Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Maulid Nabi Muhammad SAW

Assalaamualaikum Wr Wb

‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه‬ ِ ‫إِ ّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيّئَا‬
ُ‫ي لَهُ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُده‬
َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫هللاُ فَالَ ُم‬
ُ‫َو َرسُوْ لُه‬
‫ص ّل َو َسلّ ْم عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬ َ ‫اَللهُ ّم‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ ّن إِالّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
ّ ‫يَاأَيّهَا الّ َذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َح‬

Sidang Jum’at yang terhormat, takutlah kepada Allah


sebagaimana Junjungan Nabi telah ajarkan kepada kita. Wahai ummat
Muhammad, dengar khutbah ini baik-baik yang diuraikan untuk
memperingati hari lahir Junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Pada tanggal 12 Rabiulawal diperingati sebagai hari lahir
junjungan kita itu. Sekitar lima abad sesudah Nabi Isa ‘alaihissalam
meninggalkan dunia ini. Dia lahir sebagai manusia biasa, tidak
dipercayai sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Dia adalah anak manusia
sejati hamba Allah yang dikasihi, yang dikaruniai Wahyu Ilahi pada
usia 40 tahun menjadi Nabi dan Rasul sejati untuk ummat seluruh
dunia ini, sebagai termaktub Firman Allah:

‫اح ۚ ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ ا لِقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬ َّ َ‫قُلْ اِنَّ َمآ اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ٰ ٓحى اِل‬
ِ ‫ي اَنَّ َمآ اِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ َّو‬
١١٠ – ࣖ ‫صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا‬ َ
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka
barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka
hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (QS: Al-Kahfi [18] : 110)
Riwayat Junjungan Nabi tiap tahun diuraikan, wajiblah
mempertebal pengenalan kita terhadap diri Junjungan itu, siapa dan
apa dia, dan apa tugas dan jasanya, betapa watak dan kepribadiannya,
apa saja nasehat dan ajarannya, bagaimana perjuangannya dan
pengorbanannya, apa saja nasehat dan ajarannya, bagaimana
perjuangannya dan pengorbanannya. Untuk itu kita yakini kita
contoh. Bukankah kita diwajibkan mencontoh segalanya itu dari
Junjungan kita, sebagaimana Firman Allah:

– ‫ان يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
َ ‫ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْو ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َك‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
٢١

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (QS. Al-
Ahzab [33] : 21)

Dengan memahami riwayat dan pribadi Rasulullah, tergambarlah


dengan terang kepada kita contoh yang harus kita tiru dan ikuti.Dia
merupakan manusia ideal bagi kita. Tetapi untuk mencontoh
gambaran yang ideal ini, kita memerlukan iman dan keyakinan yang
tebal, takwa dan tawakkal yang menyala-nyala yang sanggup melebur
kepentingan dan hasrat kesenangan individual ke dalam kepentingan
dan kesejahteraan bersama.
Dan ini adalah sukar dan berat, khususnya zaman sekarang ini di
mana hawa nafsu angkaramurka merajalela berlomba-lomba mengejar
kelezatan maksiat dan kemewahan serta kemegahan memegang
kekuasaan, dan kita kaum muslimin tidak terkecuali dalam hal ini.
Amar ma’ruf menjadi kendor, nahi mungkar dianggap merugikan,
ajaran kepada kebaikan telah dirasa membosankan, mengingatkan
kepada barang yang hak dan kesabaran tidak diperhatikan.
Kesemuanya itu sudah dianggap perbuatan yang tidak menghasilkan,
tidak menguntungkan.
Saudara-saudara sidang Jum’at yang terhormat
Nabi Muhammad Saw diutus Allah menjadi Rasulnya dan
diturunkan kepadanya wahyu untuk diajarkan dan diamalkan oleh
ummat manusia. Wahyu Allah dan tuntunan Rasul itulah agama
Islam, agama yang pasti dapat menyelamatkan manusia dari
kehancuran. Tetapi sudah tentu ajaran Allah dan Rasul atau Islam itu
berlawanan dengan kehendak nafsu yang telah begitu dalam
mempengaruhi manusia, dan telah begitu erat membelenggu akalnya
dan telah begitu gelap membutakan mata hatinya.
Ajaran Islam bersendi kepada percaya kepada Allah yang Esa,
dengan iman itu manusia akan berbakti dan takut kepada Allah. Islam
melarang maksiat karena maksiat itu menghancurkan masyarakat,
mewajibkan beribadah dan berbuat baik, karena ibadah serta berbuat
baik itu menenangkan jiwa dan mengurangi jahatnya nafsu. Islam
membagi halal dan haram, serta yang diharamkan tiada lain hanyalah
perkara yang merugikan diri dan orang lain, tetapi justru
meninggalkan perkara itulah yang dirasa berat oleh hawa nafsu.
Karena wahyu Ilahi menentang nafsu jahat, bangkitlah manusia
yang dikemudikan oleh melawan wahyu Ilahi itu, memusuhi
Junjungan Nabi dan siapa saja yang mengajarkan agama. Berusaha
untuk mematikan petunjuk-petunjuk agama dengan segala tipu daya,
membunuh, menyakiti, menganiaya, membujuk serta memberikan
suapan harta dan pangkat asal orang bersedia bungkam mulut
berpangku tangan berhenti dari menyiarkan agamanya dan amar
ma’ruf nahi mungkar.
ِ ‫أَقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما‬
‫ت فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ إِنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر‬
‫الر ِح ْي ُم‬
َ

