asetat dilakukan uji
antimalaria in vivo terhadap hewan uji terhadap sel parasit P. berghei. Data derajat
parasitemia mencit dianalisis menggunakan program SPSS dengan Uji OneWay ANOVA
dan dilanjutkan dengan Uji Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan adanya senyawa aktif tanin, alkaloid dan steroid
pada ekstrak etil asetat.Uji aktivitas antimalaria secara in vivo pada hewan coba didapatkan
hasil penghambatan ekstrak etilasetat terhadap pertumbuhan Plasmodium berghei pada
dosis 0,01 mg/g bb sebesar 87,19%; pada dosis 0,1mg/g bb sebesar 84,9% dan pada dosis
1mg/g bb sebesar 90,74%.

Kata kunci: Anting-anting (Acalypha indica L.), antimalaria in vivo, Plasmodium


berghei

COMPOUNDS IDENTIFICATION AND IN VIVO ANTIMALARIAL ACTIVITY


OF ETHYL ACETATE EXTRACT FROM ANTING-ANTING PLANT
(Acalypha indica L.)

ABSTRACT
Research of compound identification of ethyl acetate extract from anting-anting
plant (Acalypha indica Linn.) and in vivo antimalarial activity test in cell of the malaria
parasite P. berghei
The research consist of extraction of Anting-anting plant was done with extraction
maseration method until 24 hours and shakered until 3 hours. Variation of solvents are
ethyl acetate, dichloromethane and petroleum ether. Concentrated extract was in vivo
antimalarial tested to animal model. Data of mice parasitemia degree was analyzed using
SPSS program with OneWay ANOVA Test dan continued with Tukey Test.
The phytochemical compounds in each solvent extract are tannin, alkaloid and
steroid in ethyl acetate extract. The value of parasite inhibition is 87,19% for dose 0.01
mg/g wb; 84.9% for dose 0.1 mg/ g wb; 90.74% for dose 1 mg/ g wb.

Keywords: Anting-anting (Acalypha indica Linn.), in vivo antimalarial, Plasmodium


berghei

20
Identifikasi senyawa dan aktivitas antimalaria… (Elok Kamilah Hayati, dkk)

PENDAHULUAN tradisional, hanya sebagian kecil saja,


sekitar 7.000 spesies dari 30.000 spesies
Di Indonesia penyakit malaria
yang telah dilakukan penelitian secara
termasuk masalah kesehatan masyarakat
ilmiah. Masih banyak spesies yang
yang cukup serius di tangani oleh
belum dikenal manfaat, kandungan kimia
pemerintah, karena angka kematian yang
dan bioaktivitasnya.
cukup tinggi terutama di Indonesia
Selama ini obat bahan alam yang
bagian timur yang menjadi daerah
sering digunakan untuk proses
endemik penyakit malaria ini (Antara
pengobatan penyakit ini adalah getah dari
News, 2007). Malaria adalah salah satu
batang pohon cinchona, yang lebih
penyakit menular yang tersebar ke
dikenal dengan nama kina, yang
seluruh dunia, sekitar 350-500 juta orang
sebenarnya beracun dan menekan
terinfeksi penyakit ini dan lebih dari 1
pertumbuhan protozoa dalam jaringan
persen kematian setiap tahun. Malaria
darah. Oleh karena itu perlu mencari
disebabkan oleh parasit protozoa.
sumber tanaman lain yang selama ini
Plasmodium (salah satu Apicomplexa)
telah dipercaya oleh masyarakat untuk
dan penularan vektor untuk parasit
menyembuhkan penyakit malaria, yang
malaria manusia adalah nyamuk
berpeluang mempunyai sifat toksik untuk
Anopheles (Ito et al., 2002), spesies
dapat dikembangkan menjadi senyawa
malaria yang paling berbahaya adalah P.
antimalaria.
falciparum.
Senyawa artemisinin pada
Malaria merupakan penyebab
tanaman Artemisia annua, Artemisia
utama kematian manusia di negara
cina dan Artemisia vulgaris bersifat aktif
berkembang dan beriklim tropis.
sebagai antimalaria dengan tingkat
Pertumbuhan penduduk yang cepat,
kematian plasmodium 85,77% pada
migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah
konsentrasi zat uji 100 μg/mL, senyawa
yang terlalu padat, membantu
artemisisn merupakan senyawa
memudahkan penyebaran penyakit
siskuterpen yang relatif bersifat non-polar
tersebut. Penyakit ini menjadi ancaman
(Aryanti dkk., 2006). Ekstrak
yang serius mengingat akhir-akhir ini
diklorometan dari Oncosiphon
banyak dilaporkan resistensi terhadap P.
piluliferum (Asteraceae) mengandung
falciparum dari hampir semua obat
senyawa sesquiterpen lakton tipe the
antimalaria yang tersedia secara
germacranolide dan eudesmanolide yang
komersial seperti klorokuin dan kuinin.
bersifat aktif antimalaria
Di Papua tiga jenis obat penyakit malaria,
(IC50 0.4 to 4.4 _g/ml)
yaitu cloroquin, piremetamin dan
(Pillay et al.., 2007). Senyawa
sulvadoxin, saat ini sudah tidak mampu
tinokrisposid, suatu furanoditerpeng-
lagi mengobati (resisten) untuk
likosida dari batang Brotowoli
mengobati pasien malaria.
(Tinospora crispa L) dapat menekan
Dengan mempertimbangkan
perkembangan P. berghei dalam darah
sejauh ini belum ditemukannya obat
mencit dan memperpanjang hidup mencit
malaria yang efektif, usaha penemuan
yang terinfeksi. Efek optimal diberikan
obat antimalaria baru menjadi salah satu
pada dosis 44 mg/kg bb (Zambrut dkk.,
prioritas utama terutama yang berasal
2011). Sedangkan senyawa flavonoid
dari alam sebagai salah satu usaha
pada buah Cempedak (Artocarpus
eksplorasi terhadap kekayaan alam yang
champeden Spreng) memiliki aktivitas
di miliki oleh Indonesia.
antimalaria yang poten, melalui hambatan
Tumbuhan obat di Indonesia
degradasi hemoglobin dan detoksifikasi
cukup melimpah, tetapi pemanfaatannya
hanya sebatas penggunaan secara

