Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 1, No. 11, November 2017, hlm. 1385-1394 http://j-ptiik.ub.ac.id

Optimasi Komposisi Bahan Makanan bagi Pasien Rawat Jalan Penyakit


Jantung dengan Menggunakan Algoritme Particle Swarm Optimization
(PSO)
I Gusti Ayu Putri Diani1, Imam Cholissodin2, Suprapto3

Program StudiTeknikInformatika, FakultasIlmuKomputer, UniversitasBrawijaya


Email: 1dianiputri8@gmail.com, 2imamcs@ub.ac.id, 3spttif@ub.ac.id
Abstrak
Organ pada tubuh yang paling penting dan berfungsi sebagai pompa darah adalah jantung. Penyakit
jantung dapat diderita semua orang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Sebagian besar
kematian menurut laporan World Health Organization (WHO), disebabkan oleh penyakit jantung yang
menyebabkan 17,7 juta kematian atau kurang lebih 45%. Bagi orang yang memiliki penyakit jantung,
pengaturan pola makan juga sama pentingnya dengan orang yang tidak memiliki penyakit jantung agar
dapat menjadi sehat kembali. Pada penelitian ini akan dilakukan pemberian bahan makanan untuk pasien
penderita penyakit jantung yang sudah dapat pulang ke rumah atau pasien rawat jalan. Penelitian yang
dilakukan adalah optimasi bahan makanan menggunakan algoritmeparticle swarm optimization dimana
hasil yang akan ditampilkan oleh program ini adalah usia, berat badan, tinggi badan beserta bahan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien rawat jalan dengan harga yang seminimal mungkin dari
setiap bahan makanannya. Algoritme ini terdiri dari tahap inisialisasi awal, perhitungan fitness,
penentuan pbest dan gbest, perhitungan kecepatan dan posisi partikel. Hasil akhir dari penelitian ini,
didapatkan bahwa parameter yang optimal diantaranya adalah jumlah partikel sebanyak 40, nilai ωmax
sebesar 0,75, nilai ωmin sebesar 0,25, nilai C1 sebesar 2, nilai C2 sebesar 2 dan jumlah iterasi maksimum
sebanyak 80. Hasil dari program dengan parameter tersebut menghasilkan menghasilkan rata-rata selisih
data aktual dengan data dari program sebesar 4,67%.Selain itu dapat mengurangi biaya pengeluaran
sampai dengan 14,68%.
Kata kunci: optimasi, particle swarm optimization, bahan makanan, penyakit jantung, rawat jalan, diet
jantung
Abstract
Heart is an organ which is very important in the body that pumps blood. Many people can suffered heart
disease caused by unhealthy lifestyle. Most of the deaths, according to the report of the World Health
Organization (WHO), caused by cardiovascular disease that cause 17.7 million or approximately 45%.
For people who suffers with heart disease, take care of food consumption is important in order to be
healthy again. This research will be conducted on the giving food ingredients for the patients who suffers
cardiovascular disease whose can continue their treatment in their home.Research conducted is
optimizing the composition of the food ingredients for cardiovascular disease outpatient by using
particle swarm optimization algorithm which the results will be displayed in the program is data such
as age, weight, height, along with recommended of food ingredients and minimum price of each food
ingredients.This algorithm consists stages of initialize particles, calculating fitness value, define pbest
and gbest value, calculating velocity and position of particles. The results from this research, it is found
that the optimal parameters are the number of particles are 40 particles, the value of ω max is 0,75, the
value of ωmin is 0,25, the value of C1 is 2, the value of C2 is 2 and the number of maximum iterations are
80 iterations. The results of the program using these parameters resulted in an average difference from
actual patients data and the results from the program of 4,67%. Moreover, the result of this research
can reduce expenses up to 14,68%.
Keywords: optimization, particle swarm optimization, food ingredients, cardiovascular disease,
outpatient cardiovascular disease, cardiac diet

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 1385
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1386

