DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Nurhusna S.Kep ., M.Kep
Ns. Andika Sulistiawan S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING KLINIK
Ns. Roza Devianti., S.Kep
Ns. Elfi Maryanti., S.Kep
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Limfa adalah organ lunak yang berada pada sisi kiri abdomen, dibawah
perlindungan iga-iga tepat dibawah diafragma. Beratnya kira-kira 200 g dan
panjangnya kira-kira 125 mm. limfa tidak selalu dapat dirasakan pada dinding
abdomen, tetapi dapat sangat membesar pada penyakit tertentu. Limfa terdiri dari
massa daging merah dengan jutaan kelenjar berbentuk kepala paku dari daging
putih yang menyebar menyelimutinya sehingga memberika penampilan granular.
Limfa kaya akan suplai darai melalui arteri splenik. Darah mengalir ke vena porta
melalui vena splenik.
Limfa adalah organ sistem limfatik paling besar yang terletak di sisi kiri
bawah tulang rusuk dan di atas perut Anda. Limpa bekerja dengan menyaring dan
menyimpan darah serta menghasilkan sel darah putih untuk melawan berbagai
infeksi penyakit.
2
Limfa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan
limfa), dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah
arteri linealis yang keluar dari arteri coeliaca.
Fungsi limfa adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. Destruksi sel eritrosit tua
3. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
4. Pembentukan limfosit dalam folikel limfa
5. Pembentukan immunoglobulin
6. Pembuangan partikel asing darah
B. Pengertian
Limfoma Non Hodgin adalah salah satu keganasan sistemik yang dapat
menyerang sistem saraf medulla spinalis. Limfoma Non Hodgin (juga dikenal
sebagai kanker kelenjar getah bening, LNH, atau limfoma) adalah suatu kanker
yang dimulai di sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Faktor rersiko kanker kelenjar getah bening belum diketahui
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang
bening. Jumlah kasus limfoma sebenarnya masih rendah jika dibandingkan dengan
3
limfoma terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Sekitar satu juta orang
4
secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab
lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar
getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan,
seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan
sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi
akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya
di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin
mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non
Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa
menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat
pertama terdiagnosis.
5
C. PATHWAY
6
D. Etiologi
Penyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa
terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunogis persisten yang
menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan
dengan virus Epstein Barr LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan
karena ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko
anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan orang
lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin lama hidup
semakin besar risikonya menderita limfoma.
7
E. Manifestasi Klinis
8
setelah sumsum tulang dan pasien dapat datang dengan gejala abdomen
akut.
f. Organ lain. Kulit, otak, testis dan tiroid sering terkena. Kulit juga secara
primer terkena pada dua jenis limfoma sel T yang tidak umum dan
sindrom sezary.
F. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan
melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat
dari satu tempat ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan antara
kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular
tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan
berat badan, berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih rendah dari
pada penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri,
Dapat menyerang satu atau seluruh kelenjar limfe perifer.
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya
efusi pleura. Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-gejala yang
berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium dan
timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering didapatkan
dapat menyerang lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala yang mirip
dengan gejala tukak lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea,
hematemesis, dan melena. Penyakit-penyakit susunan saraf pusat walaupun jarang
terjadi tetap dapat timbul pada limfoma histisitik difus (imunoblastik sel besar).
Criteria diagnosis medic LNH adalah sebagai berikut:
1. Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor
ditempat lain.
2. Riwayat demam yang tidak jelas.
9
3. Penurunan berat badan 10% dalam waktu enam bulan
4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
5. Pemeriksaan histopatologis tumor sesuai dengan LNH
G. Komplikasi
1. Akibat langsung penyakitnya
a. Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
2. Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasia sumsum tulang
b. Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
c. Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
d. Neuritis oleh obat vinkristin6
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.
a. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
b. Gula darah
c. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
d. Fungsi ginjal
e. Immunoglobulin.
2. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype
LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.
3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
4. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar
getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen,
dan metastase kebagian intraabdominal.
10
5. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar
media stinum, bila perlu CT scan toraks.
6. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi
7. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk melihat
keterlibatan tulang.
8. Jika diperlukan biopsy hati (terbimbing)
a) Sel darah putih (SDP) Variasi normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Eritrosit
Laju endap darah (LED) Meningkat selam tahap aktif (inflamasi, malignansi)
11
BUN Mungkin meningkat bila ginjal terlibat
Foto toraks, vertebra, Dilakukan untuk area yang terkena dan membantu
ekstremitas proksimal serta penetapan stadium penyakit
nyeru tekan pada area pelvis
CT scan dada, abdominal, tulang Dilakukan bila terjadi adenopati hilus dan memastikan
keterlibatan nodus limfe mediatinum, abdominal, dan
keterlibatan tulang.
12
STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra
Stadium II limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas
Stadium III diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau
Stadium IV
disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau
tanpa melibatkan kelenjar limfe.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
13
Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
14