21
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 32

heme serta mekanisme lain yang belum senyawa yang terdapat dalam ekstrak etil
diketahui (Nindatu, 2008). asetat tanaman anting-anting
Anting-anting (Acalypha australis (Acalypha indica L.) dari uji fitokimia
L.), dikenal sebagai jenis gulma, tanaman dan KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
liar yang sering dijumpai di pinggir jalan, serta aktivitas ekstrak terhadap sel parasit
lapangan rumput yang tidak terawat malaria P. berghei secara in vivo.
bahkan sebagai pengganggu di lahan
pertanian. Keberadaannya yang
melimpah dan mudah diperoleh inilah METODE PENELITIAN
yang memberikan peluang tanaman ini
Penelitian pada tahun pertama,
dapat ditingkatkan nilai gunanya. tahap awal tanaman Anting-anting
Komponen yang terkandung dalam dibersihkan lalu dipisahkan batang dan
tanaman ini adalah β-sitosterol dan daun kemudian dikeringkan dan
daucosterol (Wei-Fang, 1994), saponin, diblender, kemudian dilakukan ekstraksi
tannin, flavonoid dan minyak atsiri secara betingkat dengan pelarut petrolium
(Anonim, 2009). Tanaman Anting-anting eter, diklorometan, dan etil asetat dengan
oleh masyarakat digunakan untuk tujuan mendapatkan senyawa aktif
menyembuhkan penyakit enzema, berdasarkan kepolarannya. Ekstrak
pendaharahan pada rahim, radang kulit kering petroleum eter, diklorometan, dan
(Wei-Fang, 1994), disentri basiler dan etil asetat yang diperoleh kemudian
disentri amuba, diare, malnutrition, ditentukan rendemen, dilakukan uji
mimisan, muntah darah, berak darah, penapisan fitokimia, KLT, serta uji
kencing darah, serta malaria (IPTEKnet,
aktivitas antimalaria ekstrak etil asetat
2005). secara in vivo terhadap sel parasit malaria
Sebagai tanaman yang digunakan P. berghei.
untuk mengobati penyakit malaria,
penggunaan tanaman anting-anting
1. Persiapan Sampel
hanya sebatas pada khasiat turun-
temurun. Belum diketahui senyawa aktif Sebayak 5 kg tanaman
yang mempunyai potensi sebagai Anting-anting (Acalypha indicaL.)
antimalaria. Oleh karena itu perlu diperoleh dari daerah Dinoyo Malang.
dilakukannya penelitian, guna Tanaman Anting-anting dibersihkan lalu
mengetahui potensi tanaman dipisahkan batang dan daun kemudian
anting-anting sebagai antimalaria. dikeringkan. Setelah kering, bagian
Kedepan, harapannya dapat ditemukan batang dan daun dihaluskan secara
senyawa sintesis dari hasil penelitian ini. terpisah dengan blender, sehingga
Hasil penelitian sebelumnya diperoleh sampel berupa serbuk batang
menunjukkan, masing-masing ekstrak dan daun Anting-anting.
tanaman anting-anting (Acalypha indica
L.) memiliki tingkat toksisitas terhadap 2. Ekstraksi Senyawa Aktif
larva udang Artemia salina Leach, Masing-masing 50 gram serbuk
ditunjukkan dengan nilai LC50< 1000 batang dan daun tanaman Anting-anting
ppm. Adapun nilai LC50 untuk ekstrak dimaserasi dengan pelarut petroleum eter
etil asetat, diklorometan dan petroleum selama satu kali 24 jam pada suhu kamar,
eter berturut-turut adalah 21,006 ppm , selanjutnya disaring. Ampas yang tersisa
17,6495 ppm, 11,8547 ppm) dimaserasi kembali sampai senyawa yang
(Sriwahyuni, 2010) ada tertarik semua (larutan berwarna
Penelitian ini bertujuan untuk bening). Ektrak cair yang diperoleh
mengetahui jenis kandungan golongan pelarutnya diuapkan dengan rotavapor

