Anda di halaman 1dari 3

H A SI L PEN ELI T I A N

ACT sebagai Obat Pilihan Malaria Ringan di indonesia


P.N. Harijanto
SMF Ilmu Penyakit Dalam, RSU Bethesda Tomohon, Sulawesi Utara

PENDAHULUAN dipakai kombinasi dengan obat malaria lain. PENGOBATAN MALARIA RINGAN / TANPA
Berkembangnya resistensi pengobatan malaria Perkecualian bila tidak bisa memakai obat lain/ KOMPLIKASI
baik di luar negeri dan di dalam negeri, men- kombinasi, artemisinin diberikan dalam waktu
jadikan penanganan malaria menjadi sulit karena 7 hari. Pengobatan radikal malaria falciparum/vivax :
potensi malaria berat yang dapat mengakibat- (dengan pemeriksaan mikroskopis)
kan kematian maupun meluasnya/ meningkat- ACT merupakan kombinasi pengobatan yang Pilihan ACT , yaitu :
nya kasus-kasus malaria. Laporan resistensi pe- unik, karena artemisinin memiliki kemampuan : 1. Pilihan I : Obat pilihan ke 1 yaitu dihydroar-
ngobatan malaria terhadap obat lama (klorokuin, 1. Menurunkan biomass parasite dengan cepat temisinin + piperakuin (DHP) . Kombinasi ini
sulfadoksin-pirimetamin dan kina) dalam 10 2. Menghilangkan simptom dengan cepat dipilih untuk mengatasi kegagalan kombinasi
tahun terakhir memang mengkhawatirkan, 3. Efektif terhadap parasit resisten multi-drug, sebelumnya yaitu artesunate + amodiakuin.
terjadi di lebih dari 25% propinsi di Indonesia. semua bentuk/ stadium parasit dari bentuk (tabel 1).
muda sampai tua yang berkuestrasi pada
Keadaan ini menyebabkan Departemen Keseha- pembuluh kapiler. 2. Pilihan II : Obat pilihan ke-2 ialah kombinasi
tan melalui pertemuan-pertemuan komisi ahli 4. Menurunkan pembawa gamet, menghambat Artemeter-lumefantrine (CoartemR). Merupa-
malaria (KOMLI) memutuskan mengubah stra- transmisi kan kombinasi tetap ( fixed dose combination ),
tegi pengobatan malaria yakni dengan penggu-
5. Belum ada resistensi terhadap artemisinin dapat dipakai untuk malaria falsiparum dan
naan obat ACT (artemisinin combination treat-
6. Efek samping minimal malaria vivaks. Di Papua respon terhadap vivaks
ment). Hal ini seirama dengan pedoman WHO
yang secara global menganjurkan pengobatan lebih rendah dibanding kombinasi lainnya.
Derivat artemisinin dalam bentuk oral: arte- (tabel 2).
malaria berubah dengan menggunakan obat
misinin, artesunate, artemether dan dihydro-
ACT. Seperti pada pengobatan penyakit infeksi
artemisinin; dalam bentuk injeksi : artemether Kecuali sebagai obat lini II, AL juga dapat
umumnya, kecenderungan penggunaan obat
i.m, arthe-ether im, artesunate i.v,/i.m; dalam dipakai sebagai obat pilihan pertama pada
kombinasi semakin kuat untuk mengatasi dan
bentuk suppository: artemeter, artemisinin, arte-
mencegah timbulnya resistensi. Pengobatan kasus-kasus kegagalan artesunate + amodi-
sunate, dihydro-artemisinin.
malaria nasional diatur melalui rekomendasi akuin sudah cukup tinggi seperti di Papua,
KOMLI dan penetapan pedoman pengobatan Lampung dan Sulawesi Utara; atau di daerah
Pada kehamilan, belum ada data klinis muta-
nasional. Walaupun demikian di era otonomi dengan kegagalan klorokuin cukup tinggi.
genik ataupun teratogenik. Artemisinin dapat
daerah perlu diketahui bahwa pengobatan Daerah yang resisten terhadap klorokuin,
digunakan pada kehamilan trimester II & III;
terbaik ialah tergantung situasi malaria di mungkin juga resisten terhadap amodiakuin
belum dianjurkan dipakai pada trimester I,
daerah tersebut; pengobatan untuk propinsi (cross resistance).
walaupun belum ada bukti teratogenik/ efek
Papua mungkin berbeda dengan di daerah
buruk pada kehamilan. Kombinasi ideal jika
lain. 3. Pilihan III : Sebagai pilihan ke-3 dipakai ACT :
artemisinin digabung dengan obat lain dengan
half-life panjang dan belum timbul resistensi. Artesunate + Amodiakuin ( 1 tablet artesunate
ARTEMISININ SEBAGAI KOMPONEN OBAT 50 mg dan 1 tablet amodiakuin 200 mg (~ 153
Obat yang dikemas sebagai fixed dose combi-
KOMBINASI mg basa). Dosis artesunate ialah 4 mg/kgbb.
nation (FDC) lebih dianjurkan untuk menghin-
Artemisinin merupakan obat antimalaria kelom- /hari selama 3 hari dan dosis amodiakuin ialah
dari non compliance.
pok seskuiterpen lakton yang bersifat skizonto- 10 mg/kgbb./hari selama 3 hari. (tabel 3)
sida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat
WHO merekomendasikan ACT yaitu : Apabila ACT gagal, WHO menganjurkan me-
ini berkembang dari obat tradisional Cina untuk
• Artesunate + Amodiquine (Artesdiaquine R, makai ACT lain yang diketahui mempunyai
penderita demam yang dibuat dari ekstrak
Arsuamoon R) ektivitas tinggi (ada 3 pilihan ACT), atau kom-
tumbuhan Artemesia annua L (qinghao) yang
binasi Kina + Doksisiklin+ Primakuin atau Kina
sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu dan • Artesunate + Sulfadoksin-pirimetamin
+Tetrasiklin + Primakuin.
ditemukan peneliti Cina tahun 1971. • Artesunate + Mefloquine