pasien penyakit jantung rawat jalan hanya


1. PENDAHULUAN
diberikan berat bahan makanan dalam 1 hari
Jantung adalah organ pada tubuh yang dengan frekuensi makan sebanyak 3 kali.
berfungsi sebagai pompa darah. Dengan Sehingga agar mendapatkan bahan makanan
denyutan pada jantung, jantung memompa darah yang sesuai dengan keadaan pasien, maka pasien
yang membawa banyak oksigen dan zat harus kembali ke rumah sakit untuk melakukan
makanan ke seluruh tubuh manusia termasuk pemeriksaan dan perhitungan kembali
pembuluh darah arteri koroner, serta darah kebutuhan gizi yang dibutuhkansehingga
membawa oksigen yang kurang akan menuju ke diperlukan waktu dan biaya. Penelitian ini dibuat
paru-paru untuk mengambil oksigen(Soeharto, agar mempermudah dalam pemilihan bahan
2004). Di dalam jantung terdapat penyakit makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
jantung seperti penyakit jantung koroner, gagal dapat menghasilkan bahan makanan yang
jantung dan lainnya. Penyakit jantung adalah bervariasi dengan harga yang seminimal
salah satu penyakit yang banyak diderita oleh mungkin tanpa perlu kembali ke rumah sakit
semua orang (Abdul, 2007). untuk mendapatkan daftar berat bahan makanan
Menurut laporan tahun 2017 oleh World yang baru.
Health Organization (WHO), pada tahun 2015, Untuk permasalahan yang serupa
diperkirakan 40 juta kematian terjadi karena dengan penentuan bahan makanan ini telah
penyakit tidak menular atau Noncommunicable dilakukan sebelumnya dengan menggunakan
Diseases (NCD), setara dengan 70% dari jumlah algoritmeparticle swarm optimizationyaitu
seluruh kematian 56 juta secara global. Sebagian mengenai optimasi kebutuhan gizi dalam satu
besar kematian tersebut disebabkan oleh keluarga (Eliantara, Cholissodin, & Indriati,
penyakit tidak menular, salah satunya ialah 2016), lalu dengan menggunakan algoritme
penyakit jantung yang menyebabkan 17,7 juta genetika yaitu optimasi biaya untuk pemenuhan
kematian atau kurang lebih 45% dari semua gizi (Pratiwi, Mahmudy, & Dewi, 2014) dan
kematian akibat penyakit tidak menular. Bagi optimasi biaya untuk pemenuhan gizi pada
orang yang menderita penyakit jantung, gaya manusia lanjut usia (Suci, Mahmudy, & Putri,
hidup dan pola makan harus diperhatikan dengan 2015).Selain penentuan bahan makanan,
serius. Sulitnya mengatur pola makan yang algoritmeparticle swarm optimization telah
dikonsumsi dimana makanan harus memenuhi digunakan oleh Mickael Tuegeh untuk
kebutuhan gizi penderita tanpa mengganggu dan penjadwalan pada sistem pengoperasian tenaga
memicu bertambah buruknya keadaan jantung. listrik pada tahun 2009.
Bahan makanan yang diberikan bagi Penelitian ini yaitu optimasi komposisi
pasien harus dibatasi dengan bahan makanan bahan makanan bagi pasien rawat jalan penyakit
yang dianjurkan, bahan makanan yang tidak jantung dilakukan dengan menggunakan
dianjurkan dan cara mengolahnya. Pemberian algoritmeparticle swarm optimization akan
bahan makanan dibagi berdasarkan tipe penyakit menampikan hasil daftar bahan makanan beserta
jantung yang diderita dan tingkat parahnya bahan makanan dan harga dari setiap bahan
penyakit tersebut dimana kategori tersebut makanannya berdasarkan perhitungan
dibagi menjadi 4 macam tipe diet yaitu Diet kebutuhan gizi pasien dari data diri pasien
Jantung 1, Diet Jantung 2, Diet Jantung 3 dan seperti usia, berat badan dan tinggi badan.
Diet Jantung 4 (Almatsier, 2004). Pada Komposisi bahan makanan yang dianjurkan agar
penelitian ini akan dilakukan pemberian bahan dapat bervariasi selama 11 hari.
makanan untuk pasien penderita penyakit Algoritmeparticle swarm optimizationyang
jantung yang termasuk ke dalam Diet Jantung 4 digunakan dalam penelitian ini diperkenalkan
yaitu pasien yang sudah berangsur sehat atau pertama kali oleh Russel Eberhart dan James
rawat jalan tetapi masih belum diperbolehkan Kennedy pada tahun 1995. Algoritme ini
untuk makan makanan tertentu dan asupan terinspirasi berdasarkan kelakuan sosial dari
makanan yang dimakan masih harus diawasi. binatang seperti sekelompok burung atau
Dipilihnya Diet Jantung 4 dikarenakan pada sekawanan ikan yang berenang bersama-sama
pemilihan komposisi bahan makanan, untuk dan memiliki banyak kemiripan dengan
penderita Diet Jantung 4 atau disebut juga pasien komputasi evolusi seperti algoritme genetika.
rawat jalan dapat bervariasi. Kelebihan dari algoritmeparticle swarm
Selain itu, pada salah satu rumah sakit, optimization ini adalah dalam hal perhitungan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1387