22
Identifikasi senyawa dan aktivitas antimalaria… (Elok Kamilah Hayati, dkk)

sehingga diperoleh ekstrak petroleum terdiri dari 5 mencit. Dosis yang


eter. digunakan adalah 0,01; 0,1; dan 1 dan
Ampas hasil maserasi petroleum mg/g bb tikus. Pada uji variasi dosis juga
eter dikeringkan dan dianginkan, lalu digunakan kelompok kontrol negatif
dimaserasi lagi dengan menggunakan (CMC 1%), sedang kontrol positif adalah
pelarut diklorometan (pelarut semi polar). artemisin dosis 0,04 mg/g. Tingkat
Maserasi dilakukan selama satu kali 24 parasitemia awal dihitung dengan
jam pada suhu kamar, selanjutnya mengambil darah dari ekor untuk dibuat
disaring, sampai senyawa yang ada preparat apus seperti pada pemberian
tertarik semua (larutan berwarna bening). dosis tunggal. Selanjutnya setelah
Ektrak cair yang diperoleh pelarutnya pemberian ekstrak, darah diambil setiap
diuapkan dengan rotavapor sehingga hari selama 7 hari berturut-turut untuk
diperoleh ekstrak diklorometan, dibuat preparat apus dan dihitung tingkat
Proses ekstraksi terakhir yaitu parasitemianya. Data yang diperoleh
menggunakan pelarut etil asetat (pelarut dianalisis menggunakan Probit Analysis
polar). Ampas hasil maserasi Method untuk menemukan IC50 dengan
diklorometan dikeringkan dan selang kepercayaan 95%.
dianginkan, lalu dimaserasi lagi dengan
menggunakan pelarut etil asetat. Maserasi 5. Analisis Data
juga dilakukan selama satu kali 24 jam Data yang diperoleh dibuat dalam
pada suhu kamar, selanjutnya disaring, bentuk tabel dan grafik, kemudian
sampai senyawa yang ada tertarik semua dideskripsikan hasilnya. Sedangkan
(larutan berwarna bening). Ekstrak cair
untuk mengetahui tingkat mortalitas larva
yang diperoleh pelarutnya diuapkan udang Artemia salina Leach dilakukan uji
dengan rotavapor sehingga diperoleh LC50 dengan analisis probit
ekstrak etilasetat. Ekstrak etil asetat menggunakan program SPSS 16.00
dihitung rendemennya dan dilakukan dengan Uji One Way ANOVA yang
analisis lanjutan. dilanjutkan dengan Uji Tukey. Nilai
efektif dosis 50% (ED50) dihitung
3. Pemeriksaan Kandungan Senyawa berdasarkan analisis probit
Metabolit Sekunder % penghambatan pertumbuhan parasit
Pemeriksaan kandungan senyawa selama 7 hari.
metabolit sekunder secara kualitatif pada
ekstrak etil asetat tanaman Anting-anting
dilakukan dengan metode fitokimia HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap senyawa flavonoid, tanin,
Preparasi Sampel
terpenoid, alkaloid dan saponin, serta
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pengeringan tanaman
Anting-anting dimaksudkan untuk
4. Aktivitas Antimalaria secara In mengurangi kadar air, menghentikan
vivo (Mencit Terinfeksi reaksi enzimatis, dan mencegah
Plasmodium brghei) tumbuhnya jamur sehingga dapat
disimpan lebih lama (pengawetan), tidak
Uji aktivitas fraksi etil asetat mudah rusak sehingga komposisi
dilakukan dengan berbagai variasi dosis. kimianya tidak mengalami perubahan.
Pada uji ini mencit positif terinfeksi Sampel yang telah kering berwarna hijau
parasit malaria P. falciparum kecoklatan ini dihaluskan menggunakan
dikelompokkan menjadi 6 kelompok blender sehingga diperoleh serbuk
perlakuan, masing-masing kelompok
sampel yang berwarna hijau kecoklatan.