WHO (2006) memberikan rekomendasi untuk


• Artemether - Lumefantrine (Coartem R) Doksisiklin 1 tablet =100 mg, dosis 3 – 5 mg/kgbb.
penggunaan derivat artemisinin (ART) sbb : satu kali sehari selama 7 hari, dan tetrasiklin 250
Di Indonesia saat ini telah dipergunakan 3 jenis mg atau 500 mg, dosis 4 mg/kgbb. 4 x sehari.
1. Untuk pengobatan malaria berat obat ACT yaitu :
2. Untuk pengobatan malaria ringan/tanpa Untuk wanita hamil dan anak-anak dibawah
komplikasi • Kombinasi Dihydroartemisinin- Piperaquine usia 11 tahun, TIDAK boleh memakai doksisiklin/
3. Untuk meningkatkan efikasi dan menghambat • Kombinasi Artemether – Lumefantrine tetrasiklin dan diganti dengan clindamycin 10 mg/
resistensi terhadap derivat artemisinin harus • Kombinasi Artesunate + Amodiakuin kgbb. 2 x sehari selama 7 hari (tabel 4).

112 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011


H A SIL PEN ELI T I A N H A SI L PEN ELI T I A N

Tabel 1. Dosis pengobatan DHP pada malaria falsiparum Sebaiknya penggunaan kina dibatasi karena Late Parasitological Failure (LPF) : Untuk daerah yang tidak tercapai/tersedia Beberapa hal yang perlu diketahui untuk
efek samping yang cukup banyak dan serius, Ditemukan parasitemia (spesies sama dengan program Depkes dan institusi kesehatan swasta penggunaan ACT ialah :
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Hari seperti demam kencing hitam, hipotensi, hipo- hari ke 0) pada hari ke 7 sampai hari 28 tanpa 1. Hanya diberikan pada penderita dengan hasil
tersedia di apotik dengan nama Arsuamoon, 1
Dosis tunggal 0 - 1 bulan > 1 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun glikemia dan aritmia jantung. Selain itu juga ber- disertai peningkatan suhu aksila < 37,5 oC. laboratorium positif malaria ( minimal rapid
kemasan 3 strip masing- masing terdiri dari 4
manfaat mengurangi resistensi terhadap kina Catatan : Bila sediaan darah negatif tetapi masih test positif ), TIDAK dipakai untuk pengobatan
H1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3-4 tablet artesunate 50 mg/ tablet (putih) dan 4
sehingga masih ada obat yang bisa dipakai malaria klinis (tanpa hasil laboratorik)
1½ 2 2-3
ada gejala, diberi pengobatan simptomatik dan
Falc: H1 Primakuin - - ¾ untuk pengobatan malaria. tablet amodiaquine 150 mg/tablet (kuning) 2. Dapat dipakai pada malaria falsiparum maupun
tidak termasuk gagal pengobatan.
Vivaks: H1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 dan Co-arteem yaitu kombinasi 20 mg arteme- vivax sebagai obat pilihan pertama.