dimana algoritme ini mempunyai konsep yang pasta, jagung, kentang, ubi, talas,
sederhana dibanding dengan teknik perhitungan havermut, sereal dan juga hidrat arang
lainnya(Tuegeh, Soeprijanto, & P, 2009). yang mengandung banyak serat.
2. DASAR TEORI 2. Sumber protein hewani diantaranya adalah
daging tanpa kulit, ayam tanpa kulit dan
2.1 Penyakit Jantung
ikan.
Jantung merupakan organ yang
3. Sumber protein nabati yaitu tempe, tahu,
memompa darah ke seluruh tubuh. Penyakit
oncom dan kacang–kacangan.
jantung disebabkan oleh penyempitan pembuluh
darah pada jantung. Selain itu, suatu penelitian 4. Sayuran seperti bayam, buncis, labu
menyebutkan bahwa penyakit jantung dapat kuning, labu siam, wortel dan kacang
disebabkan oleh gen yang dapat mempengaruhi panjang.
seseorang menderita penyakit jantung. Gen
5. Buah–buahan atau sari buah seperti jeruk,
tersebut dapat diturunkan dari keluarga dengan
apel, pepaya, melon, jambu dan pisang.
riwayat penderita penyakit jantung (Yahya,
2010). 6. Makanan yang direbus, dikukus,
dipanggang atau dibakar atau makanan
2.2 Diet Penyakit Jantung
yang ditumis memakai minyak seperti
Diet penyakit jantung diberikan kepada minyak kacang, minyak kedelai, minyak
pasien yang menderita penyakit jantung. jagung dan minyak sawit.
Terdapat 4 jenis diet penyakit jantung
Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi
diantaranya Diet Jantung 1 diberikan kepada
melalui makanan, dapat diberikan tambahan
pasien penyakit jantung akut yang sedang dalam
berupa enteral atau pemberian nutrisi melalui
tahap perawatan di rumah sakit, Diet Jantung 2
saluran cerna, parenteral atau pemberian nutrisi
diberikan kepada pasien yang telah dapat
melalui pembuluh darah atau suplemen gizi
mengatasi fase akut, Diet Jantung 3 merupakan
(Almatsier, 2004).
perpindahan dari Diet Jantung 2 dimana kondisi
pasien tidak terlalu berat, dan Diet Jantung 4 2.2.3 Bahan Makanan yang Dihindari
merupakan pemberian makan kepada pasien 1. Sumber protein hewani seperti daging
dengan keadaan ringan atau dapat dibilang berlemak, sosis, otak dan jeroan.
bahwa pasien yang sedang menjalani Diet 2. Asam lemak jenuh seperti minyak hewan
Jantung 4 adalah pasien rawat jalan. Pada dan mayones.
penelitian ini, optimasi komposisi bahan
makanan diberikan kepada pasien dengan Diet 3. Minuman yang mengandung soda dan
Jantung 4 atau pasien rawat jalan. Pasien rawat alkohol seperti arak, bir dan brem.
jalan dapat menerima asupan makanan dalam
bentuk makanan biasa, berbeda dengan Diet 2.3 Perhitungan Kebutuhan Gizi
Jantung 1 sampai dengan Diet Jantung 3 dimana Kebutuhan gizi energi, karbohidrat, protein
pemberian makan masih dalam bentuk lunak dan lemak didapat dari perhitungan Berat Badan
atau cairan (Almatsier, 2004). Ideal (BBI), perhitungan kebutuhan energi,
2.2.1 Tujuan Diet Penyakit Jantung perhitungan basal atau energi yang diperlukan
Tujuan diet penyakit jantung adalah tubuh dalam keadaan istirahat.Parameter yang
(Almatsier, 2004): digunakan untuk perhitungan kebutuhan gizi
1. Memberikan makanan yang cukup tanpa adalah berat badan, tinggi badan, usia, dan jenis
memberatkan kerja jantung. kelamin pasien.Perhitungan Berat Badan Ideal:

2. Menurunkan berat badan bila berat badan 𝐵𝐵𝐼 = (𝑡𝑏 − 100) (1)
orang tersebut terlalu gemuk. ×90%
Keterangan:
3. Mencegah atau menghilangkan
BBI : Berat Badan Ideal
penumpukan garam atau air.
tb : Tinggi Badan
2.2.2 Bahan Makanan yang Dianjurkan
1. Sumber hidrat arang diantara lain nasi, Perhitungan Kebutuhan Energi:
nasi tim, bubur, roti gandum, makaroni,
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1388

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (2) menetapkannya sebagai global g yang