23
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 32

Pembuatan serbuk dapat mempermudah ke dalam pelarutnya. Proses


proses ekstraksi. Semakin kecil pengadukannya dibantu dengan shaker
bentuknya semakin besar luas selama 3 jam dengan kecepatan 120 rpm
permukaannya maka interaksi zat cairan untuk mempercepat proses ekstraksinya
ekstraksi akan semakin besar, sehingga karena kecepatan pengadukannya dapat
proses ekstraksi akan semakin efektif. dilakukan secara konstan. Pelarut akan
Serbuk dengan penghalusan yang tinggi menembus dinding sel dan masuk ke
kemungkinan sel-sel yang rusak juga dalam rongga sel yang mengandung
semakin besar, sehingga memudahkan senyawa aktif. Senyawa aktif akan larut
pengambilan bahan kandungan langsung karena adanya perbedaan konsentrasi
oleh bahan pelarut (Octavia, 2009). antara larutan senyawa aktif di dalam dan
di luar sel, maka cairan hipertonis akan
Ekstraksi Senyawa aktif masuk ke cairan yang hipotonis sehingga
terjadi keseimbangan. Pengadukan
Serbuk sampel ditimbang
diperlukan untuk meratakan konsentrasi
sebanyak 30 g dengan 2 kali ulangan,
larutan di luar serbuk sampel sehingga
kemudian diekstraksi dengan variasi
tetap terjaga adanya derajat perbedaan
pelarut berdasarkan kepolarannya agar
konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara
senyawa yang terkandung dalam tanaman
larutan di dalam dan di luar sel (Baraja,
ini dapat terekstrak ke dalam pelarut
2008).
berdasarkan tingkat kepolarannya
Filtrat hasil dari maserasi masing-
tersebut. Ektsraksi yang digunakan yaitu
masing pelarut yang telah diperoleh
dengan ekstraksi maserasi karena
diuapkan pelarutnya dengan rotary
pengerjaannya cukup sederhana. Pada
evaporator vaccum untuk mendapatkan
prinsipnya metode maserasi adalah
ekstrak pekat seperti yang tersaji pada
terdapat waktu kontak yang cukup antara
Tabel 1.
pelarut dengan bahan yang diekstrak.
Hasil maserasi maksimal biasanya
dilakukan dengan maserasi menggunakan Uji Fitokimia dengan Reagen
sederetan pelarut secara berganti-ganti Uji fitokimia dilakukan untuk
atau metode Charauxs- Paris yaitu mengetahui kandungan senyawa ekstrak
metode ekstraksi dengan menggunakan etil asetat pada tanaman Anting-anting.
pelarut yang berbeda kepolaran, dimana Pengujian dilakukan dengan mengambil
ekstrak pekat pelarut polar diekstraksi sedikit sampel ekstrak etil asetat. Uji
kembali dengan pelarut semipolar dan fitokimia dilakukan terhadap golongan
pelarut non polar (Kusnaeni, 2008). senyawa flavonoid, tanin, alkaloid,
Maserasi dilakukan dengan cara triterpenoid, steroid dan saponin.
merendam serbuk sampel selama 24 jam

Tabel 1. Hasil maserasi serbuk tanaman Anting-anting(Acalypha indica L.)


Warna
Berat ekstrak
Pelarut Perubahan warna filtrat ekstrak
pekat (g)
pekat
Etil asetat Hijau tua pekat menjadi hijau pucat hijau tua 4,47
Hijau kecoklatan pekat menjadi hijau tua
Diklorometana 4,00
hijau kecoklatan pucat kecoklatan
kuning
Petroleum eter kuning pekat menjadi kuning pucat 1,90
kehijauan

24
Identifikasi senyawa dan aktivitas antimalaria… (Elok Kamilah Hayati, dkk)

Tabel 2.Uji fitokimia ekstrak etil asetat menunjukkan dugaan adanya senyawa
(Acalypha indica L.) tersebut dalam ekstrak etil asetat tanaman
Anting-anting. Pembuktian kandungan
Golongan
Ekstrak etil asetat senyawa-senyawa tersebut diperkuat
senyawa
dengan adanya identifikasi menggunakan
Flavonoid -
kromatografi lapis tipis (KLT). Noda
Tanin + yang dihasilkan selanjutnya dideteksi
Alkaloid + dengan pereaksi sesuai golongan
Triterpenoid - senyawanya, kemudian diamati di bawah
Steroid ++ lampu UV. Pereaksi ini digunakan untuk
Saponin menambah kepekaan deteksi dan
-
menghasilkan perubahan warna yang ada
Keterangan: kaitannya dengan struktur senyawa yang
Tanda ++ : terkandung senyawa lebih bersangkutan
banyak/warna pekat
Tanda + : terkandung senyawa/warna
Tanin
muda
Tanda - : tidak terkandung senyawa/ Hasil identifikasi menggunakan KLT
tidak terbentuk warna golongan senyawa tanin pada tanaman
anting-anting dengan menggunakan eluen
Uji Fitokimia dengan KLT asam asetat glasial:air:HCl pekat
(30:10:3) ditunjukkan pada Gambar 1.
Hasil identifikasi fitokimia
dengan reagen yang bersifat positif
adalah tanin, alkaloid dan steroid, hal ini

2
1

(a) (b)
Gambar 1 Hasil KLT senyawa tanin pada ekstrak etil asetat dengan eluen asam asetat
glasial: air: HCl pekat (30:10:3) setelah disemprot FeCl3
Keterangan:
(a) hasil elusi sebelum dideteksi dengan lampu UV
(b) hasil pengamatan dengan lampu UV 366 nm

25
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 31

Tabel 3. Hasil KLT senyawa tanin pada ekstrak etil asetat dengan eluen asam asetat
glasial: air: HCl pekat (30:10:3)
Warna noda Warna noda dengan
No. noda Rf tiap noda
tanpa sinar UV sinar UV
1 0,4 Biru muda Ungu kehitaman
2 0,489 Hijau kebiruan Ungu