Kombinasi ACT lain yang sedang dalam peneli- ter – 120mg lumefantrine/ tablet. Satu kotak 3. Tetap diberi terapi radikal terhadap bentuk
Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kg BB, Piperakuin : 16-32 mg/kg BB, Primakuin : 0.75 mg/kgBB
tian adalah : PERMASALAHAN PENGGUNAAN ACT DI gamet dengan primakuin 45 mg dosis tunggal
INDONESIA Co-arteem terdiri 4 strip, dan ada 6 tablet/
Tabel 2. Dosis penggunaan artemeter-lume- fantrine (A-L) • artesunat - pironaridin untuk falsiparum dan 15 mg/hari selama 14
Sesuai perkembangan resistensi malaria secara strip warna kuning muda. Walaupun demikian
• artesunat - klorproguanil-dapson (Lapdap- hari pada malaria vivax.
Jenis obat Umur < 3 tahun > 3 - 8 tahun > 9 - 14 tahun > 14 tahun plus®) global dan nasional, maka pertemuan komisi distribusi obat masih merupakan masalah sering 4. Dilakukan pemantauan respon obat selama
Hari
Berat Badan (Kg) Jam 5 - 14 Kg 15 - 24 Kg 25 - 34 Kg >34 Kg
• dihidroartemisinin - piperakuin - trimetoprim ahli malaria 2008 telah mengambil langkah sulitnya akses terhadap obat-obat diatas. 28 hari, bila mungkin 42 hari.
(Artecom®) baru dalam pengobatan malaria di Indonesia.
A-L 0 jam 1 2 3 4
1 A-L 8 jam 1 2 3 4
• dihidroartemisinin - piperakuin - trimetoprim Keputusan ini yaitu dengan merekomendasi-
Falc: Primakuin 12 jam ¾ 1½ 2 2-3 - primakuin (CV8) kan 2 pengobatan baru untuk malaria yaitu DAFTAR PUSTAKA
2 A-L 24 jam 1 2 3 4 • dihidroartemisinin + naftokuin kombinasi Artemeter-Lumefantrine untuk sektor 1. ACCESS. ACT NOW. To get malaria treatment that works in Afrika.Medicine Sans Frontieres, 2003
A-L 36 jam 1 2 3 4
pengobatan swasta dan Dihydroartemisinin- 2. Gasem MH et al. Therapeutic efficacy of combination Artesunate plus Amodiaquine for uncomplicated malaria in
A-L 48 jam 1 2 3 4 Di masa mendatang dikembangkan ACT dengan
3 Piperakuin untuk pengobatan program depar- Banjarnegara district, Central Java. Proceeding Symposium of Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University
A-L 60 jam 1 2 3 4 formula pediatri, ACT supositoria, dan ACT fixed
temen kesehatan. Kedua obat ini merupakan Surabaya, Novemver 29 – 30, 2004
H Vivaks :
dose combination.
Primakuin ¼ ½ ¾ 1 FDC (fixed dose combination), sehingga pembe- 3. Greenwood BM, Fidock DA, Kyle DE et al Malaria : progress, perils, and prospects for eradication. J. Clin. Invest, 2008 ; 118
1 - 14
Pemantauan (Follow – up) pengobatan malaria : rian lebih mudah dan pasien lebih patuh. : 1266 – 1276.