= 𝐵𝑎𝑠𝑎𝑙×𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 terbaik atau gbest.
×𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑆𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 5. Mengubah kecepatan dan posisi untuk
Keterangan: masing–masing partikel.
Faktor Aktivitas: 1,3 6. Ulangi kembali ke langkah ke dua,
Faktor Stress : 1,1 kondisi berhenti ketika jika spesifikasi
Perhitungan untuk nilai basal, dibedakan yang dibutuhkan telah dicapai, atau
untuk laki-laki dan perempuan. Berikut sampai pada jumlah maksimum iterasi
merupakan rumus perhitungan nilai basal: yang dilakukan.
𝐿𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖 = 30 𝑘𝑘𝑎𝑙×𝐵𝐵 (3) Kecepatan atau velocity vijdan posisi xijdari
𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 25 𝑘𝑘𝑎𝑙×𝐵𝐵 (4) partikel ke-i dengan dimensi ke-j diperbarui
dengan persamaan (Wang, 2010):
Perhitungan Gizi Lemak, Protein dan 𝑣𝑖,𝑗 𝑡+1 = 𝜔×𝑣𝑖,𝑗 𝑡 (8)
Karbohidrat: + 𝑐1 ×𝑟𝑎𝑛𝑑1𝑖,𝑗
25% ×𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = ×𝑃𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖,𝑗 𝑡 − 𝑥𝑖,𝑗 𝑡
9 (5) + 𝑐2 ×𝑟𝑎𝑛𝑑2𝑖,𝑗
𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 = 0,8 ×𝐵𝐵𝐼 (6)
×𝐺𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖,𝑗 𝑡 − 𝑥𝑖,𝑗 𝑡
𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 − ((𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘×4) + (𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛×9)) Keterangan:
=
(7)
4
vij :Kecepatan atau velocity dari partikel
ke-i dimensi ke-j
2.4AlgoritmeParticle Swarm Optimization ω :Bobot inersia
Algoritmeparticle swarm optimization ci : Faktor yang mengontrol komponen
dikategorikan ke dalam algoritmeswarm sosial dan kognitif
intelligence dan teknik optimasi ini berdasarkan randij : 2 nilai acak antara 0 sampai 1
populasi yang awalnya dikembangkan oleh Pbest : Posisi dengan nilai fitness terbaik pada
Kennedy dan Eberhart pada tahun 1995. Hal ini partikel ke-i
didorong oleh kelakuan sosial sekelompok Gbest : Nilai pbest terbaik dari seluruh
burung atau sekawanan ikan yang berenang populasi partikel
bersama-sama (Sun, 2012). t : Banyaknya iterasi
Particle Swarm Optimizationtermasuk
algoritmemetaheuristic dan dapat diterapkan 𝑥𝑖,𝑗 𝑡+1 (9)
secara luas dalam memecahkan banyak masalah = 𝑥𝑖,𝑗 𝑡 + 𝑣𝑖,𝑗 𝑡+1
seperti permasalahan kombinatorial.Algoritme Keterangan:
ini diinisialisasikan dengan sebuah populasi dari xij : Posisi dari partikel ke-i
partikel-partikel secara acak dan mencari posisi Bobot inersia atau ω dikenalkan pertama
terbaik partikel tersebut dengan nilai fitness kali oleh Shi dan Eberhart pada tahun 1998 dan
terbaik (Constantines, 2011).Berikut merupakan digunakan untuk membantu keseimbangan antar
langkah-langkah dalam penerapan penelusuran global dan lokal dan menjadi
algoritmeparticle swarm optimization(Nedjah, parameter kontrol yang baik.
2007):
1. Menginisialisasi populasi partikel dengan 𝜔 max −𝜔𝑚𝑖𝑛 (10)
𝜔 = 𝜔𝑚𝑎𝑥 − 𝐼𝑡𝑒𝑟
posisi dan velocity secara acak. 𝐼𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑥
2. Untuk setiap partikel, hitung nilai Dimana:
fitnessnya. ωmax – ωmin : Bobot awal dan akhir
3. Membandingkan nilai fitness tiap partikel Itermax : Jumlah maksimum iterasi
dengan nilai fitness terbaik mereka, jika Iter : Jumlah iterasi yang ada
nilai fitnesssaat ini lebih baik daripada 2.5 Nilai Fitness
nilai fitness terbaik yang pernah ada, maka
nilai fitness tersebut menjadi nilai fitness Perhitungan fitness digunakan untuk
terbaik yang baru. mengevaluasi hasil dari optimasi pada penelitian
4. Mengidentifikasi partikel dengan nilai ini. Nilai fitness digunakan untuk menyatakan
fitness terbaik dari semua populasi dan kualitas dan tujuan penelitian ini. Berikut
merupakan rumus perhitungan nilai fitness:
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1389

2. Menginisialisasi populasi partikel awal


1 1 (11) swarm secara random.
𝑓𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠 = ( +
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑙𝑡𝑖 + 1 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 3. Melakukan perulangan sebanyak iterMax.
+ 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖) 4. Menghitung nilai fitness dari setiap
partikel.
Keterangan: 5. Melakukan perhitungan kecepatan atau
penalti : Nilai kandungan gizi yang melebihi velocity setiap partikel dan menghitung
atau kurang dari kebutuhan gizi pasien posisi partikel yang nantinya akan
harga : Total harga pada komposisi bahan digunakan untuk iterasi selanjutnya.
makanan dalam satu partikel 6. Menentukan nilai Pbest dan menentukan
variasi : Jumlah variasi bahan makanan dalam nilai Gbest dari Pbest dengan nilai fitness
satu partikel terbaik. Nilai fitness yang dibandingkan
3. PERANCANGAN DAN untuk menentukan nilai Pbest dan Gbest
IMPLEMENTASI adalah dari nilai fitness dari posisi sebelum
dengan hasil update posisi.
Perancangan penelitian ini menggunakan 7. Kembali ke proses menghitung nilai
data daftar bahan makanan penukar, anjuran fitness sampai seluruh iterasi mencapai
porsi makan, harga bahan makanan dan data maksimum.
pasien rawat jalan penyakit jantung. Inisialisasi
awal partikel direpresentasikan dalam bilangan
bulat acak dari 1 sampai 56. Lalu bilangan
tersebut akan dilakukan perhitungan pencarian
ke dalam indeks bahan makanan penukar. Data
bahan makanan penukar berupa daftar bahan–
bahan makanan yang dibagi ke dalam 7
golongan yaitu sumber karbohidrat, sumber
protein hewani, sumber protein nabati, sayuran,
buah–buahan dan gula, susu, dan
minyak/lemak.Daftar bahan makanan penukar
memuatnama bahan makanan, Ukuran Rumah
Tangga (URT), berat bahan makanan dan
kandungan gizi setiap bahan makanan
diantaranya adalah kalori, protein, lemak dan
karbohidrat.
Anjuran porsi makan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien yang dibagi
menjadi beberapa kelompok usia sesuai dengan
pedoman gizi seimbang yang nantinya akan
dikalikan dengan ukuran berat bahan makanan
menurut daftar bahan makanan penukar agar
mendapatkan berat bahan makanan yang
menyesuaikan kebutuhan gizi sesuai dengan usia
pasien.
Tahapan–tahapan proses dari penelitian
ini secara umumditunjukkan pada Gambar 1:
1. Memperoleh input data berupa data pasien
rawat jalan penyakit jantung yang
diantaranya adalah berat badan, tinggi
badan, usia, dan jenis kelamin pasien.
Untuk parameter yang digunakan oleh
algoritmeparticle swarm Gambar 1. Flowchart Proses Algoritme Particle
optimizationmeliputi ωmax, ωmin, C1, C2, Swarm Optimization (PSO)
iterasi maksimal dengan nama variabel 4. PENGUJIAN DAN ANALISIS
iterMax, jumlah partikel, nilai batas atas
angka permutasi dan jumlah hari. Pada penelitian ini dilakukan pengujian
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1390