Harborne menyatakan bahwa kloroform:methanol (9,5:0,5) ditunjukkan


senyawa tanin jika dideteksi di bawah pada Gambar 2. Penelitian lain tentang
sinar UV pendek menunjukkan warna senyawa alkaloid menggunakan KLT
lembayung, pada penelitian ini noda yang dengan eluen methanol: kloroform antara
dihasilkan pada eluen butanol:asam lain penelitian Runadi (2007) noda yang
asetat:air dan eluen asam asetat glasial, dihasilkan berwarna kuning, biru
air dan HCl pekat noda ke 1 keunguan dan oranye. Minarti (2010)
menunjukkan warna ungu dan noda ke 2 menyatakan bahwa noda berwarna jingga
menunjukkan warna ungu kehitaman, setelah disemprot dengan reagen
sehingga kedua noda yang dihasilkan Dragendorf dan berwarna kuning oranye
pada ekstrak etil asetat diasumsikan setelah dideteksi di bawah lampu UV
mengandung senyawa tanin. Hal ini 366 nm (Widodo, 2007). Pada eluen
didukung oleh Hayati (2010) yang pertama terdapat 4 noda dengan Rf antara
menyatakan bahwa noda hasil KLT yang 0,56-0,8. Noda ke 3 menunjukkan warna
diduga senyawa tanin berwarna ungu jingga kehitaman dan pada eluen yang
kehitaman. kedua terdapat 5 noda dengan Rf antara
0,27-0,87. Noda ke 4 dan 5 menunjukkan
Alkaloid warna jingga kecoklatan sehingga
diasumsikan pada ekstrak etil asetat
Hasil identifikasi menggunakan KLT
terdapat senyawa alkaloid.
golongan senyawa alkaloid pada tanaman
Anting-anting dengan menggunakan

5
4

2
1

(a) (b)
Gambar 2. Hasil KLT senyawa alkaloid pada ekstrak etil asetat dengan eluen kloroform :
metanol (9,5:0,5) setelah disemprot reagen Dragendroft
Keterangan: (a) hasil elusi sebelum dideteksi dengan lampu UV
(b) hasil pengamatan dengan lampu UV 366 nm

26
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 32

Tabel 4. Hasil KLT senyawa alkaloid pada ekstrak etil asetat dengan eluen
kloroform:metanol (9,5:0,5)
Warna noda tanpa Warna noda dengan sinar
No. noda Rf tiap noda
sinar UV UV
1 0,27 Tidak berwarna Ungu kecoklatan
2 0,32 Tidak berwana Merahmuda keunguan
Ungu kecoklatan tengah
3 0,58 Hijau kebiruan
hijau tua
4 0,78 Kuning Jingga kecoklatan
5 0,87 Hijau kecoklatan Jingga kecoklatan tua

Steroid setelah dideteksi di bawah lampu UV


366 nm (Syamsudin, 2007). Pada ekstrak
Hasil identifikasi menggunakan KLT
etil asetat menunjukkan Rf antara
golongan senyawa steroid pada tanaman
0,06-0,82 dengan 9 noda. Noda ke 1, 2
anting-anting dengan menggunakan eluen
dan 8 menunjukkan warna hijau
heksana:etil asetat (7:3) ditunjukkan pada
kebiruan, noda ke 4 menunjukkan warna
Gambar 3. Penelitian sebelumnya
hijau, noda ke 6 menunjukkan warna
(Handayani dkk., 2008) hasil KLT
ungu yang tengahnya berwarna biru
golongan senyawa steroid dengan
kehijauan, noda ke 9 menunjukkan warna
pereaksi Lieberman-Burchard
hijau kebiruan muda.
menunjukkan terbentuknya noda
berwarna hijau. Biru ungu sampai coklat

/ 9
8
7
6

5
4
3

2
1

)a( )b(
Gambar 3. Hasil KLT senyawa steroid pada ekstrak etil asetat dengan eluen
n-heksana: etil asetat (7:3) setelah disemprot reagen Lieberman-Burchard
Keterangan: (a) hasil elusi sebelum dideteksi dengan lampu UV
(b) hasil pengamatan dengan lampu UV 366 nm

27
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 32

Tabel 5. Hasil KLT senyawa steroid ekstrak etil asetat dengan n-heksana:etil asetat (7:3)
No. noda Rf tiap noda Warna noda tanpa sinar UV Warna noda dengan sinar UV
1 0,06 Hijau kebiruan Hijau kebiruan
2 0,11 Hijau kebiruan Hijau kebiruan
3 0,38 Kuning Merah muda
4 0,47 Kuning Hijau
5 0,56 Kuning Merah muda
6 0,68 Kuning kehijauan Ungu tengah biru kehijauan
7 0,77 Kuning kehijauan Oranye
8 0,8 Hijau kebiruan Hijau kebiruan
9 0,83 Oranye Hijau kebiruan muda

