Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Otitis media supuratif kronis (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah
congek, teleran atau telinga berair, yang merupakan peradangan pada mukosa telinga tengah
dan ruang mastoid yang berlangsung lebih dari 2 bulan ditandai dengan adanya perforasi
pada membran timpani dan keluarnya cairan secara terus menerus atau hilang timbul dari
liang telinga. Gejala dan tanda klinis yang sering terjadi adalah telinga berair (76,47%) dan
perforasi membran timpani (74,79%), baik perforasi atik (0,84%), marginal (1,68%), subtotal
(23,53%), dan total (48,74%). Gangguan pendengaran terbanyak adalah tuli konduktif
(58,82%).1 OMSK dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi dari OMSK dapat terjadi di
ekstrakranial dan intrakranial. Persentase terjadinya komplikasi ekstrakranial pada OMSK
sekitar 0,5%-1,4% dan persentase intrakranial sekitar 0,3% - 2,0%.2

OMSK dapat terbagi atas 2 yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Peradangan pada
OMSK tipe aman terbatas hanya pada mukosa dan biasanya tidak mengenai tulang.
Perforasinya terletak sentral dan jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Sedangkan OMSK tipe bahaya dapat mengenai tulang, ditandai dengan adanya kolesteatom
dan dapat menimbulkan komplikasi intrakranial yang antara lain seperti meningitis, abses
otak otogenik, empiema subdural, abses extradural, ensefalitis dan trombosis sinus lateralis. 3
Komplikasi ekstrakranial yang dapat timbul adalah labirintis, paresis nervus fasialis,
mastoiditis, petrositis.4 Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian
pada OMSK di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena
penderita mengabaikan keluhan telinga berair. Kematian terjadi pada 18,6% kasus OMSK
dengan komplikasi intrakranial seperti meningitis.3

1.2 Batasan Masalah


Refrat ini membahas mengenai “Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)”, meliputi
definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis,
komplikasi, penatalaksanaan dan prognosis OMSK.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk memahami mengenai definisi, epidemiologi,
etiologi, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan
dan prognosis “OMSK”.

1.4 Metode Penulisan


Refrat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur.
Anatomi
Telinga secara anatomi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga yang berujung di membran timpani.
Liang telinga berbentuk huruf S, yang disusun oleh kulit, tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
dan tulang diduapertiga bagian dalam. Kulit yang melapisi tulang rawan dari liang telinga banyak
mengandung kelenjar serumen dan folikel rambut. Sedangkan pada kulit yang melapisi tulang
sedikit mengandung kelenjar serumen. Secara keseluruhan kulit yang melapisi liang telinga
6
terdapat kelenjar keringat.

5
Gambar 1. Anatomi telinga

Telinga tengah berbentuk kubus dengan membran timpani sebagai batas luar, tuba Eustachius
sebagai batas depan, vena jugularis sebagai batas bawah, aditus ad antrum dan kanalis fasialis pars
vertikalis sebagai batas belakang,tegmen timpani sebagai batas atas. Selanjutnya, berturut-turut dari
atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap
bundar (round window), serta promontorium sebagai batas dalam dari telinga tengah. Telinga tengah
terdiri dari tiga buah tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan
6
stapes,serta tuba Eustachius yang merupakan penghubung daerah nasofaring dengan telinga tengah.
7
Gambar 2. Batas-batas telinga tengah.

8
Gambar 3. Anatomi membran timpani.

Telinga dalam memiliki struktur spiral yang dikenal sebagai koklea (rumah siput) yang merupakan dua setengah
6
lingkaran vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.

9
Gambar 4. Anatomi koklea dan kanalis semisirkularis.

FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang
yang dialirkan melalui udara atau tulang ke bagian koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang berlanjut ke telinga dalam. Adanya getaran
suara yang dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu
gelombang yang berjalan di sepanjang membrana basilaris dan organ Corti. Puncak dari gelombang tersebut
ditentukan oleh frekuensi dari gelombang suara. Getaran yang diteruskan melalui stapes akan menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran tersebut diteruskan melalui membran
Reissner yang mendorong endolimfe, sehingga timbul gerakan relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Rangkaian proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-
6
sel rambut yang menimbulkan aliran listrik. Keadaan tersebut akan menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga terjadilah pelepasan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
6
auditorius, lalu diteruskan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Definisi OMSK

Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret
dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. 10

Epidemiologi

Insiden OMSK bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan
faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika,
anak anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90%
beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika,
dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh
dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya
prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang. 1 Survei prevalensi di seluruh dunia, yang
walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi,
menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di
antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK
di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik
THT rumah sakit di Indonesia.3

1. Asroel HA, Siregar DR, dan Aboet A. Profil penderita otitis media supuratif kronis. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 2013; 7(12): 567-71.
2. Verhoeff M, vdVeen EL, Rovers MM, Sanders EAM, Shilder AGM. Chronic suppurative
otitis media: A review. International Journal of Pediatric Otorhinolatyngology, 2006; 70: 1-
12.
3. Aboet A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Bagian
Ilmu Kesehatan Hidung Telinga Tenggorok Bedah Kepala Leher. Kampus USU. 2007
4. Djaafar ZA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 6.
Jakarta: FKUI. 2007.
th
5. Ludman H. Nyeri telinga. In: Ludman H, Bradley PJ (eds). ABC of ear, nose and throat, 5 ed, Blackwell
Publishing Ltd. Terjemahan Nugroho AW, 2012. ABC Telinga, hidung, dan tenggorok. Jakarta: EGC, 2007. pp:
1-5.
6. SoetirtoI, Hendarmin H,Bashiruddin J. Gangguan pendengaran (tuli). Dalam: SoepardiEA,
IskandarN(eds).Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher edisi kelima. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2006. pp: 9-21.
th
7. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of ear, nose and throat, 4 ed, India: Elsevier, 2007. pp: 4-5, 70.

8. DrakeRL, Vogl AW,MitchellADW.Gray‟s anatomy for student. 2014.


http://www.case.edu/med/otolaryngology/ben.htm. Diakses pada 23 September 2015.
th
9. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy, 7 ed,China: Lippincott Williams and Wilkins and
a Wolter Kluwer business, 2014. pp: 973-974.

10. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam
Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher pada Fakultas Kedokteran
USU. Medan; 2007

Anda mungkin juga menyukai