dengan 4 skenario pengujian, yaitu pengujian juga mempengaruhi hasil optimasi. Lalu perlu
berdasarkan banyaknya partikel, pengujian dipertimbangkan juga karena waktu untuk
berdasarkan nilai ωmax dan nilai ωmin, pengujian menjalankan program semakin lama jika partikel
berdasarkan banyakya iterasi dan pengujian yang digunakan semakin banyak. Banyaknya
berdasarkan nilai batas atas angka permutasi. partikel yang digunakan berbeda–beda sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil
4.1Pengujian Berdasarkan Banyaknya
pengujian ini, dapat diambil nilai jumlah partikel
Partikel
sebanyak 40 dikarenakan rata–rata fitness pada
Uji coba berdasarkan banyaknya 40 partikel tidak jauh berbeda dengan 45
partikel dilakukan guna mengetahui hubungan partikel. Lalu waktu saat menjalankan program
banyaknya jumlah partikel dengan nilai fitness pada jumlah partikel sebanyak 40 tidak terlalu
dimana jumlah partikel yang digunakan dalam lama seperti menjalankan program dengan
uji coba ini dimulai dari 5 sampai dengan 50 banyaknya partikel sebanyak 50 sehingga
dengan berkelipatan 5. Uji coba setiap jumlah penggunaan partikel sebanyak 40 dirasa cukup
partikel dilakukan sebanyak 10 kali dengan baik.
parameter yang ditentukan yaitu nilai ωmax
sebesar 0,9, nilai ωmin sebesar 0,4, nilai C1 dan C2 Rata - Rata Waktu Uji Coba
sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari, jumlah Berdasarkan Banyaknya Jumlah
iterasi sebanyak 50 dan batas atas angka Partikel
Rata - Rata Waktu (detik)
permutasi yaitu 56. Pada Gambar 2 dipaparkan 600
grafik hasil pengujian berdasarkan banyaknya 500
partikel. 400
300
Hasil Pengujian Berdasarkan 200
Banyak Partikel 100
0
120 0 20 40 60
Rata - Rata Fitness

100
80 Jumlah Partikel
60
Gambar 3. Grafik Hasil Rata – Rata Waktu
40 Pengujian Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Partikel
20
0 Gambar 3 merupakan rata–rata waktu
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 yang diperlukan pada saat melakukan pengujian
berdasarkan banyaknya partikel. Dapat dilihat
Banyak Partikel bahwa semakin banyak partikel yang digunakan
Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba semakin lama waktu saat menjalankan program.
Berdasarkan Banyaknya Partikel Rata–rata waktu yang dibutuhkan pada saat
mencapai jumlah partikel sebanyak 50 adalah
Hasil dari pengujian uji coba sekitar 500 detik atau 8 menit.
berdasarkan banyaknya partikel menghasilkan
4.2 Pengujian Berdasarkan Nilai ωmax dan
kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah
Nilai ωmin
partikel maka semakin bagus hasil rata-rata
fitnesstersebut. Banyaknya partikel dapat Uji coba berdasarkan nilai ωmax dan nilai
mempengaruhi dalam pencarian solusi pada ωmin dilakukan guna mendapatkan nilai ωmax dan
program ini sehingga semakin banyak partikel ωmin yang terbaik agar mendapatkan solusi yang
semakin banyak pula solusi yang didapatkan dan paling optimal dimana nilai ωmax dan nilai ωmin
juga semakin bervariasi solusi–solusi tersebut. yang digunakan dalam uji coba ini adalah
Nilai fitness cenderung meningkat dengan kombinasi nilai dari 0,2 sampai dengan 1,15. Uji
banyaknya jumlah partikel. Tetapi tidak coba setiap jumlah partikel dilakukan sebanyak
memungkinkan bahwa nilai fitness dengan 10 kali dengan parameter yang ditentukan yaitu
menggunakan banyak partikel akan selalu lebih jumlah partikel sebanyak 40, nilai C1 dan C2
baik dikarenakan pada proses inisialisasi awal, sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari, jumlah
partikel diinisialisasi secara acak. Jumlah iterasi iterasi sebanyak 50 dan batas atas angka
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1391

permutasi yaitu 56. Pada Gambar 4 dipaparkan banyaknya iterasi dengan nilai fitness dimana
grafik hasil pengujian berdasarkan nilai ωmax dan banyak iterasi yang digunakan dalam uji coba ini
nilai ωmin. dimulai dari 10 sampai dengan 100 dengan
berkelipatan 10. Uji coba setiap banyaknya
iterasi dilakukan sebanyak 10 kali dengan
Hasil Pengujian Berdasarkan Nilai
parameter yang ditentukan yaitu jumlah partikel
ωmax dan Nilai ωmin
sebanyak 40, nilai ωmax sebesar 0,75, nilai ωmin
120
sebesar 0,25, nilai C1 dan C2 sebesar 2, jumlah
Rata - Rata Fitness