Uji Aktivitas Antimalaria secara In parasitemia yang sama pada hari akan
vivo (MencitTerinfeksi Plasmodium dilakukan pengobatan (Muti’ah, 2010).
berghei) Hasil pemeriksaan derajat parasitemia
Uji aktivitas antimalaria in vivo ditunjukkan pada Tabel 6.
dilakukan dengan menggunakan metode Rata-rata derajat parasitemia
Fitri L.E modifikasi dari metode Peter. semua perlakuan pada hari ke-0 adalah
Hewan uji yang digunakan adalah mencit sebesar 6-10%. Perlakuan kelompok
putih jantan galur Balb/C. Terapi kontrol positif menunjukkan derajat
dilakukan ketika derajat parasitemia parasitemia tertinggi dibandingkan
setelah infeksi mencapai 5-15% yang kelompok perlakuan terapi ekstrak etil
dihitung sebagai hari ke-0. Terapi asetat Anting-anting 1, Anting-anting 2,
dilakukan sekali sehari secara per-oral dan Anting-anting 3 baik pada hari ke-3,
dengan menggunakan sonde lambung. hari ke-5, maupun hari ke-7.
Terapi diberikan selama 7 hari dengan Derajat parasitemia diperoleh dari
tujuan diharapkan dalam waktu tujuh hari sediaan darah tipis dengan menghitung
sudah dapat menghambat pertumbuhan jumlah sel yang terinfeksi Plasmodium
parasit secara efektif. berghei (trofozoid bentuk cincin,
Ekstrak yang akan diujikan adalah trofozoid stadium lanjut, dan atau skizon)
ekstrak etil asetat. Berturut-turut dengan dalam 1000 eritrosit (Sardjono dan Fitri,
dosis 0,01 mg/g bb; 0,1 mg/g bb; dan 1 2007). Eritrosit yang mengandung
mg/g bb. Pengamatan derajat parasitemia trofozoit tua dan skizon mempunyai
dilakukan pada hari ke-0, hari ke-3, hari titik-titik kasar yang tampak jelas (titik
ke-5, dan hari ke-7. Hal ini bertujuan Maurer) tersebar pada dua pertiga bagian
untuk mengetahui profil pertumbuhan eritrosit. Hasil pengamatan hapusan darah
parasit setelah diberikan pengobatan. perlakuan kontrol yang diinfeksi
Pemeriksaan parasitemia hari ke-0 Plasmodium berghei tanpa terapi
bertujuan untuk membuktikan semua disajikan pada Gambar 6.
mencit berada dalam range derajat

28

44
Identifikasi senyawa dan aktivitas antimalaria… (Elok Kamilah Hayati, dkk)

Tabel 6. Rerata derajat parasitemia ekstrak etil asetat Anting-anting


Kelompok Rerata derajat parasitemia (%)
perlakuan Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7
Kontrol positif 7,00 33,53 51,37 65,90
Anting-anting 1 8,30 10,03 13,77 8,43
Anting-anting 2 6,67 14,40 11,97 9,93
Anting-anting 3 10,07 12,30 12,63 6,10

Gambar 6. Gambaran eritrosit terinfeksi kelompok kontrol (+) tanpa terapi pada hari ke-0,
hari ke-3, hari ke-5, dan hari ke-7.

Gambar 6 di atas terlihat jumlah eritrosit perlakuan mencapai 65,9%, ditandai


yang terinfeksi Plasmodium berghei dengan terdapat bentuk skizon yang akan
semakin meningkat seiring dengan pecah yang ditunjukkan dengan tanda
bertambahnya hari perlakuan. Rata-rata panah.
derajat parasitemia pada hari ke-0 (A0) Persen penghambatan ekstrak etil
adalah sebesar 7%. Eritrosit terinfeksi asetat Anting-anting pada hari ke-7 pasca
(trofozoid bentuk cincin) ditunjukkan terapi disajikan dalam Tabel 7. Untuk
oleh tanda panah. Rata-rata derajat menentukan dosis efektif 50% (ED50)
parasitemia hari ke-3 (A3) pasca pada penelitian ini digunakan analisa
perlakuan meningkat secara cepat probit % penghambatan pertumbuhan
menjadi 33,53%. Rata-rata derajat parasit selama 7 hari dan dilanjutkan
parasitemia hari ke-5 (A5) pasca dengan analisis regresi linier.
perlakuan meningkat menjadi 51,36%, Disimpulkan bahwa dosis efektif 50%
ditandai dengan banyaknya bentuk skizon (ED50) tidak dapat ditentukan sebab
yang ditunjukkan oleh tanda panah. persen penghambatan rata-rata berada di
Adanya skizon muda dalam sediaan atas 80% atau dengan kata lain, tidak
darah tepi berarti dalam keadaan infeksi terdapat nilai penghambatan yang
berat. Sedangkan rata-rata derajat berkisar diantara 50%.
parasitemia pada hari ke-7 (A7) pasca

29
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 32

Tabel 7. Persen penghambatan pertumbuhan parasit ratarata ekstrak etil asetat


Anting-anting pada hari ke-7
Dosis
Persen penghambatan pertumbuhan parasit
(mg/g bb)
0,01 87,19
0,1 84,92
1 90,74