Penderita perlu diperiksa sediaan darah untuk 4. Hasugian AR, Purba HL, Kenangalem E et al. Didydroartemisinin-piperaquine versus Artesunate-amodiaquine :
Tabel 3. Pengobatan Lini III (Artesunate + Amodiakuin) malaria pada hari ke 2, 3 dan hari 7, 14, 21 dan Masalahnya ialah perluasan informasi tentang superior efficacy and posttreatment prophylaktis against multidrug-resistant Plasmodium falciparum and

Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur


28. Bila penderita rawat jalan dan tidak mung- perubahan pengobatan malaria dengan ACT plasmodium vivax malaria. Clin Infect Dis. 2007; 44(8): 1075-7.

Hari kin kembali hari ke-2 (48 jam setelah mulai dan penyediaan obat ACT untuk dapat diakses 5. Inge Sutanto. Penggunaan artesónate-amodiaquine sebagai obat pilihan malaria di Indonesia. Proc. Symposium of
Dosis Tunggal 0 - 1 bulan 2 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun pengobatan), boleh datang hari ke-3. Penderita oleh semua institusi pelayanan kesehatan di Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University Surabaya, November 29 – 30, 2004
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4 yang termasuk gagal pengobatan dini ataupun Indonesia. Ada 3 ACT yang beredar di Indonesia 6. Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et al. Two fixed-dose artemisinin combinations for drug-resistant falciparum
1 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 kasep harus diberi pengobatan lain. yaitu Artesunate + Amodiaquin yang dipakai and vivax malaria in Papua Indonesia : an open-label randomized comparison. Lancet 2007; 369(9563): 757-65,
Fal: Primakuin - - ¾ ¾ 2 2-3
dalam program malaria Dep.Kes melalui pus- 7. RBM : ACT : the way forward for treating Malaria. http://www.rbm.who.int/cmc_upload/0/000/015/364/RBInfosheet_9.htm
2
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4 Dikatakan gagal pengobatan, bila terdapat
kesmas; nama dagangnya Artesdiaquin; dan 8. White NJ : Qinghaosu (Artemisinin): The Price of Success. Science 2008 ; 320 : 330 - 334
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 salah satu/lebih kriteria berikut (WHO, 2003) :
dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) dengan 9. WHO; Guidelines for the treatment Malaria. WHO Geneve 2006.
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
3 a. Gagal pengobatan dini (early treatment nama dagang Artekin atau Duo-cotexin untuk 10. WHO : The Use of Artemisinin & its derivates as Anti-Malarial Drugs. Report of a joint CTD/DMP/TDR Informal Consultation,
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
failure) : didefinisikan sebagai berkembangnya daerah resistensi tinggi terhadap klorokuin dan Geneve, 10 -12 June 1998
Vivaks: 1 menjadi 1 atau lebih kondisi berikut ini pada 3
1 - 14
Primakuin
- - ¼ ½ ¾ amodiakuin. 11. WHO : Antimalarial Drug Combination Therapy. Report of a WHO Technical Consultation. Geneve 4-5 April 2001.
hari pertama :
- Parasitemia dengan komplikasi klinis malaria
Tabel 4. Kombinasi Kina + Doksisiklin/ Tetra- siklin/ Clindamycin (bila gagal pengobatan ACT) : berat pada hari 1, 2, 3.
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur - Parasitemia pada hari ke 2 > hari 0.
Hari - Parasitemia pada hari ke 3 (>25 % dari hari 0)
Dosis Tunggal 0 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun
- Parasitemia pada hari ke 3 masih positif +
Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)
1 Doksisiklin -- -- -- 2 x 50 mg 2 x 100 mg suhu aksila > 37,5 o C.
Fal: Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3 b. Gagal pengobatan kasep (late treatment
Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2 failure) : didefinisikan sebagai berkembang-
2-7
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50 mg 4 x 100 mg nya menjadi 1 atau lebih kondisi berikut ini
Dosis Tetrasiklin -- -- -- 4x4 mg/kg BB 4 x 250 mg antara hari ke 4 s/d ke 28, dan dibagi dalam 2
Dosis Clindamycin -- -- -- 2x10 mg/kg BB 2x10 mg/kg BB sub grup :