100 hari sebanyak 11 hari dan batas atas angka


80 permutasi yaitu 56. Pada Gambar 5 dipaparkan
60 grafik hasil pengujian berdasarkan banyaknya
40 partikel.
20 Hasil Pengujian Berdasarkan
0 Banyaknya Iterasi
0,20 ; 0,25 ; 0,30 ; 0,35 ; 0,4 ; 0,45 ; 0,50 ; 0,55 ; 0,60 ; 0,65 ;
0,70 0,75 0,80 0,85 0,9 0,95 1,0 1,05 1,10 1,15 104

Rata - Rata Fitness


Nilai ωmax ; 102
Nilai ωmin 100
Gambar 4. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba 98
Berdasarkan Nilai ωmax dan Nilai ωmin
96

Hasil dari pengujian uji coba 94


berdasarkan nilai ωmax dan nilai 92
ωminmenghasilkan kesimpulan bahwa nilai ωmax 0 20 40 60 80 100 120

dan nilai ωmin dengan nilai fitness terbaik didapat Banyak Iterasi
ketika nilai ωmax sebesar 0,75 dan nilai ωmin
sebesar 0,25. Nilai bobot inersia yang besar Gambar 5. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba
Berdasarkan Banyaknya Iterasi
berguna untuk memperluas pencarian global
atau eksplorasi. Sedangkan nilai bobot inersia Hasil dari pengujian uji coba
yang kecil berguna untuk melakukan pencarian berdasarkan banyaknya iterasi menghasilkan
lokal. Pencarian lokal akan melakukan pencarian kesimpulan bahwa semakin banyak iterasi maka
dalam satu area sebelum melakukan pencarian semakin bagus hasil rata-rata fitness tersebut.
global ke area yang lain. Jika nilai bobot inersia Banyaknya iterasi dapat mempengaruhi dalam
besar, kecepatan partikel akan bertambah pencarian solusi pada program ini sehingga
sehingga menyebabkan peluang pencarian lokal dapat mencari solusi secara menyeluruh.
menjadi kecil. Partikel akan cenderung Semakin banyaknya iterasi yang dilakukan maka
melakukan pencarian global ke area lain pencarian solusi menjadi optimal dikarenakan
sehingga solusi yang optimal pada suatu area posisi partikel tidak banyak berubah dengan nilai
akan terlewati. Jika bobot inersia terlalu kecil solusi yang terbaik. Nilai fitness terbaik yang
maka kecepatan partikel akan berkurang dan didapatkan pada iterasi ke-100 dapat menjadi
mengurangi peluang untuk melakukan pencarian nilai yang optimal seperti yang diharapkan pada
global. Agar dapat mengimbangi pencarian penelitian. Karena pada nilai fitness, nilai yang
global dan pencarian lokal, maka dibutuhkan paling berpengaruh adalah nilai variasi dimana
nilai bobot inersia yang seimbang. Pada jika nilai variasi semakin besar maka nilai fitness
penelitian ini, nilai ωmax dan nilai ωminyang semakin baik dan hasil yang diharapkan oleh
seimbang adalah dengan nilai ωmax sebesar 0,75 penelitian ini adalah agar bervariasinya bahan
dan nilai ωmin sebesar 0,25. Nilai bobot inersia makanan dalam 11 hari.
yang seimbang berbeda–beda sesuai dengan Hasil optimasi dari pengujian ini juga
permasalahan yang dibahas. Perhitungan nilai ω dipengaruhi oleh inisialisasi awal yang di
dapat dilihat pada Persamaan 11. inisialisasikan secara acak, sehingga pada saat
4.3 Pengujian Berdasarkan Banyaknya proses inisialisasi awal posisi partikel sudah
Iterasi baik, maka proses pencarian menjadi kurang
optimal dan memungkinkan mencapai nilai yang
Uji coba berdasarkan banyaknya iterasi sama untuk iterasi selanjutnya. Pada pengujian
dilakukan guna mengetahui hubungan
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1392

ini, diambil iterasi sebanyak 80 dikarenakan nilai


Hasil Pengujian Berdasarkan Nilai
fitness pada iterasi ke-80 tidak terlalu jauh
Batas Atas Angka Permutasi
berbeda dengan iterasi ke-90 sampai dengan 100
dimana rata–rata fitness dimulai dari iterasi ke- 120

Rata - Rata Fitness


80 sudah baik yaitu sudah mencapai nilai 100. 100
Selain itu, iterasi ke-80 tidak membutuhkan 80
waktu yang lama pada saat menjalanakan 60
program tidak selama seperti iterasi ke-90 dan 40
ke-100.
20
Rata - Rata Waktu Uji Coba 0
Berdasarkan Banyak Iterasi 56 66 76 86 96 106116126136146
Rata - Rata Waktu (detik)