Dalam penelitian ini diperoleh aktif yang diduga terdapat dalam ekstrak
persen penghambatan pertumbuhan etilasetat adalah tanin, alkaloid, dan
parasit antara 84%-90% (Tabel 7). Hal ini steroid.
dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil Uji aktivitas antimalaria secara in
asetat Anting-anting memiliki potensi vivo pada hewan coba didapatkan hasil
yang sangat bagus dalam menghambat penghambatan ekstrak etilasetat terhadap
pertumbuhan parasit. Pouplin et al. pertumbuhan Plasmodium berghei pada
(2007) mengatakan suatu ekstrak dosis 0,01 mg/g bb sebesar 87,19%; pada
dikatakan mempunyai sifat dosis 0,1 mb/g bb sebesar 84,9% dan
antiplasmodium apabila dapat pada dosis 1mg/g bb sebesar 90,74%.
memberikan penghambatan parasit lebih
dari 30%.
Penghambatan pertumbuhan UCAPAN TERIMAKASIH
Plasmodium berghei pada penelitian ini Penulis menyampaikan terima
diduga karena crude ekstrak etil asetat kasih kepada Direktorat Pendidikan
Anting-anting mengandung senyawa aktif Tinggi Islam Kementrian Agama, yang
yang dapat menghambat pertumbuhan memberikan bantuan dana penelitian
parasit yaitu kandungan senyawa kompetitif 2010. Ibu Roihatul Muti’ah
golongan alkaloid dan terpenoid.Kayser dan Anna Nihayah serta semua pihak
et al. (2000) mengatakan setiap ekstrak yang telah membantu terselesaikannya
dan obat mempunyai mekanisme
penelitian ini.
penghambatan yang spesifik, begitu pula
dengan senyawa-senyawa yang berasal
dari tumbuhan. DAFTAR PUSTAKA
Senyawa golongan alkaloid telah
diketahui dapat menghambat Ancelin M.L., & H.J., Vial, 1989,
pertumbuhan parasit dengan menghalangi Quaternary Ammonium
pertumbuhan parasit melalui transport Coumpounds Efficiently Inhibit
intraseluler kolin (Hilou, et al., 2006). Plasmodium falciparum Growth
Begitu pula dengan senyawa golongan In Vitro by Impairment of
terpenoid juga telah diketahui dapat Choline Transport, Antimicrobial
menghambat pertumbuhan Plasmodium Agent and Chemotherapy,
berghei dengan cara menghambat sintesis Vol. 29, 814-820.
protein pada sel mamalia dan dan juga Anonim, 2009, Tanaman Obat Indonesia
parasit malaria (Pouplin et al., 2007). (Acalypha Indica L.),
www.Iptek.Net.Id, Diakses 27
Februari 2009.
KESIMPULAN
Antara News, 2007, Nyamuk Malaria di
Ekstrak etil asetat tanaman Papua Kebal terhadap Obat
anting-anting (Acalypha indica L.) Cloroquin.
memiliki aktifitas antimalaria.Senyawa

30
Identifikasi senyawa dan aktivitas antimalaria… (Elok Kamilah Hayati, dkk)

http://www.antara.co.id/view/?i=1 Universitas Lampung,


188324951&c=NAS&s=, Rabu, Lampung.
29 Agustus 2007, Diakses Tanggal
Hayati, E.K., A.G., Fasya, & L., Saadah,
11 Maret 2010.
2010, Fraksinasi dan Identifikasi
Aryanti, T.M., Ermayanti, K.I., Prinadi, Senyawa Tanin Pada Daun
& R.M., Dewi, 2006, Uji Daya Belimbing Wuluh (Averrhoa
Antimalaria Artemisia spp. bilimbi L.), Jurnal Kimia (Journal
Terhadap Plasmodium of Chemistry), Vol. 4 No. 2.
falciparum, Majalah Farmasi Hilou, A., O.G., Nacoulma, & T.R.,
Indonesia, Vol. 17, No. 2, 81-84. Guiguemde, 2006, In vivo
Baraguey C., C.A., Guette, A., Blond, F., Antimalarial Activities of
Cavelier, F., Lezenven, J.L., Extracts Amaranthus Spinosus
Pousset, & B., Bernard, 1998, L. and Boerhaavia erecta L. in
Isolation, Structure And SynthesIs Mice, Journal or
of Chevalierins A, B And C, Ethnopharmacologhy, Vol.103,
Cyclicpeptides From The Latex 236-240
Of Jatropha Chevalieri, J. Chem. Ipteknet, 2005, Tanaman Obat Indonesia
Soc., Perkin Trans, Vol.1,
Anting-Anting (Acalypha
3033-3039.
Australis Linn.), BPPT, Jakarta,
Baraja, M., 2008, Uji Toksisitas Ekstrak Diakses 27 Februari 2007.
Daun Ficus elastica Nois ex
Blume terhadap Artemia salina Kusnaeni, V., 2008, Isolasi dan
Leach dan Profil Kromatografi Karakterisasi Senyawa Fraksi n-
Lapis Tipis, Skripsi, Fakultas Heksana dari Ekstrak Kulit
Farmasi Universitas Batang Angsret (Spathoda
Muhammadiyah Surakarta, campanulata Beauv), Skripsi,
Surakarta. Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Brawijaya, Malang.
Denis A.M., M.D., Dondorp, N.M.D.,
François, & Y.M.D., Poravuth, Muti’ah, R., 2010, Aktivitas Antimalaria
2006, Efficacy of Artemether- Ekstrak Batang Talikuning
Lumefantrine for The Treatment (Anamirta cocculus) dan
of Uncomplicated Falciparum Kombinasinya dengan Artemisin
Malaria In Northwest Cambodia, pada Mencit yang Diinfeksi
Tropical Medicine and Plasmodium berghei, Tesis,
International Health, Vol.1, Program Pasca Sarjana Fakultas
No. 12,1800-1807, Kedokteran Universitas
http://www3.interscience.wiley.co Brawijaya, Malang.
m/cgibin/fulltext/118598662/, Nindatu, Maria, 2008, Efek Antimalaria
Diakses Tanggal 26 Juli 2009. Senyawa Flavonoid Kulit Batang
Handayani D., N., Sayuti & Dachriyanus, Cempedak (Artocarpus
2008, Isolasi dan Karakterisasi champeden Spreng) Pada
Senyawa Antibakteri Epidioksi Morfologi Dan Aktivitas
Sterol dari Spon Laut Petrosia Biokimiawi Parasit Malaria,
nigrans, Asal Sumatera Barat, Desertasi, Universitas Airlangga,
Prosiding Seminar Nasional Surabaya.
Sains dan Teknologi-II 2008, Octavia, D.R., 2009, Uji Aktivitas
Penangkap Radikal Ekstrak