1 - 14
Vivaks:
-- ¼ ½ ¾ 1 Late Clinical (and Parasitological) Failure (LCF) :
Primakuin - Parasitemia (spesies sama dengan hari ke 0)
Keterangan : dengan komplikasi malaria berat setelah
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita dengan defisiensi enzim G-6-PD. Dosis: 0,75 hari ke 3.
mg/kgbb. dosis tunggal untuk Plasmodium falciparum. Untuk Plasmodium vivax dosis 0,25 mg/ kgbb. atau 1 tab
- Suhu aksila > 37,5 o C disertai parasitemia
pada orang dewasa pada hari 1 – 14. Doksisiklin, Tetrasiklin atau Klindamisin diberikan pada hari 1 – 7 tergantung
kesediaan obat dan indikasinya antara hari ke 4 s/d ke 28.

CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 113 114 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011
H A SIL PEN ELI T I A N H A SI L PEN ELI T I A N

Tabel 1. Dosis pengobatan DHP pada malaria falsiparum Sebaiknya penggunaan kina dibatasi karena Late Parasitological Failure (LPF) : Untuk daerah yang tidak tercapai/tersedia Beberapa hal yang perlu diketahui untuk
efek samping yang cukup banyak dan serius, Ditemukan parasitemia (spesies sama dengan program Depkes dan institusi kesehatan swasta penggunaan ACT ialah :
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Hari seperti demam kencing hitam, hipotensi, hipo- hari ke 0) pada hari ke 7 sampai hari 28 tanpa 1. Hanya diberikan pada penderita dengan hasil
tersedia di apotik dengan nama Arsuamoon, 1
Dosis tunggal 0 - 1 bulan > 1 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun glikemia dan aritmia jantung. Selain itu juga ber- disertai peningkatan suhu aksila < 37,5 oC. laboratorium positif malaria ( minimal rapid
kemasan 3 strip masing- masing terdiri dari 4
manfaat mengurangi resistensi terhadap kina Catatan : Bila sediaan darah negatif tetapi masih test positif ), TIDAK dipakai untuk pengobatan
H1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3-4 tablet artesunate 50 mg/ tablet (putih) dan 4
sehingga masih ada obat yang bisa dipakai malaria klinis (tanpa hasil laboratorik)
1½ 2 2-3
ada gejala, diberi pengobatan simptomatik dan
Falc: H1 Primakuin - - ¾ untuk pengobatan malaria. tablet amodiaquine 150 mg/tablet (kuning) 2. Dapat dipakai pada malaria falsiparum maupun
tidak termasuk gagal pengobatan.
Vivaks: H1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 dan Co-arteem yaitu kombinasi 20 mg arteme- vivax sebagai obat pilihan pertama.
Kombinasi ACT lain yang sedang dalam peneli- ter – 120mg lumefantrine/ tablet. Satu kotak 3. Tetap diberi terapi radikal terhadap bentuk
Dihydroartemisinin : 2-4 mg/kg BB, Piperakuin : 16-32 mg/kg BB, Primakuin : 0.75 mg/kgBB
tian adalah : PERMASALAHAN PENGGUNAAN ACT DI gamet dengan primakuin 45 mg dosis tunggal
INDONESIA Co-arteem terdiri 4 strip, dan ada 6 tablet/
Tabel 2. Dosis penggunaan artemeter-lume- fantrine (A-L) • artesunat - pironaridin untuk falsiparum dan 15 mg/hari selama 14
Sesuai perkembangan resistensi malaria secara strip warna kuning muda. Walaupun demikian
• artesunat - klorproguanil-dapson (Lapdap- hari pada malaria vivax.
Jenis obat Umur < 3 tahun > 3 - 8 tahun > 9 - 14 tahun > 14 tahun plus®) global dan nasional, maka pertemuan komisi distribusi obat masih merupakan masalah sering 4. Dilakukan pemantauan respon obat selama
Hari
Berat Badan (Kg) Jam 5 - 14 Kg 15 - 24 Kg 25 - 34 Kg >34 Kg
• dihidroartemisinin - piperakuin - trimetoprim ahli malaria 2008 telah mengambil langkah sulitnya akses terhadap obat-obat diatas. 28 hari, bila mungkin 42 hari.
(Artecom®) baru dalam pengobatan malaria di Indonesia.
A-L 0 jam 1 2 3 4
1 A-L 8 jam 1 2 3 4
• dihidroartemisinin - piperakuin - trimetoprim Keputusan ini yaitu dengan merekomendasi-
Falc: Primakuin 12 jam ¾ 1½ 2 2-3 - primakuin (CV8) kan 2 pengobatan baru untuk malaria yaitu DAFTAR PUSTAKA
2 A-L 24 jam 1 2 3 4 • dihidroartemisinin + naftokuin kombinasi Artemeter-Lumefantrine untuk sektor 1. ACCESS. ACT NOW. To get malaria treatment that works in Afrika.Medicine Sans Frontieres, 2003
A-L 36 jam 1 2 3 4
pengobatan swasta dan Dihydroartemisinin- 2. Gasem MH et al. Therapeutic efficacy of combination Artesunate plus Amodiaquine for uncomplicated malaria in
A-L 48 jam 1 2 3 4 Di masa mendatang dikembangkan ACT dengan
3 Piperakuin untuk pengobatan program depar- Banjarnegara district, Central Java. Proceeding Symposium of Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University
A-L 60 jam 1 2 3 4 formula pediatri, ACT supositoria, dan ACT fixed
temen kesehatan. Kedua obat ini merupakan Surabaya, Novemver 29 – 30, 2004
H Vivaks :
dose combination.
Primakuin ¼ ½ ¾ 1 FDC (fixed dose combination), sehingga pembe- 3. Greenwood BM, Fidock DA, Kyle DE et al Malaria : progress, perils, and prospects for eradication. J. Clin. Invest, 2008 ; 118
1 - 14
Pemantauan (Follow – up) pengobatan malaria : rian lebih mudah dan pasien lebih patuh. : 1266 – 1276.

Penderita perlu diperiksa sediaan darah untuk 4. Hasugian AR, Purba HL, Kenangalem E et al. Didydroartemisinin-piperaquine versus Artesunate-amodiaquine :
Tabel 3. Pengobatan Lini III (Artesunate + Amodiakuin) malaria pada hari ke 2, 3 dan hari 7, 14, 21 dan Masalahnya ialah perluasan informasi tentang superior efficacy and posttreatment prophylaktis against multidrug-resistant Plasmodium falciparum and

Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur


28. Bila penderita rawat jalan dan tidak mung- perubahan pengobatan malaria dengan ACT plasmodium vivax malaria. Clin Infect Dis. 2007; 44(8): 1075-7.

Hari kin kembali hari ke-2 (48 jam setelah mulai dan penyediaan obat ACT untuk dapat diakses 5. Inge Sutanto. Penggunaan artesónate-amodiaquine sebagai obat pilihan malaria di Indonesia. Proc. Symposium of
Dosis Tunggal 0 - 1 bulan 2 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun pengobatan), boleh datang hari ke-3. Penderita oleh semua institusi pelayanan kesehatan di Malaria Control in Indonesia. TDRC Airlangga University Surabaya, November 29 – 30, 2004
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4 yang termasuk gagal pengobatan dini ataupun Indonesia. Ada 3 ACT yang beredar di Indonesia 6. Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et al. Two fixed-dose artemisinin combinations for drug-resistant falciparum
1 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 kasep harus diberi pengobatan lain. yaitu Artesunate + Amodiaquin yang dipakai and vivax malaria in Papua Indonesia : an open-label randomized comparison. Lancet 2007; 369(9563): 757-65,
Fal: Primakuin - - ¾ ¾ 2 2-3
dalam program malaria Dep.Kes melalui pus- 7. RBM : ACT : the way forward for treating Malaria. http://www.rbm.who.int/cmc_upload/0/000/015/364/RBInfosheet_9.htm
2
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4 Dikatakan gagal pengobatan, bila terdapat
kesmas; nama dagangnya Artesdiaquin; dan 8. White NJ : Qinghaosu (Artemisinin): The Price of Success. Science 2008 ; 320 : 330 - 334
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 salah satu/lebih kriteria berikut (WHO, 2003) :
dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) dengan 9. WHO; Guidelines for the treatment Malaria. WHO Geneve 2006.
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
3 a. Gagal pengobatan dini (early treatment nama dagang Artekin atau Duo-cotexin untuk 10. WHO : The Use of Artemisinin & its derivates as Anti-Malarial Drugs. Report of a joint CTD/DMP/TDR Informal Consultation,
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
failure) : didefinisikan sebagai berkembangnya daerah resistensi tinggi terhadap klorokuin dan Geneve, 10 -12 June 1998
Vivaks: 1 menjadi 1 atau lebih kondisi berikut ini pada 3
1 - 14
Primakuin
- - ¼ ½ ¾ amodiakuin. 11. WHO : Antimalarial Drug Combination Therapy. Report of a WHO Technical Consultation. Geneve 4-5 April 2001.
hari pertama :
- Parasitemia dengan komplikasi klinis malaria
Tabel 4. Kombinasi Kina + Doksisiklin/ Tetra- siklin/ Clindamycin (bila gagal pengobatan ACT) : berat pada hari 1, 2, 3.
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur - Parasitemia pada hari ke 2 > hari 0.
Hari - Parasitemia pada hari ke 3 (>25 % dari hari 0)
Dosis Tunggal 0 - 11 bulan 1 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun > 15 tahun
- Parasitemia pada hari ke 3 masih positif +
Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)
1 Doksisiklin -- -- -- 2 x 50 mg 2 x 100 mg suhu aksila > 37,5 o C.
Fal: Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3 b. Gagal pengobatan kasep (late treatment
Kina *) 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2 failure) : didefinisikan sebagai berkembang-
2-7
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50 mg 4 x 100 mg nya menjadi 1 atau lebih kondisi berikut ini
Dosis Tetrasiklin -- -- -- 4x4 mg/kg BB 4 x 250 mg antara hari ke 4 s/d ke 28, dan dibagi dalam 2
Dosis Clindamycin -- -- -- 2x10 mg/kg BB 2x10 mg/kg BB sub grup :

1 - 14
Vivaks:
-- ¼ ½ ¾ 1 Late Clinical (and Parasitological) Failure (LCF) :
Primakuin - Parasitemia (spesies sama dengan hari ke 0)
Keterangan : dengan komplikasi malaria berat setelah
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita dengan defisiensi enzim G-6-PD. Dosis: 0,75 hari ke 3.
mg/kgbb. dosis tunggal untuk Plasmodium falciparum. Untuk Plasmodium vivax dosis 0,25 mg/ kgbb. atau 1 tab
- Suhu aksila > 37,5 o C disertai parasitemia
pada orang dewasa pada hari 1 – 14. Doksisiklin, Tetrasiklin atau Klindamisin diberikan pada hari 1 – 7 tergantung
kesediaan obat dan indikasinya antara hari ke 4 s/d ke 28.

CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011 113 114 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011

Anda mungkin juga menyukai