600 Nilai Batas Atas Angka Permutasi


500
Gambar 7. Grafik Hasil Pengujian Uji Coba
400 Berdasarkan Nilai Batas Atas Angka Permutasi
300
Hasil dari pengujian uji coba berdasarkan
200
nilai batas atas angka permutasi dapat diambil
100 kesimpulan bahwa semakin besar nilai angka
0 permutasi yang digunakan, tidak menjamin
0 50 100 150 mendapatkan rata–rata fitnessterbaik. Hal ini
Banyak Iterasi disebabkan karena semakin besar angka yang
Gambar 6. Grafik Hasil Rata – Rata Waktu digunakan dapat memiliki nilai yang lebih besar
Pengujian Uji Coba Berdasarkan Banyaknya Iterasi dari nilai jumlah bahan makanan terbesar yang
ada pada daftar bahan makanan penukar yang
Gambar 6 merupakan rata–rata waktu ada. Ketika nilai batas atas angka permutasi
yang diperlukan pada saat melakukan pengujian menjadi lebih besar, pencarian nilai indeks
berdasarkan banyaknya iterasi. Dapat dilihat bahan makanan akan menghasilkan nilai yang
bahwa semakin banyak iterasi yang dilakukan sama dalam rentang nilai batas atas yang
bahwa semakin lama waktu saat menjalankan berbeda. Rentang nilai yang dihasilkan oleh
program. Rata–rata waktu yang dibutuhkan pada angka permutasi yang besar akan mengakibatkan
saat mencapai jumlah iterasi sebanyak 100 hasil pada saat pencarian indeks bahan makanan
adalah sekitar lebih dari 500 detik atau lebih dari menghasilkan bahan makanan yang sama
8 menit. sehingga bahan makanan menjadi tidak
bervariasi. Pada hasil pengujian ini, didapatkan
4.4 Pengujian Berdasarkan Nilai Batas Atas
batas angka permutasi yang sesuai dengan
Angka Permutasi
penelitian ini dan memiliki nilai fitness terbaik
Uji coba berdasarkan nilai batas atas angka pada angka sebesar 96.
permutasi dilakukan guna melihat hubungan
4.5 Analisis Global Hasil Pengujian
nilai batas atas angka permutasi dengan nilai
fitness dimana nilai batas atas angka permutasi Berdasarkan hasil dari pengujian– pengujian
yang digunakan dalam uji coba ini dimulai dari yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan
56 sampai dengan 146 dengan berkelipatan 10. parameter yang sudah dianggap optimal.
Uji coba setiap nilai batas atas angka permutasi Parameter yang telah dianggap optimal ini akan
dilakukan sebanyak 10 kali dengan parameter diuji kepada data pasien rawat jalan penyakit
yang ditentukan yaitu jumlah partikel sebanyak jantung. Parameter–parameter yang digunakan
40, nilai ωmax sebesar 0,75, nilai ωmin sebesar adalah jumlah partikel sebanyak 40, nilai ωmax
0,25, nilai C1 dan C2 sebesar 2, jumlah hari sebesar 0,75, nilai ωmin sebesar 0,25, nilai C1 dan
sebanyak 11 hari dan jumlah iterasi sebanyak 80. C2 sebesar 2, jumlah hari sebanyak 11 hari,
Pada Gambar 7 dipaparkan grafik hasil jumlah iterasi sebanyak 80 dan nilai batas atas
pengujian berdasarkan banyaknya partikel. angka permutasi adalah 96.
Parameter yang telah dianggap optimal
tersebut akan digunakan untuk pengujian

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1393

analisis global yaitu menguji dengan berikut :