31
Molekul, Vol. 7. No. 1. Mei, 2012: 20 - 32

Petroleum Eter, Etil Asetat dan Syamsudin, S., Tjokrosonto, S.,


Etanol Daun Binahong Wahyuono, & Mustofa, 2007,
(Anredera Corfolia (Tenore) Aktivitas Antiplasmodium dari
Steen) dengan metode DPPH
Dua Fraksi Ekstrak n- Heksana
(2,2-difenil-1- pikrihidrasil.),
Skripsi, Fakultas Farmasi Kulit Batang Asam Kandis
Universitas Muhamadiyah, (Garcinia parvifolia Miq),
Surakarta. Majalah Farmasi, Universitas
Pillay P., R., Vleggaar, V.J., Maharaj, Gajah Mada, Yogyakarta.
P.J., Smith, & C.A., Lategan, Tahir, I., Mudasir, I., Yulistia & Mustofa,
2007, Isolation And Identification 2005, Quantitative Quantitative
of Antiplasmodial Structure Activity Relationship
SesquiterpeneLactones From Analysis (Qsar) of
Oncosiphon Piluliferum, Journal Vincadifformine Analogues As
of Ethnopharmacology, Vol. 112, The Antiplasmodial Compounds
71-76. of The Chloroquinosensible
Pouplin, J.N., T.H., Tran, C., Dolecek, Strain. Indo. J. Chem., Vol. 5,
T.A., Phan, J., Farrar,P., Carron, No.3, 255-260.
B., Bodo, & P., Grellier, 2007, Wei-Fang, D., L., Zong-Wen, & S., Han-
Antimalarial and Cytotoxic Dong, 1994, A New Compound
Activities of From Acalypha Australis L.
Ethnopharmacologically Laboratory of Phytochemistry,
Selected Medicinal Plants from Kunming Institute of Botany,
South Vietnam, Journal of Chiese Academy of Sciences.
ethnopharmacology, Vol. 109.
Widodo, N., 2007, Isolasi dan
Runadi, D., 2007, Isolasi dan Identifikasi Karakterisasi Senyawa Alkaloid
Alkaloid dari Herba komfrey Yang Terkandung Dalam Jamur
(symphytum officinale l.), Karya Tiram Putih (Pleurotus
Ilmiah, Universitas Padjadjaran Ostreatus), Skripsi, Jurusan Kimia
Fakultas Farmasi, Jatinangor. Fakultas Matematika dan Ilmu
Sardjono, T.W., & L.E., Fitri, 2007, Pengetahuan Alam, Universitas
Malaria Mekanisme Terjadinya Negeri Semarang, Semarang.
Penyakit dan Pedoman www.Iptek.Net.Id. Tanaman Obat
Penanganannya, Revisi Ketiga, Indonesia (Acalypha Indica L.),
Laboratorium Parasitologi FK Diakses 27 Februari 2009
Universitas Brawijaya, Malang.
Zambrut, A.A., D.M., Gusmali & M.H.,
Sriwahyuni, 2010, Uji Fitokimia Ekstrak Mukhtar, 2001, Aktivitas
Tanaman Anting-anting Antimalaria Senyawa
(Acalypha indica L.) dengan Tinokrisposid Secara in vivo,
Variasi Pelarut dan Uji Toksisitas Cermin Dunia Kedokteran,
dengan Menggunakan Brine Universitas Negeri Semarang,
Shrimp, Skripsi, Jurusan Kimia Vol. 131, 27-31.
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maliki, Malang.

32

Anda mungkin juga menyukai