Khutbah II

ْ ‫ق لِي‬
َ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد ْي ِن ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكوْ ن‬ ِّ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل الَّ ِذيْ أَرْ َس َل َرسُوْ لَهُ بِ ْالهُدَى َو ِدي ِْن ْال َحـ‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ َ ‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إله إِالَّ هللا َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اللهم‬
‫ أَ َّمابَعْد‬. َ‫َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬

Saudara-saudara sidang Jum’at yang terhormat, takutlah kepada


Allah dan selamanya gar dapat meninggalkan dunia ini kelak dengan
husnul khatimah, mati dalam mengabdi kepada Allah, dalam Islam
yang sebenar-benarnya.
Junjungan Nabi Muhammad Saw dilahirkan dalam keadaan
miskin, yatim. Sampai masa kanak-kanak dia hidup di dusun sunyi,
menggembalakan kambing. Pada usia enam tahun wafat ibunya, yang
menjadikan dia yatim piatu. Pada usia delapan tahun meninggal pula
neneknya yang memeliharanya. Yang menjadikannya sebatangkara.
Untung ada pamannya yang sudi memeliharanya, seorang paman
yang miskin pula, Abu Thalib.
Anak yatim piatu penggembala kambing yang miskin inilah dia
Rasulullah yang terpilih menjadi penggembala manusia menjuju ke
jalan yang benar, mendaki ke tempat yang tinggi dan jaya dengan
pedoman wahyu Ilahi yang abadi. Dia bukan hanya penggembala
menjaga keselamatan manusia yang mencari makan, bukan penghibur
orang yang sengsara hanya dengan kata-kata lunak dan harapan-
harapan di atas langit
.

Dia adalah penggembala yang dengan tuntunan Ilahi,


menggerakkan umatnya berjuang habis-habisan memerangi hawa
nafsu sendiri, menyerahkan diri berbakti kepada Allah, serta maju dan
naik menyebarkan kebenaran dan kebahagiaan seluruh dunia. Dia
tidak haus kekuasaan, tidak memburu kebesaran, bahkan dilarangnya
orang berbuat demikian. Dia tunaikan tugas dari Allah untuk
memimpin umatnya berbuat ihsan kepada dirinya dan masyarakat,
tiada lain adalah dengan maksud menciptakan kesejahteraan manusia
di dunia dan akhirat. Inilah semuanya apa yang terkandung dalam
Agama Islam, agama Allah yang hak.
Dalam memperingati maulid Junjungan kita itu, kita harus sadar
akan kekurangan ummat Islam kepada pimpinan dan pemimpin
seperti dia dan para sahabatnya. Adalah satu kewajiban kepada para
ulama, pemimpin dan penganjur bangsa Indonesia umumnya, serta
ummat Islam khususnya, untuk meneladani dan mendekatkan diri
pada contoh yang telah diberikan oleh Junjungan kita Rasulullah
Muhammad Saw.

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ‫ص ُّلونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَآأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا‬ َ ُ‫إِ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ ي‬
‫آل إِب َْرا ِه ْي َم وبارك َعلَى‬ ِ ‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ار ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ َّ‫آل إِب َْرا ِه ْي َم إِن‬ ِ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ َ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬
‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َوا ِجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما‬
َ‫َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَنفُ َسنَا َوإِن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَ ا ِس ِرين‬
َ ‫َربَّنَآ َءاتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْاألَ ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِميْن‬
‫صلى هللا َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫َو َ‬

Anda mungkin juga menyukai