membandingkan hasil dari program 1. Pada pengimplementasian algoritme
menggunakan parameter tersebut dan data aktual particle swarm optimization (PSO)
pasien. Data aktual seorang pasien didapatkan dengan permasalahan optimasi
dari wawancara dengan pasien penyakit jantung komposisi bahan makanan bagi pasien
rawat jalan. Analisis global dari pengujian ini rawat jalan penyakit jantung ini
berguna untuk melihat apakah kebutuhan dari dilakukan sesuai dengan cara kerja
program dapat memenuhi kebutuhan pasien. algoritme tersebut. Pada proses
Data yang digunakan adalah jumlah makanan inisialisasi awal dari algoritmeparticle
yang dikonsumsi diantara lain jumlah makanan swarm optimization, penelitian ini
sumber karbohidrat, sumber protein hewani, menggunakan angka acak dimulai dari 1
sumber protein nabati, jumlah sayuran, jumlah sampai dengan 56. Selanjutnya angka
buah–buahan, minyak/lemak, susu dan biaya acak tersebut akan dilakukan
pengeluaran dalam sehari. Hasil wawancara perhitungan pencarian nilai indeks
menghasilkan bahwa pasien mengkonsumsi bahan makanan sehingga nilainya sesuai
sumber karbohidrat sebanyak 3 kali dalam dengan masing-masing bahan makanan
sehari, sumber protein hewani sebanyak 3 kali, yang digunakan. Pada proses
sumber protein nabati sebanyak 2 kali, jumlah perhitungan nilai fitness, dibutuhkan
sayuran sebanyak 3 kali, jumlah buah–buahan nilai selisih kandungan gizi dengan
sebanyak 3 kali, minyak/lemak yang dikonsumsi penalti, harga bahan makanan dan
sebanyak 2 kali, dan mengkonsumsi susu 1 kali jumlah variasi. Setelah melakukan
sehari. Biaya pengeluaran sekitar Rp.50,000. tahapan pengujian, maka dapat
Data kebutuhan gizi aktual pasien dengan hasil disimpulkan bahwa parameter particle
data rekomendasi dari program dapat dilihat swarm optimization yang sesuai untuk
pada Tabel 1. penelitian ini adalah jumlah partikel
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Pasien dan Hasil sebanyak 40, nilai ωmax sebesar 0,75,
Kebutuhan Gizi dari Program nilai ωmin sebesar 0,25, nilai C1 sebesar
2, nilai C2 sebesar 2 dan jumlah iterasi
Kalori Karbo- Protein Lemak Biaya
(kkal) hidrat (gr) (gr) (gr) Makan maksimum sebanyak 80.
Data 2. Hasil dari optimasi komposisi bahan
Rp.
Aktual 2230,8 371,4 61,96 46,8
50.000
makanan bagi pasien rawat jalan
Pasien penyakit jantung dengan menggunakan
Hasil algoritmeparticle swarm optimization
Rp.43.5
Prog- 2236,1 347.2 71,9 56,6
ram
99 dimana parameter yang digunakan
Selisih adalah jumlah partikel sebanyak 40,
5,3 -24,3 25,1 -5,36 -6401
Hasil nilai ωmax sebesar 0,75, nilai ωmin sebesar
0,25, nilai C1 sebesar 2, nilai C2 sebesar
Berdasarkan Tabel 1 diatas, didapatkan 2 dan jumlah iterasi maksimum
selisih kalori dari data pasien dengan hasil dari sebanyak 80. Solusi yang dihasilkan
program sebesar 5,3 atau 0,24%. Selisih berdasarkan nilai penalti, harga dan
karbohidrat sebesar -24,3 atau -7,0%. Selisih variasi. Semakin kecil nilai penalti dan
protein sebesar 25,1 atau 34,9%. Selisih lemak harga lalu semakin besar variasi bahan
sebesar -5,36 atau -9,48%. Lalu selisih biaya makanan dalam 11 hari, maka solusi
makan sebesar Rp.6.401 atau sekitar -14,68% yang dihasilkan semakin baik dan
dari pengeluaran aktual pasien sebesar kurang memenuhi standar pakar untuk
lebih Rp.50,000. Rata-rata selisih kebutuhan gizi pemberian makan bagi pasien rawat
pasien dengan hasil rekomendasi dari program jalan penyakit jantung. Hasil data aktual
sebesar 0,1833 atau 4,67%. Hasil program masih pasien berdasarkan wawancara
dapat memenuhi kebutuhan gizi yang mendapatkan rata–rata selisih sebesar
dibutuhkan. 4,67% dimana hasil tersebut masih
memenuhi kebutuhan gizi. Selain itu
5. KESIMPULAN
hasil dari program yang telah dibuat
Kesimpulan yang dapat ditarik dari dapat mengurangi biaya pengeluaran
penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai sebanyak Rp.6.401.Hasil rekomendasi

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1394

dari program didapat dari pembagian Wang, J., et al. (2010). A Simple and
makan dengan frekuensi makan Fast Particle.
sebanyak 3 kali dalam sehari. World Health Organization. 2017. World Health
Statistics 2017: Monitoring Health for
6. DAFTAR PUSTAKA the Sdgs, Sustainable Development
Goals. Geneva: World Health
Abdul, Majid. 2007. Penyakit Jantung Koroner, Organization.
Pencegahan Dan Pengobatan Terkini. Yahya, A. Fauzi. 2010. Menaklukkan Pembunuh
Medan. No.1:Mencegah Dan Mengatasi
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat
Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Dan Cepat. Bandung: Pt Mizan Pustaka.
Utama.
Constantines, Zoran. 2011. Advances In Grid
Computing. Intech.
Eliantara, F., Cholissodin, I., & Indriati. 2016.
Implementasi Algoritma Particle Swarm
Optimization Untuk Optimasi
Pemenuhan Kebutuhan Gizi Keluarga.
Doro Jurnal, 26(8).
Nedjah, Nadia Dkk. 2007. Systems Engineering
Using Swarm Particle Optimisation.
New York: Nova Science Publishers.
Inc.
Pratiwi, M. I., Mahmudy, W. F., & Dewi, C.
2014. Implementasi Algoritma Genetika
Pada Optimasi Biaya Pemenuhan
Kebutuhan Gizi. Doro Jurnal, 6(4).
Shi, Y., & Eberhart, R. C. 1999. Empirical Study
of Particle Swarm Optimization.IEEE
International Conference on
Computational Intelligence and
Cybernetics.6-9 Juli, Washington D.C,
Amerika Serikat.1945-1950.
Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung
Koroner Dan Serangan Jantung.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suci, W. W., Mahmudy, W. F., & Putri, R. R.
(2015). Optimasi Biaya Pemenuhan Gizi
dan Nutrisi pada Manusia Lanjut Usia
Menggunakan Algoritma Genetika. S1.
Universitas Brawijaya.
Sun, Jun Dkk. 2012. Particle Swarm
Optimisation: Classical And Quantum
Perspectives. Crc Press.
Tuegeh, Maickel Dkk. 2009. Optimal Generator
Scheduling Based On Particle Swarm
Optimization. Yogyakarta: Upn Veteran
Yogyakarta.Seminar Nasional
Informatika,1(1).
Wang, H., Wu, Z., Zeng, S., Jiang, D., Liu, Y.,

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai